Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Manajemen Bimbingan dan Konseling


(Evaluasi dan Supervisi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling
serta Peran Guru dalam Bimbingan dan Konseling)
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Mata Kuliah Bimbingan Konseling
Dosen Pengampu : Dra. Sri Sami Asih, M.Kes

Anggota Kelompok 11:


1. Enie Vita Sari (1401416018)
2. Ita Wulandari (1401416049)

Rombongan Belajar 43

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling perlu dilakukan sehingga
pelayanan Bimbingan Konseling benar-benar memberikan kontribusi dalam pencapaian
visi, misi, dan tujuan sekolah. Suatu program pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah tidak mungkin akan tersusun, terselenggara dan tercapai apabila tidak dikelola
dalam suatu sistem manajemen yang bermutu.
Manajemen yang bermutu sendiri akan banyak ditentukan oleh kemampuan
manajer pendidikan di sekolah dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan,
dan mengendalikan sumber daya yang ada. Pelaksanakan manajemen bimbingan dan
konseling harus dirumuskan secara matang baik dari segi program pelayanan Bimbingan
Konseling, meneliti hal-hal apa sajakah yang dibutuhkan oleh para siswa, materi-materi
yang harus diajarkan untuk membentuk kematangan siswa, satuan layanan dan kegiatan
dalam bimbingan dan konseling, dapat merumuskan dengan baik dalam tatalaksana
bimbingan dan konseling, dan mengevaluasi program yang telah dilaksanakan.
Di sekolah, guru sebagai pengelola proses pembelajaran, sering dihadapakan pada
berbagai masalah. Dalam situasi demikian, kadangkala guru tidak dapat mengatasinya
karena adanya keterbatasan pengetahuan atau keahlian yang dimiliki. Di sisi lain, guru
diharuskan untuk melaksanakan Program Pengajaran, karena itu guru sebagai ujung
tombak dalam proses pendidikan memerlukan rekanan kerja untuk menangani
permasalahan para peserta didik,

Bila kita teliti pengertian bimbingan dan konseling terdahulu, maka pada prinsipnya
tujuan program bimbingan dan konseling secara umum dan luas di sekolah adalah untuk
membantu peserta didik dalam mencapai kebahagiaan hidup pribadi, kehidupan yang
efektif dan produktif di masyarakat, hidup bersama individu lain serta harmoni antara cita-
cita dan kemampuan yang ada. Tujuan program bimbingan dan konseling di sekolah tidak
terbatas pada para siswa tetapi mencakup keseluruhan masyarakat sekolah pada umumnya
yaitu untuk kepentingan sekolah, siswa, guru dan orang tua siswa.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Manajemen Bimbingan dan Konseling?
2. Bagaimanakah evaluasi dan supervisi pelaksanaan program Bimbingan dan
Konseling?
3. Bagaimanakah peran guru dalam Bimbingan dan Konseling di sekolah?
C. Tujuan
1. Mampu mendeskripsikan pengertian manajemen Bimbingan Konseling.
2. Mampu menjelaskan tahapan evaluasi dan supervisi pelaksanaan program Bimbingan
dan Konseling.
3. Mampu menjelaskan peran guru dalam bimbingan dan Konseling di sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Bimbingan dan Konseling
Pada prinsipnya manajemen memuat makna segala upaya menggerakkan individu
atau kelompok untuk bekerja sama dalam mendayagunakan sumber daya dalam suatu
sistem untuk mencapai tujuan. Apabila diterapkan dalam pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah, maka manajemen bimbingan dan konseling adalah segala upaya atau
cara yang digunakan kepala sekolah untuk mendayagunakan secara optimal semua
komponen atau sumber daya (tenaga, dana, sarana atau prasarana) dan sistem informasi
berupa himpunan data bimbingan untuk menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan
konseling dalam rangka mencapai tujuan. Prinsip-prinsip dalam Manajemen Pelayanan
Bimbingan dan Konseling meliputi : planning, organizing, staffing, leading & controlling.
Adapun Tujuan dari dilaksanakannya manajemen bimbingan dan konseling ada lima
yang dikutip dari Syahril & Riska Ahmad, Pengantar Bimbingan dan Konseling , (Padang:
Angkasa Raya, 1986), antara lain:
1. Untuk Mengenal diri sendiri dan lingkungan peserta didik dapat mengenali kekuatan
dan kelemahan yang ada dalam dirinya sehingga dia dapat meyesuaikan dirinya
dengan lingkungan.
