Anda di halaman 1dari 12

PERENCANAAN SDM SEBAGAI PROSES

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Dosen Pengampu : Dr. I Gede Riana, SE., M.M.

Disusun Oleh :

Ni Luh Gede Krismonita Sari 1707521022

Made Bintang Sriwahyuni 1707521026

Elianora Inguk 1707521032

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2019
Perencanaan SDM sebagai Proses Pengambilan Keputusan :

a. Teori dasar pengambilan keputusan


b. Implementasi teori pengambilan keputusan dalam PSDM
c. Pembuatan kebijakan dalam PSDM
d. Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam PSDM
Perencanaan SDM sebagai Proses Pengambilan Keputusan

a. Teori dasar pengambilan keputusan


Perencanaan SDM adalahsebuah keputusan yang di tetapkan melalui suatu proses,
yang langkah-langkahnya harus di lakukan secara sistematik dan tertib. Proses
pengambilan keputusan dalam bentuk pwrncanaan, agar mendapat dukungan dalam
pelaksanannya harus di proses melalui kegiatan partisipatif , dengan mengikut sertakan
pihak terkait.
Dengan memperhatikan tujuan perncanaan SDM, berarti keputusan yang di tetapkan
mencakuo dua aspek, berupa:
1. Keputusan mengenai jumlah (kuantitas) yang bersifat prediktif
2. Keputusan tentang kualifikasi ( kualitas) yang bersifat kontrol atau pengendalian
SDM sesuai dengan yang di butuhkan dengan memiliki kemampuan
mewujudkan kondisi organisasi / perusahaan seperti yang di inginkan di masa
depan.
Dalam pelaksanaannya, keputusan yang telah di tetapkan, kerap kali juga di perlukan
pembuatan berbagai kebijaksanaan, yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas usaha mendapatkan dan mempertahankan SDM yang dipekerjakan di
lingkungan sebuah organisasi /perusahaan. Langkah awal kegiatan nya di lingkungan
sebuah organisasi atau perusahaan hanya dapat di mulai setelah setelah di tetapkannya
pembagian dan pembidangan itu di lakukan dengan mengelompokkan pekerjaan sejenis
ke dalam sejumlah unit kerja yang berbeda jenjangnya, tetapi berada dalam satu lini
secara vertikal. Penetapan itu menghasilkan struktur organisasi karena di samping unit
kerja-unit kerja dengan alur jabatan ini yang berjenjang dari yang terendah sampai yang
tertinggi. Jabatan tersebut sekutang-Kurangnya dalam bidang pekerjaan kunci di
lingkungan suatu organisasi, yang secara horizontal terdiri dari lima unit kerja masing-
masing yg mungkin berbeda tapi mungkin pula sama jumlahnya. Kelima bidang
pekerjaan itu terdiri dari lini jabatan di bidang produksi, pemasaran, keuangan, SDM,
dan unit kerja penunjang.
Langkah berikutnya adalah menghimpun informasi tentang SDM pada setiap unit
kerja untuk mewujidkan sistem informasi SDM sebagai pelengkap Sistem Informasi
Manajemen (SIM). Kegiatannya berbentuk penjaringan, pengumpulan, penelitian dan
pengembangan data /informasi SDM termasuk hasil audit SDM dan Analisis Beban
Kerja atau evaluasi pekerjaan (Job analysis atau jon evaluation).
Berdasarkan data atau informasi yandg di analisis berupa data/ informasi kuantitatif,
maka dalam membuat alternatif keputusan mengenai prediksi permintaan SDM sebagai
perencanaan SDM dapat terjadi tiga tingkat keakuratan sebagai spektrum dalam proses
pembuatan keputusan. Spektrum tingkat keakuratan pengambilan keputusan tersebut,
terdiri dari :
1) Keakuratan tinggi ( certainity )
Pengambilan keputusan ini di lakukan dengan menggunakan data kuantitatif
yang cukup dan lengkap dengan analisis memperhinakan perhitungan statistik
yang relevan. Spektrum keputusan ini terbatas pada prediksi untuk membuat
perencanaan SDM dari segi jumlahnya dan tidak dapat di pergunakan untuk
menetapkan kualifikasi SDM yang di butuhkah atau perencanaan kualitatif.
Oleh karena pembuatan keputusan ini di lakukan dengan mempergunakan
perhitungan statistik, maka hasil yang di peroleh hanya satu keputusan yang
sudah di ketahui konsekuensinya sebelum keputusan di laksanakan. Perhitungan
statistik yang di gunakan antara lain: moving avarage ( rata-rata bergerak),
korelasi dan regresi sederhana dan ganda, studi kecendtungan dll.
2) Keputusan Beresiko ( Risk )
Keputusan ini merupakan hasil annalisis data/ informasi kuantitatid yang tidak
lengkap, kemudian di lengkapi dengan informasi kualitatif sehingga
penggunaan statistik bersifat terbatas. Analisis yang banyak di gunakan dalam
pengambilan keputusan beresiko ini afalah ANALISIS SWOT. Analisis
SWOTuang terbaik di lakukan secara tertulis, namun sebenarnya setiap
pengambilan keputusan tanpa analisis statistik dalam kegiatan bisnis, selalu
berlangsung proses berpikir dalam bentuk analisis SWOT, meskipun secata
sederhana.
3) Tidak Akurat
Pengambilan keputusan ini di lakukan dengan menggunaakan informasi
kualitatif karena tidak tersedia data kuantitatif yang akurat. Peosesnya si
lakukan melalui analisis berpikir rasional falam mempertbangkan pendapat,
pengalaman, saran, institusi dll dan para perencana dan manajer yang ikut serta
dalam membuat perencanaan SDM.
Analisis kualitatif yang di lakukan menghasilkan beberaa alternatif untuk di
pilih salah satu di antaranya sebagai keputusan. Setiap alternatif tidak di ketahui
kelebihan dan kelemahannya, ataupun kebaikan dan keburukannya. Dengan kata
lain, setiap alternatif yang akan di pilih menjadi keputusan tidak di ketahui
dampak atau konsekuensinya jika di laksanakan, namun kepusan hatis di ambil.

