Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Secara umum penelitian bertujuan untuk mengembangkan
khasanah ilmu dengan memperoleh pengetahuan berupa faktor baru,
shingga kemudian dapat disusun teori, konsep, hukum, kaidah, atau
metodologi yang baru. Dari sini pula dapat diperoleh masalah baru yang
kelak harus dipecahkan dengan pelitian. Fakta memang menunjukan
bahwa setiap hasil sebagai jawaban atas masalah yang diperoleh dengan
cara melakukan penelitian akan mengundang pertanyaan atau masalah
baru.
Ilmu (since) dan penelitian (research) tidak dapat dipisahkan. Ilmu
tidak akan berkembang tanpa penelitian, sebaliknya penelitian tidak akan
ada apabila tidak berada didalam kerangka ilmu tertentu. Meskipun
banyak sekali definisi tentang ilmu dan penelitian, namun secara umum
dapat dikatakan bahwa ilmu merupakan filosofi, sedang penelitian
merupakan tindakan (action) yang berguna untuk membangun serta
mengembangkan ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan merupakan akumulasi proses pengembangan
ilmu pengethuan yang diperoleh dengan metode ilmiah, dengan
menggunakan teori baru yang terus berkembang. Meski kemajuan ilmu-
ilmu alamiah yang dilandasi oleh penelitian ampris telah menunjukan
tingkat yang canggih, sringkali dengan metode dan teknologi yang canggih
pula, namun hakikat perkembangan ilmu mengikuti pola yang sama. Para
peneliti melihat kesenjangan antara teori yang berdimensi umum dan
fenomena alamiah yang bersifat khusus (metode deduktif). Kesenjangan
ini lalu dikembangkan menjadi masalah penelitian, dan dirumuskan dalam
hipotesis. Peneliti kemudian membuat desaign penelitian, dan dengan
metode yang sesuai dilakukan pengumpulan data. Data yang diperoleh
yang bersifat khusus diolah atau dianalisis, kemudian dilakukan inferensi

1
sbagai pernyataan umum (metode induktif) sehingga menjadi teori baru.
Dari teori ini peneliti memperoleh masalah penelitian baru, dan kembali
pada metode deduksi. Dengan demikian jelas bahwa perkembangan ilmu-
ilmu merupakan akumulasi dari siklus metode berfikir deduktif dan
induktif yang berjalan terus menerus, berkesinambungan.

B. RUMUSAN MASALAH .
1. Apa pengertian dan bagaimana menyusun latar belakang penelitian ?
2. Apa pengertian dan bagaimana merumuskan masalah penelitian?
3. Apa pengertian dan bagaimana menyusun tujuan penelitian ?
4. Apa pengertian dan bagaimana meyusun manfaat penelitian ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dan bagaimana menyusun latar
belakang penelitian
2. Untuk mengetahui pengertian dan bagaimana merumuskan masalah
penelitian
3. Untuk mengtahui pengertian dan bagaimana menyusun tujuan
penelitian
4. Untuk mengetahui pengertian dan bagaimana meyusun manfaat
penelitian ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Latar Belakang

Latar Belakang masalah adalah informasi yang tersusun sistematis


berkenaan dengan fenomena dan masalah problematik yang menarik untuk
di teliti. Masalah terjadi saat harapan ideal akan sesuatu hal tidak sama
dengan realita yang terjadi. Tidak semua masalah adalah fenomena dan
menarik.
Masalah yang fenomenal adalah saat menajdi perhatian banyak orang
dan di bicirakan di berbagai kalangan di masyarakat. Uraian latar belakang
masalah harus mengemukakan argumen mengapa masalah tersebut diteliti.
Sebuah judul dipandang perlu diteliti kalau memenuhi kriteria tertentu.
Pertimbangan kriteria yang dapat diterima, antara lain (Wirartha, 2006 :)
1. Masalah tersebut baru dan mempunyai dampak terhadap
perkembangan ilmu dan penerapannya.
2. Mengajukan suatu konsep yang berbeda dengan yang telah ada.
3. Menunjukkan arti penting suatu masalah kalau diterapkan pada
suatu keadaan tertentu.
4. Mencari jawaban atas penyelesaian suatu masalah.

