OLEH:
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
Kesehatan dan Rahasia Bank:
- Kas
- Giro pada Bank Indonesia, yaitu total Giro Bank yang bersangkutan pada
Bank Indonesia.
Dana pihak ketiga dalam perhitungan diatas meliputi kewajiban dalam rupiah
kepada pihak ketiga bukan bank , baik kepada penduduk maupun bukan
pendudukIndonesia pada dua masa pelaporan sebelumnya yang terdiri dari:
e. Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban.
g. Bank menjual sebagian atau seluruh harta / atau kewajiban Bank kepada Bank
atau pihak lain.
b. Mengambil alih dan melaksanakan segala hak dan wewenang direksi dan
komisaris bank.
- kredit yang diberikan lebih dari Rp. 1,5 milyar kepada debitur atau grup
debitur oleh bank yang memiliki modal setinggi-tingginyaRP. 300 Milyar.
-kredit yang diberikan lebih dari Rp. 2,5 milyar kepada debitur atau grup
debitur oleh bank yang memiliki modal setinggi-tingginya Rp. 300 milyar.
Penilaian agunan dapat dilakukan oleh penilai intern bank bagi kredit dengan
jumlah yang lebih kecil.
- agunan tidak dilengkapi dengan dokumen hukum yang sah atau pengikatan
agunan belum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
- agunan tidak dilindungi asuransi dengan banker’s clause, yaitu klausula yan
memberikan hak kepada kepala bank untuk menerima uang pertanggungan
dalam hal terjadi pembayaran klaim.
e. Bank wajib membuat PPAP sesuai ketentuan berlaku pada Laporan Keuangan
Publikasi . Bank wajib memperbaiki Laporan Keuangan Publikasi dan
mengumumkannya kembali bila PPAP yang sebelumnya tidak sesuai ketentuan yang
berlaku.
g. Untuk kualitas aktiva produktif yang digolongkan lancar, dalam perhatian khusus
dan kurang lancar.
Tujuan Penerapan
Dasar kegiatan perbankan adalah kepercayaan, tanpa adanya kepercayaan dari
masyarakat terhadap perbankan dan juga sebaliknya tanpa adanya kepercayaan
perbankan terhadap masyarakat maka kegiatan perbankan tidak akan dapat berjalan
dengan baik. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kadar kepercayaan
masyarakat kepada bank adalah terjamin atau ttidaknya rahasia nasabah yang ada di
bank. Data nasabah yang berada di bank, baik data keuangan maupun yang non
keuangan, sering kali merupakan suatu data yang tidak ingin diketahui oleh orang
atau pihak lain. Jumlah kekayaan seseorang yang tersimpan di bank bagi nasabah
tertentu merupakan data yang harus dirahasiakan. Sebagian nasabah juga sangat
menginginkan agar pinjamannya dari bank tidak diketahui oleh orang lain. Bila
kerahasiaan data nasabah tidak dapat terjamin oleh bank. Dalam usaha mewujudkan
terjaminnya rahasia tertentu dari nasabah yang berada di bank, maka ketentuan
tentang rahasia bank dicantumkan dalam undang-undang perbankan.
Pengecualian terhadap Rahasia Bank
Menurut UU, data nasabah di bank dapat saja tidak dirahasiakan lagi dalam
keadaan dan situasi tertentu dengan pengecualian :
- Untuk kepentingan pajak
Pimpinan Bank Indonesia atas permintaan Menteri Keuangan berwenang
mengeluarkan perintah tertulis kepada Bank agar memberikan keterangan dan
memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta surat-surat mengenai keadaan keuangan
Nasabah Penyimpan tertentu kepada pejabat pajak. Perintah tertulis tersebut harus
menyebutkan nama pejabat pajak dan nama nasabah wajib pajak yang
dikehendaki keterangannya, dalam hal ini pihak bank wajib memberikan
keterangan yang diminta.
- Untuk penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan
Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) / Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN).
Pimpinan Bank Indonesia memberikan ix=zin kepada pejabat Badan Urusan
Piutang dan Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara untuk memperoleh
keterangan dari bank mengenai Simpanan Nasabah Debitur, dan pihak bank wajib
memberikan keterangan yang diminta. Izin sebagaiamana dimaksud di atas
diberikan secara tertulis atas permintaan tertulis dari Kepala Badan Urusan
Piutang dan Lelang Negara/ Ketua Panitia Urusan Piutang Negara. Permintaan
tertulis tersebut di atas harus menyebutkan nama dan jabatan pejabat Badan
Urusan Piutang dan Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara, nama
Nasabah Debitur yang bersangkutan, dan alasan diperlukan keterangan.
- Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana
Pimpinan Bank Indonesia dapat memberikan izin kepada polisi, jaksa, atau hakim
untuk memperoleh keterangan dari Bank mengenai Simpanan tersangka atau
terdakwa pada Bank, dan pihak bank wajib memberikan keterangan yang diminta.
Izin sebagaimana dimaksud di atas diberikan secara tertulis atas permintaan
tertulis dari Kepala Kepolisisn Republik Indonesia, Jaksa Agung, atau Ketua
Mahkamah Agung. Pemberian izin oleh Bank Indonesia harus dilakukan
selambat-lambatnya 14 hari setelah dokumen permintaan diterima secara lengkap.
Permintaan tertulis tersebut harus menyebutkan nama dan jabatan polisi, jaksa,
atau hakim, nama tersangka atau terdakwa, alasan diperlukannya keterangan dan
hubungan perkara pidana yang bersangkutan dengan keterangan yang diperlukan.
- Dalam perkara perdata
Direksi bank yang bersangkutan dapat menginformasikan kepada Pengadilan
tentang keadaan keuangan nasabah yang bersangkutan dan memberikan
keterangan lain yang relevan dengan perkara tersebut. Dalam situasi ini bank
dapat menginformasikan keadaan keuangan nasabah yang dalam perkara serta
keterangan yang berkaitan dengan perkara tersebut, tanpa izin dari Pimpinan Bank
Indonesia.
- Dalam rangka tukar menukar informasi antar bank
Direksi bank dapat memberitahukan keadaan keuangan nasabahnya kepada bank
lain. Tukar menukar informasi antar bank, antara lain guna mencegah kredit
rangkap serta mengetahui keadaan dan status daru suatu bank yang lain. Dengan
demikian bank dapat menilai tingkat risiko yang dihadapi, sebelum melakukan
suatu transaksi dengan nasabah atau dengan bank lain. Dalam ketentuan yang
akan ditetapkan lebih lanjut oleh Bank Indonesia antara lain diatur mengenai tata
cara penyampaian dan permintaan informasi serta bentuk dan jenis informasi
tertentu yang dapat dipertukarkan, seperti indikator secara garis besar dari kredit
yang diterima nasabah, agunan, dan masukannya debitur yang bersangkutan
dalam daftar kredit macet. Ketentuan mengenai tukar menukar informasi tersebut
diatur lebih lanjut oleh Bank Indonesia.
- Atas permintaan, persetujuan, atau kuasa dari nasabah Penyimpan yang dibuat
secara tertulis
Bank wajib memberikan keterangan mengenai Simpanan Nasabah Penyimpan
pada Bank yang bersangkutan kepada pihak yang ditunjuk oleh Nasabah
Penyimpan tersebut atas dasar permintaan, persetujuan, atau kuasa daru Nasabah
Penyimpan yang dibuat secara tertulis.
- Dalam hal Nasabah Penyimpan telah meninggal dunia
Apabila nasabah penyimpan telah meninggal dunia, maka ahli waris yang sah dari
Nasabah Penyimpan yang bersangkutan berhak memperoleh keterangan mengenai
Simpanan Nasabah Penyimpan tersebut. Pihak yang merasa dirugikan oleh
keterangan yang diberikan oleh bank sebagaimana dimaksud dalam pengecualian
di atas, berhak untuk mengetahui isi keterangan tersebut dan meminta pembetulan
jika terdapat kesalahan dalam keterangan yang diberikan. Apabila permintaan
pembetulan oleh pihak yang merasa dirugikan akibat keterangan yan diberikan
oleh bank tidak dipenuhi oleh bank maka masalah tersebut dapat diajukan oleh
pihak yang bersangkutan ke Pengadilan yag berwenang.
‘Segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan hal-hal lain dari
nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan’.
