Anda di halaman 1dari 14

ANEMIA YANG BERKAITAN DENGAN KANKER

Disusun Oleh

KELOMPOK 5

1. Melisa Hasibuan

2. Melva Harianti

3. Mia Febrina

4. Muhammad Bayu

5. Nikma

6. Novita

7. Nurbani

8. Nurhawani

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN

ANALIS KESEHATAN

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat dan Karunian-Nya sehingga kami dapat mengerjakan makalah ini tepat pada
waktunya yang berjudul “Anemia yang berkaitan dengan kanker”.

Kami menyadari bahwa makalah kami masi jauh dari harapan, oleh karena itu saran dan
kritik yang konstruktif dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk menghasilkan
makalah yang lebih baik dari masa mendatang

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam menyusun makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk semua.

Medan, 28 September 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

2.2 Patogenese

2.3 Etiologi

2.4 Efek dari hasil produksi tumor


2.5 Diagnosa
2.6 Penaalaksanaan
2.7 Tranfusi Darah
2.8 Rekombinan Human Eritroietin
2.9 Algoritme pemberian rhEPO pada anemia dengan kegagasan

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anemia adalah suatu defsiensi dari kadar hemoglobin darah ataupun jumlah maupun
volume sel darah merah. Anemia sering dijumpai pada penderita kanker. Terjadinya anemia
pada kanker dapat langsung disebabkan oleh efek langsung dari tumor, efek dari hasil produk
tumor dan efek dari pengobatan tumor itu sendiri. Insiden anemia pada penderita kanker
sebesar 50% dan meningkat menjadi diatas 90% pada kanker stadium lanjut atau kanker yang
diobati dengan kemotrapi atau radioterapi. Peneliti lain mendapatkan insiden anemia sebesar
78% pada saat leukimia, 62% pda mieloma miltipel dan 42-72% pada limfoma.

Gejala anemia dapat berupa palpitas, sesak nafas, kelelahan, sulit konsentrasi, vertigo,
dll. Anemia pada kanker dapat menurunkan kualita hidup penderita dan dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari penderita. Tujuan pengobatan anemia pada kanker adalah meningkatkan
kadar hemoglobin darah, meningkatkan kualitas hidup dan meningkatkan hasil pengobatan.
Anemia pada kanker dimasukkan kedalam golongan anemia kronis, namun belakangan ini
ada penelitian yang menggolongkan anemia pada kanker menjadi golongan tersendiri dan
terpisah dari golongan anemia pada penyakit kronis. Dalam seri kepustakaan ini akan
diuraikan tentang patogenese, etiologi, diagnosa dan penatalaksanaan anemia pada kanker.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas mata kuliah
hematologi ju ga untuk mengetahui dan memahami tentang anemia pada kanker.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Anemia adalah suatu defisiensi dari kadar hemoglobin darah ataupun jumlah maupun
volume sel darah merah1. Anemia sering dijumpai pada penderita kanker2. Terjadinya anemia
pada kanker dapat langsung disebabkan oleh efek langsung dari tumor, efek dari hasil produk
tumor dan efek dari pengobatan tumor itu sendiri3. Insiden anemia pada penderita kanker
bervariasi, tergantung pada jenis tumor dan jenis terapi yang diberikan4. Insiden anemia pada
penderita kanker sebesar 50% dan menningkat menjadi di atas 90% pada kanker stadium
lanjut atau kanker yang diobati dengan kemoterapi atau radioterapi2. Peneliti lain
mendapatkan insiden anemia sebesar 78% pada leukemia, 62% pada mieloma multipel dan
42-72% pada limfoma.
Gejala anemia dapat berupa palpitasi, sesak nafas, kelelahan, sulit konsentrasi,
vertigo, dll4,5. Anemia pada kanker dapat menurunkan kualitas hidup penderita dn dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari penderita6. Tujuan pengobatan anemia pada kanker adalah
meningkatkan kadar hemoglobin darah, meningkatkan kualitas hidup dan meningkatkan
hasil pengobatan4. Anemia pada kanker dimasukkan kedalam golongan anemia kronis, namun
belakangan ini ada peneliti yang menggolongkan anemia pada kanker menjadi golongan
tersendiri dan terpisah dari golongan anemia pada penyakit kronis. Dalam seri kepustakaan
inni akan diuraikan tentang patogenese, etiologi, diagnosa dan penatalaksanaan anemia pada
kanker.