Cara membuat latar belakang masalah adalah :


1. Pada bagian awal latar belakang adalah gambaran umum tentang
masalah yang akan diangkat. Dengan model piramid terbalik buat
gambaran umum tentang masalah mulai dari hal global sampai
mengerucut fokus.
2. Pada bagian tengah ungkapkan data dan pendapat ahli berkenaan
dengan pentingnya masalah dan efek negatifnya jika tidak segera
di atasi

3
3. Bagian akhir di isi dengan alternatif solusi yang bisa di tawarkan
dan akhirnya munculah judul.

B. Rumusan Masalah

Pada dasarnya penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan


data yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap
penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah.
Walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering merupakan hal
yang paling sulit dalam proses penelitian (Tuckman dalam Sugiyono, 2008:
31). Dalam arti luas masalah adalah semua bentuk pertanyaan yang
membutuhkan jawaban (Anggoro, 2008: 1.15). walaupun masalah
merupakan titik tolak untuk melakukan penelitian, tidak semua masalah
dapat dijadikan objek untuk diteliti dan hal ini dapat diketahui dari
karakteristik masalah itu sendiri.
Fraenkel dan Wallen (2006: 29) mengemukakan bahwa masalah
penelitian yang baik adalah:
1. Masalah harus feasible, dalam arti masalah tersebut harus ddapat
dicarikan jawabannya melalui sumber yang jelas, tidak banyak
menghabiskan dana, tenaga, dan waktu
2. Masalah harus jelas, yaitu semua orang memberikan persepsi yang
sama terhadap masalah.
3. Masalah harus signifikan, dalam arti jawaban atas masalah itu harus
memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan
pemecahan masalah kehidupan manusia.
4. Masalah bersifat etis, yaitu tidak berkenaan dengan hal-hal yang
bersifat etika, moral, nilai-nilai keyakinan dan agama.

Sebagai pedoman, ada tiga karakteristik yang perlu diperhatikan dalam


mengidentifikasi masalah (Anggoro, 2008: 1.15) yaitu:
1. Masalah tersebut layak teliti

4
2. Sifat dari masalah terebut, yakni mempunyai nilai teoritis dan praktis
3. Realistis (keterjangkauan)

Selain tiga aspek utama di atas, beberapa pertimbangan lain yang perlu
dipertimbangkan, ketika mengidentifikasi masalah penelitian adalah
keaktualan dan kebaruan atau orisinilitas. Langkah selanjutnya setelah
identifikasi masalah adalah memfokuskan masalah. Memfokuskan masalah
adalah memilih dan menentukan masalah yang diminati dan menguraikan
masalah yang terlalu umum menjadi masalah yang spesifik (Anggoro,
2008:
Proses memfokuskan masalah merupakan sebagian dari proses
perumusan masalah. Dalam perumusan masalah, satu hal yang perlu
diperhatikan adalah rumusan tersebut hendaknya jelas dan operasional
sehingga tidak terbuka peluang terjadinya salah tafsir jika rumusan tersebut
dibaca orang lain. Masalah hendaknya dirumuskan dengan menggunakan
kaidah tata bahasa baku sehingga bebas dari kesalahan tata bahasa.

C. Tujuan Penelitian
Suatu materi penelitin yang sama mungkin dapat digunakan untuk
menjawab berbagai pertanyaan penelitian yang brbeda; karena dalam usulan
perlu disbutkan tujuan penelitian tersbt scara jelas dan eksplisit. Biasanya
uraian tentang tujuan penelitian ini mencakup tujuan umum serta tujuan
khusus.
Didalam tujuan umum (ultimate objectif) dinyatakan tujuan akhir
penelitian. Tujuan umumnya biasanya mengacu pada aspek yang lebih luas
atau tujuan jangka panjang penelitian, tidak terbatas pada hal-hal yang
langsung dilteliti atau diukur. Dalam tujua khusus (specific objective).
Disbutkan secara jelas dan tajam hal-hal yang akan langsung diukur, dinilai,
atau diperoleh dari penelitian. Tujuan umum dan khusus yang hanya berdiri
atas satu atau dua butir saja mungkin cukup ditulis secara naratif dalam satu
kalimat. Tetapi apabila terdapat banyak butir dan sub-butir maka tujuan

5
umum dan khusus perlu dipisahkan, agar lebih jelas dan mdah dimengerti
pembaca.

