Anda di halaman 1dari 21

TERAPI KOMPLEMENTER

A. Pengertian
Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai
pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain di luar
pengobatan medis yang konvensional.
Terapi Komplementer adalah pengobatan non konvensional yang bukan berasal dari negara
yang bersangkutan. Misalnya, jamu bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan
pengobatan tradisional (WHO).
B. Perkembangan Terapi Komplementer
Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan
pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer – alternatif yang
meningkat dari tahun ke tahun, bahkan hasil penelitian tahun 2010 telah digunakan oleh 40%
dari penduduk Indonesia.
C. Rumah Sakit Terapi Komplementer di Indonesia
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik yang telah
menetapkan kewenangan terhadap 12Rumah Sakit Pendidikan untuk melaksanakan pelayanan
pengobatan komplementer, dintaranya :
1. RSUP Sanglah Denpasar
2. RSUD Dr. Pringadi Medan
3. RSUP Persahabatan Jakarta
4. RS Kanker Dharmais Jakarta
5. RSUD Saiful Anwar Malang
6. RSUD Dr. Soetomo Surabaya
7. RS TNI AL Mintoharjo Jakarta
8. RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
9. RSUP Prof. Dr. Kandau Menado
10. RSUP Dr. Suraji Tirtonegoro Klaten
11. RS Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Solo
12. RSUP Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar
D. Tujuan Terapi Komplementer
Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem – sistem tubuh,
terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh dapat menyembuhkan dirinya
sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita sebenarnya mempunyai kemampuan untuk
menyembuhkan dirinya sendiri, asalkan kita mau mendengarkannya dan memberikan respon
dengan asupan nutrisi yang baik dan lengkap serta perawatan yang tepat.
E. Jenis – Jenis Terapi Komplementer
a. Nutrisi (Nutritional Therapy);
b. Terapi herbal (Herbal Therapy);
c. Terapi psiko – somatik (Mind – Body Therapy)
d. Terapi spiriyual berbasis doa (Spiritual Therapy Based on Prayer)
F. Metode Terapi Komplmenter
a. Yoga;
b. Akupuntur;
c. Pijat refleksi;
d. Chiropractic;
e. Tanaman obat herbal;
f. Homeopati, natuopati;
g. Terapi polaritas atau reiki;
h. Tekhnik – tekhnik relaksasi;
i. Hipnoterapi, meditasi dan visualisasi.
G. Obat – Obat yang Digunakan dalam Terapi Komplmenter
a. Bersifat natural yaitu mengambil bahan dari alam, seperti jamu – jamuan, rempah yang sudah
dikenal (jahe, kunyit, temu lawak dan sebagainya).
b. Pendekatan lain seperti menggunakan energi tertentu yang mampu mempercepat proses
penyembuhan, hingga menggunakan doa tertentu yang diyakini secara spiritual memiliki
kekuatan penyembuhan.

Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan konvensional, yaitu
sebagai berikut :
1. Akupunktur medik yang dilakukan oleh dokter umum berdasarkan kompetensinya.
Metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat bermanfaat dalam mengatasi
berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara
kerjanya adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul signal yang berperan sebagai
komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul tersebut adalah pelepasan endorphin
yang banyak berperan pada sistem tubuh.
2. Terapi hiperbarik, yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke dalam sebuah
ruangan yang memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih besar daripada tekanan udara
atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%). Selama
terapi, pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk menghindari trauma pada
telinga akibat tingginya tekanan udara.
3. Terapi herbal medik, yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik berupa
herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa fitofarmaka.
Herbal terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau hewan
coba, baik terhadap keamanan maupun efektivitasnya. Terapi dengan menggunakan
herbal ini akan diatur lebih lanjut oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Ada
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut :

