Katarak Developmental
Pembimbing:
dr. Nanda Lessi Hafni Eka Putri, Sp.M
Oleh:
Evan Albert / 406171016
Case Report :
KATARAK DEVELOPMENTAL
Disusun oleh :
Evan Albert
406171016
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang terbentuk pada usia lebih
dari 3 bulan dan kurang dari 9 bulan. Ktarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan
dari katarak kongenital. 1
Katarak developmental dapat merupakan kelanjutan dari katarak kongenital atau juga
dapat yang bersifat didapat / acquired yang biasanya disebabkan karena trauma atau
katarak yang di induksi dengan radiasi atau steroid, infalamsi / uveitis (uveitis
sekunder terhadap artritis juvenile idiopatik) 2
Pada anak dengan manifestasi leukokoria diagnosis katarak dapat dibedakan dari
retinoblastoma melalui anamnesis yang baik, nistagmus, starbismus, mikrokornea dan
keterlibatan organ lain merupakan tanda klinis lain yang dinilai dalam pemeriksaan
anak dengan katarak.
KATARAK KONGENITAL
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setalah
lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun.1 Dan timbul kurang dari usia 2 – 3 bulan
dimana belum terjadi refleks fiksasi.2 Merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang
cukup berarti terutama akibat penanganan yang kurang tepat.
Angka kejadian sebanyak 1 dari 250 kelahiran hidup. 2 / 3 kasus bersifat bilateral.
Katarak kongenital dpat disebabkan akibat mutasi genetik (dominan autosomal),
kelainan kromosom (Down Syndrome), infeksi intrauterine (Toxoplasmosis,
Varicella, Rubella, HSV) atau kelainan metabolik (galaktosemia). Katarak kongenital
bisa juga terjadi sebagian dari kelalian perkembangan mata kompleks seperti
disgenesis segmen anterior. Hampir 50% dari katarak kongenital adalah sporadik dan
tidak diketahui penyebabnya.1
1. Sidarta IH, Rahayu SY. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 5. Katarak Kongenital.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2014: Jakarta. PP 214-5.
2. Rita SS, Sitompul R, Widyawati S, Anna PB. Buku Ajar Oftalmologi. Edisi 1.
Katarak Pediatrik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2017: Jakarta.
PP 399-401