Tujuan penelitian dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang konkret


dapat diamati (observable) dan dapat diukur (measurable). Misal :
1. Memperoleh informasi (data) tentang jumlah pemeriksaan ibu-
ibu hamil di kecamatan “X” selama kehamilan.

2. Memperoleh informasi tentang hubungan antara frekuensi


pemeriksaan kehamilan dengan BBLR

Tujuan penelitian berfungsi :


1. Untuk mengetahui deskripsi berbagai fenomena alamiah
2. Untuk menerangkan hubungan antara berbagai kejadian
3. Untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari
4. Untuk memperlihatkan efek tertentu

D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan dampak dari pencapaiannya tujuan.
Seandainya dalam penelitian, tujuan dapat tercapai dan rumusan masalah
dapat dipecahkan secara tepat dan kurat, maka apa manaatnya secara
praktis maupun secara teoritis. Kegunaan penelitian mempunyai dua hal
yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan (secara teoritis) dan membantu
mengatasi, memecahkan dan mencegah masalah yang ada pada objek yang
diteliti. Kegunaan hasil penelitian terhubung dengan sarana-sarana yang
diajukan setelah kesimpulan. Kegunaan hasil penelitian merupakan follow
up pengguna informasi yang didapat dari kesimpulan.
Secara singkat manfaat penelitian kesehatan dapat diidentifikasikan
sebagai berikut :

6
1. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menggambarkan tentang
keadaan atau status kesehatan individu, kelompok, maupun
masyarakat
2. Hasil penelitian kesehatan dapat digunakan untuk menggambarka
kemampuan sumber daya, dan kemungkunan sumbernya tersebut
guna mendukung pengembangan pelayanan kesehatan yang
direncanakan
3. Hasil penelitian kesehatan dapat dijadikan sarana diagnosis dalam
mencari sebab masalah kesehatan, atau kegagalan yang terjadi
didalam sistem pelayanan kesehatan. Dengan demikian akan
memudahkan pencarian alternatif pemecahan masalah-masalah
tersebut
4. Hasil penelitian kesehatan dapat dijadikan sarana untuk meyusun
kebijaksanaan dalam menyusun strategi pengembangan sistem
pelayanan kesehatan
5. Hasil penelitian kesehatan dapat melukiskan kemampuan dalam
pembiayaan, peralatan, dan ketenaga kerjaan baik secara kuantitas
maupun secara kualitas guna mendukung sistem kesehatan

Bagian ini berisikan uraian tentang temuan baru yang dihasilkan


dan manfaat temuan penelitian tersebut bagi perkembangan ilmu
pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh ilmuan lain untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni (IPTEKS).

Contoh : Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan


masukan dalam rangka meningkatkan upaya-upaya pencegahan
penyakit diare khususnya di wilayah kota Samarinda.Hasil penelitian
ini dapat diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
kesehatan masyarakat khususnya dibidang sanitasi lingkungan

7
Contoh :

1. Latar Belakang

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi tanpa


memperhatikan masa gestasi atau masa kehamilannya memiliki berat badan
lahir di bawah 2.500 gram (Hockenberry & Wilson, 2009). Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi yang lahir dengan berat badan yang
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus
dengan berat badan lahir yang kurang dari 2500 gram atau sama dengan
2500 gram disebut prematur. (Proverawati, 2010). BBLR menurut Wong
(2008) adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram tanpa
memandang masa gestasi. Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang
dilahirkan dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia
gestasi (Depkes RI, 2008; IDAI, 2010). BBLR dapat disebabkan oleh bayi
lahir kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu), pertumbuhan
janin terhambat (PJT), atau keduanya (Depkes RI, 2008). Bayi baru lahir
harus melakukan adaptasi terhadap lingkungan di luar rahim. Proses
adaptasi diperberat dengan kelahiran bayi yang terlalu dini (prematur). Bayi
BBLR mempunyai kebutuhan khusus diantaranya kebutuhan untuk
mempertahankan kehangatan suhu tubuh (PERINASIA, 2010). Sampai saat
ini BBLR masih merupakan masalah di Indonesia, karena sebagai salah
satu penyebab morbiditas dan mortalitas pada masa neonatal