2. Untuk menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis.
Diharapkan peserta didik dapat menerima keadaan yang ada pada dirinya.
3. Untuk dapat mengambil keputusan sendiri.
Diharapkan seseorang dapat mandiri dalam mengambil keputusan sendiri untuk
memenuhi kebutuhan dalam kebutuhannya dangan konsekuensi yang dapat
dipertanggung jawabkan.
4. Untuk dapat mengarahkan diri sendiri.
Diharapkan peserta didik dapat mangarahkan dirinya menurut bakat dan juga minat
yang ada dalam dirinya.
5. Untuk dapat mewujudkan diri sendiri.
Diharapkan peserta didik dapat merealisasikan dirinya dalam bentuk nyata sebagai
sebuah wujud rasa percaya diri yang ada pada individu tersebut.
C. Peranan Guru dalam Bimbingan dan Konseling
1. Peranan Personil Sekolah dalam Manajemen Bimbingan dan Konseling di
Sekolah
Bimbingan dan konseling di sekolah merupaka kegiatan bersama. Semua personil
sekolah (kepala sekolah,wakil kepala sekolah, guru pembimbing, guru mata pelajran,
wali kelas) memiliki peranan masing-masing dalam melaksanakan program bimbingan
dan konseling. Dalam hal ini guru pembimbing sebagai koordinator dan pelaksana
utama.
1. Kepala Sekolah
Sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan secara menyeluruh, khususnya
pelayanan bimbingan dan konseling, tugas Kepa;la Sekolah adalah:
a. Mengkoordinir setiap kegiatan yang diprogramkan dan berlangsung di sekolah,
sehingga pelayanan pengajaran, latihan dan bimbingan dan konseling
merupakan suatu kesatuan yang terpadu, harmonis dan dinamis
b. Menyediakan prasarana, tenaga, sarana dan berbagai kemudahan bagi
terlaksnanya pelayanan bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien
c. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan
program,penilaian dan upaya tindak lanjut pelayanan bimbingan dan konseling
d. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah kepada Kanwil/kandep yang menjadi atasannya
2. Wakil Kepala Sekolah
Sebagai pembantu kepala sekolah, wakil kepala sekolah membantu kepala sekolah
dalam melaksanakan tugas-tugas kepala sekolah.
3. Koordinator bimbingan dan konseling
Koordinator BK bertugas:
1) Mengkoordinasikan guru pembimbing dalam:
a. Memasyarakatkan pelayanan BK kepada segenap warga sekolah (siswa,guru,
dan personil lainnya), orang tua siswa dan masyarakat.
b. Menyusun program kegiatan BK
c. Melaksanakan program BK
d. Mengadministrasikan program kegiatan BK
e. Menilai hasil pelaksanaan program kegiatan BK
f. Menganalisis hasil penilaian pelaksanaan BK
g. Memberikan tindaklanjut terhadap analisis penilaian BK
2) Mengusulkan kepada kepala sekolah dan mengusahakan bagi terpenuhinya
tenaga,prasarana, dan sarana perlengkapan pelayanan BK
4. Guru pembimbing
Sebagai pelaksana utama, tenaga inti dan ahli, guru pembimbing bertugas:
a. Memasyarakatkan pelayanan BK
b. Merencanakan program BK (terutama program-program satuan layanan dan
satuan kegiatan pendukung, untuk satuan-satuan waktu tertentu, program-
program tersebut dikemas dalam program mingguan, bulanan, semester dan
tahunan).