b. Implementasi teori pengambilan keputusan dalam PSDM


Perencanaan SDM sebagai kegiatan pengambilan keputusan tidak dapat dipisahkan
dari spectrum keputusan dengan karakteristik masalahnya, dan mengidentifikasi data
informasi SDM yang dapat digunakan untuk melakukan analisis dalam prediksi
kebutuhan (demand) SDM dan variabel-variabel lain yang mempengaruhinya.
Peluang tingkat ketepatan perencanaan SDM sebagai keputusan tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut,
Data untuk PSDM Certanity Risk Uncertanity

1. Data Tinggi Rendah Rendah


kuantitatif
lengkap
2. Data Tinggi rendah Rendah/tinggi Rendah/tinggi
Kuantitatif
tidak lengkap
3. Data rendah tinggi tinggi
kuantitatif
tidak ada

Berdasarkan spectrum pengambil keputusan berupa perencanaan SDM seperti


terdapat dalam tabel di atas dan dengan mengacu pada karakteristik masalahnya yang
menyangkut prediksi jumlah (kuantitatif) dan kpenentuan kualifikasi (kualitas) SDM
sesuai pekerjaan atau jabatan kosong yang akan di isi maka diperlukan kegiatan yang
mendahuluinnya sebagai berikut :
a. Untuk memprediksi jumlah SDM yang di butuhkan (demand) perlu di lakukan
pencatatan dan penyimpanan data secara tertib dan sisitematik dalam sisitem
informasi SDM sejak awal organsasi atau perusahaan di dirikan.
b. Data atau informasi di dalam tabel di atas untuk perencanaan dapat di
kelompokkan menjadi 2 kelompok besar yang terdiri dari data kuantutatif dan
informasi kualitatif. Oleh karena itu pada dasarnya pengambilan keputusan berupa
perencanaan SDM hanya dapat dilakukuan dengan analisis kuantitatif apabila data
kuantutatif tersedia lengkap, dan analisis kualitatif apabila data kuantitatif tidak
tersedia. Namun dalam keadaan data kuantitatif yang tersedia tidak lengkap di
tempuh juga analisis kuantitatif yang hasilnya masih belum optimal, dengan di
lengkapi analisis kualitataif untuk memperoleh hasil yang lebih baik
c. Analisis kuantitatif digunakan untuk memprediksi jumlah SDM yang di perlukan
di masa depan, sedang analisis kualitiatif digunakan dalam menetapkan kualifikasi
atau syarat-syarat yang harus di penuhi calon pekerja untuk mengisi pekerjaan
atau jabatan kosong, baik dari sumber internal maupun sumber eksternal sebuah
organisasi atau perusahaan.