Definisi di atas memberikan batasan yang sangatluas dan cenderung kurang
jelas. Istilah ‘menurut kelaziman dunia perbankan’, menyebabkan pembatasan itu
sangat tergantung pada interpretasi dari istilah ‘kelaziman’. Interpretasi seseorang
sangat mungkin berbeda dengan orang yang lain. Secara umum pembatasan rahasia
bank tersebut mencakup data milik nasabah deposan maupun nasabah debitur.
UU ini mebatasi rahasia bank hanya pada data nasabah deposan atau
penyimpan dana. Perubahan ini membawa 2 macam konsekuensi, yaitu
Dasar Hukum
“Segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan hal-hal lain dari nasabah
bank yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan”
Definisi di atas memberikan batasan vang sangat luas dan cenderung kurang jelas Istilah
'menurut kelaziman dunia perbankan', menyebabkan pembatasan itu sangat tergantung pada
intepretasi dari istilah 'kelaziman. Intepretasi seseorang sang at mungkin berbeda dengan
orang yang lain lagi. Secara umum pembatasan rahasia bank tersebut mencakup data milik
nasabah deposan maupun nasabah debitur.
Perkembangan dunia perbankan sejak ditetapkannya UU No.7/1992 sampai dengan tahun
1998 menunjukkan bahwa bank sering kalı mengalami kesulitan untuk menyelesaikan kredit
bermasalah karena terbentur aturan tentang rahasia bank. Berdusarkan pertimbangan tersebut
dan untuk memberikan batasan yang lebih jelas terhadap rahasia bank, maka UU No.10/1998
mengubah pengertian rahasta bank dalam Pasal I Butir 1 menjadi sebagai berikut
UU ini membatasi rahasia bank hanya pada data nasabah deposan atau penyimpan dana.
Perubahan ini membawa 2 (dua) macam konsekuensi. Pertama perubahan tersebut
menyebabkan peningkatan posisi bank dalam berhubungan dengan debiturnya, karena data
nasabah peminjam dana tidak termasuk dalam pengertian rahasia bank. Manfaat ini akan
dirasakan oleh bank terutama untuk. akan menurunkan motivasi calon debitur untuk
memperoleh bantuan dana pinjaman dari bank, karena kerahasiaan datanya tidak termasuk
dalam pengertian rahasia bank. Di samping kedua konsekuensi tersebut, masih terdapat satu
permasalahan yang akan muncul pada saat penentuan suatu data termasuk rahasia bank atau
bukan. Nasabah debitur biasanya juga sekaligus sebagai nasabah penyimpan atau nasabah
peminjam merupakan sesuatu yang tidak mudah. Masalah sebenamya sudah berusaha
diantisipasi dengan melalui penjelasan pasal 40 No.10/1998, namun penjelasan tersebut tetap
kurang secara jelas menyelesaikan permasalahan tersebut. Penjelasan pasal 40 tensebut
adalah sebagai berikut :
‘Apabila Nasabah Bank adalah Nasabah Penyimpan yang sekaligaus juga sebagai
Nasabah Debitur, Bank wajib tetap merahasiakan tentang Nasabah dalam
kedudukannya sebagai Nasabah penyimpan Keterangan mengenai Nasabah selain
sebagai Nasabah Penyimpan bukan merupakan keterangan yang wajib dirahasiakan
Bank’.
Secara lebih rinci UU No.71992 dan UU No.10/1996 mengatur rahasia bank sebagai berikut :
a. Rahasia Bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kererangan menegenai
nasabah penyimpan dan simpanannya.
b. Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai Nasabah Penyimpan dan
Simpanannya
c. Ketentuan tersebut berlaku pula bagi Pihak Terafiliasi
d. Pihak Terafiliasi adalah :
anggota dewan komisaris, pengawas, direksi, atau kuasanya, pejabat, atau
karyawan Bank
anggota pengurus, pengawas, pengelola, atau kuasanya, pejabat, atau
karyawan Bank, khusus bagi Bank yang berbentuk hukum koperasi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
pihak yang memberikan jasanya kepada Bank, antara lain, akuntan publik,
penilai, koasultan hukum, dan konsultan lainnya,
pihak yang menurut penilaian Bank Indonesia turut serta mempengaruhi
pengolaan Bank, antara lain, pemegang saham dan keluarganya, keluarga
komisaris, keluarga pengawas, keluarga direksi, keluarga pengurus.
