PROPOSAL
Oleh :
SUSANTI
P00320016042
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
BAB I
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
(Kunoli, 2012:19).
dan africanum). Organisme ini disebut pula sebagai basil tahan asam.
membunuh kuman dengan lebh cepat, sedang pada ruang gelap kuman
penderita secara klinis tidak sakit,hanya didapat tes tuberkulin positif, 10%
akan sakit. Penderita yang sakit bila tanpa pengobatan, setelah 5 tahun,
505 penderita TB paru akan mati, 25% sehat dengan pertahanan tubuh
yang baik dan 25% menjadi kronik dan infeksius (helminah, 2010).
Paru menurun sejak tahun 1994, penderita yang dilaporkan adalah 9,4/100.
dapat dilacak sampai ribuan tahun sebelum masehi. Sejak zaman purba
penyakit ini dikena sebagai penyakit yang menakutkan. Sampai pada tahun
1882 ilmuan Robert koch menemukan penyebab penyakit ini Kuman ini
di tahun 1900 menjadi 210 prt 100.000 penduduk, pada tahun 1969 turun
secar derastis menjadi 4 per 100.000 penduduk per tahun. Angka kematian
karna tuberkulosis di Amerika serikat pada tahun 1976 telah turun menjadi
tertinggi di dunia 50% nya berasal dari Negara-Negara Afrika dan Asia
(Kunoli, 2012:22).
ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu
penderita baru TB paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru
TB paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang
penyakit ini di jumpai di India, yaitu sebanyak 1,5 juta orang, yang berada
pada urutan kedua adalah China yang mencapai 2 juta orang, sementara
orang.
kalangan usia.
bahwa di Indonesia, setiap tahunya terjadi kurang lebih ratusan ribu kasus
baru dengan kematian 130 penderita, dengan tuberkulosis positif pada
105.952 orang pertahun. Kejadian kasus tuberkulosis paru yang tinggi ini
dipengaruhi oleh faktor ketahanan tubuh pada manusia yang lemah. Hal
ini bisa berbentuk status gizi, kebersihan diri individu, dan kepadatan
TB, sedikit lebih rendah dibandingkan tahun 2014 dengan 3.802 kasus.
Konawe dan Kota Kendari. Jumlah kasus baru di tiga kabupaten tersebut
tahun 2016 adalah 229 jiwa tahun 2017 adalah 303 jiwa dan pada tahun
2018 adalah 100 jiwa. Berdasarkan data dari RSUD Kota Kendari kasus
tuberculosis yang meninggal pada tahun 2016 adalah 0 jiwa, pada tahun
2017 adalah 19 jiwa dan pada tahun 2018 yaitu 3 orang yaitu pada bulan
mey 2orang dan pada bulan agustus 1 orang.( data RSUD Kota Kendari
2016-2017).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujan Umum
tuberculosis paru.
2. Tujuan Khusus
tubercuosis paru.
D. Manfaat Penilitian
1. Bagi Penulis
paru.
2. Bagi Masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
ini dapat juga menyebar kenagian tubuh lainya seperti manigen, ginjal,
berhenti bila jumlah kuman yang masuk dan telah terbentuk daya tahan
meningitis.
B. Etiologi
dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita
ludah(droplet) dan diudara yang berasal dari penderita TBC, dan orang
Nanda Nic-Noc,2015).
melalui aliran darah ini dapat menyebabkan TB pada organ lain, diman
infeksi laten dapat bertahan sampai bartahun-tahun.(patrick davey,aplikasi
maka secara tak sengaja keliarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai,
atau tempat lainnya. Akubat terkena sinar matahari atau suhu udara yang
panas droplet atau nuklei tadi menguap. Menguap droplet bakteri keudara
aktif.
dengan HIV).
pertahanan tubuh.
2. Fase2
vertebra, tuba fallopi, otak, kelenjer limfe hilus, leher dan ginjal.
4. Fase 4: dapat sembu tampa cacat atau sebaliknya, juga dapat menyebar
adalah:
berikut :
a) Hidung ( Cavum Nasalis)
b) Sinus paranasalis
nama tulang organ itu berada. Organ imi terdiri atas sinus
c) Faring ( Trakea)
pharyngeal).
d) Laring (tenggorokan)
a) Trakea
gas.
c) Alveolus
pori kohn.
d) Paru-paru
iga costa. Pada bagian atas toraks di daerah leher, terdapat dua
sternocleidomastoideus.
karena itu, jika terjadi kecelakaan syaraf C3, maka hal ini
c. Reaksi kimia dan fisik dari O2 dan CO2 dengan darah respimi
yang sudah sesuai dengan orang normal pada posisi tegak dan
juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah
2013).
sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi
pleura terkena.