Prevalensi bayi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia


dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara berkembang
atau sosial ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian
bayi BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35
kali lebih tinggi dibandingkan pada bayi dengan BBLR dari 2500 gram
(World Health Organization, 2011). Menurut Proverawati (2010), diagnosa

8
keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan kondisi prematur yaitu
hipotermi karena di dalam kandungan bayi berada dalam suhu lingkungan
yang normal dan stabil yaitu 36,5°- 37,5°C. Segera setelah lahir bayi
dihadapkan dengan suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah.
Perbedaan suhu tersebut memberi pengaruh pada kehilangan panas pada
bayi.
Menurut Pratomo (2009) salah satu cara mempertahankan suhu tubuh
normal pada bayi BBLR adalah metode kanguru atau perawatan bayi lekat,
yaitu bayi selalu didekap ibu atau orang lain dengan kontak langsung kulit
bayi dengan kulit ibu atau pengasuhnya dengan selalu menggendongnya.
Sedangkan Suriviana (2009) mengemukakan bahwa metode kanguru atau
perawatan bayi lekat ditemukan sejak tahun 1983, sangat bermanfaat untuk
merawat bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah baik selama
perawatan dirumah sakit ataupun dirumah. Perawatan bayi lekat terdiri dari
2 tipe yaitu perawatan bayi lekat intermitten dan perawatan bayi lekat
kontinyu. Perawatan bayi lekat intermitten adalah perawatan bayi lekat
dengan jangka waktu pendek, dilakukan pada waktu ibu berkunjung.
Perawatan bayi lekat kontiyu menurut Rustina (2008) adalah perawatan bayi
lekat dengan jangka waktu yang lama, bisa dilakukan selama 24 jam.
Berbagai penelitian menyebutkan bahwa manfaat perawatan bayi lekat
antara lain : stabilisasi suhu lebih stabil, pola pernafasan bayi menjadi
teratur (mengurangi apnea periodik), denyut jantung bayi lebih stabil,
pengaturan perilaku bayi lebih
baik misalnya, frekuensi menangis bayi berkurang dan sewaktu bangun
bayi lebih waspada, lebih sering bayi minum air susu ibu (ASI) dan lama
menetek lebih panjang. Rustina (2008) melaporkan bahwa penggunaan
kalor sedikit, kenaikan berat badan lebih baik, waktu tidur bayi lebih lama,
hubungan lekat bayi ibu lebih baik serta berkurangnya kejadian infeksi.

9
A. Rumusan Masalah

Bagaimanakah perawatan metode kanguru sebagai salah satu


upaya untuk mengatasi masalah hipotermia pada bayi dengan BBLR ?

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan penerapan metode kanguru / Kangaroo Mother Care
(KMC) sebagai salah satu upaya untuk mengatasi masalah hipotermia
pada bayi dengan BBLR.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan suhu tubuh pada bayi hipotermi sebelum diberikan
penerapan metode kanguru / Kangaroo Mother Care (KMC) di RSUD
Dr. Soedirman Kebumen.
b. Menggambarkan suhu tubuh pada bayi hipotermi setelah diberikan
penerapan metode kanguru / Kangaroo Mother Care (KMC) di RSUD
Dr. Soedirman Kebumen

C. Manfaat Penulisan
Karya tulis ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :
1. Masyarakat : Meningkatkan pengetahuan metode kanguru masyarakat
khususnya ibu tentang perawatan metode kanguru. Sehingga ibu dapat
meningkatkan pengetahuannya tentang cara perawatan pada bayi BBLR
dengan menggunakan sebagai salah satu metode yang telah terbukti dapat
mencegah hipotermia pada bayi.
2. Bagi Pengembangan Ilmu Teknologi Keperawatan : Menambah keluasan
ilmu dan teknologi terapan di bidang keperawatan dalam meningkatkan
pengetahuan tentang cara perawatan pada bayi BBLR dengan
menggunakan metode kanguru.

10
3. Penulis : Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan prosedur
cara perawatan pada bayi BBLR dengan menggunakan metode kanguru
sebagai salah satu metode yang telah terbukti dapat mencegah hipotermia
pada bayi.