2.2 Patogenese
Anemia pada kanker digolongkan kedalam anemia penyakit kronis atau anemia
inflamasi kronis (tabel 1)7.
Tabel 1 anemia penyakit kronis 7
1. Anemia inflamasi kronis
a. Infeksi
b. Gangguan jaringan ikat, dll
c. Keganasan

2. Anemia pada uremia


3. Anemia karena kelainan endokrin
4. Anemia penyakit hati
Anemia karena penyakit kronis ditandai (i) Hipoplasia ertroid pada sumsum tulang.
(ii) Memendeknya umur eritrosit. (iii) Menurunnya pemakaian kembali zat besi. (iv)
Rendahnya eritropeietin tidak sesuai dengan derajat anemianya dan (v) diperantarai sitokin 8-
10
.
Terjadinya anemia pada kanker dimulai dengan diaktivasinya sistem imun tubuh
mekropage oleh tumor, kemudian mekropage merangsang produksi sitokin barupa
peningkatan interleukin-1 (IL-1) tissue necrosis factor (TNF) dan interferon gamma (IFNγ),
selanjutnya sitokin akan bereaksi dengan limfosit, sel endotel dan fibroblas, akibatnya akan
diproduksi mediator supresor eritrosit langsung pada sel efektor. Selanjutnya akan
menyebabkan terjadinya penurunan produksi eritropoietin, penurunan blast forming unit-
erithrocyte (BFU-E) dan colony forming unit-erothrocyte (CFU-E). Gangguan metabolisme
Fe dan terjadinya pemendekan umur eritrosit. Akhirnya akan terjadi anemia4.

2.3 Etiologi

Penyebab anemia pada penderita kanker secara garis besar dibagi 3, yaitu:
1. Efek langsung tumor
Anemia pada kanker yang disebabkan efek langsung tumor bisa berupa kehilangan
darah secara eksogen, perdarahan dalam tumor, anemia karena eritrofagositosis dan
penggantian sumsusm tulang (tabel 2)3.
Tabel 2. Anemia pada kanker : efek langsung tumor3
- Kehilangan darah secara eksogen - Kanker Gastrointestinal
(akut atau kronik) - Kanker kepala dan leher
- Kanker genitourinari
- Kanker serviks dan vagina
- Perdarahan intra tumor - Sarkoma
- Melanoma bulky
- Hepatoma
- Kanker ovarium
- Tumor adrenokortikal
- Anemia karena eritrofagositosis - Retikulosis medullari histiositik
- Limfoma histiositik
- Neoplasma histiositik lainnya
- Penggantian sumsum tulang - Leukemia
- Limfoma
- Mieloma
- Karsinoma (payudara, prostat)
2.4 Efek dari hasil produksi tumor
Produk dari tumor Diskrasia sel plasma, leukemia limfositik kronik, limfoma, kanker
prostat, dll dapat menyebabkan anemia (Tabel 3)3.

Tabel 3. Anemia karena produk kanker


Substrat Mekanisme Tumor
- Amiloid - Penggantian sumsum - Diskrasia sel plasma
tulang
- Antibodi
- Anemia hemolitik
- Leukemia limfositik kronik
- Protein prokoagulan imun - Limfoma, adenosarkoma
- Anemia hemolitik - Kanker gastrointestinal
- Kanker prostat
mikroangiopati

Efek dari hasil pengobatan


Pengobatan kanker dengan kemoterapi atau radioterapi dapat menyebabkan anemia.
Terjadinya anemia pada penderita kanker yang menjalani kemoterapi dan radioterapi
terutama disebabkan penekanan/supresi sumsum tulang pada BFU-E dan CFU-E oleh
kemoterapi dan radioterapi tersebut11-13. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Harison LB mendapatkan adanya peningkatan presentasi anemia pada penderita kanker
setelah radioterapi dibanding sebelum radioterapi (Tabel 4)14.