c. Melaksanakan segenap program satuan layanan BK
d. Melaksanakan segenap program satuan kegiatan pendukung BK
e. Menilai proses dan hasil pelaksanaan satuan layanan dan kegiatan pendukung
BK
f. Menganalisis hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung BK
g. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian layanan dan kegiatan
pendukung BK
h. Mengadministrasikan kegiatan satuan layanan dan kegiatan pendukung
bimbingan yang dilaksanakan
i. Mempertanggung jawabkan tugas dan kegiatannya dalampelayanan BK secara
menyeluruh kepada coordinator BK serta kepala sekolah
5. Guru mata pelajaran dan guru praktik
Peranan guru mata pelajaran dan guru praktik dalam pelayanan BK adalah:
a. Membantu memasyarakatkan pelayanan BK kepada siswa
b. Membantu guru pembimbing mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan
layanan BK serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut
c. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan BK kepada guru
pembimbing
d. Menerima alih tangan dari guru pembimbing
e. Membantu mengembangkan suasana kelas
f. Memberika kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan
layanan/kegiatan BK untuk mengikuti, menjalani layanan kegiatan yang
dimaksudkan itu
g. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa seperti
konferensi kasus
h. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian
pelayanan BK upaya tindak lanjutnya
6. Wali kelas
Sebagai pengelola kelas tertentu, dalam pelayanan BK wali kelas berperan:
a. Membantu guru pembimbing melaksanakan tugas-tugasnya, khususnyadi kelas
yang menjadi tanggung jawabnya
b. Membantu guru mata pelajaran melaksanakn peranannya dalam pelayanan BK
c. Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa untuk mengikuti
/ menjalani dan atau kegiatan BK
d. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling, seperti
konferensi kasus
e. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan BK kepada guru
pembimbing
Manajemen pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah ditunjang oleh
adanya organisasi, para pelaksana, program pelayanan dan operasional pelaksanaan
bimbingan dan konseling. Organisasi pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah meliputi segenap unsur yang ada dengan organisasi berikut :
2. Peranan guru dalam program Bimbingan dan Konseling di sekolah
Guru mempunyai peranan dan kedudukan kunci di dalam keseluruhan proses
pendidikan, terutama dalam pendidikan formal bahkan dalam keseluruhan
pembangunan masyarakat pda umumnya. Winarno Surakhmad (1969 : 1) menyatakan
bahwa semakin sungguh-sungguh suatu pemerintahan dalam membangun negaranya,
makin menjadi urgent kedudukan guru.
Peranan yang sedemikian itu akan semakin tampak jika dikaitkan dengan
kebijaksanaan dan program pembangunan dalam pendidikan dewasa ini, yaitu yang
berkenaan dengan peningkatan mutu dan relevansi pendidikan, yang diarahkan kepada
peningkatan mutu lulusan atau hasil pendidikan itu sendiri. Dalam keadaan semacam
itu, guru sudah seharusnya memiliki kualifikasi sesuai dengan bidang tugasnya.
Guru bukan hanya sekedar penyampai pelajaran, bukan pula sebagai penerap
metode mengajar, melainkan guru adalah pribadinya, yaitu keseluruhan penampilan
serta perwujudan dirinya dalam berinteraksi dengan siswa. H. W. Bernard (1961:127-
128) menyatakan bahwa pribadi guru lebih dari apa yang diucapkan dan metode yang
digunakannya yang menetukan kadar dan arah pertumbuhan siswa. Beliau juga
mengemukakan bahwa banyak penelitian yang menyatakan adanya akibat langsung
pribadi guru terhadap tingkah laku siswa.
Dalam keseluruhan pendidikan, guru merupakan factor utama. Dalam tugasnya
sebagai pendidik,guru abnyak sekali memegang berbagi jenis peranan yang harus
dilaksanakan. Peranan adalah suatu pola tingkah laku tertentu yang merupakan cirri-
ciri khas semua petugas dari suatu pekerjaan atau jabatan tertentu. Setiap jabatan atau
tugas tertentu akan menuntut pola tingkah laku tertentu pula dan tingkah laku mana
akan merupakan crri khas dari tugas atau jabtan tadi. Peranan guru adalah setiap pola
tingkah laku yang merupakan ciri-ciri jabatan guru yang harus dilakukan guu dalam
tugasnya. Peranan ini meliputi berbagai jenis pola tingkah laku, baik dalam kegiatannya
di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Guru yang dianggap baik ialah mereka yang
berhasil dalam memerankan peranan-peranan itu dengan sebaik-baiknya, artinya dapat
menunjukkan suatu pola tingkah laku yang sesuai dengan jabatannya dan dapat diterima
oleh lingkungan dan masyarakat.