Dalam situasi atau keadaan tertentu sesuai dengan Undang-Undang, data nasabah di
bank dapat saja tidak harus dirahasiakan lagi. Pengecualian terhadap rahasia bank tersebut
meliputi :
Untuk penyelesaian piutang Bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urus-
an Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) Panitin Urusan Piutang Negara PUPN)
Pimpinan Bank Indonesia memberikan izin kepada pejabat Badan Urusan Piutang dan
Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara untuk memperoleh keterangan dari Bank
mengenai Simpanan Nasabah Debitur, dan pihak bank wajib memberikan keterangan yang
diminta. Izin sebagaimana dimaksud di atas diberikan secara tertulis atas permintaan tertulis
dari Kepala Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara/Ketua Panitia Urusan Piutang Negara.
Permintaan tertulis tersebut di atas harus menyebutkan nama dan jabatan pejabat Badan
Urusan Piutang dan Lelang Negara Panitia Urusan Piutang Negara, nama Nasabah Debitur
yang bersangkutan, dan alasan diperlukannya keterangan.
Pimpinan Bank Indonesia dapat memberikan izin kepada polisi, jaksa, atau hakim
untuk memperoleh keterangan dari Bank mengenai Simpanan tersangka atau terdakwa pada
Bank, dan pihak bank wajib memberikan keterangan yang diminta. Izin sebagaimana
dimaksud diatas diberikan secara tertulis atas permintaan terulis dari Kepala Kepolisian
Republik Indonesia, Jaksa Agung, atau Ketua Mahkamah Agung. Pemberian izin oleh Bank
Indonesia harus dilakukan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah dokumen
permintaan diterima secara lengkap. Permintaan tertulis tersebut harus menyebutkan nama
dan jabatan polisi, jaksa, atau hakim. nama tersangka atau terdakwa, alasan diperlukannya
keterangan dan hubungan perkara pidana yang bersangkutan dengan keterangan yang
diperlukan.
Direksi bank dapat memberitahukan keadaan keuangan nasabahnya kepada bank lain.
Tukar menukar informasi antar bank dimaksudkan untuk memperlancar dan mengamankan
kegiatan usaha bank, antara lain guna mencegah kredit rangka serta mengetahui keadaan dan
status dari suatu bank yang lain.Dengan demikian bank dapat menilai tingkat risiko yang
dihadapi, sebelum melakukan suatu transaksi dengan nasabah atau dengan bank lain. Dalam
ketentuan yang akan ditetapkan lebih lanjut oleh Bank Indonesia antara lain diatur mengenai
tata cara penyampaian dan permintaan informasi serta bentuk dan jenis informasi tertentu
yang dapat dipertukarkan, seperti indikator secara garis besar dari kredit yang diterima
nasabah, agunan, dan masuknya debitur yang bersangkutan dalam daftar kreadit macet.
Ketentuan mengenai tukar menukar informasi tersebut diatur lebih lanjut oleh Bank
Indonesia.
Atas permintaan, persetujuan, atau kuasa dari Nasabah Penyimpan yang dibuat
secara tertulis
Apabila nasabah penyimpan telah meninggal dunia, maka ahli waris yang sah dari
Nasabah Penyimpan yang bersangkutan berhak memperoleh keterangan mengenai Simpanan
Nasabah Penyimpan. Pihak yang merasa dirugikan oleh keterangan yang diberikan oleh bank
sebagaimana dimaksud dalam pengecualian di atas, berhak untuk mengetahui isi keterangan
tersebut dan meminta pembetulan jika terdapat kesalahan dalam keterangan yang diberikan.
Apabila permintaan pembetulan oleh pihak yang merasa dirugikan akibat keterangan yang
diberikam oleh bank tidak dipenuhi oleh bank maka masalah tersebut dapat diajukan oleh
pihak yang bersangkutan ke Pengadilan yang berwenang.
