Anda di halaman 1dari 50

PERATURAN

KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN


DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
NOMOR 5 TAHUN 2017
TENTANG
PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PENYULUH KEPENDUDUKAN,
KELUARGA BERENCANA DAN PEMBANGUNAN KELUARGA
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA

KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan amanat Undang-Undang


Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
tentang Penyelenggaraan Sertifikasi Penyuluh
Kependudukan, Keluarga Berencana dan

1
-2-

Pembangunan Keluarga Badan Kependudukan dan


Keluarga Berencana Nasional;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang


Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 161,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5080);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
3. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata
Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen,
sebagaimana telah beberapa kali diubah,

2
-3-

terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 145


Tahun 2015 tentang Perubahan Kedelapan atas
Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata
Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 322);
4. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001
tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I
Lembaga Pemerintah Non Departemen,
sebagaimana telah beberapa kali diubah,
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4
Tahun 2013 tentang Perubahan Kedelapan atas
Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001
tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I
Lembaga Pemerintah Non Kementerian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 11);
5. Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional Nomor 2 Tahun
2017 tentang Standar Kompetensi Penyuluh
Keluarga Berencana (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 384).

3
-4-

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN
KELUARGA BERENCANA NASIONAL TENTANG
PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PENYULUH
KEPENDUDUKAN, KELUARGA BERENCANA DAN
PEMBANGUNAN KELUARGA BADAN
KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
NASIONAL.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional ini yang dimaksud
dengan:

1. Penyuluh Kependudukan, Keluarga Berencana


dan Pembangunan Keluarga yang selanjutnya
disingkat Penyuluh KKBPK adalah Penyuluh
Keluarga Berencana dan Petugas Lapangan
Keluarga Berencana.
2. Penyuluh Keluarga Berencana yang selanjutnya
disingkat PKB adalah Pegawai Negeri Sipil
dengan jabatan fungsional yang diberi tugas
tanggung jawab, wewenang, dan hak secara

4
-5-

penuh oleh pejabat yang berwenang untuk


melaksanakan kegiatan penyuluhan,
pelayanan, evaluasi, dan pengembangan
Program KKBPK.
3. Petugas Lapangan Keluarga Berencana yang
selanjutnya disingkat PLKB adalah Pegawai
Negeri Sipil yang bertugas melaksanakan,
mengelola dan menggerakkan masyarakat
dalam program KB di tingkat Desa/Kelurahan.
4. Sertifikasi Penyuluh Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga yang selanjutnya
disingkat Penyuluh KKBPK adalah proses
penilaian dan penetapan atas jenis dan tingkat
kompetensi yang dikuasai oleh Penyuluh
KKBPK berdasarkan hasil uji kompetensi
dengan mengacu kepada standar kompetensi.
5. Kompetensi adalah karakteristik dan
kemampuan kerja yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja
sesuai tugas dan/atau fungsi jabatan.
6. Kompetensi Teknis adalah kemampuan kerja
setiap pegawai negeri sipil yang mencakup
aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap
kerja yang mutlak diperlukan dalam
melaksanakan tugas-tugas jabatannya.
7. Kompetensi Manajerial adalah soft competency

5
-6-

yang mencakup aspek pengetahuan,


keterampilan, dan sikap sesuai tugas dan/atau
fungsi jabatan.
8. Kompetensi Sosial Kultural adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku
yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan
terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan
masyarakat majemuk dalam hal agama, suku
dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan,
etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang
harus dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan
untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan
peran, fungsi, dan Jabatan.
9. Uji Kompetensi adalah proses penilaian
pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja
melalui metode tertentu dan pengumpulan
bukti pendukung yang relevan.
10. Asesor adalah seseorang yang berhak dan
terkualifikasi untuk melakukan Uji Kompetensi
terhadap suatu Kompetensi sesuai dengan
ruang lingkup penilaiannya.
11. Organisasi Profesi adalah suatu organisasi yang
dibentuk oleh instansi pembina yang ditujukan
untuk suatu profesi tertentu dan bertujuan
melindungi kepentingan publik maupun
profesional pada bidang tersebut.