1. Guru sebagai mediator kebudayaan
Guru merupakan seorang perantara di dalam suatu proses pewarisan
kebudayaan. Beberapa keterampilan dan kecakapan yang merupakan aspek
kebudayaan seperti: bahasa, ilmu pengetahuan, keterampilan sosial, sikap dan
sebagainya diterima oleh anak dengan perantaraan guru. Dalam peranannya sebagai
seorang mediator kebudayaan maka seorang guru harus sanggup memberikan,
mengajarkan dan membimbing berbagai ilmu pengetahuan,keterampilan dan sikap
kepada peserta didiknya. Seorang guru harus mampu membimbing peserta didiknya
dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan kebudayaannya. Perkembangan
kebudayaan itu sendiri sering kali menimbulkan masalah-msalah bagi murid-murid,
terutama masalah penyesuaian diri dan masalah pemilihan. Untuk itu hendaknya
guru mampu memberikn bantuan kepada peserta didiknya dalam melakukan
penyesuaian diri kepada unsure-unsur kebudayaan.
2. Guru sebagai mediator dalam belajar
Guru bertindak sebagai perantara dalam proses pembelajaran secara
keseluruhan. Guru lah yang menyelenggarakan pembelajaran peserta didik dan guru
harus bertanggung jawab akan hasil pembelajran itu, melaluia proses interaksi
belajar-mengajar. Guru merupakan faktor penting yang mempengaruhi berhasil
tidaknya proses pembelajaran. Oleh karena itu guru harus menguasai prinsip-prinsip
belajar, di samping menguasai materi yang akan di ajarkan dan guru juga harus
mampu menciptakan suasana belajar yang sebaik-baiknya.
3. Guru sebagai pembimbing
Dalam ugasnya yang pokok yaitu mendidik, guru harus membantu agar anak
mencapai kedewasaan secara optimal,artinya kedewasaan yang sempurna sesuai
dengan norma dan sesuai pula dengan kodrat yang dimiliknya. Dalam peranan ini
guru harus memperhatikan aspek-aspek pribadi peserta didik, antara lain aspek
kematangan, bakat, kebutuhan, kemampuan,sikap dan sebagainya, supaya kepada
mereka ini dapat diberikan bantuan dalam mencapai tngkat kedewasaan optimal. Hal
ini mengandung arti bahwa guru pun turut bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
Sebagai seorang petugas bmbingan, guru merupakan tangan pertama dalam
usaha membantu memecahkan kesulitan murid-murid yang menjadi peserta didikya.
Guru harus paling banyak dan sering berhubungan dengan murid-
muridnya,terutama dalam kegiatan-kegiatan kurikuler. Jadi, tugas guru tidak hanya
terbatas dalam memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada
murid-muridnya, tetapi guru juga bertanggung jawab untuk membantu dan
mengawasi peserta didiknya. Sehubungan dengan peranannya sebagai pembimbing,
maka seorang guru harus :
a. Mengumpulkan data tentang murid
b. Mengamati tingkah laku murid dalam situasi sehari-hari
c. Mengenal murid-murid yang memerlukan bantuan khusus
d. Mengadakan interaksi dengan orang tua murid, baik secara individual maupun
secara kelompok untuk memperoleh saling pengertian dalam pandidikan anak
e. Bekerja sama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga lainnya untuk membantu
memecahkan masalah murid.
f. Membuat cacatan pribadi murid serta menyiapkannya dengan baik
g. Menyelenggarakan bimbingan kelompok maupun individual
h. Bekerja sama dengan petugas-petugas bimbingan lainnya untuk membantu
memecahkan masalah murid
i. Bersama-sama dengan petugas bimbingan lainnya menyusun program bimbingan
sekolah
j. Meneliti kemajuan murid baik di sekolah maupun di luar sekolah.
4. Guru sebagai mediator antara sekolah dan masyarakat
Ini berarti bahwa kelancaran hubungan antara sekolah dan masyarakat
merupakan tugas dan tanggung jawab guru. Lancar tidaknya hubungan tersebut
tergantung pada tingkat kemampuan guru dalam memainkan peranan ini. Dalam
peranan itu, guru seharusnya mampu :
a. Memberikan penjelasan-penjelasan kepada masyarakat tentang kebijaksanaan
pendidikan yang sedang berlangsung atau yang akan ditempuh
b. Menerima usul-usl atau pertanyaan dari pihak masyarakat tentang pendidikan
c. Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan antara sekolah dan masyarakat
khususnya dengan orang tua murid
d. Bekerja sama dengan berbagai pihak di masyarakat dalam memecahkan masalah-
masalah pendidikan
e. Meyelenggarakan hubungan yang sebaik-baiknya antara sekolah dengan
lembaga-lembaga yang berhubungan dengan pendidikan.
f. Guru merupakan suara sekolah di masyarakat dan suara masyarakat di sekolah
5. Guru sebagai penegak disiplin
Dalam peranan ini guru harus menegakkan disiplin baik di dalam maupun di
luar kelas. Guru harus menjadi teladan bagi terlaksananya suatu disiplin. Guru harus
membimbing murid agar menjadi warga sekolah dan masyarakat yang berdisiplin.
