Anda di halaman 1dari 2

3.

Diagnosis Kerja

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap Tn. S
yang bekerja sebagai peternak sapi, didapatkan lesi berupa ekskoriasi dengan
adanya skuama berwarna coklat dan putih disekelilingnya. Dua tahun sebelumnya
pasien mengaku terkena gigitan serangga sehingga timbul lesi seperti yang
disebutkan. Maka Tn. S dapat didiagnosa mengalami hipersensitivitas gigitan
serangga dengan infeksi sekunder karena adanya port d’ entry bagi mikroorganisme
lain melalui luka gigitan tersebut. Serangga akan mengeluarkan antigen melalui
gigitan yang akan langsung direspon oleh sistem imun tubuh sehinnga
menimbulkan lesi pada kulit. Gigitan serangga juga menghasilkan toksin yaitu
Spingomyelinase D yang berperan dalam timbulnya reaksi neutrofilik. Enzim
hylurodinase yang juga ada pada serangga akan merusak lapisan dermis sehingga
dapat mempercepat penyebaran racun tersebut. Ada kemungkinan pasien terserang
tungau yang mengandung enzim paralisis yang banyak ditemukan di peternakan
sapi. Efloresensi yang timbul akan semakin parah apabila pasien mengonsumsi
makanan yang mengandung protein hewani seperti daging dan telur. Pasien juga
mengeluhkan lesinya semakin terasa gatal dan panas apabila terkena tepung tapioka
karena pasien juga bekerja di pabrik pengolahan singkong. Selain itu di kuku kaki
pasien ditemukan kuku yang rapuh dengan warna yang suram, menunjukkan bahwa
Tn. S juga didiagnosa mengalami tinea unguium.

4. Tata Laksana

a. Insects Bite

Umumnya terapi bersifat simtomatik, dapat diberikan kortikosteroid topical untuk


mengurangi rasa gatal dan mengurangi reaksi alergi. Dapat diberikan krim
hidrokortison 0,1 - 2,5% pada daerah yang terkena.

b. Tinea Unguium

Untuk infeksi fungal, dapat diberikan antifungal untuk dermatofitosis misalnya


griseofulvin dengan dosis 0,5 – 1 gram/hari untuk orang dewasa yang diberikan 1-
2 kali sehari. Tn. S menderita tinea unguium pada kuku kaki, sehingga pengobatan
dapat dilakukan selama 12 bulan atau lebih.

Widaty S. dan Budimulja U. 2018. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta :
Badan Penerbit FKUI.

https://www.mims.com/indonesia diakses pada tanggal 24 Februari 2019.

Anda mungkin juga menyukai