6
-7-

12. Sertifikat Kompetensi adalah bukti pengakuan


tertulis atas penguasaan Kompetensi yang
diberikan oleh pengelola Sertifikasi Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional.
13. Pendidikan dan Pelatihan yang selanjutnya
disebut Diklat adalah proses penyelenggaraan
belajar mengajar dalam rangka meningkatkan
kemampuan seorang individu.
14. Pejabat Pembina Kepegawaian yang selanjutnya
disingkat PPK adalah pejabat yang mempunyai
kewenangan menetapkan pengangkatan,
pemindahan, dan pemberhentian Pegawai ASN
dan pembinaan manajemen ASN di lingkungan
BKKBN sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
15. Pemeliharaan Kompetensi adalah upaya
memelihara keahlian Penyuluh KKBPK yang
wajib dilakukan oleh Penyuluh KKBPK yang
telah mengikuti kegiatan penilaian Kompetensi,
dan telah mendapatkan sertifikat Sertifikasi
sebagai Penyuluh KKBPK profesional.
16. Pengembangan Kompetensi adalah upaya
meningkatkan keahlian Penyuluh KKBPK yang
wajib dilakukan oleh Penyuluh KKBPK yang
telah mengikuti kegiatan penilaian Kompetensi,

7
-8-

dan telah mendapatkan sertifikat Sertifikasi


sebagai Penyuluh KKBPK profesional.
17. Keluarga Berencana yang selanjutnya disebut
KB adalah upaya mengatur kelahiran anak,
jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi perlindungan, dan
bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas.
18. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional yang selanjutnya disebut BKKBN
adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian
yang memiliki tugas pemerintahan di bidang
pengendalian penduduk dan penyelenggaraan
keluarga berencana.
19. Kepala Badan adalah Kepala Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional.

BAB II
ASAS, TUJUAN, SASARAN, STANDAR ACUAN
DAN KERANGKA KUALIFIKASI

Pasal 2
Penyelenggaraan Sertifikasi Penyuluh KKBPK
berdasarkan asas:

8
-9-

a. kepastian;
b. profesionalitas;
c. proporsionalitas;
d. keterpaduan;
e. akuntabiltas;
f. efektif dan efisien;
g. keterbukaan;
h. nondiskriminatif; dan
i. keadilan dan kesetaraan.

Pasal 3
Tujuan diselenggarakannya Sertifikasi Penyuluh
KKBPK untuk:
a. memastikan bahwa pelaksanaan tugas-tugas
sebagai Penyuluh KKBPK dilaksanakan oleh
sumber daya manusia yang profesional;
b. meningkatkan mutu, integritas, profesionalitas,
efektiftas dan efisien serta akuntabilitas para
pihak dalam pelaksanaan Sertifikasi keahlian
bagi Penyuluh KKBPK; dan
c. memberikan keseragaman dan kepastian dalam
penyelenggaraan Sertifikasi Penyuluh KKBPK.

Pasal 4
(1) Sasaran Sertifikasi adalah Penyuluh KKBPK.
(2) Penyuluh KKBPK sebagaimana dimaksud pada

9
- 10 -

ayat (1) terdiri atas:


a. PKB yang telah terverifikasi di dalam
sistem informasi kepegawaian BKKBN;
dan
b. PLKB yang sudah terverifikasi di dalam
sistem informasi kepegawaian BKKBN.

Pasal 5
(1) Standar acuan yang digunakan untuk
melaksanakan Sertifikasi Penyuluh KKBPK
melalui uji kompetensi merupakan standar
kompetensi PKB.
(2) Standar Kompetensi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas standar kompetensi
teknis, kompetensi manajerial dan kompetensi
sosial kultural.
(3) Standar kompetensi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 6
(1) Kerangka kualifikasi PKB terdiri atas:
a. tingkat keahlian; dan
b. tingkat keterampilan.
(2) PKB tingkat keahlian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi:

10
- 11 -

a. PKB Ahli Madya;


b. PKB Ahli Muda; dan
c. PKB Ahli Pertama.
(3) PKB tingkat keterampilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. PKB Penyelia;
b. PKB Mahir;
c. PKB Terampil; dan
d. PKB Pemula.
(4) Standar kompetensi yang digunakan untuk
setiap jenjang pada kualifikasi ahli dan terampil
berdasarkan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

BAB III
PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI

Bagian Pertama
Umum

Pasal 7
Penyelenggaraan Sertifikasi Penyuluh KKBPK terdiri
atas:
a. unit penyelenggara Sertifikasi;
b. metode penilaian kompetensi;

11
- 12 -

c. periode pelaksanaan dan regionalisasi;dan


d. komite Sertifikasi Penyuluh KKBPK.

