RANCANGAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN
NOMOR : 3 TAHUN
TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR SULAWESI SELATAN,
dan
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
17. Bibit dan Benih adalah hasil dari reproduksi induk, atau
bagian tanaman dan ternak yang layak untuk
dikembangbiakkan;
BAB II
NAMA, OBYEK DAN WAJIB RETRIBUSI
Pasal 2
Pungutan terhadap Penjualan Produksi Usaha Daerah disebut
Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
Pasal 3
Obyek Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah yang meliputi :
a. benih dan bibit di bidang Perikanan dan Kelautan, Perkebunan,
Kehutanan, Peternakan, Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura;
b. hasil-hasil di bidang Perikanan dan Kelautan, Perkebunan,
Kehutanan, Peternakan, Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura, Industri dan Pertambangan;
c. produk olahan; dan
d. produk spesifik.
8
Pasal 4
Wajib Retribusi adalah Orang pribadi atau Badan yang melakukan
pembelian atas hasil produksi usaha daerah yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah digolongkan sebagai
Retribusi Jasa Usaha.
BAB IV
PRINSIP PENETAPAN TARIF RETRIBUSI
Pasal 6
(1) Prinsip dan Sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya
tarif Retribusi Jasa Usaha didasarkan atas tujuan untuk
memperoleh keuntungan yang layak.
(2) Penetapan struktur dan besarnya tarif memperhitungkan
biaya produksi dan kemampuan masyarakat.
BAB V
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 7
BAB VI
WILAYAH PEMUNGUTAN DAN
SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 8
Pemungutan retribusi terhadap penjualan produk hasil usaha
daerah dilakukan dalam wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.
Pasal 9
9
(1) Retribusi terutang dipungut oleh masing-masing Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang melakukan penjualan
produksi usaha daerah.
(2) Saat retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya
SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
BAB VII
CARA PENETAPAN RETRIBUSI
Pasal 10
(1) Besarnya retribusi yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif retribusi dengan tingkat penggunaan jasa.
(2) Tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dihitung berdasarkan jenis dan jumlah hasil produksi
yang dijual.
(3) Retribusi ditetapkan dengan SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
(4) Bentuk, isi dan tatacara penerbitan SKRD atau dokumen lain
yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.
BAB VIII
CARA PEMUNGUTAN
Pasal 11
(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.
(2) Retribusi dipungut berdasarkan jumlah ketetapan dalam
SKRD sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (2).
(3) Pemungutan retribusi dilakukan oleh petugas pemungut
yang penunjukannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Gubernur.
BAB IX
PEMBAYARAN DAN PENYETORAN RETRIBUSI
Pasal 12
(1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dilakukan secara
tunai dan lunas.
(2) Pembayaran dilakukan di Kas Daerah atau ditempat
pelayanan dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain
yang dipersamakan.
(3) Setiap pembayaran Retribusi diberikan tanda bukti
pembayaran retribusi dan dicatat dalam buku penerimaan
retribusi daerah.
Pasal 13
(1) Dalam hal pembayaran Retribusi dilakukan ditempat
pelayanan, maka seluruh hasil penerimaan retribusi harus
disetor di Kas Daerah paling lambat 1 (satu) hari kerja sejak
saat diterimanya pembayaran retribusi, atau dalam waktu
yang ditentukan oleh Gubernur.
(2) Tata cara pembayaran dan penyetoran retribusi diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Gubernur.
BAB X
TATA CARA PENAGIHAN
10
Pasal 14
(1) Tindakan penagihan dilakukan terhadap Wajib Retribusi pada
saat terjadi transaksi penjualan produksi usaha daerah
berlangsung dengan menggunakan STRD .
(2) Bentuk dan isi STRD, serta tata cara penagihan lebih lanjut
ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.
BAB XI
KEBERATAN
Pasal 15
(1) Wajib retribusi hanya dapat mengajukan keberatan atas
suatu SKRD atau STRD kepada Gubernur atau pejabat yang
ditunjuk.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis disertai alasan-alasan
yang jelas, dan dilengkapi dengan bukti-bukti pendukung
yang dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan
retribusi.
(3) Keberatan disampaikan paling lama 3 (tiga) bulan sejak
diterimanya SKRD atau STRD oleh wajib retribusi, kecuali
apabila yang bersangkutan dapat menunjukkan bahwa
jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhinya karena
keadaan yang di luar kekuasaannya.
(4) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud ayat (2) dan ayat (3) tidak dianggap sebagai surat
keberatan sehingga tidak dipertimbangkan.
(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar
retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.
Pasal 16
(1) Dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak
tanggal surat keberatan diterima, Gubernur harus memberi
keputusan atas keberatan yang diajukan.
(2) Keputusan Gubernur atas keberatan dapat berupa menerima
seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah
besarnya retribusi yang terutang.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pasal ini telah lewat dan Gubernur tidak memberikan suatu
keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap
dikabulkan.
BAB XII
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 17
(1) Apabila wajib retribusi tidak membayar tepat waktu, atau
kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi
yang terutang atau kurang dibayar yang ditagih dengan
menggunakan STRD.
(2) Pembayaran atas sanksi administrasi sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) disetor ke Kas Daerah.
11
(3) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dan (2) diatur dengan Peraturan Gubernur.
BAB XIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 18
(1) Dalam rangka pembinaan atas pelaksanaan pemungutan
retribusi, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pengelola
pendapatan daerah bersama SKPD terkait melakukan
kegiatan pembinaan teknis, monitoring, dan pengendalian.