Guru harus menyiapkan murid-muridnya sebagai calon anggota masyarakat yang
sadar akan hak dan kewajibannya sebagai masyarakat. Dalam peranan inilah seorang
guru harus mencerminkan suatu tingkah laku sebagai anggota masyarakat yang
dapat “digugu dand itiru” oleh segenp pesertadidik dengan penuh kesadaran.
6. Guru sebagai administrator dan manager kelas
Sebagai administrator, tugas seorang guru harus dapat menyelenggarakan
program pendidikan dengan sebaik-baiknya. Berbagai aspek yang menyangkut
kelacaran jalannya pendidikan merupakan tanggung jawab guru. Guru harus
mengambil bagian dalam hal perencanaan kegiatan pendidikan (planning),
mengatur dan menyusun berbagai aspek dalam pendidikan (organizing),
mengarahkan kegiatan-kegiatan dalam pendidikan (directing), melaksanakan segala
rencana dan kebijakan pendidikana (actuating), merencanakan dan menyusun biaya
(budgeting), dan mengawasi serta menilai kegiatan-kegiatan pendidikan
(controlling dan evaluating).
Sebagai manager, khususnya sebagai manager kelas, guru merupakan
penguasa utama dan bertanggung jawab terhadap kelancaran program pendidikan
dan pengajaran. Dalam management kelas, guru berfungsi sebagai pemimpin yang
harus memimpin murid-muridnya dalam kegiatan pembelajaran. Kepemimpinan
guru di sekolah menentukan keberhasilan sekolah itu secara keseluruhan. Guru
harus mengatur dan mengkoordinir jalannya program pendidikan agar memperoleh
hasil yang sebaik-baiknya.
7. Guru sebagai anggota suatu profesi
Suatu profesi adalah jabatan yang mempunyai kualifikasi tertentu. Pekerjaan
guru sebagai suatu profesi berarti bahwa guru merupakan seorang yang ahli.
Keahlian tersebut tidak dapat dilakukan oleh ahli-ahli atau pejabat-pejabat lain yang
tidak memperoleh dasar pendidikan keahlian tersebut. Sebagai anggota suatu
profesi, maka guru harus memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan
tertentu yaitu keterampilan keguruan. Kemampuan untuk membimbing murid,
merupakan salah satu aspek keterampilan profesi keguruan. Di samping itu, seorang
guru harus menunjukkan, mempertahankan serta mengembangkan keahlian itu.
Peranan guru tidak hanya terbatas dalam kegiatan dalam kelas atau
pengajaran saja, akan tetapi lebih luas dari itu. Guru memiliki peranan yang besar
dalam mendewasakan murid-muridnya dengan berbagai cara. Salah satu diantaranya
melalui partisipasi dalam program bimbingan dan konseling di sekolah.
3. Kerja sama Guru Mata Pelajaran, Wali Kelas dan Guru Pembimbing
Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan adanya kerja sama antara guru
dan guru pembimbing demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Pelaksanaan tugas
pokok guru dalam proses pembelajaran tuidak dapat dipisahkan dari kegiatan
bimbingan,sebaliknya, layanan bimbingan di sekolah memerlukan dukungan atau
bantuan guru. Dukungan atau bantuan tersebut trutama dari guru mata pelajaran dan
wali kelas. Ada beberapa pertimbangan mengapa guru juga harus melaksanakan
kegiatan bimbingan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, Rahman Natawidjaya
dan Moh. Surya (1985) mengutip pendapat Millen yang mengatakan :
a. Proses belajar menjadi sangat efektif, jika bahan yang dipelajari dikaitkan langsung
dengan tujuan pribadi siswa. Guru dituntut memahami harapan-harapan dan
kesulitan-kesulitan siswa, selanjutnya siswa dapat belajar dengan baik
b. Guru yang memahami siswa dan masalah-masalah yang dihadapinya, lebih peka
terhadap hal-hal yang dapat memperlancar dan menggangu kelancaran kegiatan
kelas. Guru berkesempatan luas untuk mengadakan pengamatan terhadap siswa yang
diperkirakan memiliki masalah. Dengan demikian, masalah itu dapat diantisipasi
sedini mungkin sehingga siswa dapat belajar dengan baik tanpa dibebani suatu
masalah
c. Guru dapat memperhatikan perkembangan masalah atau kesulitan secara lebih nyata.
