Anda di halaman 1dari 27

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah persisten dimana

tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolic diatas 90 mmHg. Pada

populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan

tekanan diastolic 90 mmHg. Institut Nasional jantung, Paru dan darah

memperkirakan separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar akan

kondisinya. Begiitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau

dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup

(Brunner & Suddart, 2002).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolic dengan

konsisten diatas 140/90 mmHg. Diagnosis hipertensi tidak berdasarkan pada

peningkatan tekanan darah yang hanya sekali. Tekanan darah harus diukur dalam

posisi duduk dan berbaring (Mary Baradero, dkk. 2008).

Pembangunan kesehatan dalam periode 2015-2019 akan difokuskan pada

empat area prioritas, yang salah satunya adalah pengendalian penyakit tidak

menular, khususnya penyakit hipertensi, DM, Obesitas dan Kangker dan gangguan

Jiwa. Upaya Pencapaian prioritas pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 dalam

program Indonesia Indonesia sehat dilaksanakan dengan mendayagunakan

segenap potensi yang ada baik dari pemerintah pusat, propinsi, kabupaten, maupun

masyarakat.

1
2

Wilayah kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu merupakan salah

satu wilayah puskesmas yang menjadi binaan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.

Menurut profil puskesmas kandang kota bengkulu tahun 2016 jumlah

penderita hipertensi pada penduduk usia ≥ 18 tahun adalah sebanyak 440 orang

atau 39,32% dari seluruh penduduk di wilayah kerja Puskesmas kandang

kecamatan kampong malayu Kota Bengkulu.

Penggunaan terapi seperti musik sebagai tatalaksana non farmakologik

dalam hal menurunkan tekanan darah masih belum pernah dilakukan di

masyarakat provinsi Bengkulu khususnya di Desa Kandang Kota Bengkulu.

Musik yang terdiri dari kombinasi irama, ritme, harmonik dan melodi sejak

dahulu diyakini mempunyai pengaruh terhadap pengobatan orang sakit. Seiring

dengan perkembngan zaman ketertarikan para peneliti terhadap musik dan

bagaimana pengaruhnya terhadap kesehatan juga mengalami perkembangan.

Mendengarkan musik klasik dapat mengurangi kecemasan dan stres sehingga

tubuh mengalami relaksasi, yang mengakibatkan penurunan tekanan darah dan

jantung berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chafin (2004).

Musik bisa menyentuh individu baik secara fisik, psikolososial,

emosional, dan spiritual (Chiang, 2012). Mekanisme musik adalah dengan

menyesuaikan pola getar dasar tubuh manusia. Vibras musik adalah dengan

menyesuaikan pola geer dasar tubuh atau pola getar dasar dapat memiliki efek

penyembuhan yang sangat hebat bagi tubuh, pikiran dan jiwa manusia (Andzej,

2009). Getaran ini juga menimbulkan emos, organ, hormon, enzim,sel-sel, dan

atom di tubuh (Snyder, 2010). Musik nonverbal sehingga lebih condong bekerja

pada hemifer kanan. Musik tidak membutuhkan analisis yang membuat hemifer

2
3

kiri bekerja, tetapi dengan musik membantu otak kiri mendominasi untuk

meningkatkan proses belajar (Heather, 2010).

B. Perumusan Masalah
Belum adanya sosialisasi penggunaann terapi musik dan masih tingginya
kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu,
Rumusan Masalah ini adalah Pengenalan Terapi Musik dalam Menurunkan
Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Kandang Kota
Bengkulu

C. Tujuan Kegiatan
A. Tujuan umum
Memberikan pengenalan terapi musik bagi lansia dalam upaya menurunkan
Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Kandang Kota
Bengkulu

B. Tujuan khusus setelah pengenalan terapi musik terhadap lansia diharapkan :


1. Memberikan wawasan kepada lansia tentang menurunkan Hipertensi Pada
Lansia
2. Lansia memahami tentang cara menurunkan Hipertensi melalui terapi
musik
3. Mampu menerapkan dan melakukan kegiatan terapi musik secara rutin.

D. Manfaat Kegiatan
1) Bagi Masyarakat/Lansia
Pengabdian masyarakat berupa pengenalan terapi musik bagi lansia
dengan manfaat, sebagai berikut :

a. Mewujudkan kegiatan yang bersifat preventif dan promotif dalam mengatasi


masalah hipertensi pada lansia

3
4

b. Mendukung program pemerintah dalam meningkatkan kesehatan dan


kesejahteraan lansia

2) Bagi Poltekkes Kemenkes Bengkulu


a) Dapat menerapkan salah satu Tri Dharma perguruan tinggi dan menerapkan
rencana tindak lanjut hasil penelitian dosen sehingga dapat meningkatkan
pencapaian akreditasi institusi dan program studi.
b) Membina kerjasama lintas sektoral.