Anemia Before and during RT (by site)

Tabel 4. Anemia sebelum dan sesudah radioterapi14


Peneliti lain mendapatkan kejadian anemia pada kanker payudara sebesar 25% sebelum
kemoterapi dan meningkat menjadi 63% setelah kemoterapi11.
Menurut Kumar P anemia pada kanker, selain disebabkan anemia penyakit kronis, dapat
pula disebabkan oleh adanya infeksi, autoimun hemolitik, defisiensi besi, defisiensi asam
folat, defisiensi vitamin B1215. Dari semua bentuk anemia pada kanker yang paling sering
ditemukan adalah anemia karena penyakit kronis16.

2.4 Tingkatan Anemia


Anemia adalah suatu defisiensi dari kadar hemoglobin darah atau jumlah maupun
volume sel darah merah1. Hemoglobin (Hb) dalam batas (dbn) untuk wanita adalah 12-16
gr/dL dan untuk pria 14-18 gr/dL5,17. Anemia pada penderita kanker dibagi dalam beberapa
tingkatan. The national cancer institute dan cooperative oncology groups membagi anemia
menjadi 4 tingkatan (tabel 5)5.
Tabel 5. Tingkatan anemia
Tingkat 1, ringan (Hb 10 gr/dL sampai < dbn)
Tingkat 2, sedang (Hb 8-10 g/dL)
Tingkat 3, serius/berat (Hb 6,5-7,9 g/dL)
Tingkat 4, life threatening (Hb < 6,5 g/dL)

2.5 Diagnosa
Penderita kanker dengan anemia ringan biasanya tanpa gejala klinis atau pada saat
beraktivitas dapat dijumpai takikardi, palpitasi, sesak nafas dan kelelahan ringan. Gejala
klinis pada penderita kanker dengan anemia berat adalah dijumpai sesak nafas dan palpitasi
pada saat istirahat, kelelahan berat dan tidak mampu melakukan aktivitas (exercise
intolerance)5. Muthalib A, dkk mengelompokkan tanda dan gejala klinis anemia berdasarkan
anemia ringan, sedang, dan berat (tabel 6)4. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai tanda-
tanda gagal jantung kongestif15.
Gambaran hematologi anemia pada kanker adalah sama seperti gambaran hematologi
dari anemia pada penyakit kronis yaitu adanya anemia normokrom normositer, serum iron
yang menurun, total iron binding capacity yang menurun, dan serum feritin yang
meningkat7,19.

Tabel 6. Tanda dan gejala klinis anemia4


Ringan (Hb >10-12 g/dl) Sedang (8-10 g/dl) Berat (<8 g/dl)
Kelelahan Fatigue Overwhelming
Peningkatan detak jantung Sulit konsentrasi Fatigue / exhaustion
Penurunan perfusi jaringan Detak jantung >100/m Dizziness
Dilatasi sistem vaskuler Berdebar-debar Vertigo
Ekstraksi O2 jaringan naik - Dispnu saat aktivitas -Depresi-gangguan tidur
- Pucat -Dispnu saat istirahat