• sumber daya manusia harus tenaga dokter dan atau dokter gigi yang sudah memiliki kompetensi.
• Bahan yang digunakan harus yang sudah terstandar dan dalam bentuk sediaan farmasi.
• Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan penelitian harus telah mendapat izin dari
Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan akan dilakukan pemantauan terus – menerus.
Dari 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang ada, daya efektivitasnya untuk mengatasi
berbagai jenis gangguan penyakit tidak bisa dibandingkan satu dengan lainnya karena masing –
masing mempunyai teknik serta fungsinya sendiri – sendiri. Terapi hiperbarik misalnya,
umumnya digunakan untuk pasien – pasien dengan gangren supaya tidak perlu dilakukan
pengamputasian bagian tubuh. Terapi herbal, berfungsi dalam meningkatkan daya tahan tubuh.
Sementara, terapi akupunktur berfungsi memperbaiki keadaan umum, meningkatkan sistem imun
tubuh, mengatasi konstipasi atau diare, meningkatkan nafsu makan serta menghilangkan atau
mengurangi efek samping yang timbul akibat dari pengobatan kanker itu sendiri, seperti mual
dan muntah, fatigue (kelelahan) dan neuropati.
Pada beberapa rumah sakit di Indonesia, pengobatan komplementer ini pun mulai diterapkan
sebagai terapi penunjang atau sebagai terapi pengganti bagi pasien yang menolak metode
pengobatan konvensional. Terapi komplementer ini juga dapat dilakukan atas permintaan pasien
sendiri ataupun atas rujukan para dokter lainnya. Diharapkan dengan penggabungan pengobatan
konvensional dan pengobatan komplementer ini bisa didapatkan hasil terapi yang lebih baik.
Di Indonesia, Rumah Sakit Kanker “ Dharmais “ Jakarta merupakan satu dari 4 rumah sakit
yang telah ditunjuk oleh Departemen Kesehatan untuk melaksanakan dan mengembangkan
pengobatan komplementer ini. Untuk saat ini, pengobatan komplementer yang sudah tersedia
adalah pengobatan akupunktur medik. Sedangkan untuk terapi menggunakan herbal medik
sedang dalam persiapan. 3 rumah sakit lain yang dipercaya untuk terapi pengobatan
komplementer oleh Departemen Kesehatan adalah Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, Rumah
Sakit Dokter Soetomo Surabaya, dan Rumah Sakit Kandouw Manado.
Sumber : http://argitauchiha.blogspot.com/2010/12/terapi-komplementer.html
PENGOBATAN ALTERNATIF & KOMPLEMENTER
Dalam buku tersebut, dituliskan definisi pengobatan alernatif dan komplementer sebagai berikut:
• Pengobatan Alternatif adalah jenis pengobatan yang tidak dilakukan oleh
paramedis/dokter pada umumnya, tetapi oleh seorang ahli atau praktisi yang menguasai
keahliannya tersebut melalui pendidikan yang lain/non medis.
• Pengobatan Komplementer adalah pengobatan tradisional yang sudah diakui dan dapat
dipakai sebagai pendamping terapi konvesional/medis.

Menurut National Center for Complementary and Alternative Medicine (NCCAM) Pengobatan
di atas dapat dikategorikan menjadi 5 kategori yang kadangkala satu jenis pengobatan bisa
mencakup beberapa kategori. (Wikipedia-Alternative Medicine)
Sistemnya adalah:
1. Alternative Medical System/ Healing System – non medis
terdiri dari Homeopathy, Naturopathy, Ayurveda dan Traditional Chinese Medicine
(selanjutnya disingkat TCM)

seven chakras-ayurveda
2. Mind Body Intervention
terdiri atas Meditasi, Autogenics, Relaksasi Progresif, Terapi Kreatif, Visualisasi Kreatif,
Hypnotherapy, Neurolinguistik Programming (NLP), Brain Gym, dan Bach Flower
Remedy.
3. Terapi Biologis
terdiri dari Terapi Herbal, Terapi Nutrisi, Food Combining, Terapi Jus, Makrobiotik,
Terapi Urine, Colon Hydrotherapy.
4. Manipulasi Anggota Tubuh
terdiri atas Pijat/Massage, Aromatherapy, Hydrotherapy, Pilates, Chiropractic, Yoga,
Terapi Craniosacral, Teknik Buteyko.
5. Terapi Energi
terdiri dari Akupunktur, Akupressur, Refleksiologi, Chi Kung, Tai Chi, Reiki, dan Prana
healing.

Sedangkan untuk pengobatan konvensional maupun pilihan diagnosa ada pula yang dilakukan
seperti pengobatan alternatif :
hyperbaric oxygen chamber
Pengobatan konvensional/medis – Gaya alternatif
terdiri atas Terapi khelasi, Terapi Oksigen Hiperbarik, dan EECP.
Diagnosa Alternatif
melalui Foto aura, Iridologi, Radiestesi, Kinesiologi, dan Diagnosa TCM
Sumber : http://rumahherbalku.wordpress.com/2009/02/08/pengobatan-alternatif-
komplementer-bersambung-bag-1/

--
SOP MEDITASI
RELAKSASI MEDITASI
Banyak Perawat yang belum memahami bagimana membantu pasien mengurasi stress dan
mengurangi rasa nyeri tanpa obat.
Relaksasi meditasi merupakan terapi komplemen yang mudah dilakukan oleh siapa saja.
Relaksasi meditasi merupakan bentuk pelayanan keperawatan dari aspek psikososial-spiritual

Meditasi diartikan sebagai proses pemusatan perhatian, yang menyebar menjadi satu
perhatian, yang dilakukan secara sadar. Dengan meditasi, seseorang bisa belajar menjalani
hidup dengan baik atas dasar keinginannya sendiri dan mencoba mengatasi masalah yang
dihadapi

Meditasi adalah suatu usaha untuk mencapai keadaan yang disebut trance/hening ( stop
thinking ), sehingga otak mempunyai kesempatan untuk memperbaiki kondisi yang tidak
seimbang ( homeostasis ).