C. Khalayak Sasaran

Khalayak yang strategis dalam kegiatan ini adalah lansia yang berjumlah 20 orang.

4
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. HIPERTENSI

1. Pengertian Hipertensi

Tekanan darah tinggi (Hipertensi) adalah keadaan yang ditandai dengan

terjadinya peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Hipertensi merupakan

penyakit yang pada umumnya tidak menunjukkan gejala, atau bila ada,

gejalanya tidak jelas, sehingga tekanan yang tinggi di dalam arteri sering tidak

dirasakan oleh penderita. Ukuran tekanan darah dinyatakan dengan dua angka,

angka yang diatas diperoleh pada saat jantung berkontriksi (sistolik), angka

yang dibawah diperoleh ketika jantung berileksasi (diastolik) (Junaidi, 2010).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan

diastolic dengan konsisten diatas 140/90 mmHg. Diagnosis hipertensi tidak

berdasarkan pada peningkatan tekanan darah yang hanya sekali. Tekanan darah

harus diukur dalam posisi duduk dan berbaring (Mary Baradero, dkk. 2008).

Hipertensi lanjut usia dibedakan menjadi dua hipertensi dengan

peningkatan sistolik dan diastolik dijumpai pada usia pertengahan hipertensi

sistolik pada usia diatas 65 tahun. Tekanan diastolik meningkat usia sebelum 60

tahun dan menurun sesudah usia 60 tahun tekanan sistolik meningkat dengan

bertambahnya usia (Temu Ilmiah Geriatri Semarang, 2008). Hipertensi menjadi

masalah pada usia lanjut karena sering ditemukan menjadi faktor utama payah

jantung dan penyakit koroner. Lebih dari separuh kematian diatas usia 60 tahun

disebabkan oleh penyakit jantung dan serebrovaskuler.

5
6

Hipertensi pada usia lanjut menurut Nugroho (2008) dibedakan atas:

a. Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau

tekanan sistolik sama atau lebih 90 mmHg.

b. Hipertensi sistolik terisolasi tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan

tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hipertensi pada lansia

dipengaruhi oleh faktor usia.

2. Jenis – jenis Hipertensi (Huon H. Gray, dkk, 2002).

a. Hipertensi Primer, juga disebut hipertensi ‘esensial’ atau ‘idiopatik’dan

merupakan 95% dari kasus-kasus hipertensi. Selama 75 tahun terakhir telah

banyak penelitian untuk mencari etiologinya. Adanya mekanisme

kompensasi yang kompleks dan konsekkuensi sekuinder dari hiperttensi

yang sudah ada telah menyebabkan penelitian etiologinya semakin sulit.

Kelihatannya terdapat kerjasama bermacam – macam factor dan yang

mungkin berbeda antar individu. Salah satu factor yang mungkin relevan

terhadap mekanisme penyebab hipertensi adalah factor Genetik.

b. Hipertensi sekunder, Sekitar 5% kasus hipertensi telah diketahui

penyebabnya dan dapat dikelompokan seperti Pernyakit parenkim ginjal,

penyakit renovaskuler, endokrin, sindrom cushing, hyperplasia adrenal

konginental, feokromositoma, koarktasio aorta, kaitan dengan kehamilan

dan akibat obat.

6
7

3. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi pada orang dewasa menurut badan kesehatan dunia WHO

adalah dalam table 2.1. sebagai berikut :

Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi

No Kategori Tekanan sistolik Tekanan diastolik


(mmHg) (mmHg)
1 Tensi optimal < 120 < 80
2 Tensi normal < 130 < 85
3 Tensi normal tinggi 130-139 85-89
4 Tingkat 1: hipertensi ringan 140-159 90-99
5 Subgroup : Batas 140-149 90-94
6 Tingkat 2: hipertensi sedang 160-179 100-109
7 Tingkat 3: hipertensi berat 180-209 110-119
8 Hipertensi sistolik isolasi ≥ 140 < 90
9 Subgroup : Batas 140-149 < 90
10 Tingkat 4: hipertensi Maligna ≥ 210 ≥ 120

(Junaidi, 2010)

4. Faktor penyebab hipertensi

a. Hipertensi primer

Kebanyakan hipertensi adalah hipoertensi jenis hipertensi primer atau

‘hipertensi esensial’ yang tidak diketahui dengan pasti apa penyebabnya

(Garnadi, 2008). Berbagai factor resiko hipertensi esensial meliputi

umur(lebih lanjut), obesitas yang berkaitan dengan peningkatan volume

intravaskuler, aterosklerosis (penyempitan arteria-arteria dapat membuat

tekanan darah meningkat), merokok (nikotin dapat membuat pembuluh darah

menyempit), kadar garam tinggi (Natrium membuat retensi air yang dapat

menyebabkan volume darah meningkat), konsumsi alcohol dapat

7
8

meningkatkan plasma katekolamin, stress emosi yang merangsang system

syaraf simpatis, konsumsi cafein yng dapat memacu kerja jantung, dan

kurangnya aktifitas fisik (Mary baradero,dkk, 2008)

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder, disebabkan oleh berbagai penyakit yang dapat

menyebabkan tekanan darah meningkat, misalnya : Penyakit ginjal, kelainan

hormon (penyakit endokrin), penyakit jantung-pembuluh darah dan lain –

lain (Garnadi, 2008).