Aturan rahasia bank akan lebih kuat di mata bank dan juga masyarakat jika disertai
sanksi atas pelanggarannya. Sanksi yang ditetapkan UU adalah sebagai berikut :
a. Barang siapa tanpa membawa perintah tertulis atau izin dari Pimpinan Bank
Indonesia, dengan sengaja memaksa Bank atau Pihak Terafiliasi untuk memberikan
keterangan, diancam dengan pidana penjara sekurangnya-kurangnya 2 (dua) tahun
dan paling lama 4 empat) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp.10.000.000
000,00 (sepuluh miliar rupiah) dan paling banyak Rp.200.000.000.000,00 (dua rarus
miliar rupiah)
b. Anggota dewan komisaris, direksi, pegawai bank atau pihak terafiliasi lainnya yang
dengan sengaja memberikan keterangan yang wajib dirahasiakan, diancam dengan
pidana penjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun
serta denda sekurang- kurangnya Rp4.000 000.000,00 (empat miliar rupiah) dan
paling banyak Rp8.000.000.000.00 (delapan miliar rupiah)
c. Anggota dewan komisaris, direksi, atau pegawai Bank yang dengan sengaja tidak
memberikan keterangan yang wajilb dipenuhi, diancam dengan pidana penjara
sekurang-kurangnya 2 (cdua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun serta denda
sekurang kurangnya Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiab) dan paling banyak
Rpl5.000.000.000,00 lima belas miliat rupiah).
Kasus Bank Century mulai mencuat pada akhir tahun 2008, kasus ini menjadi
perbincangan hangat masyarakat dan penyidik.Kasus ini mulai menjadi perbincangan
publik setelah Bank Century mengalami kesulitan likuidasi, kalah kliring, melakukan
penipuan melalui manajemen bank, hingga ditetapkan sebagai bank gagal.Kasus Bank
Centurysemakin mencuat ketika kabar bahwa adanya suntikan dana talangan atau bail
out dari negara yang mencapai triliunan rupiah. Hal ini tentunya membuat rakyat geram
dan meminta kasus ini diusut hingga tuntas karena telah merugikan negara dengan
jumlah yang fantastis yaitu 6,7 triliun rupiah.Jatuhnya Bank Century dan dikategorikan
sebagai bank gagal dimulai akibat dari penyalahgunaan dana nasabah oleh pemilik Bank
Century berserta keluarganya.Bank Century pun melakukan masalah internal dengan
adanya penipuan oleh manajemen bank terhadap klien mereka. Bank Century melakukan
penyimpangan dana untuk peminjam sebesar 2,8 milyar dolar Amerika dan melakukan
penjualan produk-produk investasi fiktif Antaboga Delta Securities Indonesia. Hal
tersebut menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi para nasabah dan para nasabah
pun tidak dapat mencairkan dananya.
Pada akhir tahun 2008, ditemukan berbagai surat berharga valuta asing yang telah
jatuh tempo dan gagal bayar yang angkanya mencapai 56 juta dolar Amerika. Selain itu,
Bank Century mengalami kesulitan likuidasi dan pada tanggal 13 November 2008 bank
ini mengalami kegagalan kriling akibat kegagalan menyediakan dana
(prefund).Akhirnya, tanggal 20 November, Bank Indonesia menetapkan Bank Century
sebagai bank gagal dan dapat memberikan dampak sistemik pada perbankan
Indonesia.Atas ususlan BI, maka dilakukan penyelamatan Bank Century melalui pihak
LPS (Lembaga Penjamin Simpanan).Kemudian KKSK (Komite Kebijakan Sektor
Keuangan) yang beranggotakan BI, Menteri Keuangan, dan LPS melakukan
rapat.Berdasarkan keputusan yang ditetapkan KKSK dalam surat No.04.KKSK.03/2008,
Bank Century resmi diambil alih oleh LPS pada 21 November 2008. LPS kemudian
memutuskan memberikan talangan dana sebesar 2,78 triliun rupiah untuk mendongkrak
CAR agar mencapai angka 10 persen guna memenuhi tingkat kesehatan sebuah
bank.Dampak jatuhnya Bank Century ini berujung pada pencekalan salah satu
pemegang saham, Robert Tantular, beserta tujuh orang pengurus lain Bank Century. Dua
pemilik Bank Century, yaitu Hesham Al-Warraq dan Rafat Ali Rizvi pun tiba-tiba
menghilang.
