2019 Perencanaan SDM sebagai Proses Pengambilan Keputusan :
a. Teori dasar pengambilan keputusan
b. Implementasi teori pengambilan keputusan dalam PSDM c. Pembuatan kebijakan dalam PSDM d. Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam PSDM Perencanaan SDM sebagai Proses Pengambilan Keputusan
a. Teori dasar pengambilan keputusan
Perencanaan SDM adalahsebuah keputusan yang di tetapkan melalui suatu proses, yang langkah-langkahnya harus di lakukan secara sistematik dan tertib. Proses pengambilan keputusan dalam bentuk pwrncanaan, agar mendapat dukungan dalam pelaksanannya harus di proses melalui kegiatan partisipatif , dengan mengikut sertakan pihak terkait. Dengan memperhatikan tujuan perncanaan SDM, berarti keputusan yang di tetapkan mencakuo dua aspek, berupa: 1. Keputusan mengenai jumlah (kuantitas) yang bersifat prediktif 2. Keputusan tentang kualifikasi ( kualitas) yang bersifat kontrol atau pengendalian SDM sesuai dengan yang di butuhkan dengan memiliki kemampuan mewujudkan kondisi organisasi / perusahaan seperti yang di inginkan di masa depan. Dalam pelaksanaannya, keputusan yang telah di tetapkan, kerap kali juga di perlukan pembuatan berbagai kebijaksanaan, yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha mendapatkan dan mempertahankan SDM yang dipekerjakan di lingkungan sebuah organisasi /perusahaan. Langkah awal kegiatan nya di lingkungan sebuah organisasi atau perusahaan hanya dapat di mulai setelah setelah di tetapkannya pembagian dan pembidangan itu di lakukan dengan mengelompokkan pekerjaan sejenis ke dalam sejumlah unit kerja yang berbeda jenjangnya, tetapi berada dalam satu lini secara vertikal. Penetapan itu menghasilkan struktur organisasi karena di samping unit kerja-unit kerja dengan alur jabatan ini yang berjenjang dari yang terendah sampai yang tertinggi. Jabatan tersebut sekutang-Kurangnya dalam bidang pekerjaan kunci di lingkungan suatu organisasi, yang secara horizontal terdiri dari lima unit kerja masing- masing yg mungkin berbeda tapi mungkin pula sama jumlahnya. Kelima bidang pekerjaan itu terdiri dari lini jabatan di bidang produksi, pemasaran, keuangan, SDM, dan unit kerja penunjang. Langkah berikutnya adalah menghimpun informasi tentang SDM pada setiap unit kerja untuk mewujidkan sistem informasi SDM sebagai pelengkap Sistem Informasi Manajemen (SIM). Kegiatannya berbentuk penjaringan, pengumpulan, penelitian dan pengembangan data /informasi SDM termasuk hasil audit SDM dan Analisis Beban Kerja atau evaluasi pekerjaan (Job analysis atau jon evaluation). Berdasarkan data atau informasi yandg di analisis berupa data/ informasi kuantitatif, maka dalam membuat alternatif keputusan mengenai prediksi permintaan SDM sebagai perencanaan SDM dapat terjadi tiga tingkat keakuratan sebagai spektrum dalam proses pembuatan keputusan. Spektrum tingkat keakuratan pengambilan keputusan tersebut, terdiri dari : 1) Keakuratan tinggi ( certainity ) Pengambilan keputusan ini di lakukan dengan menggunakan data kuantitatif yang cukup dan lengkap dengan analisis memperhinakan perhitungan statistik yang relevan. Spektrum keputusan ini terbatas pada prediksi untuk membuat perencanaan SDM dari segi jumlahnya dan tidak dapat di pergunakan untuk menetapkan kualifikasi SDM yang di butuhkah atau perencanaan kualitatif. Oleh karena pembuatan keputusan ini di lakukan dengan mempergunakan perhitungan statistik, maka hasil yang di peroleh hanya satu keputusan yang sudah di ketahui konsekuensinya sebelum keputusan di laksanakan. Perhitungan statistik yang di gunakan antara lain: moving avarage ( rata-rata