E. Klasifikasi
tidak lebih dari 4cm. Jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih
dari 1 bagian paru. Bila bayangan kasar tidak lebih dari sepertiga
bagian 1 paru.
paru aktif.
2) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan
paru.
mendukung).
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan diagnostik.
b. Pemeriksaan CT-scan
toraks biasa.
penyakit
d. Pemeriksaan laboratorium
2012. 307)
G. Komplikasi
Menurut Sudoyo, dkk (2009) komplikasi yang dapat terjadi pada klien
1. Pleuritis tuberkulosa
getah bening. Sebab lain dapat juga dari robeknya perkijuan kearah
saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga atau columna
vertebralis.
2. Efusi Pleura
3. Empiema
4. Laringitis
laringitis tuberkulosis.
5. TBC Milier (tulang, usus, otak, limfe)
pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh karena itu infeksi
2. Penatalaksanaan
finding).
a. Pada etnis kulit putih dan bangsa Asia dengan tes Heaf positif
paru.
kemungkinan terkena.
primer atau utama ialah bayi yang menyusui pada ibu dengan BTA
kelompok berikut:
menular.
negatif menjadinpositif
semidormant)
dan Isoniazid.
intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan).Panduan obat yang
digunakan terdiri atas obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama
yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin,
komponen, yaitu:
inhalasi sebagai unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil.Gumpalan
basil yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang
ruangan alveolus, biasanya dibagian bawah kubus atau paru atau dibagian
atas lobus bawah, biasanya dibagian bawah kubus atau paru atau dibagian
tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus difagosit
atau berkembang biak dalam di dalam sel. Basil juga menyebar melalui
relatif padat dan seperti keju disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang
kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru disebut Fokus Ghon
dan gabungan terserangnya kelenjr getah bening regional dan lesi primer
dengan radiografi. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis
Proses ini dapat berulang kembali dibagian lain dari paru, atau basil dapat
parut fibrosis.
Bila peradangan merada, lumen bronkus dapat menyepit dan
tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat denagan taut bronkus dan
rongga. Bahan perkijuan dapat mengental dan tidak dapat kavitas penu
dengan bahan perkijuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak
demam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan
lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai
1. Pengkajian
(Somantri,2009).
rumah sangat minim. TB paru pada anak dapat terjadi pada usia
b. Riwayat Kesehatan
(menghasilkan sputum).
4. Keringat malam.
jantung terdorong ke sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi
keatas.
sakitnya
penyakitnya.
jumlah penghasilan.
g. Faktor Pendukung:
1. Riwayat lingkungan.
h. Pemeriksaan Fisik
- 20x / mnt).
ada demam
1. Kepala
trakea.
2. Thorak
3. Abdomen
i. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kultur sputum
2. Tes Tuberkulin
72 jam).
3. Poto torak
Infiltnasi lesi awal pada area paru atas, pada tahap dini tampak
4. Bronchografi
TB paru.
5. Darah
menurun.
Subyektif :
Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak (nafas
malam hari.
2. Pola Nutrisi
berat badan.
3. Respirasi
dada
hijau/purulent, mukoid
4. Rasa nyaman/nyeri
Subyektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
5. Integritas Ego
mudah tersinggung.
G. Diagnosa keperawatan
yaitu :
curah jantung.
NOC : NIC :
Ketidakefektifan
Status Pernafasan : Manajemen jalan nafas
bersihan jalan
kepatenan jalan nafas 1. Posisikan pasien
napas b/d
Kriteria Hasil : untuk
bronkospasme.
1. Frekuensi memaksimalakan
pernafasan ventilasi
2. Kemampuan sebagaimana
dalam semestinya
mengeluarkan 3. Instruksikan
mengunakan
inhaler sesuai
resep,sebagaimana
semestinya.
5. Monitor status
pernafasan dan
oksigenasi,
sebagaimana
semestinya.
I. Implementasi
dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk mendukung dan
lain adalah:
b. Mencegah komplikasi.
J. Evaluasi
kasus dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti.
b. Berusia ≥ 18 tahun
keluarga.
D. Definisi operasional
keluarga.
Studi kasus ini dilaksanakan di RSUD Kota Kendari, dan studi kasus
F. Pengumpulan Data
sebagai berikut:
1. Observasi
Obsevasi atau pengamatan kegiatan merupakan suatu kegiatan untuk
pada pasien. Hal yang perlu diobservasi pada pasien tuberkulosis paru
2. Wawancara
G. Penyajian Data
sudah terkumpul dan telah diolah akan disajikan dan dibahas dalam bentuk
(Notoatmodjo, 2010).
permohonan izin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini pihak
yang meliputi :
3. Confidentiality (kerahassiaan)
dirahasiakan.
apapun)
diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama dan