P R O S E S P E N E R A PA N S TA N D A R A K U N TA N S I 6
1. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah organisasi profesi akuntan yang juga
merupakan badan yang menyusun standar akuntansi keuangan di Indonesia.
Organisasi profesi ini terus berusaha menanggapi perkembangan akuntansi
keuangan yang terjadi baik tingkat nasional, regional maupun global, khususnya
yang mempengaruhi dunia usaha dan profesi akuntansi sendiri. Pengembangan
standar akuntansi keuangan sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini
pengembangan standar akuntansi ini dilakukan secara terus-menerus, pada tahun
1973 terbentuk Panitia Penghimpun Bahan-bahan dan Struktur GAAP dan GAAS.
Kemudian pada tahun 1974 dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia
(Komite PAI) yang bertugas menyusun standar keuangan. Komite PAI telah
bertugas selama empat periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994
dengan susunan personel yang terus diperbarui. Selanjutnya, pada periode
kepengurusan IAI tahun 1994-1998 nama Komite PAI diubah menjadi
Komite Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK), kemudian pada kongres
VIII, tanggal 23-24 September 1998 di Jakarta, Komite SAK diubah menjadi
Dewan Standar Akuntansi Keuangan untuk masa bakti 1998-2000 dan diberikan
otonomi untuk menyusun dan mengesahkan PSAK.
P R O S E S P E N E R A PA N S TA N D A R A K U N TA N S I 6
merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis dibidang
lembaga keuangan.
P R O S E S P E N E R A PA N S TA N D A R A K U N TA N S I 6
ditugaskan untuk menetapkan dan meningkatkan standar pelaporan keuangan
yang berhubungan dengan pencatatan informasi yang bermakna mengenai
peristiwa-peristiwa dan transaksi-transaksi ekonomi dalam cara yang berguna
dalam laporan keuangan.
P R O S E S P E N E R A PA N S TA N D A R A K U N TA N S I 6
2. Berkaitan dengan aspek karakteristik dan keterbatasan informasi yang
melandasi tujuan pelaporan keuangan. Makin banyak jens dan kuatitas
informasi yang dianggap bermanfaat makin besar pula kos untuk menyediakan
informasi tesebut.
3. Dimaksudkan untuk menentukan kualifikasi minimal para pemakai sehingga
suatu informasi dapat dipahami oleh pemakai tanpa harus disertai penjelasan
rinci. Kualifikasi minimal ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan penentu
kebijakan akuntansi di jajaran penyusun standar atau badan usaha.
4. Informasi yang dapat dipahami akan dipakai apabila terdapat kebermanfaatan
terhadap keputusan pemakai. Kebermanfaatan memiliki kriteria yang
ditentukan melalui kualitas informasi spesifik keputusan, meliputi: kualitas
primer yang terdiri dari relevance, reliability, variability, representational
faithfulness, dan kualitas sekunder yang terdiri dari comparability,
concistency, neutrality.
5. Walaupun kualitas di atas terpenuhi, namun diperlukan kriteria penentu untuk
menyaring informasi mana yang harus dilaporkan dalam laporan keuangan
dan mana yang harus dilaporkan dalam laporan yang lain, yaitu materiality.
REFERENSI
Riahi, Ahmed dan Belkaoui. 2006. Accounting Theory : Teori Akuntansi. Edisi Kelima.
Jakarta : Salemba Empat.
P R O S E S P E N E R A PA N S TA N D A R A K U N TA N S I 6