5. Tanda dan Gejala

Biasanya penderita hipertensi tidak merasakan gejala apa-apa dan baru

timbul setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti ginjal, mata, dan

jantung. Sebagian dari mereka ada yang mengeluh pusing atau migren, kencang

di tengkuk dan sering berdebar. Gejala lainnya berupa sakit kepala, epistaksis,

dapat merupakan gejala dari hipertensi esensial. Gejala lainnya akibat

komplikasi berupa gangguan penglihatan, gangguan jantung, berupa penyakit

jantung hipertensi dan gangguan serebral berupa kejang–kejang, stoke,

penurunan kesadaran. Bila gejala pada organ target telah timbul, manandakan

bahwa te kanan darah segera diturunkan (Sidabutar, 2001).

B. Terapi Musik Klasik


Mendengarkan musik berirama cepat cenderung meningkatkan tekanan

darah, sementara musik yang lebih lambat memberikan efek sebaliknya.

Menghentikan musik secara acak ditengah-tengah lagu meningkatkan efek

sebagai penurun tekanan darah. Musik dengan irama yang lebih cepat dan pola

8
9

ritme yang sederhana meningkatkan kecepatan bernafas, kecepatan denyut

jantung, dan tekanan darah sistolik serta diastolik. Musik dengan irama yang

lebih lambat hampir tidak menimbulkan efek tersebut dan secara signifikan

dapat menurunkan tekanan darah. Selama jeda dua menit, kecepatan denyut

jantung, tekanan darah dan kecepatan pernafasan menurun. Percobaan ini

sepertinya memberikan hasil yang berlawanan dengan penelitian lain yang

menyatakan bahwa musik yang dilantunkan terus menerus, tanpa jeda, bersifat

meditatif dan menenangkan, serta mampu menurunkan tekanan darah. Para

peneliti berspekulasi bahwa semua jenis musik memiliki jeda, dan konsentrasi

terhadap permainan musik yang kemudian dihentikan ditengah permainannya

memiliki efek meditatif yang lebih tinggi (Kowalski, Robert, 2010).

Manfaat-manfaat musik klasik sudah banyak diketahui terutama Efek

Mozart. Terlepas dari banyaknya pro dan kontra tentang Efek Mozart ini,

beberapa penelitian menunjukkan bahwa musik Mozart bermanfaat dalam

bidang kesehatan. Samuel Halim dalam penelitiannya menemukan bahwa efek

Mozart dapat membantu penyembuhan penyakit Alzheimer (Sakit yang biasa

diderita oleh lanjut usia ditandai dengan susah berjalan, bicara, jarang bergaul).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Campbell menemukan bahwa musik klasik

bisa membantu penyembuhan penyakit-penyakit, seperti stress, kanker,

dyslexia, dan tekanan darah tinggi.

C. Pegaruh Musik Klasik terhadap Tekanan Darah

Dalam hal penurunan tekanan darah dan stres diduga bahwa konsentrasi

ketekolamin plasma mempengaruhi aktivasi simpatoadrenergik, dan juga

9
10

menyebabkan terjadinya pelepasan stress-released hormones. Pemberian musik

dengan irama lambat akan mengurangi pelepasan ketekolamin kedalam

pembuluh darah, sehingga konsentrasi ketekolamin dalam plasma menjadi

rendah. Hal ini mengakibatkan tubuh mengalami relaksasi, denyut jantung

berkurang dan tekanan darah menjadi turun. Penelitian yang bersifat acak

tersamar ganda yang dilakukan Schein dkk (2001) melaporkan bahwa musik

dapat mengurangi tekanan darah. Sebanyak 32 orang penderita hipertensi

dewasa yang didengarkan musik selama 10 menit setiap hari selama 2 bulan

dengan menggunakan alat breathe with interactive music (BIM), ternyata

mampu menurunkan TDS, TDD maupun rerataan tekanan darah secara

signifikan dibanding kelompok kontrol. Setelah 6 bulan perlakuan dihentikan ,

didapat penurunan TDD kelompok perlakuan tetap lebih besar dari treshold dan

juga lebih besar dari kelompok kontrol.