Keberhasilan sebuah organisasi atau perusahaan dalam mempertahankan dalam


eksistansinya, tidak sekedar tergantung dalam jumlah, tetapi juga pada kualitas SDM
yang dipekerjakannya sekarang di masa mendatang. Kualitas SDM tidak sekedar
keterampilan atau keahlian dalam bekerja yang harus relevan dengan bidang kerjanya,
tetapi ditentukan juga oleh kemampuannya bekerja sama, baik di dalam sebuah tim
kerja (tim work) maupun di dalam unit kerja atau departemen masing-masing dan di
dalam organisasi perusahaan tempatnya bekerja sebagai satu kesatuan. Disamping itu
di pengaruhi pula oleh kemampuan SDM yang dimiliki sebuah perusahaan dalam
bekerja sama dengan berbagai pihak di luar perusahaan yang saling memiliki
hubungan kerja yang satu dengan yang lain. Proses perencanaan SDM sebagai
pengambilan keputusan yang berlangsung dengan analisis data atau informasi 2 arah
dan 5 tahapan kegiatan sbb:
1. Dari arah kiri :
a. Tahapan eksplaratif yakni menemukan kekurangan SDM sebagai masalah
yang harus di selesaikan di lingkungan suatu organisasi atau perusahaan.
b. Memperjelas masalah kekurangan SDM berdasarkan data atau informasi
yang menjadi penyebab atau alasan perlunya melakukan prediksi
kebutuhan atau permintaan SDM di lihat dari penyebab atau alasan
internal atau organisasi, penyebab atau alasan ketenaga kerjaan dan
penyebab atau alasan eksternal.
c. Melakukan prediksi kebutuhan atau permintaan (demand) SDM, baik
secara kuantitatif maupun kualitatif sampai menghasilkan keputusan yang
harus di acu dengan hasil analisis dari arah yang berlawanan.
2. Analisis dari arah kanan:
Melakukan analisis data atau informasi kondisi SDM internal dan eksternal
organisasi, untuk mengetahui persediaan (supply) SDm yang dapat diperoleh
dari dalam dan luar (pasar tenaga kerja).
3. Hasil analisis:
a. Prediksi kebutuhan (demand) SDM jangka pendenk dan jangka sedang
(jumlah dan kualifikasi) dari arah kiri diacu dengan analisis persediaan
SDM dari sumber internal (audit SDM dan evaluasi pekerjaan dan
persediaan eksternal dan analisis pasar tenaga kerja) menghasilkan
perencanaan SDM sebagai keputusan
b. Mengoperasionalkan keputusan perencanaan SDM jangka pendek dan
jangka sedang /panjang melalui proses rekrutmen dan seleksi terhadap
SDM dari sumber internal dan eksternal.
c. Pembuatan kebijakan dalam PSDM
Kebijaksanaan atau kebijakan pada dasarnya adalah keputusan yang bersifat
pemecahan masalah yang timbul setelah keputusan di laksanakan.Kebijaksanaan atau
kebijakan itu bermaksud untuk memperbaiki, merubah, atau menyempurnakan sebuah
keputusan, kebiasaan, rutinitas, aturan yang berlaku dll, karena suatu kondisi tertentu
yang tidak dapat di perkirakan sebelumnya.Kebijaksanaan atau kebijakan dapat
berbentuk penentapan keputusan karena pengaruh berbagai factor, sehingga tidak sama
dengan keputusan yang seharusnya ditetepakan. Kebijakan bersifat incidental, berlaku
terbatas sebagai kasus dan muda berubah sesuai kondisi pada waktu dan tempat tertentu,
dalam arti tidak berlaku umum untuk jangka waktu yang cukup lama.Apabila
kebijaksanaan ini di berlakukan untuk jangka waktu lama dan luas / umum, harus
diupayakan untuk di angkat menjadi keputusan.
Kebijaksanaan yang berubah suatu keputusan yang seharusnya tidak terlihat sebagai
kebijaksanaan tetapi tetap sebagia keputusan y6ang diberlakukan secara luas dan
cenderung berlaku permanen. Kebijaksanaan di mulai dari adanya masalah terutama
dalam melaksanakan suatu keputusan atau rutinitas, termasuk juga dalam melaksanakan
perencanaan SDM sebagai keputusan.Masalah tersebut harus di diagnosis atau di
indentifikasi secara cermat.Dalam mendiagnosis masalah perlu di lakukan