bergerak), korelasi dan regresi sederhana dan ganda, studi kecendtungan dll. 2) Keputusan Beresiko ( Risk ) Keputusan ini merupakan hasil annalisis data/ informasi kuantitatid yang tidak lengkap, kemudian di lengkapi dengan informasi kualitatif sehingga penggunaan statistik bersifat terbatas. Analisis yang banyak di gunakan dalam pengambilan keputusan beresiko ini afalah ANALISIS SWOT. Analisis SWOTuang terbaik di lakukan secara tertulis, namun sebenarnya setiap pengambilan keputusan tanpa analisis statistik dalam kegiatan bisnis, selalu berlangsung proses berpikir dalam bentuk analisis SWOT, meskipun secata sederhana. 3) Tidak Akurat Pengambilan keputusan ini di lakukan dengan menggunaakan informasi kualitatif karena tidak tersedia data kuantitatif yang akurat. Peosesnya si lakukan melalui analisis berpikir rasional falam mempertbangkan pendapat, pengalaman, saran, institusi dll dan para perencana dan manajer yang ikut serta dalam membuat perencanaan SDM. Analisis kualitatif yang di lakukan menghasilkan beberaa alternatif untuk di pilih salah satu di antaranya sebagai keputusan. Setiap alternatif tidak di ketahui kelebihan dan kelemahannya, ataupun kebaikan dan keburukannya. Dengan kata lain, setiap alternatif yang akan di pilih menjadi keputusan tidak di ketahui dampak atau konsekuensinya jika di laksanakan, namun kepusan hatis di ambil.
b. Implementasi teori pengambilan keputusan dalam PSDM
Perencanaan SDM sebagai kegiatan pengambilan keputusan tidak dapat dipisahkan dari spectrum keputusan dengan karakteristik masalahnya, dan mengidentifikasi data informasi SDM yang dapat digunakan untuk melakukan analisis dalam prediksi kebutuhan (demand) SDM dan variabel-variabel lain yang mempengaruhinya. Peluang tingkat ketepatan perencanaan SDM sebagai keputusan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut, Data untuk PSDM Certanity Risk Uncertanity
1. Data Tinggi Rendah Rendah
kuantitatif lengkap 2. Data Tinggi rendah Rendah/tinggi Rendah/tinggi Kuantitatif tidak lengkap 3. Data rendah tinggi tinggi kuantitatif tidak ada
Berdasarkan spectrum pengambil keputusan berupa perencanaan SDM seperti
terdapat dalam tabel di atas dan dengan mengacu pada karakteristik masalahnya yang menyangkut prediksi jumlah (kuantitatif) dan kpenentuan kualifikasi (kualitas) SDM sesuai pekerjaan atau jabatan kosong yang akan di isi maka diperlukan kegiatan yang mendahuluinnya sebagai berikut : a. Untuk memprediksi jumlah SDM yang di butuhkan (demand) perlu di lakukan pencatatan dan penyimpanan data secara tertib dan sisitematik dalam sisitem informasi SDM sejak awal organsasi atau perusahaan di dirikan. b. Data atau informasi di dalam tabel di atas untuk perencanaan dapat di kelompokkan menjadi 2 kelompok besar yang terdiri dari data kuantutatif dan informasi kualitatif. Oleh karena itu pada dasarnya pengambilan keputusan berupa perencanaan SDM hanya dapat dilakukuan dengan analisis kuantitatif apabila data kuantutatif tersedia lengkap, dan analisis kualitatif apabila data kuantitatif tidak tersedia. Namun dalam keadaan data kuantitatif yang tersedia tidak lengkap di tempuh juga analisis kuantitatif yang hasilnya masih belum optimal, dengan di lengkapi analisis kualitataif untuk memperoleh hasil yang lebih baik c. Analisis kuantitatif digunakan untuk memprediksi jumlah SDM yang di perlukan di masa depan, sedang analisis kualitiatif digunakan dalam menetapkan kualifikasi atau syarat-syarat yang harus di penuhi calon pekerja untuk mengisi pekerjaan atau jabatan kosong, baik dari sumber internal maupun sumber eksternal sebuah organisasi atau perusahaan.