Pada saat menghadapi stressor, maka otak ( hipothalamus ) akan mengirimkan sinyal tanda
bahaya pada organ tubuh melalui syaraf untuk mengadakan serangkaian perubahan dalam
tubuh seperti jantung, hormon, otot dan alat pernafasan.

Cocok untuk pasien asma dengan kategori tertentu, namun tetap tidak cocok untuk
pasien asma kronis. Dan harus tetap dilakukan secara rutin.

CARA MENGISTIRAHATKAN OTAK


$ Relaksasi.
$ Meditasi

PROSES DALAM TUBUH DALAM KONDISI MEDITATIF


# Penggunaan oksigen dalam tubuh sangat kecil.
# Tubuh akan mengeluarkan endomorphin.
# Proses homeostasis oleh otak.
# Proses regenerasi sel.
# Masuk dalam kesadaran jiwa.

TAHAPAN PROSES MEDITASI


Fase orientasi.
Fase Relaksasi.
Fase trance.
Fase Terminasi.
FASE ORIENTASI
Self evaluation.
Bina trust dengan pasien.
Eksplorasi perasaan pasien.
Lakukan Konseling untuk meningkatkan sugesti/motivasi pasien.
Siapkan pasien untuk pasrah kepada Tuhan.

FASE RELAKSASI
Duduk / tidur telentang.
Konsentrasi.
Merasakan.

FASE TRANCE
Hening.
Berdo’a sesuai dengan kebutuhan.
Pasrah.

FASE TERMINASI
Ucapkan terima kasih kepadaTuhan karena telah mendapat bantuan dari Tuhan.
Pertahankan kondisi meditatif dalam keadaan mata dibuka.

TEHNIK RELAKSASI MEDITASI


Duduk dengan santai.
Tatap satu titik satu meter didepan anda hingga mata anda merasa perih, tahan hingga tidak
mampu lagi menahan perih dan biarkan mata anda menutup sendiri.
Tarik nafas dalam melalui hidung dan niatkan dalam hati bersamaan dengan menarik nafas
untuk menarik energi penyembuhan dari sekitar kita.
Keluarkan nafas pelan melalui hidung, bersamaan dengan itu keluarkan energi melalui telapak
kedua kaki. Lakukan secara berulang-ulang ( 3 x).
Tarik nafas dalam , keluarkan energi melalui kedua telapak tangan. Lakukan berulang-ulang
sebanyak 3 kali.
Tarik nafas dalam , keluarkan energi melalui ubun-ubun. Lakukan berulang-ulang sebanyak 3
kali.
Tarik nafas dalam , keluarkan energi ke seluruh tubuh. Lakukan berulang-ulang sebanyak 3
kali.
Berdo’a kepada Tuhan, “ Tuhan berikanlah penyembuhan pada diri saya”. Kemudian rasakan
energi dari atas kepala masuk kedalam tubuh anda dan menyapu bersih semua energi negatif
dalam diri anda. Biarkan energi ilahi membersihkan energi negatif, sementara anda pasrah
kepada Tuhan dengan fokus pada hati nurani anda.

TEHNIK TIDUR RELAKSASI


Lakukan posisi tidur telentang dan pejamkan mata.
Kendorkan semua organ tubuh mulai kaki sampai ujung kepala.
Fokuskan pikiran anda pada kedua kaki anda.
Rasakan energi masuk mulai ujung ibu jari anda.
Biarkan energi naik ke mata kaki, betis, lutut, paha hingga ujung kepala.
Biarkan energi mengalir terus mulai ujung kaki hingga ujung kepala.
Anda pasrah kepada Tuhan biarkan Tuhan mengobati diri anda.
Kalau anda ngantuk , biarkan anda tertidur dengan nyenyak.

EKSPLORASI PERASAAN
Relaksasi.
Kembali pada masa lalu yang menyakitkan.
Menyadari bahwa masalah tsb merupakan bagian dari kehidupan dan terima apa adanya.
KEPERAWATAN KOMPLEMENTER - KONSEP PRANA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 PENGGUNAAN PRANA

Penyembuhan dengan Prana tak hanya bisa menanggulangi penyakit fisik, tetapi juga
masalah emosi, psikologis dan juga spiritual. Hal itu dikarenakan kualitas energi Prana
membentuk pribadi dan diri manusia. Energi Prana mempengaruhi cara orang berfikir,
mempengaruhi seseorang dalam bertindak, mempengaruhi dalam mengambil keputusan dan
mempengaruhi kehidupan seseorang secara holistik.

Prinsip-prinsip dasat transfer energi merupakan konsep ilmiah, dapat diterapkan dalam
kasus penyembuhan prana dimana energi prana yang digunakan untuk mempengaruhi reaksi
dalam tubuh, dengan demikian menyembuhkan penyakit apapun yang ada dalam tubuh.
Konsep dasar adalah bahwa ketika seseorang menderita penyakit, prana atau tingkat energi
terpengaruh. Penyembuhan Prana membantu seseorang untuk memulihkan energi vitalnya
dengan bekerja pada chakra prana pasien dan aura.