Bagian Kedua
Unit Penyelenggara Sertifikasi

Pasal 8
(1) Dalam penyelenggaraan Sertifikasi Penyuluh
KKBPK BKKBN membentuk unit penyelenggara
Sertifikasi.
(2) Unit penyelenggara Sertifikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas :
a. membantu PPK dalam menyusun dan
melaksanakan Sertifikasi Penyuluh
KKBPK;
b. mengelola pemeliharaan kompetensi
Penyuluh KKBPK;
c. mengelola pengembangan kompetensi
Penyuluh KKBPK; dan
d. melakukan monitoring dan evaluasi
pengelolaan Sertifikasi Penyuluh KKBPK
secara berkala.
(3) Unit penyelenggara Sertifikasi terdiri atas:
a. Pelindung;
b. Pembina;
c. Penanggung jawab;

12
- 13 -

d. Ketua Pokja;
e. Wakil Ketua Pokja;
f. Sekretaris Pokja;
g. Ketua Bidang I ;
h. Ketua Bidang II; dan
i. Ketua Bidang III.
(4) Ketua Bidang sebagaimana dimaksud dalam
huruf g, huruf h, dan huruf i pada ayat (3)
paling sedikit membidangi:
Bidang I : Pelaksanaan Sertifikasi
Penyuluh KKBPK
Bidang II : Pemeliharaan kompetensi
Penyuluh KKBPK; dan
Bidang III : Pengembangan kompetensi
Penyuluh KKBPK.

Pasal 9
Unit penyelenggara Sertifikasi Penyuluh KKBPK dapat
dibantu oleh anggota paling banyak 4 (empat) orang
pada masing-masing bidang.

Pasal 10
Syarat keanggotaan unit penyelenggara Sertifikasi
Penyuluh KKBPK paling sedikit memiliki:
a. pengalaman dan kemampuan di bidang
advokasi, penggerakan dan informasi program

13
- 14 -

KKBPK; dan
b. pengalaman dan kemampuan di bidang
pengelolaan pengembangan sumber daya
manusia dan penilaian Kompetensi serta
Sertifikasi.

Pasal 11
Susunan keanggotaan unit penyelenggara Sertifikasi
Penyuluh KKBPK sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (3) ditetapkan dalam Keputusan Kepala
Badan.

Bagian Ketiga
Metode Uji Kompetensi

Pasal 12
(1) Sertifikasi Penyuluh KKBPK dilakukan melalui
uji kompetensi.
(2) Pelaksanaan uji kompetensi Penyuluh KKBPK
dapat menggunakan metode penilaian berbasis
online atau offline.
(3) Metode penilaian berbasis online sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) menggunakan media
Computer Assissted Test (CAT).
(4) Computer Assissted Test (CAT) sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) merupakan sistem

14
- 15 -

penilaian Kompetensi dengan menggunakan


alat ukur tertentu yang diunggah ke dalam
sistem aplikasi Sertifikasi PKB yang dapat
diakses oleh Penyuluh KKBPK melalui
komputer yang terkoneksi dengan jaringan
internet.
(5) Metode penilaian berbasis offline sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) menggunakan media
Lembar Jawaban Kerja (LJK).
(6) Pengaturan mengenai metode penilaian
ditetapkan oleh Direktur Bina Lini Lapangan.

Pasal 13
Alat ukur uji kompetensi dalam rangka Sertifikasi
Penyuluh KKBPK meliputi :
a. alat ukur penilaian administrasi; dan
b. alat ukur uji kompetensi.

Pasal 14
(1) Alat ukur penilaian administrasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 huruf a dilakukan
untuk mengetahui kelengkapan basis data yang
harus disi oleh Penyuluh KKBPK.
(2) Penilaian terhadap kelengkapan administrasi
yang diisi oleh Penyuluh KKBPK tidak
menentukan hasil uji kompetensi.

15
- 16 -

(3) Penilaian terhadap kelengkapan administrasi


digunakan untuk mengetahui profil data
Penyuluh KKBPK, yang selanjutnya hasilnya
akan diintergrasikan dengan Sistem Informasi
Kepegawaian BKKBN.
(4) Pengaturan mengenai teknis pemeriksaan
berkas administrasi, komponen profil data
Penyuluh KKBPK, dan hal lain yang terkait
dengan administrasi Penyuluh KKBPK
ditetapkan oleh Direktur Bina Lini Lapangan.