Penggunaan musik sebagai bagian dari terapi sudah dikenal dan

digunakan sejak jaman dahulu kala (Nilsson, 2008). Arkeolog menemukan

bahwa musik primitif telah digunakan sebagai cara untuk berdoa pada para

dewa. Pada abad ke-6 Ahli Filosofi bidang Geometri dari Yunani, Phytagoras,

menemukan bahwa terapi musik memiliki konstribusi yang besar dan mengikuti

ritme tubuh dan jiwa sejalan dengan harmoni yang dikeluarkannya. Masyarakat

Renesissance menunjukkan bahwa variasi musik tertentu bisa mempengaruhi

respiratory rate, denyut jantung, tekanan darah dan saluran digestif (Nilsson,

2009).

Musik terbukti menunjukkan efek yaitu menurunkan tekanan darah, dan

mengubah persepsi waktu (Guzzetta, 1989). Perawat dapat menggunakan musik

10
11

dengan kreatif diberbagai situasi klinik, pasien umumnya lebih menyukai

melakukan suatu kegiatan memainkan alat musik, menyanyikan lagu atau

mendengarkan musik. Musik yang sejak awal sesuai dengan suasana hati

individu, merupakan pilihan yang paling baik (Potter & Perry, 2006).

11
12

BAB III
METODE PENGABDIAN

A. LANGKAH KEGIATAN

Dalam rangka mencapai tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat, maka


digunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Survey tentang pengetahuan lansia mengenai terapi musik dalam upaya


penurunan hipertensi
Survey dilakukan seminggu sebelum kegiatan pengabdian masyarakat terhadap
lokasi kegiatan, jumlah sumber daya manusia yang ada, sarana dan prasarana yang
mendukung dan kegiatan lainnya.
2. Pengumpulan data awal tentang pengetahuan dan keterampilan tentang terapi
music klasik dalam penanganan hipertensi pada lansia
3. Pengumpulan data awal didapatkan bahwa belum ada terapi musik dalam
penanganan hipertensi pada lansia
4. Penjajakan lokasi tempat pengabdian
5. Penjajakan lokasi dilakukan sebelum kegiatan pengabdian masyarakat yaitu
penjajajakan tempat pelaksanaan, waktu yang disepakati lansia dan pihak
puskesmas, kontrak lamanya kegiatan dan kesiapan pihak puskesmas untuk
berkomitmen dalam menyiapkan terapi musik dalam penanganan hipertensi pada
lansia
6. Sosialisai program kepada pihak puskesmas
7. Sosialisasi dilakukan 1 hari secara langsung kepada pihak puskesmas (1 bulan
sebelum dilakukan kegiatan pengabdian ). Isi dari kegiatan sosialisasi adalah
menawarkan program kepada kepala Puskesmas dan Ketua RT mengajak untuk
melakukan upaya penanganan hipertensi pada lansia
8. Koordinasi dan kerja sama dengan Lansia
Koordinasi dilakukan secara langsung dengan Lansia dan penanggung jawab
program dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat

12
13

9. Pengenalan/sosialisasi tentang tindakan keperawatan dalam penurunan


hipertensi
Pelaksanaan kegiatan dilakukan bulan Desember 2017 (selama 2 hari) pada tanggal
14 s.d 15 Desember yang di lakukan oleh dosen dan mahasiswa yang bertempat di
Puskesmas Kandang. Kegiatan dilakukan melalui pengenalan terapi musik dengan
mendengarkan musik dari hp yang dihubungkan ke speaker.
10. Pengenalan terapi musik
Pengenalan teraspi musik dilakukan dengan tujuan untuk mengajarkan salah satu
terapi non farmakologik dalam penurunan hipertensi
11. Evaluasi pengetahuan dan keterampilan lansia .
Evalausi dilakukan terhadap pengetahuan dan keterampilan lansia setelah diberikan
pengenalan terapi musik.
12. Rencana tindak lanjut
Rencana tindak lanjut yang disepakati akan dimasukkan dalam kegiatan program
puskesmas/posyandu yang akan dilakukan secara rutin setiap bulannya pada saat
kegiatan posyandu lansia/Posbindu.
13. Pembuatan laporan
Dilakukan setelah kegiatan pengabdian dilaksanakan sebagai bukti
pertanggungjawaban dikumpulkan ke unit PPM Poltekkes kemenkes setelah
disetujui.

B. KETERKAITAN KEGIATAN
Kegiatan ini diselanggarakan oleh pihak Poltekkes Kemenkes Bengkulu dan pihak
Puskesmas Kandang Kota Bengkulu. Selain itu pihak terkait lainnya adalah Ketua
RT Desa Kandang kota Bengkulu.