Penyembuhan Prana bekerja pada dua hukum dasar – hukum pemulihan diri dan hukum
energi kehidupan. Hukum pemulihan diri menyatakan bahwa tubuh memiliki kekuatan atau
kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri sedangkan hukum energi kehidupan
menegaskan bahwa energi kehidupan atau prana dapat digunakan untuk mempercepat proses
penyembuhan. Proses penyembuhan prana menegaskan bahwa energi prana benar-benar
dapat mempengaruhi reaksi kimia dalam tubuh untuk menyembuhkan penyakitnya.

1.2 PROSES PENYEMBUHAN MELALUI PRANA

Penyembuhan prana dapat digunakan untuk kondisi gangguan spiritual, psikologis dan fisik.
Seperti dengan mengobati pasien melalui aura mereka. Pengobatan ini sangat non-invasif.
Penyembuhan Prana disebut sebagai sumber terapi alternatif selain penggunaan obat.
Praktisi akan menggunakan tangan mereka untuk menyerap dan menyalurkan prana itu ke
daerah-daerah di mana energi aura pasien yang sakit, menghilangkan energi buruk dan
menggantinya dengan energi segar. Hasilnya sering langsung. Karena penyembuhan Prana
bekerja pada “tubuh energi”, ia mampu mengambil gangguan potensial atau penyakit sebelum
mereka terwujud dalam pasien. Setiap sesi pengobatan disesuaikan dengan kondisi dan
kombinasi spesifik warna energi dan getaran yang digunakan untuk efek pengobatan atau
penyembuhan.

Sementara penyembuhan prana dapat dilakukan secara mandiri atau digabungkan dengan
pengobatan kedokteran modern. Jika Anda menderita masalah serius atau persisten, praktisi
akan mendorong Anda untuk konsultasi dengan dokter serta melanjutkan pengobatan secara
medis.

1.3 DAMPAK TERAPI PRANA

1. Dampak Positif

• Menyembuhkan gangguan fisik atau psikologis kronis dan akut

• Dapat meningkatkan kesejahteraan seseorang dan membantu untuk mencapai tujuan, dan
makmur dalam pribadi maupun kehidupan professional

• Membantu untuk menanamkan sejumlah spiritualitas dalam praktisi dari bentuk terapi

2. Dampak Negative

Sampai saat ini, belum ditemukan adanya efek samping setelah seseorang di terapi
dengan energi prana. Akan tetapi, penanganan menggunakan energi prana yang kurang tepat,
mampu memicu gangguan penyakit ringan seperti telinga berdengung, muncul alergi dan
beberapa anggota tubuh seperti jari kelingking tangan kesemutan. Oleh sebab itu, jika ingin
mendapatkan pengobatan dengan energi prana pastikan praktisi yang didatangi merupakan
praktisi yang telah bersertifikat nasional dan di keluarkan oleh asosiasi prana ternama, seperti
dari Asosiasi Prana Indonesia. dan jika ingin belajar penyembuhan dengan prana, pastikan
untuk mencari seorang guru pembimbing yang kompeten dan telah berpengalaman.
BAB II

KONSEP TEORI
2.1 PENGERTIAN PRANA

Prana adalah istilah sansekerta yang berarti energi vital atau daya hidup yang
memberikan kehidupan bagi seluruh alam semesta termasuk kehidupan manusia. Prana adalah
universal. Di China disebut Chi, di Jepang Ki, di Yunani Pneuma, di Polynesia Mana, dan dalam
bahasa Ibrani disebut dengan Ruah yang kesemuanya mempunyai arti yang sama yaitu ‘Nafas
Kehidupan’.

Prana merupakan energi yang berorientasi terhadap makrosmos. Contoh dari energi-
energi yang termasuk dalam kelompok ini adalah : Reiki, Ling Chi, Karuna, Seichim, Prana
(Choa Kok Sui), Drisana, Neriya, Golden Triangle, Ra-Sheeba, dan lain-lain.

2.2 KONSEP DASAR PENYEMBUHAN PRANA

Dalam ilmu pengobatan kuno, terdapat lima tingkatan kemampuan penyembuhan:

1. Tingkat Pertama

Tingkat ini disebut tuena. Penyembuh menggunakan tangannya untuk mengurut dan memijat.
Hal ini disebut juga dengan acupressure. Ini merupakan kemampuan tingkat pertama.

2. Tingkat Kedua

Pada tingkat ini, penyembuh menggunakan ramuan tumbuh-tumbuhan (herbal), kadang juga
menggunakan ramuan yang berasal dari hewan serta mineral untuk menyembuhkan pasien.

3. Tingkat Ketiga

Pada tingkat ini, penyembuh menggunakan teknik akupunktur dan moxibustion. Menggunakan
jarum untuk memperlancar aliran energi.