2.6 Penatalaksanaan
Anemia pada kanker dapat disebabkan beberapa faktor, sehingga pengobatannya bersifat
individu. Dilakukan penatalaksanaan terhadap penyakit yang mendasari dan komplikasi yang
mungkin timbul seperti inflamasi, penyakit hemolitik, perdarahan akut, dan defisiensi
nutrisional6. Pemberian suplemen hematinik berupa besi oral, asam folat, dan vitamin B 12
hanya bermanfaat pada pasien yang terbukti dengan defisiensi nutrisi tersebut 4. Tujuan
pengobatan anemia pada kanker adalah meningkatkan kadar Hb, meningkatkan kualitas
hidup serta menigkatkan hasil pengobatan dengan pemberian transfusi darah dan rekombinan
human eritropoietin4,15
2.7 Transfusi darah
Transfusi darah merupakan pilihan utama untuk pengobatan life threateninganemia
dimana transfusi darah dengan cepat dapat mengoreksi gejala-gejala anemia 15. Di Amerika
Serikat sebanyak 12 juta unit darah ditransfusikan setiap tahun, 1 juta unit diantaranya untuk
penderita kanker16. Sampai awal tahun 1980an, transfusi diberikan secara empiris jika kadar
hemoglobin dibawah 10 gr/dl. Oleh karena berpotensi menularkan HIV, transfusi darah
sebaiknya tidak diberikan pada anemia ringan sampai sedang. Transfusi diberikan jika kadar
hemoglobin berkisar antara 7-8 g/dl atau dijumpai tanda dan gejala anemia berat 6. Penelitian
retrospektif yang dilakukan oleh Estrin JT di Amerika Serikat tahun 1997 terhadap 103
penderita kanker dengan anemia yang menjalani kemoterapi, mendapatkan rata-rata kadar
hemoglobin sebelum transfusi sebesar 7,9 gr/dl20. Tindakan transfusi memiliki rasio tertular
infeksi seperti HIV, hepatitis, sitomegali virus, dan reaksi transfusi seperti reaksi hemolitik,
demam, urtikaria, dll6,18,21,22.

2.8 Rekombinan human Eritropoietin


Rekombinan human eritropoietin (rhEPO) adalah rekombinan dari hormon eritropoietin
yaitu suatu hormon yang dapat meningkatkan produksi sel darah merah endogen5. rhEPO
efektif terhadap anemia pada kanker sebesar 80%. Disebut respon terhadap rhEPO jika
setelah pengobatan empat minggu terjadi penigkatan kadar hemoglobin ≥ 1 gr/dl23,24.
Dosis rhEPO untuk pengobatan anemia yang disebabkan kanker adalah 150-300
u/kgBB atau 10.000 unit tiga kali seminggu atau 40.000 – 60.000 u setiap minggu (grafik
1)11,24,25.
Pada penderita anemia dengan kanker, rhEPO menyebabkan peningkatan kadar ht dan
Hb dibanding hanya dengan pemberian transfusi, dan secara signifikan dapat mengurangi
kebutuhan transfusi (Tabel 7).
Suatu penelitian tentang manfaat rhEPO terhadap penderita kanker dengan anemia
yang menjalani kemoterapi yang dilakukan Glapsy J mendapatkan bahwa rhEPO secara
signifikan dapat mengurangi kebutuhan transfusi, meningkatkan Hb dan meningkatkan
kualitas hidup penderita dibanding penderita kanker dengan anemia yang menjalani
kemoterapi tanpa mendapat rhEPO.

Obtain baseline Hb

Irritable epoetin alfa at 10.000 U SC TIW or 40.000 U SC once weekly for 4 weeks

Hb increase ≥1 Hb increase < 1


g/dl g/dl

Continue epoetin alfa at Increase epoetin alfa dose


10.000 U TIW or 40.000 U to 20.000 U TIW or 60.000
once weekly to maintain U once weekly for 4
desired Hb level additional weeks

Hb increase ≥1 g/dl as compared with baseline Hb increase <1 g/dl as


compared with baseline

Hb > 13 g/dl Hb ≤ 13 g/dl Discontinue


epoetin alfa

Discontinue epoetin Continue epoetin alfa 20.000


alfa until Hb decreases U TIW or 60.000 U weekly to
to 12 g/dl maintain desired HB level

Reduce dose by 25% when


treatment is resurred and
then titrate to maintain
desired Hb level
Hb = hemoglobin; TIW = three times weekly
If Hb increases >1,3 g/dl during 2 week period, reduce dose by 25%
Prior to and during episode alfa therapy, patients’ iron stores should monitored
(Including transferrin saturation and serum ferritin). Most patients will eventually require supplemental iron to increase or
maintain transferrin saturation to levels that will adequately support epoetin alfa stimulated erythropoiesis.