pengembangan berbagai masukan dalam bentuk menghimpun pendapat, kreativitas, ide
atau gagasan, dan inisiatif tentang kemungkinan penyelesainnya dari berbagai pihak
yang terkait dengan masalah yang di hadapi organisasai atau perusahaan.
Diagnose masalah berdasarkan masukkan pendapat kreativitas dan inisiatif mengenai
peraturan yang berlaku tersebut, pada dasarnya merupakan analisis kualitatif. Aktivitas
ini dilakukan agar pembuat kebijaksanaan dalam menjalankan kewenangannya tidak
berlaku subyektif. Subyektifitas bersifat lebih mengutamakan pihak yang mengiginkan
memperoleh kebijaksanaan dalam menghadapi suatu keputusan atau peraturan yang
merugikannya, yang sebenarnya tidak merugikan pihak lain pada umumnya. Yang
penting dalam membuat perencanaan SDM adalah kemampuan memprediksi secara
akurat dari segi kualitatif agar sebagai keputusan mampu memperoleh SDM baru dan
mempertahankan SDM lama yang memmiliki kekmampuan tinggi dalam mengadaptasi
dan mengimplemntasi kebijaksaan operasional bisnis sekarang dan di masa mendatang
yang karena pengaruh eksternal mengaruskan keputusan-keputusan yang telah di
tetapkan untuk di perbaiki atau di batalkan dan di ganti dengan kebijaksanaan baru.
Perencanaan SDM hasil prediksi kuantitaif dan kualitatif yang akan di tetapkan
sebagai keputusan, dapat merubah karena kebijaksanaan yang bersumber dari permintaan
manajer puncak / manajer bidang / departemen lainnya. Permintaan tersebut dapat
mengenai perubahan jumlah (di + atau -) perubahan kualifikasi (diperingan /di perberat/
di tambah di kurangi).Dalam pengambilan keputusan termasuk dalam perencanaan SDm,
terdapat sejumlah factor yang mempengaruhinya. Pengaruh itu antara lain berbentuk
perubahan, perbaikkan, penyempurnaan atau penggantian keputusan baik secara
keseluruhan maupun sebahagian keputusan menjadi kebijaksanaan.
d. Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam PSDM
Oleh karena pengambil keputusan atau pembuat kebijakansanaan adalah individu
(manusia) yang hidup di dalam sebuah masyarakat sebagai makhluk yang tidak
sempurna, maka selalu mungkin dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari dalam
maupun dari luar dirinya. Pengaruh itu dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa faktor
yang apabila tidak berhati-hati dapat mengakibatkan pengambilan keputusan/ pembuatan
kebijaksanaan menjadi tindakan penyalahgunaan wewenang, yang cenderung berdampak
kurang menguntungkan. Di smaping itu sering dihadapi juga pengaruh satu atau lebih
faktor tersebut yang sangat kuat, sehingga tidak dapat dihindari oleh pengambil
keputusan / pembuat kebijaksanaan.
Sekurang-kurangnya 7 faktor yang berpngaruh pada pengambilan keputusan dan
pembuatan kebijaksanaan. Faktor – faktor yang berpengaruh itu dapat bersumber dari
dalam diri dan dari luar pengambil keputusan / pembuat kebijaksanan yang kerap kali
sangat dominan. Dengan kata lain ketujuh faktor tersebut tidak sama kekuatannya satu
dengan yang lainnya dalam mempengaruhi pengambilan keputusan atau pembuatan
kebijaksanaan. Oleh karena itu kerap kali ditemui satu atau lebih daktor di antara faktor-
faktor tersebut yang berpengaruh sangat dominan, sedang faktor-faktor yang lain kurang
dominan. Kondisi seperti itu tidak terkecuali dapat terjadi pada pelaksanaan pembuatan
keputusan dalam perencanaan SDM. Faktor- faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kondisi yang menekan
Faktor ini adalah sesuatu dari luar yang tidak dapat diletakkan / dihindari oleh
pengambil keputusan / pembuat kebijaksanaan yang mengharuskannya
mengambil keputusan/membuat kebijaksanaan yang berbeda dari keputusan
yang semula akan ditetapkannya. Tekanan kondisi itu mengakibatkan
