Anda di halaman 1dari 1

Memulai Momentum

R. M. Yusuf Agustria
Kader Surau Universitas Sriwjaya
Semua yang ada di dunia ini tercipta dengan berdampingan. Ada siang ada malam,
ada langit ada bumi, dan ada awal ada akhir. Siang yang mengiringi malam, langit yang
menyelimuti bumi, dan awal yang menggiring akhir, begitulah siklus yang terjadi. Akhir,
merupakan titik awal dari transisi untuk melakukan perubahan. Sedangkan awal,
merupakan titik akhir dari sebuah keterpurukan. Begitu banyak diri kita yang hanya
terfokus pada akhir, dengan mengabaikan proses untuk menggapai akhir tersebut. Jiwa
lambat lawun melupakan dari suatu proses, untuk melakukan aktifitas baik selama proses,
yang akan berdampak pada akhir proses tersebut. Diibaratkan seperti arah dan tujuan,
ketika mempunyai arah namun tidak ada tujuan, kita akan kebingungan. Ketika kita
mempunyai tujuan namun tidak ada arah, makan kita akan tersesat. Mungkin begitu
korelasi yang bisa diimplementasikan pada bagian awal.
Pada saat ini, kita sudah hampir menyelesaikan bulan pertama 2019 ini. Coba kita
throwback pada tahun lalu, pastinya kita sudah menyusun plan yang terbaik untuk tahun
2018, lalu coba kita koreksi, apakah tepat target?. Okee, tidak masalah jika belum
mengenai target, namun setidaknya masih ada langkah-langkah yang membekas untuk
mencapai target tersebut. Dan sekarang, sudah memasuki lembar yang baru, sudah
sepantasnya kita menyusun target dengan matang, apalagi yang katanya pada lagi
memegang amanah di kampusnya, ya kaaan?. Begitu banyak kisah yang mungkin
dilewati pada tahun lalu, dari suka, duka, canda, ataupun sedih. Mungkin, romantisme
pada masa lalu yang mengelabui kita selama proses menuju tujuan kita, yang
menyebabkan belum tercapainya tujuan tersebut. Romantisme-romantisme yang telah
terjadi, kita ubah menjadi harapan di masa yang akan datang (saat ini). Layaknya kisah
seorang sahabat Rasulullah, Mushab bin Umair. Beliau merupakan orang yang kaya raya
semasa kehidupan beliau sebelum mengenal Islam, kepiawaiannya dalam berbicara
amatlah baik dan mudah diterima masyarakatnya. Namun beliau memilih mengakhiri
kehidupan mewahnya, dan mengawali seluruh jiwanya untuk berjuang bersama
Rasulullah dalam ikatan ukhuwah Islamiyah. Bahkan beliau diperintahkan Rasulullah
untuk menjadi delegasi pertama dalam Bai’at Aqobah. Singkat cerita, pada akhir
hidupnya, dia tidak memiliki kain kafan untuk menutupinya. Berawal dari kehidupan
yang mewah, beliau korbankan hanya untuk kejayaan Islam.
Dari sinilah, kita bisa mengambil ibrah. Untuk melakukan momentum perubahan,
memerlukan perjuangan yang extra, membutuhkan langkah awal dengan tekad yang kuat.
Jadikan momentum awal ini sebagai saran pembaharuan semangat kita dalam berdakwah.
Karena dari banyaknya muslim di dunia ini, hanya sedikit yang ingin berjuang. Dari
sedikitnya yang ingin berjuang, hanya sedikit yang ingin berdakwah. Dari yang sedikit
berdakwah ini, hanya sedikit yang bersabar. Dari yang sedikit yang bersabar, hanya
sedikit yang sampai tujuan, yaitu Ridha Ilahi Rabbi.....

Anda mungkin juga menyukai