C. RANCANGAN EVALUASI
Penilaian untuk indikator keberhasilan kegiatan pengabdian masyarakat ini
adalah :
1. 100 % peserta yang diundang hadir dalam pengenalan/sosisalisasi tentang
menurunkan Hipertensi Pada Lansia

13
14

2. Terlaksananya seluruh kegiatan pengenalan/sosisalisasi tentang menurunkan


Hipertensi Pada Lansia
3. Lansia mampu menjawab pertanyaan dan berperan aktif dalam pelaksanaan
pemberian terapi music klasik.
4. Lansia 80 % aktif dalam kegiatan pengenalan/sosisalisasi tentang menurunkan
Hipertensi Pada Lansia
5. Lansia menyatakan bersedia menjadikan kegiatan terapi musik klasik dalam
menurunkan tekanan darah sebagai kegiatan rutin.

D. MONITORING KEGIATAN
Monitoring kegiatan akan dilakukan pada saat kegiatan Posyandu Lansia/Posbindu
yang direncanakan pada bulan Desember 2017 dan Januari 2018. Semua kegiatan
yang dilakukan dalam terapi musik untuk lansia ini dalam upaya menurunkan
tekanan darah / hipertensi diupayakan bisa masuk dalam program di Puskesmas
Desa Kandang dan juga bekerjasama dengan kader lansida Posbindu beserta
perangkat RT setempat.

E. JADWAL PELAKSANAAN

Pelaksanaan kegiatan dilakukan tanggal bulan Desember 2017 di Puskesmas Desa


Kandang Kota Bengkulu. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa
Kandang dilaksanakan dengan tahapan dan waktu sebagai sebagai berikut yang
dapat dilihat pada tabel 3.1:

14
15

Tabel 3.1

Jadwal Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat Pengenalan/Sosialisasi Tindakan Keperawatan Dalam Menurunkan Hipertensi
Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Kandang Kota Bengkulu Tahun 2017

No. Kegiatan Agustus September Oktober November Desember

1. Penyusanan Proposal pengabmas

2. Seminar Proposal

3. Perbaikan proposal dan penyusunan instrumen


pengabmas

4. Pengurusan surat izin pelaksanaan pengabmas

5. Survey awal dan pendekatan dengan Ketua RT,


Puskesmas Kandang Kota Bengkulu

6. Persiapan kegiatan pengabmasy

7. Pengenalan/Sosialisasi Tindakan Keperawatan


(terapi Musik Klasik)

8. Penyusunan laporan pengabmas tahap I

9. Presentasi hasil pengabmas

10. Perbaikan laporan

11. Publikasi hasil kegiatan

15
16

A. RENCANA ANGGARAN BELANJA


Rencana Anggaran Belanja (RAB) kegiatan pengabdian kepada masyarakat
adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2

Rencana Anggaran Belanja (RAB) Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat


Pengenalan/Sosialisasi Tindakan Keperawatan Dalam Menurunkan Hipertensi
Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Kandang Kota Bengkulu Tahun
2017

1 BAHAN HABIS PAKAI (40%) JUMLAH


A BAHAN PAKAI
FLASHDISK 16 GB DAN
CD ROOM 1 BH x x 150,000 150,000 150,000
B ATK/BHP
SPANDUK 1 BH x x 50,000 50,000 50,000
MAP KERTAS 15 BH x 1,000 15,000
KERTAS 1 RIM x x 36,000 36,000
SPIDOL 2 BH x x 7,5000 15,000
MATERAI 3000 14 BH x x 4,000 56,000
PENA 1 LS x x 35,000 35,000 157,000
C FOTO COPY

PROPOSAL 6 BH x 27 LB x 200 32,400

LAPORAN AKHIR 5 BH x 41 LB x 200 41,000

SURAT MENYURAT 8 LB x 200 1,600


D PENJILIDAN
PROPOSAL 5 PT x x 3,000 15,000
PENJILIDAN DRAF
LAPORAN AKHIR 5 PT x x 30,000 150,000 243,000
KONSUMSI DAN
SNACK ANALISIS
E DATA
KONSUMSI
PEMBUATAN
PROPOSAL 5 OR x 2 HR x 25,000 250,000
KONSUMSI
PEMBUATAN
LAPORAN AKHIR 4 OR x 3 HR x 25,000 300,000 550,000

16
17

SNACK KEGIATAN 30 OR x 2 HR x 25,000 750,000 750,000


G BAHAN KONTAK
BAHAN KONTAK
PENGUMPULAN DATA
(ENUMERATOR) 20 OR x 50,000 1,000,000
1,000,000
2 PERJALANAN DINAS ( 30 % )
TRANSPORT LOKAL
PEMBANTU 2
PELAKSANA 6 OR x KGT x 25,000 300,000
TRANSPORT LOKAL
PELAKSANA 2 OR x 6 KGT x 50,000 600,000
TRANSPORT LOKAL
KEPALA PUSKESMAS 1 OR x 1 KGT x 100,000 100,000
1.000,000
3 LAIN-LAIN ( 10 % )
TRANSPORT LOKAL
SUPERVISOR 1 OR x 2 KL x 50,000 100,000
100,000
TOTAL EMPAT JUTA RUPIAH 4,000,000

Bengkulu, 20 Desember 2017


Ketua Pengabdian

NS. MARDIANI, S. KEP, MM


NIP.197203211995032001

17
18

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengabdian Masyarakat

1. Jalannya Kegiatan Pengabdian Masyarakat

Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk mengetahui

mengidentifikasi pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan tekanan

darah pada lansia dengan hipertensi Puskesmas Desa Kandang. Pengumpulan

data dilakukan pada tanggal 14 dan 15 Desember 2017 terhadap 20 orang lansia

yang menderita hipertensi Puskesmas Desa Kandang Bengkulu tahun 2017.