(2) Dalam rangka pengawasan atas pelaksanaan Peraturan
Daerah ini lembaga pengawasan fungsional melakukan
tindakan pengawasan dan pemeriksaan.
(3) Tata cara pemeriksaan di bidang retribusi daerah
berpedoman kepada ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
BAB XIV
PENYIDIKAN
Pasal 19
BAB XV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 20
(1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya
sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana
kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling
banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi terutang.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah
pelanggaran.
BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 21
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah
Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 11 Tahun 1999 tentang Retribusi
Penjualan Produksi Usaha Daerah beserta peraturan
pelaksanannya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 22
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini
sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur dengan
Peraturan Gubernur.
Pasal 23
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
13
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.
Ditetapkan di Makassar
pada tanggal
Diundangkan di Makassar
pada tanggal
H. A. M U A L L I M, SH, MSi
PENJELASAN
RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN
TENTANG
I. PENJELASAN UMUM
Pasal 3 :
a. cukup jelas;
b. cukup jelas;
c. cukup jelas
d. Produk spesifik adalah produk yang khusus dibuat
berdasarkan pesanan dan kebutuhan;
Pasal 6 :
Ayat (1) : Yang dimaksud keuntungan yang layak adalah sebagaimana
keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha swasta
sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada
harga pasar.r.
Ayat (2) : Cukup jelas.
Pasal 7 :
Ayat (1) : Produksi Usaha Daerah yang distandarisasi adalah seluruh
usaha produksi daerah yang berasal dari Perikanan,
Perkebunan, Kehutanan, Pertanian Tanaman Pangan,
Hortikultura, serta yang berupa bibit dari peternakan.
15
Produksi Usaha Daerah yang disertifikasi adalah benih dan bibit
Perikanan, Perkebunan, Kehutanan, Pertanian Tanaman Pangan
dan Hortikultura;
Ayat (2) : Cukup jelas.
Ayat (3) : Cukup jelas.
Ayat (4) : Cukup jelas.
Pasal 9 :
Ayat (1) : Yang dimaksud Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah Satuan
Kerja Perangkat Daerah dilingkungan Pemerintah Provinsi
Sulawesi Selatan yang melakukan penjualan produksi usaha
daerah.
Ayat (2) : Cukup jelas.
Pasal 10 :
Ayat (1) : Cukup jelas.
Ayat (2) : Cukup jelas.
Ayat (3) : Cukup jelas.
Ayat (4) : Cukup jelas
Pasal 11 :
Ayat (1) : Yang dimaksud dengan tidak dapat diborongkan adalah proses
kegiatan pemungutan retribusi yang meliputi pendataan,
penetapan besarnya Retribusi, pembayaran, penyetoran,
pelaporan, penagihan sampai dengan pengawasan dan
pembinaan tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga.
Namun dalam pengertian ini bukan berarti bahwa Pemerintah
Daerah tidak boleh bekerjasama dengan pihak ketiga. Dengan
sangat selektif dalam pemungutan retribusi, Pemerintah Daerah
dapat mengajak bekerjasama badan-badan tertentu yang
karena profesionalismenya layak dipercaya untuk ikut
melaksanakan sebagian tugas pemungutan retribusi secara
lebih efisien.
Pasal 12 :
Ayat (1) : Cukup jelas.
Ayat (2) : Cukup jelas.
Ayat (3) : Cukup jelas.
Pasal 13 :
16
Ayat (1) : Cukup jelas.
Ayat (2) : Cukup jelas.
Pasal 14 :
Ayat (1) : Cukup jelas.
Ayat (2) : Cukup jelas.
Pasal 15 :
Ayat (1) : Cukup jelas
Ayat (2) : Keberatan dilakukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia.
Ayat (3) : Yang dimaksud keadaan di luar kekuasaannya adalah suatu
keadaaan yang terjadi diluar kehendak/kekuasaan wajib
retribusi. Misalnya karena wajib retribusi sakit atau terkena
musibah bencana alam.
Ayat (4) : Cukup jelas
Ayat (5) : Cukup jelas.
Pasal 16 :
Ayat (1) : Ayat ini men-cerminkan adanya kepastian hukum bagi wajib
retribusi, bahwa dalam jangka waktu paling lama 6 (enam)
bulan sejak surat keberatan diterima harus sudah ada
keputusan.
Ayat (2) : Cukup jelas.
Ayat (3) : Cukup jelas.
Pasal 17 :
Ayat (1) : Cukup jelas.
Ayat (2) : Cukup jelas.
Ayat (3) : Cukup jelas
Pasal 18 :
Ayat (1) : Cukup jelas.
Ayat (2) : Cukup jelas.
Ayat (3) : Cukup jelas.
Pasal 19 :
Ayat (1) : Penyidik di bidang retribusi daerah adalah pejabat Pegawai
Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah yang di
angkat oleh Menteri Kehakiman sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
Penyidikan dibidang retribusi daerah dilaksanakan menurut
ketentuan yang diatur dalam ketentuan-ketentuan Hukum
Acara Pidana yang berlaku.
Ayat (2) : Cukup jelas.
Ayat (3) : Cukup jelas
Pasal 20 : Cukup jelas.
17
Pasal 21 : Cukup jelas.
Pasal 22 : Cukup jelas.
Pasal 23 : Cukup jelas.