Anda di halaman 1dari 6

MANAJEMEN KONFLIK DAN NEGOSIASI (EKM466 CP2)

Analisis Kasus Konflik dan Negosiasi pada Telkomsel

Dosen Pengampu : I Gusti Made Suwandana, S.E., M.M.

Oleh:

MADE BINTANG SRIWAHYUNI

NIM: 1707521026

ABSEN : 02

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2020
Kasus Telkomsel Bali

Ombudsman RI telah menerima laporan pengaduan masyarakat mengenai Tower BTS milik
PT. Telkomsel di Banjar Tektek-Bali melalui Kantor Ombudsman RI Perwakilan Bali. Dalam
proses pemeriksaan, ditemukan bahwa Tower BTS tersebut telah memiliki Ijin Mendirikan
Bangunan (IMB), belum memenuhi persyaratan dari Peraturan Walikota (PerWalkot) Bali
Nomor 6 tahun 2018 tentang Pembangunan Menara Telekomunikasi di kota Denpasar yang
menyatakan bahwa salah satu jenis perijinan yang wajib dimiliki adalah Surat Ijin Tempat
Usaha (SITU). PT. Telkomsel belum mengajukan permohonan SITU di Banjar Tektek,
dikarenakan Tower BTS telah berdiri sebelum PerWalkot diterbitkan. Hasil akhir proses
pemeriksaan yang dilakukan oleh Ombudsman RI Perwakilan Bali berujung dengan
dikeluarkannya beberapa tindakan korektif untuk Pemerintah Kota Denpasar dan PT.
Telkomsel. Dikarenakan pada batas waktu yang ditentukan, tindakan korektif dimaksud
belum dilaksanakan oleh Instansi terkait, maka dari itu penanganan laporan berlanjut kepada
Tim Resolusi dan Monitoring Ombudsman RI Pusat. Menindaklanjuti hal tersebut, Tim
Resolusi dan Monitoring melakukan telaah dan koordinasi dengan para pihak terkait.
Berdasarkan hasil telaah dan koordinasi, Pelapor menginginkan agar Tower BTS tersebut
dibongkar, karena meresahkan masyarakat sekitar (penyanding) terhadap dampak Tower BTS
yang telah cukup lama didirikan. Sementara dari pihak PT. Telkomsel merasa telah
memenuhi prosedur dan tidak mungkin merelokasi Tower BTS tersebut. dikarenakan
pemindahan tower akan berdampak pada ketiadaansignal di lokasi dan sulitnya proses
pendirian Tower baru. Selain itu, juga terdapat perjanjian penggunaan bersama dengan
operator lain atas Tower BTS di lokasi Banjar Tektek tersebut. Peliknya permasalahan yang
terjadi membuat Tim Resolusi dan Monitoring mengambil langkah untuk melakukan upaya
konsiliasi kepada pihak-pihak terkait. Konsiliasi dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2019 di
Kantor Ombudsman RI Perwakilan Bali di Denpasar, dalam pelaksanaannya difasilitasi oleh
3 (tiga) orang Asisten Ombudsman RI dan hadir dalam Konsiliasi tersebut yaitu dari pihak
Pelapor, Pemerintah Kota Denpasar, dan Pejabat dari PT. Telkomsel Bisnis Support Area 3
dengan kesepakatan akhir yaitu PT. Telkomsel bersedia untuk merelokasi Tower BTS di
Banjar Tektek Denpasar dalam waktu 5 (lima) tahun. Selain itu,  PT. Tekomsel juga akan
melakukan pemeliharaan untuk keamanan, kenyamanan dan ketertiban bersama bagi warga.
Dengan selesainya konsiliasi dimaksud serta tidak adanya tanggapan dari Para Pihak, maka
Ombudsman RI telah menyatakan kasus ditutup pada bulan April 2019. Pelapor merasa
sangat senang dan mengucapkan terimakasih atas kesepakatan dalam konsiliasi oleh
Ombudsman RI. Semoga hal ini menjadi pertimbangan bagi Instansi Terlapor lainnya
(Penyelenggara Negara) untuk dapat berkoordinasi dengan Ombudsman dalam penyelesaian
laporan masyarakat dan mau melakukan upayawin-win solution, sehingga persoalan dapat
teratasi dengan baik.