Pengumpulan data menggunakan format pengumpulan data tentang tekanan

darah systole dan diastole lansia.

Penelitian diawali dengan melakukan informed concent/ wawancara untuk

mengisi format yang telah disediakan untuk mengetahui berapa tekanan darah

klien sebelum dilakukan terapi (penensian dilakuakan oleh mahasiswa yang

terlibat dalam kegiatan pengabdian ini sejumlah enam orang mahasiswa). Terapi

musik dilakukan di ruang pertemuan Puskesmas pada saat klien sedang istirahat

atau sedang tidak melakukan aktivitas seperti setelah sarapan di pagi hari sekitar

jam setengah sepuluh. Setelah itu peneliti meminta klien untuk mendengarkan

musik selama minimal 10 menit dengan cara mendengarkannya musik melalui

handphone dan dikoneksikan ke speaker. Pengukuran tekanan darah dilakukan

10 menit setelah intervensi. Hasil penelitian disajikan dalam analisis univariat

dan analisis bivariat

18
19

2. Hasil Kegiatan Pengabdian Masyarakat

Analisis univariat pada kegiatan ini akan menggambarkan nilai 95% CI of

mean, mean, median, dan nilai minimum-maksimum, dan standar deviasi

penurunan tekanan darah lansia Hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan

terapi musik klasik.

a. Tekanan Darah Sistole dan Diastole sebelum intervensi

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Tekanan Darah Sistole dan Diastole Sebelum


Intervensi Pada Lansia Dengan Hipertensi Puskesmas Desa Kandang Tahun
2017 (n=20)

Tekanan Mean Median SD Min – Mak 95% CI


Darah
Sistole 142,50 140 26,926 110-240 129,90-155,10
Diastole 86,50 90 6,708 80-100 83,36-89,64

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah sistole

sebelum intervensi adalah 142,50 mmHg dengan standar deviasi 26,926

mmHg. Dari hasil estimasi interval disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-

rata tekanan darah sistole responden sebelum intervensi antara 129,90-

155,10. Sedangkan rata-rata tekanan darah diastole sebelum intervensi

adalah 86,50 mmHg dengan standar deviasi 6,708 mmHg. Dari hasil

estimasi interval disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata tekanan darah

diastole responden sebelum intervensi antara 83,36-89,64 mmHg.

19
20

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Tekanan Darah Sistole dan Diastole Sesudah


Intervensi Pada Lansia Dengan Hipertensi Puskesmas Desa Kandang Tahun
2017 (n=20)

Tekanan Mean Median SD Min – Mak 95% CI


Darah
Sistole 129,00 130,00 11,653 110-150 123,55-134,45
Diastole 84,00 80,00 5,026 80-90 81,65-86,35

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah sistole

sesudah intervensi adalah 129,00 mmHg dengan standar deviasi 11,653

mmHg. Dari hasil estimasi interval disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-

rata tekanan darah sistole responden sesudah intervensi antara 123,55-

134,45. Sedangkan rata-rata tekanan darah diastole sesudah intervensi

adalah 84,00 mmHg dengan standar deviasi 5,026 mmHg. Dari hasil

estimasi interval disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata tekanan darah

diastole responden sesudah intervensi antara 81,65-86,35 mmHg.

3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menjelaskan pengaruh terapi musik

klasik terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi

Puskesmas Desa Kandang dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks

pada α 5% karena data tidak berdistribusi normal yang dapat dilihat pada tabel

5.3 berikut :

20
21

Tabel 5.3
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Lansia
Dengan Hipertensi di Puskesmas Desa Kandang Tahun 2017

Tekanan P
No. Kelompok N Mean SD Z
Darah Value

1. Sistole Sebelum 142,50 26,926


20 -3,140 0,002
Sesudah 129,00 11,653

2. Diastole Sebelum 86,50 6,708


20 -2,236 0,025
Sesudah 84,00 5,026

Tabel 5.3 menunjukkan terjadi penurunan tekanan darah sistole sebelum

diberikan intervensi terapi musik klasik, rata-rata tekanan darah sistole adalah

142,50 menjadi 129,00 sesudah diberikan intervensi. Hasil uji statistik juga

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata tekanan darah sistole

sebelum dan sesudah diberikan intervensi terapi musik klasik (nilai p=0,002).