Guru memiliki kesempatan terjadwal untuk bertatap muka dengan para siswa, maka
ia akan memperoleh informasi yang lebih banyak tentang keadaan siswa maupun
kelebihan dan kekurangannya.
Layanan bimbingan di sekolah akan lebih efektif jika guru dapat bekerja sama
dengan pembimbing sekolah dalam proses pembelajaran. Adanya keterbatasan-
keterbatsan dari kedua pihak (guru pembimbing) menuntut adanya kerja sama itu
Di dalam menangani kasus-kasus tertentu, guru pembimbing perlu menghadirkan
guru atau pihak-pihak terkait guna membicarakan pemecahan masalah yang dihadapi
siswa. Kegiatan semacam ini disebut konferensi kasus (case conference). Kegiatan-
kegiatan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di sekolah, dikoordinasikan oleh
guru pembimbing. Pelaksanaan kegiatan bimbingan oleh para guru tidak lepas begitu
saja,tetapi dipantau oleh guru pembimbing.
Kerja sama guru pembimbing dengan wali kelas sebagai pengelola kelas tentu
angat erat dan besar sekali. Terutama membantu memberikan kesempatan dan
kemudahan bagi siswa, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk
mengikuti/menjalani layanan dan atau kegiatan bimbingan dan konseling. Dengan kata
lain, wali kelas membantu guru pembimbing melaksanakan tugas-tugasnya dalam
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
4. Kerja sama antara pihak sekolah dan orang tua siswa
Dalam upaya meningkatkan mutu program layanan bimbingan dan konseling, pihak
sekolah perlu melakukan kerjasama dengan para orang tua siswa. Kerjasama ini penting
agar proses bimbingan terhadap siswa tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga oleh
orang tua di rumah. Melalui kerjasama ini memungkinkan terjadinya saling memberikan
informasi, pengertian, dan tukar pikiran antar pihak sekolah dan orang tua siswa dalam
upaya mengembangkan potensi siswa atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi
siswa.
Untuk melakukan kerjasama dengan orang tua ini, dapat dilakukan beberapa upaya,
seperti :
1. Kepala sekolah atau komite sekolah mengundang para orang tua untuk datang ke sekolah
(minimal sekali dalam satu semester), yang pelaksanaannnya dapat bersamaan dengan
pembagian rapor.
2. Sekolah memberikan informasi kepada orang tua (boleh melalui surat) tentang kemajuan
belajar dan atau masalah siswa.
3. Orang tua diminta untuk melaporkan keadaan anaknya di rumah kepada pihak sekolah,
D. Evaluasi dan Supervisi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling
Ada beberapa kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang dievaluasi
diantaranya:
1. Konseling individual dan kelompok
2. Konsultasi dengan siswa, orang tua, dan guru baik individual maupun kelompok
3. Pengukuran minat
4. Kemampuan
5. Perilaku, dan
6. Kemajuan belajar siswa,
Koordinasi layanan bimbingan dan konseling terhadap siswa di sekolah. Dengan
demikian evaluasi bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen sistem
bimbingan dan konseling yang sangat penting karena mengacu pada hasil evaluasi itulah
dapat diambil simpulan apakah kegiatan yang telah direncanakan telah dapat mencapai
sasaran yang diharapkan secara efektif dan efisien atau tidak, kegiatan itu dilanjutkan atau
sebaliknya direvisi dan sebagainya.
Pendekatan dan Metode Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling.
Shetzer dab Stone (1983) membagi pendekatan evaluasi pelaksanaan program bimbingan
dan konseling ke dalam tiga pendekatan pokok, yaitu :
1. Pendekatan dan Metode Survei
Prosedur yag dipakai dalam pendekatan dan metode survei biasanya dengan
mengumpulkan sebanyak mungkin data tentang masukan (siswa), proses, dan hasil
yang merupakan keluaran program. Temuan yang diperoleh dirumuskan dalam profil
yang bersifat deskriptif kuantitatif maupun kualitatif.