4. Tingkat Keempat
Pada tingkat ini penyembuh menggunakan akupunktur sambil memproyeksikan chi pada jarum,
meridian dan organ dalam. Ini merupakan teknik penyembuhan tingkat tinggi, di China untuk
menguasai teknik penyembuhan ini membutuhkan waktu bertahun-tahun.

5. Tingkat kelima

Merupakan kemampuan penyembuhan tingkat tertinggi, dilakukan dengan cara mengalirkan chi
tanpa menggunakan jarum ataupun kontak fisik. Energi chi dialirkan dari jarak dekat maupun
jarak jauh, misalnya dari daerah satu ke daerah lainnya. Dalam kebudayaan China dan India
kuno, teknik mengalirkan energi chi atau prana dalam jarak dekat maupun jarak jauh tanpa
merasa lelah ini pada saat itu sangat dijaga kerahasiaannya dan hanya sangat sedikit orang
yang mampu melakukannya.

2.3 INDIKASI

Indikasi dari terapi perana ini antara lain:

a. Bagi Terapis

1. Terapis tidak tertular atau tidak terkontaminasi penyakit pasien, karena praktisi tidak
menyentuh pasien dan ntidak menarik energi negatif dari tubuh pasien.

2. Terapis hanya menyalurkan energi positif selanjutnya energi positif ini bekeja mencari energi
negatif yang terbanyak di dalam tubuh pasien dan mendorong keluar dari tubuh pasien.

3. Terapis tidak akan kelelahan atau kehabisan tenaga, karena hanya menyalurkan .

4. Terapis tidak mengolah maupun menahan nafas.

5. Semakin sering terapis melakukan penyambuhan atau penyaluran energi akan semakin baik
sirkulasi energi positif didalam diri praktisi tersebut.

b. Bagi Pasien

1. Mampu mengoptimalkan metabolisme, kebugaran dan stamina tubuh secara jasmani.


2. Mampu mencapai tingkat kesehatan spiritual atau rohani tubuh yang lebih baik dan sehat.

3. Mampu mencapai tingkat kecerdasan tubuh secara jasmani dan spiritual atau rohani yang
lebih baik.

4. Untuk aplikasi penyembuhan dan pemulihan tubuh (baik untuk diri sendiri ataupun untuk orang
lain).

5. Ketika penyembuhan dengan prana di kolaborasikan dengan pengobatan medis. Kesembuhan


pasien bisa 2-3 kali lipat lebih cepat dibandingkan dengan pengobatan hanya menggunakan
obat medis saja.

2.4 KONTRAINDIKASI

Ada banyak sumber dari alam yang menghasilkan prana, tetapi tidak semua sumber dapat
bermanfaat baik untuk tubuh kita (baik secara jasmani dan, ataupun rohani). Oleh karena itu
pasien yang akan melakukan terapi prana sebaiknya memilih terapis yang berpengalaman atau
yang telah kita percayai.

PROSEDUR TINDAKAN

PENERAPAN METODE PRANA KEPADA PASIEN


Menurut Pusat Pelatihan dan Penyembuhan Reiki dan Ling-Chi

1. TAHAP PERSIAPAN

a. Persiapan Alat

• Tempat tidur, atau

• Kursi dengan sandaran

b. Persiapan Lingkungan

• Tempat nyaman dan tenang agar klien dapat rileks

c. Persiapan Pasien

1) Dalam posisi duduk

• Pakai kursi yang ada sandarannya

• Alas kaki dilepaskan telapak kaki langsung menyentuh lantai

• Telapak tangan terbuka, letakan di atas paha

• Duduk punggung tegak lurus, jangan bersandar

• Mata dipejamkan

• Pasien berdoa sesuai agama dan kepercayaan sendiri lalu pasrah

2) Dalam posisi berbaring atau tidur

• Usahakan posisi punggung dan kepala luruh atau datar, jangan pakai bantal

• Telapak tangan terbuka menghadap ke atas di letakan di samping tubuh


• Mata dipejamkan

• Pasien berdoa sesuai agama dan kepercayaan sendiri lalu pasrah

2. TAHAP PELAKSANAAN

1) Cuci tangan

2) Berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa

3) Senyum agar klien dapat rileks

4) Posisi terapis dibelakang pasien

5) Membuka cakra mahkota dan aura sendiri

6) Membuka cakra mahkota dan aura pasien

7) Salurkan energi positif dengan cara merentangkan tangan 3-5 cm di atas bahu pasien (tidak
menyentuh pasien)

8) Rileks, jangan tergesa-gesa

9) Niatkan penyembuhan terjadi lalu pasrah

10) Bila selesai (setelah 10-15 menit)

11) Tutup aura pasien

12) Tutup aura sendiri dilanjutkan dengan doa sesuai dengan agama dan keyakinan sendiri