Sedangkan tekanan darah diastole juga menunjukkan penurunan sebelum

diberikan intervensi terapi musik klasik, rata-rata tekanan darah diastole adalah

86,50 menjadi 84,00 sesudah diberikan intervensi. Hasil uji statistik juga

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata tekanan darah

diastole sebelum dan sesudah diberikan intervensi terapi musik klasik (nilai

p=0,025).

21
22

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil kegiatan pengabdian masyarakat di Puskesmas Desa

Kandang Kota Bengkulu yang telah di paparkan pada hasil, bahwa kegiatan

pengenalan terapi musik dalam menurunkan hipertensi pada lansia di wilayah kerja

puskesmas Desa Kandang Kota Bengkulu dan pengenalan peserta dapat dilaksanakan

seperti apa yang diharapkan. Hal ini dibuktikan dengan dukungan penuh dari

pimpinan yang membuka kegiatan dan memantau kehadiran peserta dalam mengikuti

kegiatan. Demikian juga dengan seluruh peserta lansia sangat antusias mengikuti

kegiatan dari awal sampai akhir yang dibuktikan dengan kehadiran peserta sebesar

100 %. Pengenalan terapi musik juga telah berhasil menurunkan hipertensi yang

dibuktikan dengan menurunnya tekanan darah sesudah pengenalan terapi musik

dibandingkan sebelum pengenalan.

Namun demikian, masih ditemukan beberapa kendala dalam pelaksanaan

pengabdian masyarakat berupa pengenalan terapi musik dalam menurunkan

hipertensi pada lansia di wilayah kerja puskesmas Desa Kandang Kota Bengkulu

antara lain :

1. Belum tersedianya fasilitas soundsystem khusus untuk posyandu lansia sehingga


dalam kegiatan harus juga memperhatikan kegiuatan untuk program yang lain
yang menggunakan soundsystem
2. Belum adanya petugas khusus lansia yang fokus dalam memberikan intervensi
khsususnya dalam pemberian terapi musik.

22
23

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Dari 20 orang peserta kegiatan yang diundang, seluruhnya (100 %)

mengikuti kegiatan pengenalan terapi musik secara utuh dari awal sampai

akhir kegiatan

2. Pengenalan terapi musik pada lansia di Puskesmas desa Kandang telah

berhasil menurunkan tekanan darah melalui musik dengan Hasil uji statistik

juga menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata tekanan darah

diastole sebelum dan sesudah diberikan intervensi terapi musik klasik (nilai

p=0,025).

3. CD musik dalam kegiatan pengenalan terapi music telah diserahkan kepada

petugas pengelola kegiatan Posyandu Lansia

B. Saran

Berdasarkan temuan kegiatan yang telah disimpulkan di atas maka beberapa

hal yang perlu disarankan sebagai berikut :

1. Hendaknya dapat ditindaklanjuti dalam setiap kegiatan Posyandu Lansia dan

dibuatkan progran terstruktur setiap bulannya.

2. Pimpinan Puskesmas hendaknya memberikan dukungan penuh terhadap

penyelengaaraan terapi musik pada lansia dengan hipertensi atau pada pasien

hipertensi lainnya

23
24

3. Pihak Puskesmas hendaknya melibatkan Prodi DIII Keperawatan Bengkulu

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu dalam pelaksanaan

kegiatan dan program terkait dengan kegitan Puskesmas

4. Kegiatan pengabdian masyarakat jangka panjang ini hendaknya diikuti oleh

penyusunan MoU sebagai kesepakatan dan komitmen bersama dalam

pendampingan penyelenggaraan kegiatan Puskesmas di Puskesmas Desa

Kandang pada tahun-tahun berikutnya.

24
25

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini AD, et al. (2009). Factor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Hipertensi pada Pasien yang Berobat di Poliklinik dewasa puskesmas
Bangkinang Periode Januari sampai Juni 2008. Riau: Fakultas Kedokteran
UNRI

Argomedia. (2009). Cara Mengatasi Hipertensi.Jakarta : diakses dari


http://wordpress.com. Diunduh 20 Oktober 2014

Andrzej, W., M. (2009) Stimulation methods in music therapy. Short discussion


towards the bio-cybernetic aspect. Journal of Medical Informatics and
Technologies, 13 255-258.

Burnside., John, W., & Thomas, M. (2004). Adams diagnosis fisik edisi 17.Jakarta:
EGC.

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Campbell, D. (2006). Music : Phsycian For Times to Come. 3rd Edition. Wheaton :
Quest Books.

Chafin S, Roy M, Gerin W, Christenfeld N. Music can facilitate blood pressure


recovery from stress. Br J Health Psychol 2004;9:393-404.

Chiang, L (2012). The effect of music and nature sounds on cancer pain and anciety in
hospice cancer patiens. Frances Payne Bolton School of Nursing Case Wastern
Reserve Univercity. (Unpublished dissertation paper).