Talangan dana yang dikucurkan oleh LPS ke Bank Century tidak lantas
menyelesaikan kasus ini, tanggal 9 Desember 2008 Bank Century mulai mendapatkan
berbagai tuntutan dari ribuan investor Antaboga terkait penggelapan dana investasi
sebesar 1,38 triliun rupiah. Semua dana para nasabah dan investor ini di indikasikan
mengalir ke kantung Robert Tantular selaku pemilik Bank Century. Pada tanggal 3
Februari 2009, LPS kembali menyuntikan dana ke Bank Century sebesar 1,5 triliun
rupiah yang bertujuan untuk memulihkan kesehatan Bank Century. Talangan dana yang
terus menerus disuntikan ke Bank Century dinilai terlalu besar dan menuai gugatan dari
parlemen, terlebih lagi LPS kembali menyuntikan dana sebesar 630 miliar rupiah pada
tanggal 21 Juli 2009.Sejak saat itu kasus Bank Century semakin mendapat sorotan tajam
dari publik.Kasus Bank Century juga begitu menyita perhatian terkait adanya dugaan
korupsi serta suap dalam usaha menyelamatkan Bank Century. Dugaan itu pun akhirnya
memunculkan beberapa nama yang disebut-sebut terlibat dan turut menikmati dana suap
Bank Century.
1. Aset SSB yang semula dinyatakan macet oleh BI kemudian dianggap lancar untuk
memenuhi performa CAR.
2. Tetap mempertahankan pemegang saham pengendali (PSP) yang tidak lulus fit and
proper test.
3. Komisaris dan Direksi Bank ditunjuk tanpa fit and proper test.
4. Audit KAP atas laporan keuangan Bank Pikko dan Bank CIC dinyatakandisclaimer.
1. Akuisi Bank Danpac dan Bank Picco tidak sesuai dengan ketentuan BI.
2. Surat izin Akuisisi Chinkara atas bank Picco dan Bank Danpac tetap dilakukan
meskipun terdapat indikasi praktek perbankan yang tidak sehat dan perbuatan
melawan hukum yang melibatkan Chinkara.
3. BI menghindari penutupan Bank CIC dengan memasukan Bank tersebut di dalam
skema merger.
4. Tidak membatalkan persetujuan akuisisi meskipun tahun 2001-2003
hasilpemeriksaan BI pada ke-3 Bank menemukan indikasi pelanggaran yang
signifikan.
5. Adanya perlakuan Surat-surat Berharga (SSB) yang semula macet menjadi
lancardengan rekomendasi KEP (komite evaluasi perbankan).
Sejak bulan Juli 2008, Bank Century (BC) telah mengalami kesulitan likuiditas
dan bergantung pada pinjaman uang antar-bank (PUAB). Karena PUAB sulit diperoleh,
hingga tanggal 27 Oktober 2008, BC telah melanggar pemenuhan Giro Wajib
Minimum (GWM) minimal 5% dari dana pihak ketiga (DPK). Posisi CAR Bank
Century saat mengajukan FPJP (posisi 30 September 2008) sebesarpositif 2,35%. Pada
saat tersebut berlaku ketentuan BI (PBI) No. 10/26/PBI/2008 bahwafasilitas FPJP
diberikan kepada bank yang memiliki CAR minimal 8%. Dengan demikianBank
Century sebenarnya tidak memenuhi syarat menerima FPJP. Namun pada tanggal 14
November 2008 BI mengubah PBI tentang persyaratanpemberian FPJP dari semula
minimal CAR 8% menjadi CAR positif. Hal ini diduga untuk memuluskan Bank
Century menggunakan fasilitas FPJP. Berdasarkan posisi CAR Bank Century per-30
September (positif 2,35%) BI menyatakanBank Century memenuhi syarat. Padahal
posisi CAR Bank Century per-31 Oktober 2008justru negatif (-3,53%) dan tidak
memenuhi persyaratan bahkan terhadap PBI yang telah dirubah per-14 November 2008.
a) Penarikan dana oleh pihak terkait setelah penetapan Bank Century sebagai
Bank di dalam pengawasan khusus oleh BI. Padahal BI meminta kepada Bank
Century untuk tidak mengijinkan penarikan dana atas rekening simpanan milik
pihak yang terkait dengan Bank Century atau pihak lain yang ditetapkan oleh
BI. Nilai uang yang ditarik sebesar Rp 454,898 miliar, USD 2, 22 juta, AUD
164,81 ribu dan SGD 41,18 ribu.