2. Menurut para pakar / menurut para ahli tentang konsep masalah


yang diteliti

a. HIPOTERMIA.
PengertianHipotermia adalah penurunan suhu tubuh di bawah
360C (Dep.Kes. RI, 1994).2.
Prinsip Dasar Suhu normal bayi, baru lahir berkisar 36,50C ±
37,50C (suhu ketiak). Gejala awal hipotermiaapabila suhu < 360C
atau kedua kaki, dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi
terabadingin, maka bayi sudah mengalami hipotermi sedang (Suhu
320C ± 360C). Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 320C.
Hipotermia menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh
darahyang mengakibatkan terjadinya metoblis anerobik,
meningkatkan kebutuhan oksigen,mengakibatkan hipoksemia dan
berlanjut dengan kematian (Saifudin, 2002).

b. Perawatan Metode Kanguru (PMK)


Perawatan Metode Kanguru (PMK) adalah suatu metode
perawatan bayi baru lahir dengan meletakkan bayi diantara kedua
payudara ibu Sehingga terjadi kontak langsung kulit ibu dengan kulit
bayi (Arora, 2008).
PMK dapat dilakukan dengan 2 cara,yaitu secara terus menerus
dalam 24 jam atau disebut juga dengan secara kontinyu dan secara
intermiten atau disebut juga dengan cara selang seling. PMK
disarankan dilakukan secara kontinyu, akan tetapi pada rumah sakit
yang tidak menyediakan fasilitas rawat gabung, bisa menggunakan

11
PMK secara intermiten. Pelaksanaan PMK secara intermiten juga
memberikan manfaat sebagai pelengkap perawatan konvensional atau
inkubator. Prosedur kanguru yaitu dengan meletakkan bayi diantara
payudara dengan posisi tegak, dada bayi dengan menggunakan kain
panjang atau pengikat lainnya. Kepala bayi dipalingkan ke kanan atau
kiri dan sedikit tengadah. Posisi ini untuk menjaga pernafasan bayi
dan terjadi kontak mata dengan ibunya, kedua tangan dan kaki dalam
keadaan fleksi.
Manfaat PMK yaitu dapat mencegah terjadinya hipotermi karena
tubuh ibu dapat memberikan kehangatan kepada bayinya secara terus
menerus dengan cara kontak antara kulit ibu dengan kulit bayi. Selain
itu manfaat PMK, dapat meningkatkan kasih sayang antara ibu dan
bayi, memudahkan bayi dalam memenuhi kebutuhan nutrisi,
mencegah infeksi dan memperpendek masa rawat inap sehingga dapat
mengurangi biaya perawatan (Shetty, 2007).
Efektifitas Perawatan Metode Kanguru/ Kangaroo Mother Care
terhadap Stabilitas Suhu Tubuh Bayi Berat Lahir Rendah didukung
oleh pendapat Indrasanto (2008) yang menyatakan salah satu cara
perawatan yang dinilai efektif adalah asuhan kontak kulit dengan kulit
/ skin to skin dengan metode kanguru (Kangaroo mother care) yaitu
sebuah metode perawatan bayi lahir dengan cara meletakan bayi di
dada ibu (skin to skin) untuk menyalurkan kehangatan pada bayi
tujuannya kontak kulit kekulit antara ibu dan bayi dapat menurunkan
hilangnya panas melalui konduksi dan radiasi serta bertujuan untuk
mempertahankan neutral thermal environment / NTE, yaitu kisaran
suhu lingkungan sehingga bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya
tetap normal dengan metabolisme basal minimum dan kebutuhan
oksigen terkecil.