Pasal 15
(1) Prosedur penilaian administrasi dilakukan
dengan memeriksa kelengkapan dan
memverifikasi keabsahan setiap data yang
diunggah ke dalam Sistem Aplikasi Sertifikasi
PKB.
(2) Seluruh data Penyuluh KKBPK yang telah
terverifikasi akan diintegrasikan dengan Sistem
Informasi Kepegawaian BKKBN.

Pasal 16
(1) Alat ukur uji kompetensi sebagaimana
dimaksud Pasal 13 huruf b dilakukan untuk
mengetahui tingkat pencapaian Kompetensi
Penyuluh KKBPK sesuai dengan standar acuan

16
- 17 -

yang telah ditetapkan.


(2) Bentuk penilaian yang digunakan dalam uji
kompetensi dapat berupa:
a. penilaian portofolio;
b. simulasi;
c. tes tulis; dan/atau
d. wawancara Kompetensi.
(3) Pengaturan mengenai teknis pelaksanaan uji
kompetensi yang meliputi:
a. bentuk tes yang digunakan;
b. jumlah soal;
c. alokasi waktu;
d. tata cara pengerjaan soal; dan
e. hal lain yang terkait dengan penilaian
Kompetensi.
(4) Pengaturan mengenai teknis pelaksanaan uji
kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) ditetapkan oleh Direktur Bina Lini
Lapangan.

Pasal 17
(1) Prosedur penilaian kompetensi dengan
menggunakan metode penilaian berbasis online
adalah sebagai berikut:
a. Penyuluh KKBPK akan mendapatkan
kode akses untuk LOGIN berupa

17
- 18 -

username dan password;


b. username dan password yang pertama
kali merupakan Nomor Induk Pegawai
masing-masing Penyuluh KKBPK;
c. setiap Penyuluh KKBPK mengisi lembar
biodata;
d. sebelum memulai uji kompetensi,
Penyuluh KKBPK disarankan untuk
melakukan simulasi latihan pengerjaan
soal-soal;
e. Penyuluh KKBPK mulai mengerjakan soal
sesuai dengan petunjuk di dalam aplikasi;
dan
f. prosedur penilaian kompetensi dan tata
tertib pelaksanaan Sertifikasi melalui
metode penilaian berbasis online
ditetapkan oleh Direktur Bina Lini
Lapangan.

(2) Prosedur penilaian kompetensi dengan


menggunakan metode penilaian berbasis offline
adalah sebagai berikut:
a. pelaksana Sertifikasi memfasilitasi
penyelenggaraan uji kompetensi;
b. Penyuluh KKBPK akan mendapatkan 1
(satu) set materi uji kompetensi;

18
- 19 -

c. sesuai dengan petunjuk yang diberikan


oleh assesor dan Penyuluh KKBPK
memulai pengerjaan soal-soal; dan
d. prosedur uji kompetensi dan tata tertib
pelaksanaan Sertifikasi melalui metode
penilaian berbasis offline ditetapkan oleh
Direktur Bina Lini Lapangan.

Bagian Keempat
Periode Pelaksanaan dan Regionalisasi

Pasal 18
Periode pelaksanaan dan regionalisasi Sertifikasi
Penyuluh KKBPK dilaksanakan 2 (dua) kali dalam 1
(satu) tahun.

Pasal 19
(1) Pelaksanaan Sertifikasi dibagi menjadi
beberapa regional yang ditetapkan oleh Direktur
Bina Lini Lapangan.
(2) Pelaksanaan Sertifikasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat dilakukan bersinergi dengan
kegiatan rutin yang melibatkan Penyuluh
KKBPK di setiap tingkatan.