2. Pendekatan dan Metode Eksperimen
Pendekatan ini merupakan perpaduan antara riset dan evaluasi. Artinya
kegiatannya melakukan evaluasi tetapi prosedurnya memakai model riset
eksperimental. Lazimya dipakai untuk mengetahui pengaruh layanan bimbingan dan
konseling terhadap perilaku siswa. Kebutuhan pendekatan dan metode ini muncul
ketika layanan bimbingan dan konseling di sekolah bertujuan untuk terjadinya
perubahan perilaku
3. Studi Kasus
Studi kasus digunakan untuk mengumpulkan data mengenai keadaan seorang
siswa yang dijadikan sebagai onyek telaah kasus. Salah satu alasan pemakaian
pendekatan ini adalah dalam layanan konseling diperlukan telaah cermat atas proses
dan hasil perubahan akibat perlakuan (treatment) terhadap diri siswa yang bermasalah
(klien). Metode ini membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak karena bersifat
longitudinal. Metode ini bermanfaat untuk mengetahui perkembangan kepribadian
klien sejak dari awal ketika ia bermasalah, selama dibantu sampai akhirnya setelah
dibantu dengan layanan konseling.
4. Supervisi Kegiatan Bimbingan dan Konseling
Manfaat pokok dari supervisi ini adlah untuk mengendalikan personil pelaksana
bimbingan dan konseling, memantaukemungkinan-kemungkinan kendala yang muncul
dan dihadapi personil dalam pelaksanaan tugasnya, mencari jalan keluar terhadap
hambatan dan permasalahan dalam pelaksanaan program agar tercapainya pelaksanaan
yang lancar kearah pencapaian tujuan bimbingan dan konseling di sekolah.
a. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling
1) Tujuan bimbingan dan konseling secara umum adalah sebagai berikut:
a) Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subyek yang telah
memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling.
b) Mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas strategi pelaksanaan program dalam
kurun waktu tertentu.
2) Tujuan bimbingan dan konseling secara khusus, antara lain :
a) Meneliti secara berkala hasil pelaksanaan program yang telah dicapai.
b) Memperoleh informasi tentang tingkat efektivitas dan efisiensi layanan
bimbingan dan konseling yang ada.
c) Mengetahui jenis layanan yang sudah ataupun belum dilaksanakaan dan jenis
layanan yang memerlukan perbaikan atau pengembangan.
d) Mengetahui tingkat partisipasi staf atau personil sekolah dalam menunjang
keberhasilan pelakanaan program.
e) Mengetahui seberapa besar kontribusi program bimbingan dan konseling
terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran di sekolah.
f) Memperoleh informasi yang cermat dan memadai untuk kepentingan
perencanaan langkah-langkah pengembangan program.
g) Membantu mengembangkan kurikulum sekolah yang disesuaikan dengan
kebutuhan peserta didik.
b. Prinsip-prinsip Evaluasi Pelaksanaan Prgram Bimbingan dan Konseling
Agar diperoleh hasil evaluasi pelaksanaan program yang diharapkan, disamping
menuntut pengelolaan yang baik, juga harus mengacu kepada prinsip-prinsip evaluasi
program. Prinsip-prinsip tersebut antara lain :
a) Evaluasi program yang efektif menuntut pengenalan yang cermat dan rini terhadap
tujuan yang akan dicapai
b) Evaluai program yang efektif membutuhkan kriteria pengukuran yang jelas
c) Evaluasi program membutuhkan keterlibatan dari berbagai pihak yang mmiliki
kompetensi profesional
d) Evaluasi program menuntut umpan balik dan tindak lanjut sehingga hasilnya dapat
dicapai untuk dasar pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan
e) Evaluasi program hendaknya terencana dan berkesinambuangan
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Sigalingging, David. 2013. Peranan Guru Dalam Pelaksanaaan Program Bimbingan Dan
Konseling Di Sekolah. Bandung. _

Awalya, Mugiarsi Heru, dkk. 2016. Bimbingan dan Konseling. Semarang. Pusat
Pengembangan Kurikulum MKU UNNES.

Tim Dosen. 2016. Bahan Ajar Bimbingan dan Konseling. Semarang. Unniversitas Negeri
Semarang.

Raharjo Susilo, Zamroni Edris. 2014. Jurnal Manajemen Bimbingan Dan Konseling
Berbasis Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014. Kudus. FKIP Universitas Muria
Kudus.

Anda mungkin juga menyukai