2.9 Algoritme pemberian rhEPO pada anemia dengan keganasan


rhEPO dapat mencegah timbulnya anemia pada penderita kanker non anemia yang menjalani
kemoterapi, juga dapat meningkatkan kadar Hb dan mengurangi kebutuhan transfusi darah24.
Pemberian rhEPO untuk pencegahan anemia pada kanker terutama ditujukan terhadap pasien
dengan resiko tinggi mendapatkan transfusi, misalnya terjadi penurunan Hb ≥2 gr/dl setelah

siklus pertama kemoterapi.

Gambaran rhEPO Transfusi


Mekanisme ↑ Produksi sel darah merah Mengganti sel darah merah
Regimen 150 u/kgbb/minggu ditambah 2 unit PRC jika Hb < 8-12
transfusi jika dibutuhkan gr/dl
Cara pemberian Subkutan Intravena
Manfaat ↑ Hb, ↑ Ht, ↑ kualitas hidup ↑ Hb, ↑ Ht, ↑ kualitas hidup
dibanding transfusi saja, ↓ selama 2 minggu
kebutuhan transfusi
Onset of action Beberapa minggu Beberapa jam
Timbulnya efek samping Sama seperti transfusi Dikurangi melalui
penyaringan yang ketat
Efek samping serius Hipertensi Reaksi hemolitik yang
ditularkan melalui darah
23
Tabel 7. Perbandingan manfaat antara transfusi dengan rhEPO .

Efek samping rhEPO dapat berupa hipertensi dan trombosis 11,23,27. Hipertensi dapat
timbul sekitar 5-10% dari penderita yang membutuhkan terapi rhEPO23. Trombosis dapat
terjadi jika dijumpai peningkatan kadar Hb yang cepat. Untuk menghindari terjadinya
penigkatan kadar Hb yang cepat, harus dihindari peningkatan Hb >2 g/dl selama satu bulan
pengobatan dan pemberian rhEPO harus dihentikan jika kadar Hb < 15 gr/dl11.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Anemia sering dijumpai pada penderita kanker. Terjadinya anemia pada kanker dapat
disebabkan efek langsung tumor, efek hasil produk tumor, dan efek pengobatah kanker itu
sendiri. Anemia pada kanker dapat menurunkan kualitas hidup penderita sehingga
mengganggu anktivitas sehari-hari. Anemia pada kanker disebabkan multifaktoral sehingga
penatalaksanaannya bersifat individu dan bertujuan meningkatkan kualitas hidup penderita
dengan transfusi darah dan pemberian rhEPO.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ludwig H. Recombinant human erythropoietin is efeective in cancer related anemia,