Keberhasilan sebuah organisasi atau perusahaan dalam mempertahankan dalam
eksistansinya, tidak sekedar tergantung dalam jumlah, tetapi juga pada kualitas SDM yang dipekerjakannya sekarang di masa mendatang. Kualitas SDM tidak sekedar keterampilan atau keahlian dalam bekerja yang harus relevan dengan bidang kerjanya, tetapi ditentukan juga oleh kemampuannya bekerja sama, baik di dalam sebuah tim kerja (tim work) maupun di dalam unit kerja atau departemen masing-masing dan di dalam organisasi perusahaan tempatnya bekerja sebagai satu kesatuan. Disamping itu di pengaruhi pula oleh kemampuan SDM yang dimiliki sebuah perusahaan dalam bekerja sama dengan berbagai pihak di luar perusahaan yang saling memiliki hubungan kerja yang satu dengan yang lain. Proses perencanaan SDM sebagai pengambilan keputusan yang berlangsung dengan analisis data atau informasi 2 arah dan 5 tahapan kegiatan sbb: 1. Dari arah kiri : a. Tahapan eksplaratif yakni menemukan kekurangan SDM sebagai masalah yang harus di selesaikan di lingkungan suatu organisasi atau perusahaan. b. Memperjelas masalah kekurangan SDM berdasarkan data atau informasi yang menjadi penyebab atau alasan perlunya melakukan prediksi kebutuhan atau permintaan SDM di lihat dari penyebab atau alasan internal atau organisasi, penyebab atau alasan ketenaga kerjaan dan penyebab atau alasan eksternal. c. Melakukan prediksi kebutuhan atau permintaan (demand) SDM, baik secara kuantitatif maupun kualitatif sampai menghasilkan keputusan yang harus di acu dengan hasil analisis dari arah yang berlawanan. 2. Analisis dari arah kanan: Melakukan analisis data atau informasi kondisi SDM internal dan eksternal organisasi, untuk mengetahui persediaan (supply) SDm yang dapat diperoleh dari dalam dan luar (pasar tenaga kerja). 3. Hasil analisis: a. Prediksi kebutuhan (demand) SDM jangka pendenk dan jangka sedang (jumlah dan kualifikasi) dari arah kiri diacu dengan analisis persediaan SDM dari sumber internal (audit SDM dan evaluasi pekerjaan dan persediaan eksternal dan analisis pasar tenaga kerja) menghasilkan perencanaan SDM sebagai keputusan b. Mengoperasionalkan keputusan perencanaan SDM jangka pendek dan jangka sedang /panjang melalui proses rekrutmen dan seleksi terhadap SDM dari sumber internal dan eksternal. c. Pembuatan kebijakan dalam PSDM Kebijaksanaan atau kebijakan pada dasarnya adalah keputusan yang bersifat pemecahan masalah yang timbul setelah keputusan di laksanakan.Kebijaksanaan atau kebijakan itu bermaksud untuk memperbaiki, merubah, atau menyempurnakan sebuah keputusan, kebiasaan, rutinitas, aturan yang berlaku dll, karena suatu kondisi tertentu yang tidak dapat di perkirakan sebelumnya.Kebijaksanaan atau kebijakan dapat berbentuk penentapan keputusan karena pengaruh berbagai factor, sehingga tidak sama dengan keputusan yang seharusnya ditetepakan. Kebijakan bersifat incidental, berlaku terbatas sebagai kasus dan muda berubah sesuai kondisi pada waktu dan tempat tertentu, dalam arti tidak berlaku umum untuk jangka waktu yang cukup lama.Apabila kebijaksanaan ini di berlakukan untuk jangka waktu lama dan luas / umum, harus diupayakan untuk di angkat menjadi keputusan. Kebijaksanaan yang berubah suatu keputusan yang seharusnya tidak terlihat sebagai kebijaksanaan tetapi tetap sebagia keputusan y6ang diberlakukan secara luas dan cenderung berlaku permanen. Kebijaksanaan di mulai dari adanya masalah terutama dalam melaksanakan suatu keputusan atau rutinitas, termasuk juga dalam melaksanakan perencanaan SDM sebagai keputusan.Masalah tersebut harus di diagnosis atau di indentifikasi secara cermat.Dalam mendiagnosis masalah perlu di lakukan