Darmojo, R. Boedhi dan H. Hadi Martono. 2004. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut) Ed. 3. Jakarta : FKUI.

Dinkes Provinsi Bengkulu (2010). Profil Dinkes Provinsi Bengkulu Tahun 2010.
Bengkulu

Depkes RI (2008). Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Depkes, 2010. Estimasi Penduduk Sasaran Program Pengembangan Kesehatan,


http://depkes.go.id

,2011. Estimasi Penduduk Sasaran Program Pengembangan Kesehatan,


http://depkes.go.id

25
26

(2013). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Djohan. Terapi musik teori dan aplikasi. Cetakan ke-1. Yogyakarta


Galangpress;2006.h.23-34.

Eka, Erwin, Mengenal Terapi Musik, http://www.terapimusik.com/terapi_musik. htm,


diakses tanggal 14 Oktober 2014

Fisher, NDL dan Gordon, H,W. (2005). Hypertensive Vascular Disease dalam
Harrison’s principles of Internal Medicine 16th edition. USA: Mc Graw-Hill
Profesional

Garnadi, Y. (2012). Hidup Nyaman Dengan Hipertensi. Edisi Pertama. Jakarta


: AgroMedia Pustaka.

Gunawan, L. (2001). Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi). Yogyakarta: Kanisius

Guzzetta, C. (1989). Effects of relaxation and music therapy on patients in a coronary


care unit with presumptive acute myocardial infarction. Heart Lung, 18, 609-
616.

Heater, S. 2010). The healing power of sound ; the latest research related to health and
music therapy. (www.tlfi.com/2010/06/the-latest-research-related-to-health-and-
music.pdf,diperoleh tanggal 4 maret 2012

Kowalski. (2010). Terapi Hipertensi: program 8 minggu menurunkan tekanan darah


tinggi dan mengurangi risiko serangan jantung dan stroke secara alami.
Bandung: Qanita.

Limb, C. (2006). Structural and Functional Neural Correlaes of Music Preception. The
Anatomical Record Part A, 288, 435-446

Marliani L, dkk. (2007). 100 Question & Answers Hipertensi. Jakarta : PT Elex Media
Komputindo, Gramedia.

Neutel, J. (2011). Blood pressure-lowering efficacy of an olmesartan Medoxomil/


Hydrochlorothiazide-based treatment algorithm in elderly patients (age >65
Years) stratified by age, sex and race. Original Journal Research Article, (3).
doi:10.1111/j.1524-6175.2001.01136.x/full

Nilsson, U. (2008). The anxiety and pain reducing effects of music interventions : A
systematic review. AORN Journal, 87, 780-807.

26
27

Nilsson, U. (2009). Soothing music can increase oxytocin level during bed rest after
open-heart surgery : A Randomised Control Trial. Journal of Clinical Nursing,
18, 21532161.

Notoatmodjo, S.( 2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta

Potter. P.A., & Perry, A.G. (2006) fundametantal of Nursing : concepts, Process and
Practice. Edisi 4 . Alih Bahasa : Renata, K et al Jakarta :EGC.

Prawiro, M.D. (2012). Usia Harapan Hidup Bertambah Panjang. Gemari Edisi137/
Tahun XIII/Juni 2012

Rahyani. (2007). Epidemiologi Penderita Hipertensi Esensial yang Dirawat di Bagian


Penyakit Dalam Perjan RS DR. M. Djamil Padang. Skripsi. Padang.

Rohaendi, (2008). Klasifikasi Hipertensi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Saryono. (2011). Metodologi penelitian kesehatan: penuntun praktis bagi pemula.


Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.

Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2010). Dasar-Dasar MetodologiPenelitian Klinis. Edisi


ke 3. Jakarta: Sagung Seto.

Sitorus, Ronald H., (2005). Gejala Penyakit dan Pencegahannya. Bandung: Yrama
Wiidya

Snyder,S.(2010). Fundamentals of Nursing, Concepts,Process, and Practice. (8 ed),


California: Addidon-Wesley.

Sugiono. (2007). Statistika Untuk Penelitian.Bandung : Alfabeta

Suparyanto, 2012. Manfaat Mentimun dalam penurunan Hipertensi. Diakses rabu, 15


februari 2012.

Syahrini, E.N., Susanto, H. S., Udiyono. (2012). Faktor-faktor Risiko Hipertensi


Primer di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang.Jurnal Kesehatan
Masyarakat, FKM UNDIP, Vol. 1, No. 2, p: 315-325

Schein MH, Gavish B, Herz M, Rosner-Kahana D, Naveh P, Knishkowy B, dkk.


Treating hypertension with a device that slows and regularises breathing : a
randomised, double-blind controlled study. J Hum Hypertension 2001;15:271-
78.

27

Anda mungkin juga menyukai