13) Sampaikan kepada pasien untuk buka mata secara perlahan, gerakan jari-jari kedua tangan
perlahan-lahan, lalu berdoa sesuai dengan agama dan keyakinan pasien

14) Jangan menutup cakra mahkota pasien

15) Berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa

16) Mencuci tangan


PANTANGAN:

1) Jangan melakukan terapi dalam keadaan emosi atau marah

2) Terapis tidak boleh mendiagnosa penyakit pasien

DAFTAR PUSTAKA

http://annunaki.me/produk/layanan-terapi-aura-dan-prana/

http://id.prmob.net/prana/kausal-tubuh/weda-1350733.html

http://pranaindonesia.wordpress.com/artikel-prana/manfaat-penyembuhan-prana/

http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/artikel/seberapa-besar-manfaat-pengobatan-alternatif
TERAPI SPIRITUAL DOA

Saat ini perkembangan terapi di dunia kesehatan sudah berkembang kearah pendekatan keagamaan
(psikoreligius). Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan ternyata tingkat keimanan seseorang erat
hubunganya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang
merupakan stressor psikososial. WHO telah menetapkan unsur spiritual (agama) sebagai salah satu dari
empat unsur kesehatan. Keempat unsur kesehatan tersebut adalah sehat fisik, sehat psikis, sehat sosial
dan sehat spiritual. Klesehatan spiritual berkaitan erat dengan dimensi lain dan dapat dicapai jika terjadi
keseimbangan dengan dimensi lain (fisiologis, psikologis, sosiologis, kultural). Kesehatan spiritual sangat
berpengaruh terhadap koping yang dimiliki individu. Semakin tinggi tingkat spiritual individu, maka koping
yang dimiliki oleh individu tersebut juga akan semakin meningkat. Sehingga mampu meningkatkan
respon adaptif terhadap berbagai perubahan yang terjadi pada diri individu tersebut. Peran tenaga
kesehatan adalah bagaimana mampu mendorong klien mampu menghadapi, menerima dan
mempersiapkan diri terhadap perubahan yang terjadi pada individu tersebut.

DEFINISI
MEMASYARAKATKAN TERAPI SPIRITUAL
Pengertian terapi spiritual adalah sebuah terapi dengan pendekatan terhadap kepercayaan
yang dianut oleh klien, pendekatan ini dilakukan oleh seorang pemuka agama dengan cara
memberikan pencerahan, kegiatan ini dilakukan minimal 1 kali seminggu untuk semua klien dan
setiap hari untuk pasien. Terapi spiritual berbeda dengan berdoa, doa tersebut ditiupkan
disebuah gelas berisi air minum kemudian meminta klien meminum air tersebut, meskipun
sama - sama menggunakan sebuah perilaku dalam sebuah agama atau kepercayaan tetapi
akan sangat berbeda dengan terapi spiritual.

Terapi spiritual lebih cenderung untuk menyentuh satu sisi spiritualitas manusia, mengaktifkan
titik godspot dan mengembalikan klien ke sebuah kesadaran darimana dia berasal, alasan
mengapa manusia diciptakan, tugas - tugas yang harus dilakukan manusia didunia, beberapa
hal yang pantas dilakukan didunia, hal - hal yang tak pantas dilakukan didunia, mengembalikan
manusia ke kesucian, mengembalikan sebuah kertas yang berisikan tulisan tinta kembali
menjadi selembar kertas putih.

Terapi spiritual dalam bentuk massal dilakukan disebuah ruangan tertentu, pembicara yang
sudah menguasai komunikasi terapeutik memberikan pencerahan tentang hakekat mengapa
manusia diciptakan, mengenalkan tujuan manusia diciptakan dll, pencerahan - pencerahan ini
bertujuan mengurangi manusia terhadap keinginan dan memprioritaskan kebutuhan, meskipun
kebutuhan bagi setiap orang itu berbeda tetapi minimal dengan mengetahui kebutuhan dasar
manusia maka terapi ini akan membantu manusia kembali ke kesadaran awal.

Terapi spiritual juga bisa dilakukan dalam bentuk bimbingan individu, terapi dilakukan oleh
satu perawat dengan satu pasien, perawat membacakan sesuatu yang harus ditirukan oleh
klien kemudian perawat meminta klien membaca bacaan tertentu sebanyak beberapa kali,
selain itu membimbing klien dalam proses ibadah, meski mengalami gangguan jiwa beberapa
klien masih memiliki satu kesadaran terkait dengan spiritualitas.