pengembangan berbagai masukan dalam bentuk menghimpun pendapat, kreativitas, ide atau gagasan, dan inisiatif tentang kemungkinan penyelesainnya dari berbagai pihak yang terkait dengan masalah yang di hadapi organisasai atau perusahaan. Diagnose masalah berdasarkan masukkan pendapat kreativitas dan inisiatif mengenai peraturan yang berlaku tersebut, pada dasarnya merupakan analisis kualitatif. Aktivitas ini dilakukan agar pembuat kebijaksanaan dalam menjalankan kewenangannya tidak berlaku subyektif. Subyektifitas bersifat lebih mengutamakan pihak yang mengiginkan memperoleh kebijaksanaan dalam menghadapi suatu keputusan atau peraturan yang merugikannya, yang sebenarnya tidak merugikan pihak lain pada umumnya. Yang penting dalam membuat perencanaan SDM adalah kemampuan memprediksi secara akurat dari segi kualitatif agar sebagai keputusan mampu memperoleh SDM baru dan mempertahankan SDM lama yang memmiliki kekmampuan tinggi dalam mengadaptasi dan mengimplemntasi kebijaksaan operasional bisnis sekarang dan di masa mendatang yang karena pengaruh eksternal mengaruskan keputusan-keputusan yang telah di tetapkan untuk di perbaiki atau di batalkan dan di ganti dengan kebijaksanaan baru. Perencanaan SDM hasil prediksi kuantitaif dan kualitatif yang akan di tetapkan sebagai keputusan, dapat merubah karena kebijaksanaan yang bersumber dari permintaan manajer puncak / manajer bidang / departemen lainnya. Permintaan tersebut dapat mengenai perubahan jumlah (di + atau -) perubahan kualifikasi (diperingan /di perberat/ di tambah di kurangi).Dalam pengambilan keputusan termasuk dalam perencanaan SDm, terdapat sejumlah factor yang mempengaruhinya. Pengaruh itu antara lain berbentuk perubahan, perbaikkan, penyempurnaan atau penggantian keputusan baik secara keseluruhan maupun sebahagian keputusan menjadi kebijaksanaan. d. Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam PSDM Oleh karena pengambil keputusan atau pembuat kebijakansanaan adalah individu (manusia) yang hidup di dalam sebuah masyarakat sebagai makhluk yang tidak sempurna, maka selalu mungkin dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari dalam maupun dari luar dirinya. Pengaruh itu dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa faktor yang apabila tidak berhati-hati dapat mengakibatkan pengambilan keputusan/ pembuatan kebijaksanaan menjadi tindakan penyalahgunaan wewenang, yang cenderung berdampak kurang menguntungkan. Di smaping itu sering dihadapi juga pengaruh satu atau lebih faktor tersebut yang sangat kuat, sehingga tidak dapat dihindari oleh pengambil keputusan / pembuat kebijaksanaan. Sekurang-kurangnya 7 faktor yang berpngaruh pada pengambilan keputusan dan pembuatan kebijaksanaan. Faktor – faktor yang berpengaruh itu dapat bersumber dari dalam diri dan dari luar pengambil keputusan / pembuat kebijaksanan yang kerap kali sangat dominan. Dengan kata lain ketujuh faktor tersebut tidak sama kekuatannya satu dengan yang lainnya dalam mempengaruhi pengambilan keputusan atau pembuatan kebijaksanaan. Oleh karena itu kerap kali ditemui satu atau lebih daktor di antara faktor- faktor tersebut yang berpengaruh sangat dominan, sedang faktor-faktor yang lain kurang dominan. Kondisi seperti itu tidak terkecuali dapat terjadi pada pelaksanaan pembuatan keputusan dalam perencanaan SDM. Faktor- faktor tersebut adalah sebagai berikut : a. Kondisi yang menekan Faktor ini adalah sesuatu dari luar yang tidak dapat diletakkan / dihindari oleh pengambil keputusan / pembuat kebijaksanaan yang mengharuskannya mengambil keputusan/membuat kebijaksanaan yang berbeda dari keputusan yang semula akan ditetapkannya. Tekanan