19
- 20 -

Bagian Kelima
Komite Sertifikasi Penyuluh KKBPK

Pasal 20
(1) Untuk rangka menjaga akuntabilitas
penyelenggaraan Sertifikasi Penyuluh KKBPK
dibentuk Komite Sertifikasi Penyuluh KKBPK.
(2) Komite Sertifikasi Penyuluh KKBPK
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diketuai
oleh Sekretaris Utama dengan keanggotaan
mewakili unit kerja terkait.
(3) Keanggotaan Komite Sertifikasi Penyuluh
KKBPK terdiri dari para pejabat tinggi madya
dan pejabat tinggi pratama BKKBN yang terkait.
(4) Komite Sertifikasi Penyuluh KKBPK dapat
melibatkan organisasi profesi Penyuluh KKBPK
yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala
BKKBN.
(5) Komite Sertifikasi Penyuluh KKBPK
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki
tugas dan wewenang sebagai berikut:
a. memverifikasi materi ujian Sertifikasi
Penyuluh KKBPK;
b. menetapkan hasil Sertifikasi Penyuluh
KKBPK; dan

20
- 21 -

c. membekukan dan mencabut Sertifikasi


Penyuluh KKBPK dalam hal pemegang
sertifikat terbukti melakukan pelanggaran
peraturan perundang-undangan.
(6) Komite Sertifikasi Penyuluh KKBPK ditetapkan
dengan Keputusan Kepala BKKBN.

Pasal 21
(1) Hasil uji kompetensi ditetapkan melalui rapat
sidang komite Sertifikasi Penyuluh KKBPK
berdasarkan hasil perhitungan kesesuaian
antara standar acuan dengan hasilnya.
(2) Hasil uji kompetensi adalah berupa gambaran
kesenjangan kompetensi Penyuluh KKBPK pada
setiap unit kompetensi yang wajib dimiliki oleh
Penyuluh KKBPK sesuai dengan jenjang
kualifikasinya.
(3) Hasil pelaksanaan uji kompetensi untuk setiap
unit kompetensi adalah:
a. di atas standar;
b. sesuai standar; dan
c. tindak lanjut pengembangan.

Pasal 22
(1) Penyuluh KKBPK yang telah mengikuti
Sertifikasi akan mendapatkan bukti pengakuan

21
- 22 -

tertulis atas penguasaan kompetensi.


(2) Bukti pengakuan tertulis atas penguasaan
Kompetensi sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (1) adalah berupa:
a. sertifikat Sertifikasi Penyuluh KKBPK
Profesional; dan
b. lembar keterangan hasil Sertifikasi;
(3) Sertifikat Sertifikasi Penyuluh KKBPK
Profesional sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a paling sedikit berisi:
a. judul sertifikat yakni “Sertifikat Sertifikasi
Penyuluh KKBPK”;
b. nama, tempat dan tanggal lahir Penyuluh
KKBPK;
c. keterangan predikat: “Penyuluh KKBPK
Profesional”;
d. pasphoto Penyuluh KKBPK;
e. tanggal dan tahun pengesahan; dan
f. tanda tangan Kepala Badan.
(4) Lembar keterangan hasil Sertifikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
paling sedikit berisi:
a. daftar unit kompetensi yang wajib dimiliki
Penyuluh KKBPK sesuai dengan jenjang
kualifikasinya;
b. hasil yang diperoleh berdasarkan Uji

22
- 23 -

Kompetensi yakni berupa keterangan


“sesuai standar” atau “di atas standar”
atau “tindak lanjut pengembangan” pada
setiap Kompetensi; dan
c. ditandatangani Deputi Bidang Advokasi,
Penggerakan dan Informasi.
(5) Sertifikat Sertifikasi Penyuluh KKBPK
profesional berlaku selama 5 (lima) tahun.
(6) Spesifikasi sertifikat Penyuluh KKBPK
profesional ditetapkan oleh Direktur Bina Lini
Lapangan.

BAB IV
TINDAK LANJUT PELAKSANAAN SERTIFIKASI

Bagian Pertama
Umum

Pasal 23
Tindak lanjut pelaksanaan Sertifikasi meliputi :
a. Pemeliharaan kompetensi; dan
b. Pengembangan kompetensi.

23
- 24 -

Bagian Kedua
Pemeliharaan Kompetensi

Pasal 24
(1) Uji kompetensi yang menghasilkan “di atas
standar” dan “sesuai standar” sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3) huruf a dan
huruf b, Penyuluh KKBPK diwajibkan
melakukan pemeliharaan kompetensi secara
periodik.
(2) Pemeliharaan kompetensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk:
a. memastikan pemegang sertifikat
Sertifikasi memiliki Kompetensi yang
sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam
jabatan sesuai dengan jenjang
kualifikasinya; dan
b. memelihara mutu sertifikat Sertifikasi
secara berkesinambungan.
(3) Pemeliharaan kompetensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan
cara pengisian buku kerja secara online.
(4) Pemegang sertifikat Sertifikasi wajib mengisi
data kegiatan Penyuluhan KKBPK pada buku
kerja setiap tahun.