Masalah yang Terjadi (Pandangan Ketiga Pihak)

1. Masyarakat (Pelapor): masyarakat Banjar Tektek, Bali merasa diresahkan karena


PT. Telkomsel mendirikan Tower BTS. Masyarakat meminta Pihak Telkomsel
untuk membongkar tower BTS tersebut akibat keresahan masyarakat akan
dampak yang ditimbulkan.
2. PT. Telkomsel : PT. Telkomsel belum mengajukan permohonan Surat Ijin Tempat
Usaha (SITU) di Banjar Tektek, dikarenakan Tower BTS telah berdiri sebelum
Peraturan Wali Kota diterbitkan. PT. Telkomsel merasa telah memenuhi prosedur
dan tidak mungkin merelokasi Tower BTS tersebut. dikarenakan pemindahan
tower akan berdampak pada ketiadaansignal di lokasi dan sulitnya proses
pendirian Tower baru.
3. Pemerintah Kota Denpasar: Terdapat peraturan baru dari pemerintah yang
diterbtikan setelah tower BTS telkomsel didirikan.

Tahapan Penanganan Konflik

Tahapan Penanganan Konflik yang dilalui adalah:

1. Pelaporan dan Penapisan


Pada tahapan ini dibagi menjadi tiga yaitu: (a). Pengaduan; (b). Penapisan; dan (c).
Penilaian konflik.
a. Pengaduan
Pada tahap ini, setiap pelaku usaha yang sedang menghadapi konflik yang
bermaksud meminta bantuan atau layanan kepada “unit layanan pengaduan”. ,
dimana, pelapor diminta untuk memberikan berkas-berkas yang dibutuhakan,
seperti:
- Identitas pemohon antara lain memuat informasi nama, alamat dan nomor
telepon yang bisa dihubungi;
- Pihak yang berkonflik;
- Lokasi terjadinya konflik;
- Penyebab terjadinya konflik;
- Waktu terjadinya konflik;
- Kerugian yang timbul akibat konflik;
- Tuntutan yang diinginkan; dan
- Dokumen pendukung lainnya

Dalam kasus PT. Telkomsel ini, pengaduan dilakukan oleh pihak masyarakat
Banjar Tektek, Bali melalui Kantor Ombudsman RI Perwakilan Bali. Dimana,
Pihak-pihak yang berkonflik yaitu PT Telkomsel, Masyarakat Banjar Tektek,
serta Pemerintah Kota Denpasar. Konflik terjadi karena masyarakat merasa
diresahkan dengan didirikannya tower BTS milik telkomsel, dan meminta untuk
pembongkaran Tower BTS tersebut. Sementara itu, PT. Telkomsel merasa sudah
memenuhi peraturan-peraturan sehingga tidak bersedia untu membongkar Tower
BTS tersebut. Disisi lain, pemerintah kota denpasar telah menerbitkan peraturan
baru yang berupa perijinan yang harus dimiliki jika ingin mendirikan suatu usaha
yaitu SITU (Surat Ijin Tempat Usaha), yang diterbitkan setelah Tower BTS
Telkomsel didirikan.

b. Penapisan
Penapisan dilakukan oleh petugas di unit layanan pengaduan konflik Kadin.
Untuk memastikan informasi dan dokumen yang disampaikan oleh pengadu sudah
lengkap atau belum lengkap. Jika sudah lengkap maka diinformasikan kepada
pengadu melalui surat bahwa dokumen telah lengkap dan akan diproses ke tahap
selanjutnya. Jika dokumen belum lengkap maka dimintakan kembali kepada pihak
pengadu untuk melengkapi dokumen. Tahap penapisan ini merupakan penapisan
administratif. Dalam kasus ini, kasus dilanjutkan ke tahap selanjutnya yang berarti
bahwa dokumen yang dibutuhkan sudah lengkap.
c. Penilaian Konflik
Pada tahap ini, unit layanan pengaduan akan menilai konflik yang sedang
terjadi, apakah konflik tersebut harus diatasi dengan menggunakan pihak ketiga,
atau bisa diatasi tanpa menggunakan pihak ketiga. Dalam kasus ini, Ombudsman
RI Perwakilan Bali melakukan pemeriksaan terlebih dahulu ke TKP.
d. Usulan Pilihan Penanganan Konflik
Pada tahap ini, Ombudsman RI Perwakilan Bali memberikan usulan mengenai
strategi apa yang sebaiknya digunakan dalam menyelesaikan konflik. Peliknya
permasalahan yang terjadi membuat Tim Resolusi dan Monitoring mengambil
langkah untuk melakukan upaya konsiliasi kepada pihak-pihak terkait.
2. Penyelesaian
Dalam kasus ini, penyelesaian konflik dilakukan dengan konsoliasi. Konsiliasi
dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2019 di Kantor Ombudsman RI Perwakilan Bali
di Denpasar, dalam pelaksanaannya difasilitasi oleh 3 (tiga) orang Asisten
Ombudsman RI dan hadir dalam Konsiliasi tersebut yaitu dari pihak Pelapor,
Pemerintah Kota Denpasar, dan Pejabat dari PT. Telkomsel Bisnis Support Area 3.
kesepakatan akhir yaitu PT. Telkomsel bersedia untuk merelokasi Tower BTS di
Banjar Tektek Denpasar dalam waktu 5 (lima) tahun. Selain itu,  PT. Tekomsel juga
akan melakukan pemeliharaan untuk keamanan, kenyamanan dan ketertiban bersama
bagi warga.
3. Pelaksanaan Hasil Penyelesaian
Setelah hasil akhir atau kesepakatan akhir telah didapat, maka tahap selanjutnya
adalah pelaksanaan hasil penyelesaian yang dilakukan dengan melakukan pemantauan
dan evaluasi.
4. Kasus Selesai
Dengan selesainya konsiliasi dimaksud serta tidak adanya tanggapan dari Para
Pihak, maka Ombudsman RI telah menyatakan kasus ditutup pada bulan April 2019.