kondisi itu mengakibatkan keputusan/kebijaksanaan yang ditetapkan tidak dapat lain dari yang diinginkan oleh kondisi yang menekan tersebut. Diantaranya adalah tekanan atasan, isteri, organisasi politik, pejabat pemerintah dll. Dalam Perencanaan SDM kondisi yang menekan itu antara lain berbentuk nepotisme yang menghendaki seorang atau lebih harus diterima bekerja meskipun tidak sesuai kualifikasi atau tidak dibutuhkan. Contoh lain adalah kondisi pasar tenaga kerja yang mengharuskan keputusan tentang kualifikasi SDM yang dibutuhkan siturunkan, karena tidak ada calon yang memenuhi persyaratan. Bentuk lain adalah tekanan partai politik, tekanan pembiayaan (cost) Perencanaan SDM. Rekruitmen dan Seleksi yang harus disesuaikan dengan permintaan manajer puncak atau manajer bidang / departemen. Nota pejabat yang jika tidak dipenuhi berpengaruh pada operasional bisnis dll. b. Institusi atau peraturan Pengambilan keputusan pembuatan kebijaksanaan sibatasi oelh bidang operasional organisasi/perusahaan sebagai institusi yang terikat pada bidang bisnis masing-masing. Misalnya perusahaan di bidang jasa perhotelan harus membuat keputusan/kebijaksanaan tentang kualifikasi SDM dalam Perencanaan SDM yang tidak sama dengan perusahaan farmasi. Demikian pula peraturan dari dalam atau luar organisasi/perusahaan. Misalnya peraturan pengupahan dan pembiayaan (cost) SDM yang disediakan organisasi/perusahaan untuk upah, sehingga membaatasi jumlah SDM yang diputuskan di dalam Perencanaan SDM. Demikian pula ketentuan tentang upah minimum (Upah Minimum Regional atau Upah Minimum Provinsi) atau peraturan pemerintah lainnya berupa Undang-undang Ketenagakerjaan atau peraturan peraturan lain yang lebih rendah rendah tingkatnya yang harus dipenuhi dalam Perencanaan SDM. Misalnya ketentuan harus memiliki sarjana teknik sipil atau arsitektur bagi perusahaan kontraktor bangunan, atau sarjana apoteker dan asisten apoteker bagi perusahaan farmasi khususnya apotek dll. c. Kepribadian dan intelegensi Pengaruh ini bersumber dari dalam diri pengambil keputusan / pembuat kebijakan berupa faktor kepribadian dan inteligensi, yang tidak dapat direkayasa atau dirubah. Di antaranya berupa sifat-sifat, sikap, cara berpikir sebagai cerminan kepribadian tenaga perencana dapat mempengaruhi keputusan dan kebijaksanaan dalam membuat Perencanaan SDM. Misalnya sifat/kepribadian introver, cenderung tidak menyenangi masukan dari orang lain seperti manajer bidang/departemen, sehingga dalam merumuskan kualifikasi akan sangat terbatas, berbeda dengan yang bersifat/berkepribadian ekstrover yang terbuka pada orang lain.demikian pula antara yang ceroboh dan tidak teliti, akan berbeda dengan yang cermat dan teliti dalam memprediksi jumlah SDM yang dibutuhkan. Kondisi seperti ini dalam membuat keputusan berlaku juga pada perencana yang inteligensinya tinggi, yang berbeda kemampuannya dengan yang intelegensinya sedang atau rendah dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi pada saat membuat Perencana SDM. Dengan kata lain kecerdasan (inteligensi) dalam bentuk ketajaman berpikir, kemampuan menganalisis data kuantitatif atau informasi kualitatif, tingkat dan jenis pendidikan perencana dll, sangat besar pengaruhnya terhadap Perencanaan SDM. Misalnya perencana yang memahami statistik akan lebih baik dalam membuat perencanaan kuantitatif atau tentang jumlah SDM yang dibutuhkan organisasi / perusahaan, dibandingkan dengan yang tidak memahami statistik. Sebaliknya yang inteligensinya tinggi ditambah pengalaman bidang bisnis yang memadai akan lebih baik kemampuannya dalam menetapkan kualifikasi SDM yang dibutuhkan daripada yang inteligensinya