keputusan/kebijaksanaan yang ditetapkan tidak dapat lain dari yang diinginkan
oleh kondisi yang menekan tersebut. Diantaranya adalah tekanan atasan, isteri,
organisasi politik, pejabat pemerintah dll. Dalam Perencanaan SDM kondisi
yang menekan itu antara lain berbentuk nepotisme yang menghendaki seorang
atau lebih harus diterima bekerja meskipun tidak sesuai kualifikasi atau tidak
dibutuhkan. Contoh lain adalah kondisi pasar tenaga kerja yang mengharuskan
keputusan tentang kualifikasi SDM yang dibutuhkan siturunkan, karena tidak
ada calon yang memenuhi persyaratan. Bentuk lain adalah tekanan partai
politik, tekanan pembiayaan (cost) Perencanaan SDM. Rekruitmen dan Seleksi
yang harus disesuaikan dengan permintaan manajer puncak atau manajer bidang
/ departemen. Nota pejabat yang jika tidak dipenuhi berpengaruh pada
operasional bisnis dll.
b. Institusi atau peraturan
Pengambilan keputusan pembuatan kebijaksanaan sibatasi oelh bidang
operasional organisasi/perusahaan sebagai institusi yang terikat pada bidang
bisnis masing-masing. Misalnya perusahaan di bidang jasa perhotelan harus
membuat keputusan/kebijaksanaan tentang kualifikasi SDM dalam Perencanaan
SDM yang tidak sama dengan perusahaan farmasi. Demikian pula peraturan
dari dalam atau luar organisasi/perusahaan. Misalnya peraturan pengupahan dan
pembiayaan (cost) SDM yang disediakan organisasi/perusahaan untuk upah,
sehingga membaatasi jumlah SDM yang diputuskan di dalam Perencanaan
SDM. Demikian pula ketentuan tentang upah minimum (Upah Minimum
Regional atau Upah Minimum Provinsi) atau peraturan pemerintah lainnya
berupa Undang-undang Ketenagakerjaan atau peraturan peraturan lain yang
lebih rendah rendah tingkatnya yang harus dipenuhi dalam Perencanaan SDM.
Misalnya ketentuan harus memiliki sarjana teknik sipil atau arsitektur bagi
perusahaan kontraktor bangunan, atau sarjana apoteker dan asisten apoteker
bagi perusahaan farmasi khususnya apotek dll.
c. Kepribadian dan intelegensi
Pengaruh ini bersumber dari dalam diri pengambil keputusan / pembuat
kebijakan berupa faktor kepribadian dan inteligensi, yang tidak dapat direkayasa
atau dirubah. Di antaranya berupa sifat-sifat, sikap, cara berpikir sebagai
cerminan kepribadian tenaga perencana dapat mempengaruhi keputusan dan
kebijaksanaan dalam membuat Perencanaan SDM. Misalnya sifat/kepribadian
introver, cenderung tidak menyenangi masukan dari orang lain seperti manajer
bidang/departemen, sehingga dalam merumuskan kualifikasi akan sangat
terbatas, berbeda dengan yang bersifat/berkepribadian ekstrover yang terbuka
pada orang lain.demikian pula antara yang ceroboh dan tidak teliti, akan
berbeda dengan yang cermat dan teliti dalam memprediksi jumlah SDM yang
dibutuhkan. Kondisi seperti ini dalam membuat keputusan berlaku juga pada
perencana yang inteligensinya tinggi, yang berbeda kemampuannya dengan
yang intelegensinya sedang atau rendah dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi pada saat membuat Perencana SDM. Dengan kata lain kecerdasan
(inteligensi) dalam bentuk ketajaman berpikir, kemampuan menganalisis data
kuantitatif atau informasi kualitatif, tingkat dan jenis pendidikan perencana dll,
sangat besar pengaruhnya terhadap Perencanaan SDM. Misalnya perencana
yang memahami statistik akan lebih baik dalam membuat perencanaan
kuantitatif atau tentang jumlah SDM yang dibutuhkan organisasi / perusahaan,
dibandingkan dengan yang tidak memahami statistik. Sebaliknya yang
inteligensinya tinggi ditambah pengalaman bidang bisnis yang memadai akan
lebih baik kemampuannya dalam menetapkan kualifikasi SDM yang
dibutuhkan daripada yang inteligensinya rendah, baik yang cukup maupun
