Anda di halaman 1dari 4

1.

Analisis gambar:

2.1.0 Hematom di daerah orbita

Hematoma kacamata pada pasien ini disebabkan adanya fraktur basis kranii yang
menyebabkan pecahnya arteri oftalmika yang menyebabkan darah masuk kedalam kedua
rongga orbita melalui fisura orbita. Akibatnya darah tidak dapat menjalar lanjut karena dibatasi
septum orbita kelopak maka terbentuk gambaran hitam kemerahan pada kelopak seperti
seseorang yang memakai kacamata. 5

System vascular dari konjungtiva palpebra berasal dari arteri palpebralis yang apabila
pada palpebra mengalami trauma pada mata (luka memar), pembuluh darah dapat pecah
kemudian terjadi edema konjungtiva (kemosis konjungtiva). Selain itu arteri palpebralis juga
merupakan salah satu cabang arteri oftalmika, yang apabila terjadi fraktur basis kranii dapat
pula pecah dan menjadi edema konjungtiva (kemosis konjungtiva). 5

Dari penjelasan di atas pula dapat dikatakan bahwa hematoma di daerah orbita ini
terjadi intravital.

2.1.1 Sianosis
Merupakan warna kebiru-biruan yang terdapat pada kulit dan selaput lendir yang
terjadi akibat peningkatan jumlah absolut Hb tereduksi (Hb yang tidak berikatan dengan O2).
Ini tidak dapat dinyatakan sebagai anemia, harus ada minimal 5 gram hemoglobin per 100 ml
darah yang berkurang sebelum sianosis menjadi bukti, terlepas dari jumlah total
hemoglobin. Pada kebanyakan kasus forensik dengan konstriksi leher, sianosis hampir selalu
diikuti dengan kongesti pada wajah, seperti darah vena yang kandungan hemoglobinnya
berkurang setelah perfusi kepala dan leher dibendung kembali dan menjadi lebih biru karena
akumulasi darah. 6
Dari penjelasan di atas pula dapat dikatakan bahwa sianosis tersebut terjadi intravital.

2.1.2 Kekeruhan pada kornea

Bila mata terbuka pada atmosfer yang kering, sklera di kiri-kanan kornea akan berwarna
kecoklatan dalam beberapa jam berbentuk segitiga dengan dasar di tepi kornea (traches noires
sclerotiques). Kekeruhan kornea terjadi lapis demi lapis. Kekeruhan yang terjadi pada lapis
terluar dapat dihilangkan dengan meneteskan air, tetapi kekeruhan yang telah mencapai lapisan
lebih dalam tidak dapat dihilangkan dengan tetesan air. Kekeruhan yang menetap ini terjadi
sejak kira-kira 6 jam pasca mati. Baik dalam keadaan mata tertutup maupun terbuka, kornea
menjadi keruh kira-kira 10 – 12 jam pasca mati dan dalam beberapa jam saja fundus tidak
tampak jelas. Hal ini terjadi akibat metabolisme yang tidak terjadi setelah kematian sehingga
humor aquous tak lagi diproduksi.7
Dari penjelasan di atas pula dapat dikatakan bahwa kekeruhan kornea ini terjadi
postmortem.

2.1.3 Petekie Konjunctiva


Petekie konjunctiva atau Tardieu’s spot (Petechial hemorrages) merupakan salah satu
tanda Kardinal (tanda klasik) Asfiksia. Tardieu’s spot terjadi karena peningkatan tekanan vena
secara akut yang menyebabkan overdistensi dan rupturnya dinding perifer vena, terutama pada
jaringan longgar, seperti kelopak mata, dibawah kulit dahi, kulit dibagian belakang
telinga, circumoral skin, konjungtiva dan sklera mata. Selain itu juga bisa terdapat
dipermukaan jantung, paru dan otak. Bisa juga terdapat pada lapisan viseral dari pleura,
perikardium, peritoneum, timus, mukosa laring dan faring, jarang pada mesentrium dan
intestinum.6
Dari penjelasan di atas pula dapat dikatakan bahwa peteki di subkonjungtiva ini terjadi
intravital.

2.1.4 Perdarahan subarachnoid

Fraktur basis cranii dapat menyebabkan perdarahan subarachnoid seperti pada gambar.
Tampak perdarahan di daerah temporal di bawah duramater dan mengisi sulcus cerebri, dengan
lapisan piamater masih terlihat.
Hematoma yang membesar didaerah temporal menyebabkan tekanan pada lobus
temporalis otak kearah bawah dan dalam. Tekanan ini menyebabakan bagian medial lobus
(unkus dan sebagian dari dari girus hipokampus) menhalami herniasi di bawah pinggiran
tentorium, keadaan ini menyebabkan timbulnya tanda-tanda neurologik yang dapat dikenal
oleh tim medis. 4
Tekanan dari herniasinkus pada sirkulasi arteria yeng mengurus formasio retikularis
dimedulla oblongata menyebabkan hilangnya kesadaran. Ditempat ini juga terdapat nuklei
saraf kranial ketiga (okulomotorius). Tekanan pada saraf ini mengakibatkan dilatasi pupil dan
ptoptosis kelopak mata. Tekanan pada lintasan kortokospinalis yang berjalan naik pada daerah
ini, menyebabaknan kelemahan respons motorik kontralateral (yaitu berlawanan dengan
tempat hematoma), refleks hiperaktif atau sangat cepat, dan tanda babinski positif. 4
Dengan makin membesarnya hematoma, maka seluruh isi otak akan terdorong ke arah
yang berlawanan, menyebabkan tekanan intrakranial yang membesar. Timbul tanda-tanda
lanjut peningkatan tekanan intrakranial antara lain kekakuan desebral dan gangguan tanda-
tanda vital fungsi pernapasan. 4
Dari penjelasan di atas pula dapat dikatakan bahwa perdarahan subarachnoid ini terjadi
intravital.

Anda mungkin juga menyukai