Dampak atau Kerugian yang dialami (dari ketiga pihak)

1. Masyarakat Banjar Tektek: kerugian yang didapat oleh masyarakat banjar Tektek dari
konflik ini adalah keresahan akan dampak yang ditimbulkan dengan pendirian tower
BTS dari telkomsel.
2. PT. Telkomsel: kerugian yang didapat oleh PT. Telkomsel adalah berupa biaya
tambahan untuk melakukan relokasi dari tower BTS.
3. Pemerintah Kota Denpasar : dalam kasus ini, pemerintah kota denpasar cenderung
tidak mengalami dampak atau kerugian, namun sebaliknya pemerintah Kota Denpasar
dapat menjadi penengah antara masyarakat dengan PT. Telkomsel dalam
menyelesaikan kasusnya.

Solusi Strategi Penanganan Konflik


Adapun solusi strategi untuk menangani konflik ini adalah dengan melakukan strategi
Akomodatif (Accomodating). Strategi Akomodatif adalah salah satu cara penanganan konflik
yang mana terdapat satu pihak yang mengalah atau mengesampingkan kepentingan
pribadinya demi kepentingan lawannya/kepentingan bersama dengan tujuan untuk
mempertahankan hubungan antara pihak-pihak yang sedang berkonflik. Strategi ini akan
lebih efektif apabila pihak lain yang sedang konflik tersebut adalah lebih profesional atau
memiliki solusi yang lebih baik dalam mengatasi suatu masalah yang sedang terjadi. Strategi
akomodatif juga dapat dikatakan sebagai strategi “Win Lose” dimana akan ada pihak-pihak
yang menang dan ada pula pihak yang kalah. Kasus Telkomsel ini cocok untuk menggunakan
strategi akomodatif karena, ini menyangkut keselamatan masyarakat yang tidak bisa ‘hanya
dikurangi’ agar mendapatkan win-win solution. Keselamatan masyarakat harus menjadi
prioritas utama, sehingga PT. Telkomsel mau tidak mau harus merelokasi pendirian dari
Tower BTS ini. Dalam kasus PT. Telkomsel, tuntutan masyarakat untuk direlokasikannya
Tower BTS diterima, sehingga disini PT.Telkomsel mengalami Lose dan Masyarakat
mengalami Win.

Simpulan

PT. Telkomsel mendirikan sebuah Tower BTS di Banjar Tektek, Bali, yang kemudian
hal ini meresahkan warga sekitar akan dampak yang dapat ditimbulkan, oleh karena itu
masyarakat Banjar Tektek melaporkan kejadian ini ke kantor Ombudsman RI perwakilan
Bali dan mengajukan tuntutan untuk direlokasi atau dibongkarnya Tower tersebut. Sementara
PT. Telkomsel merasa tidak melakukan pelanggaran apapun dan sudah mempunyai perizinan.
Namun, Pemerintah Kota Denpasar telah menerbitkan surat perijinan baru yang harus
dimiliki untuk membangun usaha yaitu SITU (Surat Ijin Tempat Usaha) yang diterbitkan
setelah Tower BTS PT. Telkomsel didirikan. Konflik ini kemudian diselesaikan dengan
melakukan konsoliasi yang mendapatkan hasil dimana PT. Telkomsel akan merelokasikan
Tower BTS-nya dalam waktu 5 Tahun. Karena tidak adanya laporan kembali dari para pihak
yang terlibat, Ombudsman RI perwakilan Bali telah resmi menutup kasus tersebut pada April,
2019.

Anda mungkin juga menyukai