Memasyarakatkan terapi spiritual bertujuan menreduksi lamanya waktu perawatan klien


gangguan jiwa, memperkuat mentalitas dan memperkuat konsep diri klien, seorang penderita
gangguan jiwa berasal dari persepsi yang salah terkait dengan dirinya, orang lain dan
lingkungan, dengan terapi spiritual maka klien akan dikembalikan persepsinya terkait dengan
dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan
INDIKASI DAN KONTAINDIKASI
Jiwa manusia sekarang lebih diartikan sebagai pikiran dan alam perasaan manusia akan eksistensinya, makna hidupnya,
menyerahkan dan mendekatkan diri pada Tuhannya. Maka mulailah terapi spiritual, yang dulu di jaman demonologi
(gangguan jiwa karena setan) dalam sejarah psikiatri pernah menjadi terapi pokok pada gangguan mental, kembali
dipertimbangkan sebagai upaya terapi selain terapi-terapi lain pada gangguan mental psikotik dan nonpsikotik.
Masalahnya pada psikotik, ego dan pikiran rasional (penalaran) runtuh, timbul waham, halusinasi dan kerusakan daya nilai
realitas, sehingga ini harus diperbaiki dulu dengan obat-obat antipsikotik sebelum terapi spiritual yang membutuhkan
abstraksi itu bisa dijalankan.

Berpikir abstrak, konseptual, menilai realitas, jelas membutuhkan kesadaran. Apakah kesadaran itu? Kesadaran adalah
kemampuan untuk menerima rangsang sensorik panca indra, minilai realitas dan orientasi, mengingat pengalaman yang
lalu maupun sekarang. Kesadaran bisa dipandang dua hal. Kuantitatif, yaitu orientasi terhadap orang, waktu, tempat,
situasi, bila baik disebut composmentis : dan kualitatif, untuk menilai realitas sekitar, yang bila terganggu nampak seperti
mimpi atau berkabut. Kesadaran bisa terganggu oleh gejala-gejala psikotik seperti waham dan halusinasi.

Untuk terapi spiritual gangguan mental bisa dibagi dua golongan besar saja, yaitu nonpsikotik dan psikotik. Untuk non
psikotik banyak jenisnya, seperti gangguan cemas, gangguan somatoform, depresi,gangguan kepribadian, dll. Sedang
gangguan psikotik adalah : (1) Skizofrenia (5 tipe); (2) Gangguan Afektif Berat dengan gejala psikotik ( Bipolar manik
dan Depresi Berat); (3) Skizoafektif; (4) Psikosis Polimorfik Akut; (5) Gangguan Waham Menetap; (6) Psikosis Non
Organik lainnya; dan (7) Gangguan Psikotik Organik.

Mengapa pada gangguan psikotik (skizofrenia) terapi spiritual tidak bisa langsung dikerjakan? Bahkan merupakan
kontraindikasi? Ciri gangguan psikotik adalah : ego yang collaps atau disfungsi, penalaran runtuh, adanya waham
(pikiran terdistorsi), halusinasi (pendengaran, visual, penciuman, tactil) , gangguan asosiasi pikiran (inkoherensi), tingkah
laku kacau atau katatonik, gangguan daya nilai realitas, da tidak adanya kesesuaian antara pikiran dengan perasaan dan
tindakan. Karena hal itu semua maka pada psikotik, penderita tidak mampu mengarahkan kemauannya secara sadar,
tidak mempunyai tilikan diri, dan tidak bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pemberian terapi spiritual akan
diinterpretasikan secara salah karena gejala-gejala itu semua berpengaruh kuat pada proses pikirnya. Misalnya, akan
timbul rasa bersalah atau berdosa dan tidak berguna, yang berlanjut ke usaha bunuh diri. Atau munculnya kembali
waham paranoid karena merasa mau ”dijejali” ide-ide agama oleh musuh-musuhnya secara terencana.

-Pasien dengan penyakit akut tidak dapat dilakukan terapi spiritual meditasi.

Meditasi yang benar adalah memperbaiki aura

-manipulasi energi  keperawatan komplementer energi.

Apa syarat terapi spiritual bisa dikerjakan untuk pasien-pasien psikotik (skizofrenia)? Yaitu ; (1) bila dengan pengobatan
antipsikotik selama 2-4 mg, gejala-gejala waham, halusinasi, inkoherensi dan tingkah laku kacau (gaduh gelisah) sudah
mereda; (2) ego dan penalaran sudah mulai berfungsi kembali sehingga interpretasi terhadap ide-ide sudah tepat; (3) status
mental tidak rentan/rapuh atau emosi sudah stabil; (4) bila perlu dengan skor Brief Psychiatric Rating Scale (BPRS) yang
sudah minimal.