12
.
3. Studi Pendahuluan (penelitian sebelumnya)

Hasil penelitian Miller, Lee, dan Gould (2011) tentang hipotermia


pada BBLR dan dikaitkan dengan perdarahan intraventrikuler dan
kematian. Penelitian lain yang dilakukan oleh Knobel, ahaolditch, Davis,
Schwartz, dan Wimmer, (2009) tentang vasokontriksi perifer pada BBLR
ekstrim menunjukkan bahwa suhu tubuh menurun selama 12 jam pertama
kehidupan. Selain pengaturan suhu yang masih rendah, BBLR memiliki
daya tahan tubuh yang masih lemah dan pembentukan antibody belum
sempurna sehingga perlindungan terhadap infeksi sangat penting bagi
semua bayi baru lahir.
Bayi baru lahir harus melakukan adaptasi terhadap lingkungan di luar
rahim. Proses adaptasi diperberat dengan kelahiran bayi yang terlalu dini
(prematur). Bayi BBLR mempunyai kebutuhan khusus diantaranya
kebutuhan untuk mempertahankan kehangatan suhu tubuh (PERINASIA,
2010)
Angka kematian bayi (AKB) merupakan indikator yang untuk
menentukan derajat kesehatan masyarakat,baik pada tingkat provinsi
maupun nasional. Salah satu faktor penyebab utama terhadap kematian
bayi adalah bayi berat lahir rendah (BBLR). BBLR di bedakan dalam dua
kategori yaitu BBLR karena pematur (usia kehamilan kurang 37 minggu),
dan BBLR karena intra uterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi
yang lahir cukup 2 bulan tetapi berat badannya kurang (Riskesdas, 2007
dalam Suseno, 2008).
Menurut Depkes RI (2008) masalah yang terdapat pada BBLR
seperti hipotermi, resiko infeksi, kesulitan bernapas, dan reflek menyusu
yang kurang mengakibatkan gangguan nutrisi. Dengan demikian berbagai
upaya pencegahan BBLR pada dasarnya ditujukan pada pengendalian
berbagai faktor resiko pada masa kehamilan serta pemenuhan kebutuhan

13
dasar ibu seperti kualitas kesehatan ibu, pemenuhan gizi yang adekuat,
pola istrahat dan aspek psikologis.
Pencegahan komplikasi seperti asfiksia berat pada BBLR di rumah
sakit yaitu dengan melakukan perawatan inkubator. Apabila BBLR telah
dipulangkan kerumah, BBLR tetap masih membutuhkan perawatan yang
efektif oleh ibunya selain menggunakan inkubator yaitu dengan cara
menggunakan perawatan metode kanguru. Perawatan Metode Kanguru
(PMK) adalah perawatan bagi bayi dengan berat badan di bawah 2500
gram dimana disana terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi (skin to skin)
yang sudah melewati masa kritis, tetapi masih memerlukan perawatan
seperti pemberian makanan untuk pertumbuhannya.

4. Hubungan Dengan Program Pemerintah


Menurut Menkes, Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai
upaya percepatan penurunan AKI dan AKB antara lain mulai tahun 2010
meluncurkan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) ke Puskesmas di
Kabupaten/ Kota yang difokuskan pada kegiatan preventif dan promotif
dalam program Kesehatan Ibu dan Anak.
Untuk tahun ini, sebanyak 300 Puskesmas di wilayah Jawa, Bali,
Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Maluku dan Papua memperoleh dana
operasional sebesar Rp 10 juta per bulan. Mulai tahun 2011, seluruh
Puskesmas yang berjumlah 8.500 akan mendapatkan BOK. Kematian ibu
disebabkan oleh perdarahan, tekanan darah yang tinggi saat hamil
(eklampsia), infeksi, persalinan macet dan komplikasi keguguran.
Sedangkan penyebab langsung kematian bayi adalah Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) dan kekurangan oksigen (asfiksia). Penyebab tidak
langsung kematian ibu dan bayi baru lahir adalah karena kondisi
masyarakat seperti pendidikan, sosial ekonomi dan budaya. Kondisi
geografi serta keadaan sarana pelayanan yang kurang siap ikut
memperberat permasalahan ini. Beberapa hal tersebut mengakibatkan
kondisi 3 terlambat (terlambat mengambil keputusan, terlambat sampai di