but is it cost effective?. Available from http://www.medscape
.com/viewarticle/414904
2. Henry D H. Supplemental iron : A key to optimizing the response of cancer-related
anemia ro rhEPO?. The oncologist 1998 Augustust; 3(4): 275-8
3. Saba H I. Anemia in cancer patients: Introduction and overview. Available from :
http://www.moffit.usf.edu/pubs/ccj.v5ns/article.html
4. Muthalib A, Atmakusuma D. Penatalaksanaan anemia pada pasien dengan
kemoterapi. Dalam : Setiati S, eds. Current diagnosis and treatment in internal
medicine 2001, Pusat Informassi dan Penerbitan, Jakarta, 2001, p 127-32
5. Anonymus. Uses of epoetin for anemia in oncology. Available from :
http://www.alcpr.gov/clinic/epcsums/epoetsum.htm
6. Groopman J E, Itri L M. Chemoterapy-Induced anemia in Adults: incidence and
treatment. Journal of national cancer institute 1999 october; 91(19) : 1616-34
7. Bunn H F. Anemia associated with chronic disorder. In: Isselbacher, eds. Harrison’s
principles of internal medicine; 13th ed vol 2, mcgraw-hill, New York, 1994, p 1732-4
8. Abels R. Erythropoietin for anemia in canceer patientas. R W johnson pharmautical
research institute, raritan, New Jersey, 1993, - 1-8.
9. Loughran T. Anemia in Lymphoproliferative disorders. Available from :
http://www.maffit.usf.edu /pubs/ccj/v5ns/article10.html
10. Provan D,O’Shaughnessy D F. Recent advances in hematology. BMJ 1994 April;
318 : 991-9
11. Mastro I D, Venturini M. Strategies for the Use of epoetin alfa in breast cancer
Patients. The oncologist 1998 October; 3(5); 314-8
12. Miller J, Parnes H L. Hematologic problems & emergencies. In : Cameron R B, eds.
Practical oncology, first ed. Prentice-hall international inc, London, p 77-83
13. Soenarto. Pengelolaan Anemia pada Kanker. The 4th National and the 1st regional
scientific meeting of hematology-medical oncology, internal medicine, Jakarta.2002
14. Harrison L B, Shasha D, White C, Ramdeen B. Radiotherapy-associates anemia : The
Scope of the Problem. The Oncologist 2000 June; 5 (suppl 2): 1-7
15. Kumar P. Adverse effects of anemia on radation and quality of life. Available from :
http://www.medscape.com/viewprogram.584_prt
16. Crawford J, Gabrilove J L. Therapeutic options for anemia and fatigue. Available
from: http://www.medscape.com/viewprogram/583_pnt
17. Schaefer R. Cancer-related anemia and fatigue. Available from:
http://www.uicc.org/publ/pr/home.0002240/html
18. Lackritz E, Satten G A, Grasse J A, Dodd R Y, et al. estimated risk of transmission of
the human immunodeficiency virus by screened blood in the United States. The new
england journal of medicine 1995 December; 333(26): 1721-5
19. Fitzsimons E J, Brock J H. The anemia of chronic disease. BMJ 2001 April; 322: 811-
2
20. Estrin J T, Schoket L, Kregenow R, Henry D H. A retrospective review of blood
transfusions in cancer patients with anemia. The oncologist 1999 August; 4(4) : 318-
24
21. Schreiber G B, Busch M P, Kleinman S H, korelitz J J. The Risk of Transfussion-
Transmitted viral infections. The new egland journal 1996 June; 334(36):1685-90
22. Goodnough L T, Brecher M E, Kanter M H, Aubchon JP. Transfussion medicine-
blood transfussion-first of two parts. The new england jornal 1999; 340(6):434-47
23. Sa L, Papelbaum. Anemia of chronic disease. Available from
http://www.moffit.usf.edu/pubs/ccj.v5ns/article6.http
24. Itri L M. Cancer related anemia requires doses of epoetin alfa than chronic renal
failure repacement therapy. Nephrodial transplant 20001;16:2289-93
25. Zuckerman K S. Hemapoietic abnormalities in patients with cancer. Available from
http://www.moffitt.usf.edu/pubs/ccj/v5ns/article2.http
26. Glapsy J, Degos L, Dicato M, Demetri GD. Comparabel efficancy of epoetin alfa for
anemic cancer patients receiving platinum and nonplatinum-based chemotherapy: A
retrospective subanalysis of two large, community-based trials. The oncologist 2002
April; 7(20):126-35
27. Dalton W S. Anemia in multiple myeloma and its management. Available from
http://www.moffitt.usf.edu/pubs/ccj/v5ns/article9.http

Anda mungkin juga menyukai