b) Pada tanggal 14 November 2008, ada permintaan dari RT yang meminta
kepada Kabag Operasional Bank Century Cabang Surabaya-Kertajaya untuk
memindahkan deposito milik salah satu nasabah senilai USD 91 juta ke
Kantor Pusat Operasional (KPO) Senayan, Jakarta. Setelah berpindah, DT dan
RT mencairkan dana milik nasabah tersebut senilai USD 18 juta pada tanggal
15 November 2008. Uang ini kemudian digunakan oleh DT untuk menutupi
kekurangan bank notes yang selama ini telah digunakan untuk keperluan
pribadi DT. Deposito milik nasabah tersebut kemudian diganti oleh Bank
Century dengan dana yang berasal dari FPJP. Sehingga dalam hal ini adanya
dugaan penggelapan kas valas.
c) Laporan keuangan Bank Century yang berada di bawah pengawasan LPS
menunjukkan selama 6 bulan di tahun 2009 terjadi penurunan kewajiban
terhadap nasabah dalam bentuk simpanan, dari Rp. 10,82 triliun pada
Desember 2008 menjadi Rp. 5,18 triliun pada Juni 2009. Diduga selama 6
bulan tersebut terjadipenarikan dana nasabah dalam jumlah besar. Pertanyaan
penting yang harus dilontarkan adalah, siapa saja yang menerima dana sebesar
Rp. 5,64 triliun itu?
Unsur penyalahgunaan wewenang dan pelanggaran aturan yang terjadi pada pihak BI
diantaranya:
Pasal 1 ayat 28 UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992
tentang Perbankan (UU Perbankan) menyatakan bahwa “Rahasia Bank adalah segala
sesuatu yang dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya”.
Selanjutnya dalampasal 40 ayat (1) UU Perbankan disebutkan bahwa “Bank wajib
merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya”. Jadi, Bank
wajib merahasiakan data simpanan dan nasabah penyimpannya.
Pengecualian terhadap kewajiban rahasia bank ini adalah:
Selain itu ada pengecualian dalam pasal 14 UU No. 15 Tahun 2002 tentang
Tindak Pidana Pencucian Uang, yang menyebutkan: “Pelaksanaan kewajiban
pelaporan oleh Penyedia Jasa Keuangan yang berbentuk bank, dikecualikan dari
ketentuan rahasia bank sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang yang mengatur
mengenai rahasia bank”. Jadi, data nasabah penyimpan di Bank Century merupakan
rahasia bank, yang wajib dirahasiakan. Mengenai mengapa data nasabah penyimpan
Bank Century, yang merupakan rahasia bank, dapat diekspos oleh media massa, maka
kita harus melihat pada pasal 4 ayat (3) UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers: “Untuk
menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh,
dan menyebarluaskan gagasan dan informasi”. Media massa sebagai pers dapat
mencari informasi dari berbagai sumber, baik dari pejabat, ataupun sumber-sumber
lainnya.
Mengenai DPR yang meminta data nasabah penyimpan ke bank centruy,
seharusnya memang tidak boleh dilakukan. Seperti telah dibahas di atas, data nasabah
penyimpan termasuk dalam rahasia bank, yang wajib dirahasiakan. Memang
dalam pasal 3 ayat (1) UU No. 6 Tahun 1954 tentang Penetapan Hak Angket Dewan
Perwakilan Rakyat (“UU Hak Angket”), dalam hal Panitia Angket DPR, semua warga
negara Republik Indonesia dan semua penduduk serta orang-orang lain yang berada
dalam wilayah Republik Indonesia diwajibkan memenuhi panggilan-panggilan Panitia
Angket, dan wajib pula menjawab semua pertanyaan-pertanyaannya dan memberikan
keterangan-keterangan selengkapnya. Akan tetapi, dalam pasal 22 ayat (1) UU Hak
Angket, diatur bahwa ada orang-orang yang diperbolehkan untuk menolak
memberikan keterangan. “Mereka yang karena kedudukannya, karena pekerjaannya
ataupun karena jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia, dapat membebaskan diri
dari memberikan penyaksian, akan tetapi semata-mata hanya mengenai hal-hal yang
dipercayakan kepadanya sebagai rahasia dalam kedudukan, pekerjaan atau jabatan
tersebut”.
Oleh karena itu, merujuk pada pasal 22 ayat (1) UU Hak Angket di atas
pejabat-pejabat Bank Century dapat menolak untuk memberikan data nasabah
penyimpan yang termasuk rahasia bank tersebut. Kemudian UU No 24/2004 yang
telah diubah dengan UU No 3/2008 tentang Lembaga Penjamin Simpanan Pasal 11
Ayat 1 yang berbunyi “nilai simpanan yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu
bank paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)”. Namun dalam kasus ini
nilai simpanan nasabah hingga milyaran rupiah.