kurang berpengalaman.
d. Kualitas data / informasi
Faktor ini sebenernya sudah banyak dibahas dalam uraian-uraian terdahulu,
khususnya dalam uraian tingkat keakuratan (certainity) dalam spektrum
pengambilan keputusan. Untuk itu uraian berikut ini bermaksud untuk
menjelaskan pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan termasuk juga
dalam Perencanaan SDM. Dengan kata lain perlu ditekankan kembali bahwa
pengambilan keputusan yang paling akurat tergantung pada kecukupan dan
kelengkapan (kuantitatif) dan ketepatan atau relevansi data (kualitatif) yang
dipergunakan. Data tersebut bersumber dari hasil pencatatan data di dalam
Sistem Informasi SDM di masa lalu dan keakuratan informasi SDM yang
diperoleh dari pengumpulan, penjaringan, penelitian, dan pengembangan data.
Keputusna berupa prediksi jumlah SDM yang dibutuhkan dalam Perencanaan
SDM akan lebih tepat/akurat jika analisis dari data kuantitatif yang lengkap,
daripada yang tidak lengkap. Sedang Perencanaan SDM untuk menetapkan
keputusan tentang kualifikasi SDM dengan mempergunakan informasi yang
akurat melalui audit SDM, analisis beban kerja, dll akan lebih baik hasilnya
dibandingkan dengan sekedar menggunakan informasi yang subyektif dari
pengalaman, pendapat, intuisi, keyakinan dll. Pengaruh faktor ini secara lebih
khusus berhubungan dengan faktor keenam tentang tingkat keakuratan
(certainity).
e. Tingkat kepastian (certainity)
Faktor ini telah diulas secara rinci dalam pembahasan di atas dan pada
pembahasan mengenai spektrum pengambilan keputusan pada uraian-uraian
terdahulu. Untuk itu secara singkat perlu diketengahkan ulang bahwa
pengambilan kebutuhan dalam Perencanaan SDM sangat dipengaruhi oleh
cara/teknik yang ditempuh yang terdiri dari :
- Prediksi kebutuhan (demand) SDM di lingkungan sebuah organisasi /
perusahaan dengan menggunakan analisis statistik karen tersedia data
kuantitatif secara lengkap yang setelah dianalisis akan mengahsilkan
keputusan dengan tingkat kepastian/keakuratan (certanity) tinggi.
- Prediksi kebutuhan (demand) SDM di lingkungan sebuah organisasi /
perusahaan dengan mempergunakan data kuantitatif yang tidak lengkap
dan ditunjang informasi kualitatif yang menghasilkan keputusan dengan
memiliki resiko (risk).
- Prediksi kebutuhan (demand) SDM di lingkungan suatu organisasi /
perusahaan dengan mempergunakan seluruhnya informasi kualitatif, yang
mengahsilkan keputusan dengan tingkat kepastian rendah (uncertainity)
sehingga cenderung bersifat spekulatif.
f. Pertimbangan politik
Kondisi politik nasional (dalam negeri) dan internasional (global), sangat
besar pengaruhnya pada pertumbuhan ekonomi negara dimana sebuah
organisasi/perusahaan melaksanakan operasional bisnis. Pertumbuhan ekonomi
yang positif karena kondisi politik stabil merupakan kondisi yang mampu
memberikan dukungan pada stabilitas eksistensi dan bahkan pengembangan
organisasi/perusahaan. Dalam kondisi seperti ini berarti perencanaan SDM
harus mampu memprediksi kebutuhan (demand) SDM yang dibutuhkan di masa
depan. Sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang negatif (buruk) karena kondisi
politik yang tidak stabil, akan mempersulit dalam mempertahankan dan
mengembangkan eksistensi organisasi / perusahaan. Dalam kondisi seperti itu
Perencanaan SDM sebagai keputusan akan sangat terbatas kegiatannya,
diantaranya terbatas pada perencanaan internal untuk mendayagunakan SDM
yang dimiliki organisasi/perusahaan secara efektif dan efisien. Di samping itu
bahkan tidak mustahil harus merencanakan perampingan antara lain melalui
pensiun muda, merumahkan dan tidak mustahil terpaksa harus memutuskan