rendah, baik yang cukup maupun kurang berpengalaman. d. Kualitas data / informasi Faktor ini sebenernya sudah banyak dibahas dalam uraian-uraian terdahulu, khususnya dalam uraian tingkat keakuratan (certainity) dalam spektrum pengambilan keputusan. Untuk itu uraian berikut ini bermaksud untuk menjelaskan pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan termasuk juga dalam Perencanaan SDM. Dengan kata lain perlu ditekankan kembali bahwa pengambilan keputusan yang paling akurat tergantung pada kecukupan dan kelengkapan (kuantitatif) dan ketepatan atau relevansi data (kualitatif) yang dipergunakan. Data tersebut bersumber dari hasil pencatatan data di dalam Sistem Informasi SDM di masa lalu dan keakuratan informasi SDM yang diperoleh dari pengumpulan, penjaringan, penelitian, dan pengembangan data. Keputusna berupa prediksi jumlah SDM yang dibutuhkan dalam Perencanaan SDM akan lebih tepat/akurat jika analisis dari data kuantitatif yang lengkap, daripada yang tidak lengkap. Sedang Perencanaan SDM untuk menetapkan keputusan tentang kualifikasi SDM dengan mempergunakan informasi yang akurat melalui audit SDM, analisis beban kerja, dll akan lebih baik hasilnya dibandingkan dengan sekedar menggunakan informasi yang subyektif dari pengalaman, pendapat, intuisi, keyakinan dll. Pengaruh faktor ini secara lebih khusus berhubungan dengan faktor keenam tentang tingkat keakuratan (certainity). e. Tingkat kepastian (certainity) Faktor ini telah diulas secara rinci dalam pembahasan di atas dan pada pembahasan mengenai spektrum pengambilan keputusan pada uraian-uraian terdahulu. Untuk itu secara singkat perlu diketengahkan ulang bahwa pengambilan kebutuhan dalam Perencanaan SDM sangat dipengaruhi oleh cara/teknik yang ditempuh yang terdiri dari : - Prediksi kebutuhan (demand) SDM di lingkungan sebuah organisasi / perusahaan dengan menggunakan analisis statistik karen tersedia data kuantitatif secara lengkap yang setelah dianalisis akan mengahsilkan keputusan dengan tingkat kepastian/keakuratan (certanity) tinggi. - Prediksi kebutuhan (demand) SDM di lingkungan sebuah organisasi / perusahaan dengan mempergunakan data kuantitatif yang tidak lengkap dan ditunjang informasi kualitatif yang menghasilkan keputusan dengan memiliki resiko (risk). - Prediksi kebutuhan (demand) SDM di lingkungan suatu organisasi / perusahaan dengan mempergunakan seluruhnya informasi kualitatif, yang mengahsilkan keputusan dengan tingkat kepastian rendah (uncertainity) sehingga cenderung bersifat spekulatif. f. Pertimbangan politik Kondisi politik nasional (dalam negeri) dan internasional (global), sangat besar pengaruhnya pada pertumbuhan ekonomi negara dimana sebuah organisasi/perusahaan melaksanakan operasional bisnis. Pertumbuhan ekonomi yang positif karena kondisi politik stabil merupakan kondisi yang mampu memberikan dukungan pada stabilitas eksistensi dan bahkan pengembangan organisasi/perusahaan. Dalam kondisi seperti ini berarti perencanaan SDM harus mampu memprediksi kebutuhan (demand) SDM yang dibutuhkan di masa depan. Sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang negatif (buruk) karena kondisi politik yang tidak stabil, akan mempersulit dalam mempertahankan dan mengembangkan eksistensi organisasi / perusahaan. Dalam kondisi seperti itu Perencanaan SDM sebagai keputusan akan sangat terbatas kegiatannya, diantaranya terbatas pada perencanaan internal untuk mendayagunakan SDM yang dimiliki organisasi/perusahaan secara efektif dan efisien. Di samping itu bahkan tidak mustahil harus merencanakan perampingan antara lain melalui pensiun muda, merumahkan dan tidak mustahil terpaksa harus