24
- 25 -

(5) Peraturan terkait pemeliharaan kompetensi


ditetapkan oleh Kepala Biro Kepegawaian.

Bagian Ketiga
Pengembangan Kompetensi

Pasal 25
(1) Uji kompetensi yang menghasilkan “tindak
lanjut pengembangan” sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 ayat (3) huruf c, Penyuluh
KKBPK diwajibkan mengikuti program
pengembangan kompetensi sesuai dengan
kompetensi yang masih belum tercapai.
(2) Pengembangan kompetensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk:
a. meningkatkan kompetensi pemegang
sertifikat Sertifikasi agar sesuai dengan
yang dipersyaratkan dalam jabatan sesuai
dengan jenjang kualifikasinya; dan
b. memelihara mutu sertifikat Sertifikasi
secara berkesinambungan.
(3) Pengembangan kompetensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan
berbagai cara yang meliputi pembinaan,
pendidikan dan pelatihan.

25
- 26 -

(4) Pemegang sertifikat Sertifikasi wajib mengikuti


kegiatan pengembangan kompetensi sesuai
dengan hasil kesenjangan Kompetensi.
(5) Formulasi program pengembangan kompetensi
sesuai dengan kesenjangan hasil uji kompetensi
ditetapkan oleh Kepala Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Kependudukan dan Keluarga
Berencana.

BAB V
PENUTUP

Pasal 26
Peraturan Kepala Badan ini mulai berlaku pada
tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Kepala Badan ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.

26
- 27 -

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 Mei 2017
KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN
KELUARGA BERENCANA NASIONAL,

ttd

SURYA CHANDRA SURAPATY

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 16 Mei 2017

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd
WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 NOMOR 710

6DOLQDQVHVXDLGHQJDQDVOLQ\D
(1 '
.(3 8'
1
.HSDOD%LQD+XNXP2UJDQLVDVLGDQ+XPDV
$

8
.$
% $'

.RPDUL6+0+

27
-1-

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN
KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN
DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
NOMOR 5 TAHUN 2017
TENTANG
PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PENYULUH KEPENDUDUKAN,
KELUARGA BERENCANA DAN PEMBANGUNAN KELUARGA
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA

KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,

I . UMUM
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah menyebutkan bahwa salah satu urusan Pemerintahan
Wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar di antaranya
adalah Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana. Isu
strategis yang berkaitan dengan pengendalian penduduk dan
keluarga berencana, sebagaimana tertuang di dalam lampiran
pembagian urusan pemerintahan konkuren antara Pemerintah

1
-2-

Pusat dan Pemerintah Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota


dinyatakan bahwa standarisasi pelayanan KB dan sertifikasi bagi
tenaga Penyuluh Keluarga Berencana/Petugas Lapangan Keluarga
Berencana (PKB/PLKB) dilakukan oleh Pemerintah Pusat, yang
dalam hal ini diselenggarakan oleh Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Sertifikasi merupakan rangkaian kegiatan penilaian kesesuaian


yang berkaitan dengan pemberian jaminan tertulis bahwa seorang
yang telah memenuhi standar dan/atau regulasi. Dalam hal ini
penilaian kesesuaian dalam bentuk uji kompetensi. Sedangkan
standar acuan yang dijadikan ukuran dalam uji kompetensi adalah
Standar Kompetensi Penyuluh KB yang meliputi kompetensi teknis,
kompetensi manajerial dan kompetensi sosial kultural. Selanjutnya
subyek yang menjadi sasaran untuk disertifikasi adalah Penyuluh
KB dan Petugas Lapangan KB yang disebut secara generik adalah
Penyuluh Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan
Keluarga (Penyuluh KKBPK).