14
tempat pelayanan dan terlambat mendapatkan pertolongan yang adekuat)
dan 4 terlalu (terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak, terlalu rapat jarak
kelahiran), tambah Menkes.
Keterlambatan pengambilan keputusan di tingkat keluarga dapat
dihindari apabila ibu dan keluarga mengetahui tanda bahaya kehamilan
dan persalinan serta tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasinya di
tingkat keluarga, ujar Menkes. Menkes menambahkan, salah satu upaya
terobosan dan terbukti mampu meningkatkan indikator proksi (persalinan
oleh tenaga kesehatan) dalam penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi adalah Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K).
Program dengan menggunakan stiker ini, dapat meningkatkan peran
aktif suami (suami Siaga), keluarga dan masyarakat dalam merencanakan
persalinan yang aman. Program ini juga meningkatkan persiapan
menghadapi komplikasi pada saat kehamilan, termasuk perencanaan
pemakaian alat/ obat kontrasepsi pasca persalinan. Selain itu, program
P4K juga mendorong ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan, bersalin,
pemeriksaan nifas dan bayi yang dilahirkan oleh tenaga kesehatan terampil
termasuk skrining status imunisasi tetanus lengkap pada setiap ibu hamil.
Kaum ibu juga didorong untuk melakukan inisiasi menyusu dini (IMD)
dilanjutkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.
P4K berperan dalam pencapaian salah satu target program 100 hari
Kementerian Kesehatan yaitu terdatanya ibu hamil di 60.000 desa di
seluruh Indonesia. Saat sudah terdata 3.122.000 ibu hamil di 67.712 desa,
papar Menkes. Perencanaan persalinan dapat dilakukan manakala ibu,
suami dan keluarga memiliki pengetahuan mengenai tanda bahaya
kehamilan, persalinan dan nifas; asuhan perawatan ibu dan bayi;
pemberian ASI; jadwal imunisasi; serta informasi lainnya. Semua
informasi tersebut ada di dalam Buku KIA yang diberikan kepada ibu
hamil setelah didata melalui P4K. Buku KIA juga berfungsi sebagai alat
pemantauan perkembangan kesehatan ibu hamil serta pemantauan

15
pertumbuhan bayi sampai usia 5 tahun. Buku ini dapat diperoleh di
Puskesmas, jelas Menkes.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Identifikasi hasil penelitian seblumnya yang berkaitan dengan masalah
yang diangkat. Dengan mengidentifikasi masalah yang diangkat oleh peneliti,
peneliti dapat memahami permasalahan sehingga calon peneliti benar-benar
dapat mempersiapkan perencanaan selanjutnya.
Setelah pengidentifikasian, pemilihan masalah, dan melakukan studi
pendahuluan serta sudah yakin terhadap masalah yang dipilih, kemudian
dilakukan perumusan masalah penelitian. Hasil perumusan masalah itu dapat
dijadikan topik atau judul penelitian.
Perumusan masalah penelitian harus memenuhi kriteria sebagai berikut.
1. Masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
2. Rumusan masalah harus jelas, padat, dan dapat dipahami oleh orang lain.
3. Rumusan masalah harus mengandung unsure data yang mendukung
pemecahan masalah penelitian.
Tujuan penelitian adalah suatu indikasi kerah mana, atau data (informasi) apa
yang akan dicapai melalui penelitian itu. Tujuan penelitian dirumuskan dalam
bentuk pernyataan yang konkret dapat diamati (observable) dan dapat diukur
(measurable).
Tujuan penelitian dapat dibagi menjadi :
1. Tujuan umum
Tujuan umum merupakan tujuan penelitian secara keseluruhan yang
ingin dicapai melalui penelitian.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus merupakan penjabaran atau pentahapan tujuan umum,
sifatnya lebih operasional dan spesifik. Bila semua tujuan khusus
tercapai, maka tujuan umum penelitian juga terpenuhi. Kata-kata
operasional dalam tujuan khusus adalah : mengukur, mengidentifikasi,
menganalisa, membandingkan, menilai, mengetahui, dll

17
B. Saran

Demikian makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas Metodologi


Penelitian semoga mampu dijadikan referensi pembelajaran bagi mahasiswa
keperawatan. Adapun kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan untuk kemajuan selanjutnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif & hardhi Kusuma, 2015. aplikasi Asuhan keperawatan
berdasarkan diagnosa medis dan nanda Nanda. nic – noc. Mediaction :
Yogyakarta
Prof. DR. Dr. Sudigdo Sastroasmoro, Sp.A (K) & prof, Dr. sofyan ismael,
Sp.A (K), 2011. Dasar-Dasar metodologi Penelitian klinis. Sagung Seto :
jakarta

19

Anda mungkin juga menyukai