Tidak hanya itu, kasus bank century juga melanggar UU No 8/1995 tentang
Pasar Modal Pasal 5 Butir (a) Ayat 1 dan Butir (g) dan (i). UU N0
23/1999 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan
Pemerintah PenggantiUndang-undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Bank
Indonesia Pasal 11 dan Pasal 34. UU No 10/2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan Pasal 35 Ayat 3 dan 4. Dan keputusan presiden yang dilanggar
adalah Keputusan Presiden Nomor 95 Tahun 2004 terkait Blanket Guarantee.
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang dilanggar adalah Pasal 22 Ayat 1, 2, dan 3.
Untuk menyelidiki kasus ini maka dibentuklah pansus (panitia khusus). Pansus
(Panitia Khusus) dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang
bersifat sementara. Pansus dibentuk berdasarkan UU No 6 Tahun 1954 tentang Hak
Angket DPR. Sejatinya UU ini berasal dari rahim ketentuan UUDS 1950 yang secara
prinsip menganut demokrasi parlementer. Namun, yang jangan dilupakan bahwa
ternyata hak angket juga dikenal sebagai bagian fungsi dan hak DPR yang pada
pokoknya, yaitu fungsi legislasi, fungsi anggaran, fungsi pengawasan (ketiga fungsi
ini berasal dari Pasal 20 A ayat (1) UUD 1945), hak interpelasi, hak angket, dan hak
menyatakan pendapat (hak ini berasal dari Pasal 20 A ayat (2) UUD 1945). Selain itu,
ketentuan UU 6/1954 ini juga dikukuhkan dengan Pasal 20 A ayat (4) Pasal I Aturan
Peralihan UUD 1945. Jadi,UU 6/1954 tetap sah berlaku sepanjang belum ada yang
diadakan pembaharuan menyangkut pengaturan Hak Angket DPR dan Hak Angket
adalah bagian dari hak DPR meski sistem pemerintahan kita pada dasarnya adalah
sistem Presidensial.
Kelima agenda kerja tersebut secara otomatis menjadi landasan kerja Pansus
Century dan menjadi tujuan pembentukannya.Selama lebih kurang dua bulan Pansus
Century bekerja, didasarkan atas kelima agenda tersebut. Dan, hasil penyelidikan dan
investigasi yang dilakukan Pansus Century pada natinya akan dilaporakan dalam
Sidang Paripurna DPR sebagai hasil kerja Pansus Century. Berdasarkan hasil
kerjanya, Pansus melakukan beberapa penemuan yaitu pendugaan terjadi
penyimpangan dalam proses pengambilan kebijakan oleh otoritas moneter dan fiskal
yang diikuti banyak penyalahgunaan mulai dari akuisisi merger, pemberian FPJP,
PMS hingga tahap aliran dana Bank Century. Penyalahgunaan ini mengikutsertakan
pemilik saham dan manajemen Bank Century. Kasus Bank Century merupakan
perbuatan melanggar hukum yang berlanjut atau penyalahgunaan wewenang oleh
pejabat otoritas moneter dan fiskal sehingga dapat di kelompokkan kedalam tindak
pidana korupsi yang merugikan negara.
Kesehatan Suatu Bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu Bank untuk
melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi segala
kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang
berlaku. Beberapa aturan kesehatan Bank yang berlaku di Indonesia adalah Batas Maksimum
Pemberian Kredit (BMPK), Likuiditas Wajib Minimum, Rasio Kecukupan Modal serta Posisi
Devisa Neto. UU No. 7 Thn 1992 dan UU No. 10 Thn 1998 mengatur rahasia bank sebagi
berikut : Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai
nasabah penyimpan dan simpanannya ; Bank wajib merhasiakan keterangan mengenai
nasabah penyimpan dan simpanannya ; Ketentuan tersebut berlaku pula bagi pihak terafiliasi.
DAFTAR PUSTAKA
Susilo, Y.Sri, Sigit Triandaru dan A. Totok Budisantoso. 2000. “Bank dan Lembaga
Keuangan Lain”. Jakarta: Salemba Empat.