Pelaksanaan sertifikasi Penyuluh KKBPK menjadi bagian yang tidak


dapat dipisahkan dari manajemen Aparatur Sipil Negara. Salah satu
tujuan dari perubahan manajemen Aparatur Sipil Negara saat ini
adalah untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme
Aparatur Sipil Negara dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
Pelaksanaan sertifikasi Penyuluh KKBPK dirancang untuk
menghasilkan potret nyata tentang kondisi kompetensi Penyuluh

2
-3-

KKBPK yang selanjutnya menjadi dasar dalam perencanaan


pengembangan karier dan peningkatan kapasitas. Berbagai metode
akan dilakukan dalam mengukur masing-masing unit kompetensi
Penyuluh KKBPK. Diharapkan pelaksanaan sertifikasi ini dapat
mendukung terciptanya dan tersedianya Penyuluh KKBPK yang
kompeten dan profesional.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup Jelas

Pasal 2
Huruf a
Yang dimaksud dengan asas "Kepastian" adalah
dalam setiap penyelenggaraan kebijakan dan
manajemen sertifikasi Penyuluh KKBPK
mengutamakan landasan peraturan perundang-
undangan, kepatutan, dan keadilan, serta mampu
menggambarkan kepastian tentang persyaratan dan
mekanisme penyelenggaraan setifikasi

Huruf b
Yang dimaksud dengan asas "Profesionalitas" adalah
mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode

3
-4-

etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan,


yang mampu mendorong peningkatan kompetensi
dan prestasi kerja Penyuluh KKBPK secara
berkelanjutan

Huruf c
Yang dimaksud dengan asas "Proporsionalitas"
adalah mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban Penyuluh KKBPK

Huruf d
Yang dimaksud dengan asas "Keterpaduan" adalah
penyelenggaraan sertifikasi Penyuluh KKBPK
didasarkan pada satu sistem pengelolaan yang
terpadu secara nasional

Huruf e
Yang dimaksud dengan asas "Akuntabilitas" adalah
bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari
penyelenggaraan sertifikasi Penyuluh KKBPK harus
dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan

Huruf f
Yang dimaksud dengan asas "Efektif dan Efisien"
adalah bahwa dalam menyelenggarakan sertifikasi

4
-5-

Penyuluh KKBPK sesuai dengan target atau tujuan


berdasarkan pada perencanaan yang memenuhi
ketentuan

Huruf g
Yang dimaksud dengan asas "Keterbukaan" adalah
bahwa dalam penyelenggaraan sertifikasi Penyuluh
KKBPK bersifat terbuka

Huruf h
Yang dimaksud dengan asas "Nondiskriminatif dan
Berkeadilan" adalah bahwa dalam penyelenggaraan
sertifikasi Penyuluh KKBPK di lingkungan BKKBN
tidak membedakan perlakuan berdasarkan jender,
suku, agama, ras, dan golongan
Huruf i
Yang dimaksud dengan asas "Keadilan dan
Kesetaraan" adalah bahwa pengaturan
penyelenggaraan sertifikasi Penyuluh KKBPK di
lingkungan BKKBN harus mencerminkan rasa
keadilan dan kesamaan untuk memperoleh
kesempatan pengakuan keahlian berdasarkan
peraturan perundang-undangan

5
-6-

Pasal 3
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas

Pasal 4
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas

Pasal 5
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas

6
-7-

Pasal 6
Ayat (1)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas
Ayat (3)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
Cukup Jelas
Ayat (4))
Cukup Jelas

7
-8-

Pasal 7
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
Cukup Jelas

Pasal 8
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
Cukup Jelas
Ayat (3)
Huruf a
Cukup Jelas

8
-9-

Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
Cukup Jelas
Huruf e
Cukup Jelas
Huruf f
Cukup Jelas
Huruf g
Cukup Jelas
Huruf h
Cukup Jelas
Huruf i
Cukup Jelas
Ayat (4)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas

Huruf c
Cukup Jelas

9
- 10 -

Pasal 9
Cukup Jelas

Pasal 10
Huruf a
Cukup Jelas

Huruf b
Cukup Jelas

Pasal 11
Cukup Jelas

Pasal 12
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Metode penilaian berbasis online adalah cara
penilaian yang dilakukan melalui sistem informasi
berbasis web dengan menggunakan bantuan media
Computer Assissted Test berupa program aplikasi
yang berisi tentang alat ukur tertentu yang
digunakan untuk melakukan penilaian kompetensi.
Dengan kata lain, interaksi antara penguji dengan