memutuskan hubungan kerja. Dengan kata lain Perencanaan SDM sebagai pembuatan keputusan sangat perlu mempertimbangkan dinamika politik di negara tempat operasional bisnisnya. Misalnya Perencanaan SDM sebagai keputusan akan berbeda di negara yang terbuka atau tertutup dalammenerima tenaga kerja asing, di negara yang dikenai embargo ekonomi dengan yang tidak, di negara yang sedang mengahdapi perang saudara dengan yang tidak dll. g. Nilai-nilai Pengambil keputusan atau pembuat kebijaksanaan di lingkungan sebuah organisasi / perusahaan adalah manusia sebagai makhluk normatif yang hidup di dalam dan dengan nilai-nilai, yang mengatur kehidupannya sebagai makhluk individual dan makhluk sosial. Dalam kodrat sebagai manusia normatif itu manusia cenderung untuk hidup bersama di dalam masyarakat, antara lain dengan membentuk organisasi/perusahaan, sebagai wadah kehidupan bersama dalam kebersamaan. Oleh karena itulah setiap pengambilan keputusan dan atau pembuat kebijaksanaan terikat pada nilai-nilai yang berlaku atau diterima, dihormati, dan dijadikan pedoman dalam berpikir, bersikap dan berperilaku sebagai budaya organisasi/perusahaan masing-masing. Kondisi tersebut secara pasti sangat besar pengaruhnya dalam membuat Perencanaan SDM sebagai sebuah keputusan, sebagaimana telah diuraikan terdahulu dalam hubungannya dengan kebijaksanaan Manajemen SDM tanpa diskriminasi yang berbeda dengan kebijaksanaan yang bersifa diskriminatif. Dalam kenyataannya di samping nilai-nilai tersebut di atas, masih terdapat dua nilai yang besar pengaruhnya dalam mengambil keputusan dan pembuatan kebijaksanaan. Kedua nilai-nilai tersebut adalah : a. Nilai-nilai mutlak Nilai-nilai ini bersumber dari agama (khususnya agama samawi), yang diberitahukan melalui firman-firman Tuhan YME, yang tidak berubah- ubah dan berlaku mutlak sejak diturunkan sampai akhir zaman. Nilai- nilai ini bukan hasil ciptaan manusia dalam menjalani dan menjalankan hidup dan kehidupannya, namun dijadikan pedoman dalam berpikir. Bersikap dan berperilaku, sehingga sangat besar pengaruhnya pada para pengambil keputusan termasuk dalam membuat perencanaan SDM di lingkungan sebuah organisasi atau perusahaan. Nilai-nilai ini tidak saja menjadi kontrol, tetapi juga banyak yang mempedomaninya dalam Perencanaan SDM sebagai pembuatan keputusan, terutama dalam menghindarkan perencana dari perilaku Kolusi, Korupsi dan Nepotisme. b. Nilai-nilai nisbi Nilai ini disebut juga nilai-nilai filsafat dan nilai – nilai sosial, yang diciptakan manusia dalam menjalani dan menjalankan hidup dan kehidupannya sebagai makhluk normatif, makhluk individual, dan makhluk sosial. Nilai-nilai tersebut terdapat dalam filsafat/pandangan hidup, kebiasaan, adat istiadat, hukum/nilai yuridis formal (perundang- undangan) dll, bahkan juga di dalam peraturan disiplin/tata tertib sebuah organisasi/perusahaan. Denga kata lain nilai-nilai ini ikut mengatur cara manusia berpikir, bersikap dan berperilaku, termasuk juga dalam mengambil keputusan dan membuat kebijaksanaan berupa Perencanaan SDM. Di dalam nilai-nilai ini seperti diuraikan di atas terdapat dua kelompok yang berbeda secara ekstrim, yakni tanpa diskriminasi dan yang bersifat diskriminatif. Contoh : dalam menetapkan kualifikasi SDM yang dibutuhkan perusahaan seperti Bank Muamalat secara pasti akan memasukkan persyaratan yang beragama Islam, di samping kualifikasi lain seperti ditetapkan perusahaan lain yang tidak berdasarkan agama, antara lain yang mencakup nilai-nilai sosial seperti kejujuran, sopan, berdisiplin, berkelakuan baik dll. Daftar Pustaka
Nawawi, H. Hadari.2015. Perencanaan SDM. Gadjah Mada University Pers.