hubungan kerja. Dengan kata lain Perencanaan SDM sebagai pembuatan
keputusan sangat perlu mempertimbangkan dinamika politik di negara tempat
operasional bisnisnya. Misalnya Perencanaan SDM sebagai keputusan akan
berbeda di negara yang terbuka atau tertutup dalammenerima tenaga kerja asing,
di negara yang dikenai embargo ekonomi dengan yang tidak, di negara yang
sedang mengahdapi perang saudara dengan yang tidak dll.
g. Nilai-nilai
Pengambil keputusan atau pembuat kebijaksanaan di lingkungan sebuah
organisasi / perusahaan adalah manusia sebagai makhluk normatif yang hidup di
dalam dan dengan nilai-nilai, yang mengatur kehidupannya sebagai makhluk
individual dan makhluk sosial. Dalam kodrat sebagai manusia normatif itu
manusia cenderung untuk hidup bersama di dalam masyarakat, antara lain
dengan membentuk organisasi/perusahaan, sebagai wadah kehidupan bersama
dalam kebersamaan. Oleh karena itulah setiap pengambilan keputusan dan atau
pembuat kebijaksanaan terikat pada nilai-nilai yang berlaku atau diterima,
dihormati, dan dijadikan pedoman dalam berpikir, bersikap dan berperilaku
sebagai budaya organisasi/perusahaan masing-masing. Kondisi tersebut secara
pasti sangat besar pengaruhnya dalam membuat Perencanaan SDM sebagai
sebuah keputusan, sebagaimana telah diuraikan terdahulu dalam hubungannya
dengan kebijaksanaan Manajemen SDM tanpa diskriminasi yang berbeda
dengan kebijaksanaan yang bersifa diskriminatif. Dalam kenyataannya di
samping nilai-nilai tersebut di atas, masih terdapat dua nilai yang besar
pengaruhnya dalam mengambil keputusan dan pembuatan kebijaksanaan. Kedua
nilai-nilai tersebut adalah :
a. Nilai-nilai mutlak
Nilai-nilai ini bersumber dari agama (khususnya agama samawi), yang
diberitahukan melalui firman-firman Tuhan YME, yang tidak berubah-
ubah dan berlaku mutlak sejak diturunkan sampai akhir zaman. Nilai-
nilai ini bukan hasil ciptaan manusia dalam menjalani dan menjalankan
hidup dan kehidupannya, namun dijadikan pedoman dalam berpikir.
Bersikap dan berperilaku, sehingga sangat besar pengaruhnya pada
para pengambil keputusan termasuk dalam membuat perencanaan
SDM di lingkungan sebuah organisasi atau perusahaan. Nilai-nilai ini
tidak saja menjadi kontrol, tetapi juga banyak yang mempedomaninya
dalam Perencanaan SDM sebagai pembuatan keputusan, terutama
dalam menghindarkan perencana dari perilaku Kolusi, Korupsi dan
Nepotisme.
b. Nilai-nilai nisbi
Nilai ini disebut juga nilai-nilai filsafat dan nilai – nilai sosial, yang
diciptakan manusia dalam menjalani dan menjalankan hidup dan
kehidupannya sebagai makhluk normatif, makhluk individual, dan
makhluk sosial. Nilai-nilai tersebut terdapat dalam filsafat/pandangan
hidup, kebiasaan, adat istiadat, hukum/nilai yuridis formal (perundang-
undangan) dll, bahkan juga di dalam peraturan disiplin/tata tertib
sebuah organisasi/perusahaan. Denga kata lain nilai-nilai ini ikut
mengatur cara manusia berpikir, bersikap dan berperilaku, termasuk
juga dalam mengambil keputusan dan membuat kebijaksanaan berupa
Perencanaan SDM. Di dalam nilai-nilai ini seperti diuraikan di atas
terdapat dua kelompok yang berbeda secara ekstrim, yakni tanpa
diskriminasi dan yang bersifat diskriminatif. Contoh : dalam
menetapkan kualifikasi SDM yang dibutuhkan perusahaan seperti
Bank Muamalat secara pasti akan memasukkan persyaratan yang
beragama Islam, di samping kualifikasi lain seperti ditetapkan
perusahaan lain yang tidak berdasarkan agama, antara lain yang
mencakup nilai-nilai sosial seperti kejujuran, sopan, berdisiplin,
berkelakuan baik dll.
Daftar Pustaka

 Nawawi, H. Hadari.2015. Perencanaan SDM. Gadjah Mada University Pers.

Anda mungkin juga menyukai