10
- 11 -

yang diuji tidak secara langsung dilakukan atau tidak


terjadi tatap muka di antara penguji dengan yang
diuji.
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Metode penilaian berbasis offline adalah cara
penilaian yang dilakukan secara tatap muka dengan
menggunakan bantuan media Lembar Jawaban Kerja
(LJK).
Ayat (6)
Cukup Jelas

Pasal 13
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas

Pasal 14
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas

11
- 12 -

Ayat (4)
Cukup Jelas

Pasal 15
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas

Pasal 16
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan penilaian portofolio
adalah teknik penilaian yang dilakukan
dengan cara menilai hasil kinerja dan prestasi
kerja pegawai yang dapat mendukung
kualifikasi dan kompetensi yang menjadi
syarat pemenuhan kualifikasi jabatan, yang
dibuktikan dengan dokumen hasil kinerja dan
prestasi kerja
Huruf b
Yang dimaksud dengan penilaian simulasi
adalah teknik penilaian yang dilakukan
dengan memperagakan suatu kondisi yang

12
- 13 -

telah diarahkan untuk menjaring indikator


perilaku pada suatu kompetensi tertentu.
Dalam hal ini, assessor berperan melakukan
observasi untuk menilai kesesuaian antara
indikator perilaku dengan unjuk kerja yang
dimunculkan. Beberapa bentuk simulasi yang
dapat digunakan dalam uji kompetensi
misalkan: Presentasi Visi dan Misi, Diskusi
Kelompok Terarah, Penyelesaian Masalah, dsb
Huruf c
Yang dimaksud dengan penilaian tes tulis
adalah teknik penilaian yang dilakukan
dengan menggunakan alat ukur tertentu
melalui media kertas dan pensil sebagai alat
bantu pengerjaan
Huruf d
Yang dimaksud dengan penilaian wawancara
Kompetensi adalah teknik penilaian yang
dilakukan dengan metode wawancara berupa
pertanyaan terstruktur, terarah, dan terpola
berdasarkan indikator perilaku pada
kompetensi yang akan dijaring
Ayat (3)
Huruf a
Cukup Jelas

13
- 14 -

Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
Cukup Jelas
Huruf e
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas

Pasal 17
Ayat (1)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
Cukup Jelas
Huruf e
Cukup Jelas
Huruf f
Cukup Jelas

14
- 15 -

Ayat (2)
Huruf a
Cukup Jelas

Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
Cukup Jelas

Pasal 18
Cukup Jelas

Pasal 19
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas

Pasal 20
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas

15
- 16 -

Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas
Ayat (6)
Cukup Jelas

Pasal 21
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas

16
- 17 -

Pasal 22
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Ayat (3)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
Cukup Jelas
Huruf e
Cukup Jelas
Huruf f
Cukup Jelas
Ayat (4)
Huruf a
Cukup Jelas

17
- 18 -

Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Ayat (6)
Cukup Jelas

Pasal 23
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas

Pasal 24
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas

18
- 19 -

Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas

Pasal 25
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Ayat (3)
Pengembangan kompetensi yang dilakukan melalui
pembinaan dapat diselenggarakan dengan memberikan
penguatan, pengayaan, ataupun perluasan pekerjaan
secara berkala. Dalam hal ini, peran atasan menjadi
sangat penting, mengingat saran tindak lanjut
pengembangan yang diperoleh dari hasil uji
kompetensi perlu ditindaklanjuti secara cepat dan
tepat. Untuk seluruh hasil yang memerlukan tindak
lanjut pengembangan, Biro Kepegawaian, Direktorat
Bina Lini Lapangan serta Pusat Pendidikan dan
Pelatihan KKB perlu melakukan koordinasi tindak
lanjut pengembangan, agar apabila dalam kurun

19
waktu tertentu yang bersangkutan harus mengikuti uji
kompetensi pada kompetensi yang masih ada di dalam
batas nilai “Tindak Lanjut Pengembangan”, yang
bersangkutan dapat mengikuti dengan baik dan
dengan hasil yang baik.
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas

Pasal 26
Cukup Jelas

TAMBAHAN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19

6DOLQDQVHVXDLGHQJDQDVOLQ\D
(1 '
.(3 8'
1
.HSDOD%LQD+XNXP2UJDQLVDVLGDQ+XPDV
$

8
.$
% $'

.RPDUL6+0+

20

Anda mungkin juga menyukai