Seperti apakah variasi pasien psikotik yang siap menerima terapi spiritual? Misalnya : (1) skizofrenia tak terinci (F20.3)
yang sudah membaik, sudah lebih 6 bulan tidak ditengok atau diambil keluarganya; (2) pasien masuk dengan gejala samar
skizofrenia residual, pasif apatis, keluarga hanya tidak mau merawatnya di rumah dengan alasan apapun; (3) pasien
psikotik yang waham dan halusinasinya sudah reda, tapi masih impulsif dan cenderung lari pulang; (4) pasien depresi
berat dengan gejala psikotik yang waham dan halusinasinya sudah reda meski harus hati-hati karena terapi spiritual bisa
menyulut waham bersalah dan berdosanya; (5) psikosis polimorf akut (E23.0) yang dalam 3-5 hari sudah reda gaduh
gelisah dan halusinasinya, tapi keluarga belum berani mengambil..
Terapi spiritual ada dua jenis, individual dan kelompok. Yang individual berarti suatu psikoterapi religius. Psikoterapi
dengan memasukkan unsur-unsur religius. Yang kedua berbentuk kelompok. Mungkin seperti psikoterapi kelompok tapi
memakai unsur keagamaan. Untuk kedua jenis ini berarti harus ada interaksi antara terapis dengan pasien. Bagi yang
kelompok, saya usulkan dua model. Pertama, dalam bentuk ceramah keagamaan (religius) intensif untuk 15-20 pasien
psikotik (setelah diseleksi, tidak seluruh pasien satu bangsal). Dengan memberi kesempatan pasien bertanya atau
memancing pertanyaan. Model yang kedua sama dengan yang pertama tapi ditambah kegiatan ritual keagamaan seperti
sembahyang, doa, dzikir, pengkajian ayat-ayat suci.

Bagaimana substansi materi keagamaan yang cocok untuk diberikan sebagai terapi spiritual bagi pasien-pasien psikotik?
Sebaiknya materi yang bersifat : (1) ajaran keagamaan yang tidak terlalu dogmatis, memvonis atau menghukum, penuh
larangan, ancaman siksa neraka, dll; (2) ajaran agama (firman Tuhan, sabda Nabi, hadist) yang memberi tuntunan untuk
berbagai tindakan dalam kehidupan sehari-hari; (3) ajaran keagamaan yang menyejukkan, bisa menetralisir konflik,
memberi solusi problematika dalam kehidupan sehari-hari; (4) ajaran keagamaan yang mendekatkan diri pada Tuhan,
memasrahkan diri dengan ichlas, tabah dan tawakal, memberi harapan dan pencerahan rochani.

Larson dkk (1982) dalam Dadang Hawari (2001) melaksanakan penelitian tentang terapi spiritual untuk pasien skizofrenia
di RSJ. Mereka membandingkan keberhasilan terapi pada dua kelompok pasien skizofrenia. Kelompok pertama mendapat
terapi konvensional (psikofaramaka) dan lain-lain tapi tidak mendapat terapi sipitual (keagamaan). Kelompok kedua
mendapat terapi konvensional dan lain-lain dan mendapat terapi spiritual. Kedua kelompok tersebut dirawat di RSJ yang
sama. Hasil penelitian ini cukup bermakna bahwa : (1) gejala klinis gangguan jiwa skizofrenia lebih cepat hilang pada
kelompok kedua yang mendapat terapi spiritual; (2) pada kelompok kedua lamanya perawatan lebih pendek daripada
kelompok pertama; (3) pada kelompok kedua, hendaya (impaiment) lebih cepat teratasi daripada kelompok pertama; (4)
pada kelompok kedua kemampuan adaptasi lebih cepat daripada kelompok pertama. Terapi spiritual yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang, berdoa, memanjatkan puji-pujian pada Tuhan,
ceramah keagamaan dan kajian kitab suci.

Dalam diskusi, saya usulkan penelitian ini bisa ditiru dan diulang kembali disini, dengan memakai instrumen Brief
Psychiatric Rating Scale (BPRS) oleh para psikiater dan instrumen kesiapan pasien pulang oleh para perawat sebelum dan
sesudah penelitian dikerjakan. Diambil 30 pasien skizofrenia dan 30 pasien skizofrenia untuk kontrol, yang sudah di
matching, di seleksi dari sekitar 800 pasien yang tersebar di 26 bangsal RSJ Magelang. Untuk lama perawatan tidak
relevan, karena di kebanyakan RSJ lama perawatan ditentukan oleh ”kesediaan” keluarga untuk mengambil pasien pulang.
Meski pasien sudah baik dan dinyatakan boleh pulang, bila keluarga tak pernah menengok dan disurati tiga kali tak pernah
datang, pasien akan tetap dirawat meski sudah lebih dari setahun.

Muncul kritik dari para perawat terhadap materi dari guru keperawatan yang menyamakan terapi spiritual
sebagai terapi modalitas. Terapi spiritual tidak tepat bila dianggap sebagai terapi modalitas, kata para perawat yang tahu
benar terapi modalitas itu. Muncul pula pertanyaan, kita ini bukan ahli agama, ulama, atau rochaniwan, bagaimana
mungkin harus memberikan terapi spiritual? Ini dijawab, bahwa para ulama, rochaniwan, tidak menghadapi, merawat dan
memikirkan pasien skizofrenia. Yang ”bergulat” setiap hari merawat skizofrenia adalah para perawat dan psikiater, jadi
kitalah yang harus memberikan terapi religious itu dengan mempelajari ilmu agama masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai