Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA BERMAIN

MENGGAMBAR PADA ANAK USIA 3-5

TAHUN (PRESCHOOL)

SATUAN ACARA BERMAIN

Pokok Bahasan : Terapi bermain pada anak sehat di laboratorium keperawatan anak

Sub Pokok Bahasan : Terapi Bermain Anak Usia Prasekolah

Tujuan : Mengoptimalkan perkembangan motorik halus

Tempat : Laboratorium keperawatan anak STIKes Kepanjen

Waktu : Senin, 9 April 2018 selama 20 menit (jam 08.30 s.d 08.50).

Sasaran : 1. Klien”An. B” umur 3 tahun

2. Klien “An. N” umur 4 tahun

Jenis Permainan : Parallel Play

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah mendapatkan terapi bermain selama 20 menit, anak diharapkan bisa merasa tenang
selama perawatan dirumah sakit dan tidak takut lagi terhadap perawat sehingga anak bisa
merasa nyaman selama dirawat dirumah sakite dan juga setelah mengikuti terapi bermain
dapat meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak sehingga dapat mempercepat proses
kesembuhan anak.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah mendapatkan terapi bermain puzzle diharapkan anak mampu :

1. Bisa merasa tenang selama dirawat.


2. Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan perawat
3. mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat
4. Dapat berlatih bersosialisasi

1
5. Dapat berlatih bersikap sportif
6. Dapat mengurangi kecemasan dan ketegangan pada anak
7. Dapat belajar menyebutkan angka dan huruf dalam puzzle.

RENCANA PELAKSANAAN
No FASE KEGIATAN TERAPIS KEGIATAN ANAK WAKTU
(PERAWAT)
1. Persiapan Menyiapkan ruangan, alat, Ruang atau tempat, 5 menit
anak dam keluarga. anak, dan fasilitas
bermain sudah siap
2. Pelaksanaan a. Membuka acara Menjawab salam, 13 menit
b. Mengucapkan salam Memperkenalkan diri,
c. Memperkenalkan Memperhatikan,
d. Membuat kontrak waktu bermain bersama
e. Menjelaskan aturan dengan antusias dan
bermain mengungkapkan
f. Membagikan alat bermain perasaannya
g. Mengajak bermain
h. Memberi contoh
i. Mendampingi

3. Penutup a. Menanyakan perasaan Mengeksplorasikan 2 menit


anak perasaan klien setelah
b. Memberi reward pujian bermain.
c. Waktunya selesai Memperhatikan dan
d. Memberi tahu pada anak menjawab salam
dan keluarga kelebihan
dan kekurangan anak
e. Memberi salam

Metode : Bermain bersama

Media : Alat permainan puzzle

Materi : Terlampir

Pembagian tugas kelompok :

2
1. Leader 1 : Vriska Ayu Vernanda
2. Leader 2 : Naning Wulandari
3. Leader 3 : Faizol Afandi
4. Notulen : Indri Aldina
5. Fasilitator : 1. Bilkis Nur Islamiyah
2. Dinda Indraswari

SETTING

1
1

1 2

3
2

Keterangan :

1
= Leader 1 1 = Fasilitator 1 = Klien / Anak

2
= Leader 2 2 = Fasilitator 2

3 1
= Leader 3 = Notulen

EVALUASI
Peserta terapi bermain menggambar mampu:
1. Anak bisa menyusun puzzle sesuai dengan tingkat perkembangan
2. Merasa senang dan tenang terkait hospitalisasi

3
3. Selama permainan berlangsung peserta dan keluarga sangat kooperatif dengan
perawat
4. Semua peserta dapat menyelesaikan permainan dengan baik dan tidak ada yang
melanggar aturan permainan
5. Setelah permainan selesai masing-masing peserta mengungkapkan perasaan masing-
masing.

4
MATERI SATUAN ACARA BERMAIN

A. PENDAHULUAN

Bermain merupakan cara ilmiah bagi seorang anak untuk mengungkapkan konflik
yang ada dalam dirinya, yang awalnya anak belum sadar bahwa dirinya mengalami konflik.
(Miller B.F, 1983). Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sungguh-sungguh
sesuai dengan keinginannya sendiri atau tanpa paksaan dari orang tua maupun lingkungan
dengan maksud memperoleh kesenangan dan kepuasan. (Fooster dan Pearden, 1989).
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial, yang
merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan berkata-kata,
belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan
mengenal waktu, jarak serta suara. (Wong, 2000).

Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya dan


juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan
pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan
ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat
kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk
mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman,
kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat
kesempatan bermain.

Perawatan anak sakit sangatlah perlu karena hal ini adalah salah satu bentuk upaya
dalam proses penyembuhan pada anak sakit. Namum pada sisi lain, perawatan dan proses
keperawatan yang bertujuan penyembuhan tersebut kadang membuat anak-anak menjadi
takut/ trauma dan kejenuhan pada anak. Karena aktivitas anak sangat sedikit frekuensinya
dan hal ini yang membuat anak semakin jenuh di Rumah sakit. Hal ini sangat berpengaruh
pada kooperatif anak dalam menerima perawatan dan pelayanan keperawatan di rumah
sakit. Selain menimbulkan hal di atas, kejenuhan dan lamanya anak di rawat di rumah sakit
membuat kebutuhan bermain anak sangat kurang, hal ini terjadi karena banyak hal, antara
lain : kondisi fisik klien yang masih lemah sehingga anak tidak mampu beraktivitas, kondisi
ruang atau tempat yang asing bagi anak dan banyaknya orang-orang baru disekeliling anak
sehingga anak menjadi takut dan lain sebagainya.

5
Dari latar belakang di atas menurut kelompok kami perlu di adakan suatu tindakan
keperawatan yang tepat untuk mengurangi tingkat kejenuhan dan katakutan anak sehingga
anak menjadi aktif dan terpenuhi kebutuhan bermainnya.

B. PRESCHOOL

1. Pengertian Preschool

Menurut Joyce Engel (1999), yang dikatakan anak usia pra sekolah adalah anak-anak
yang berusia berkisar 3-6 tahun. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan untuk
mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak usia pra sekolah adalah
anak yang berusia antara 3-6 tahun ( Wong, 2000), anak usia prasekolah memiliki
karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal
pertumbuhan, Secara fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg
dan rata-rata BB 14,6 kg.penambahan TB berkisar antara 7,5 cm dan TB rata-rata 95 cm.

2. Aspek Bahasa

Pada awal masa prasekolah perbendaharaan kata yang dicapai jarang dari 900
kata,mengunjak tahun keempat sudah mencapai 1500 kata atau lebih dan pada tahun
kelima sampai keenam mencapai 2100 kata,mengunakan 6 sampai 8 kata,menyebut 4
warna atau lebih,dapat menggambar dengan banyak komentar serta menyebutkan
bagiannya,mengetahui waktu seperti hari,minggu dan bulan,anak juga sudah mampu
mengikuti 3 perintah sekaligus sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah
berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya
kurang mendapat kesempatan bermain. Perawatan anak sakit sangatlah perlu karena hal
ini adalah salah satu bentuk upaya dalam proses penyembuhan pada anak sakit. Namum
pada sisi lain, perawatan dan proses keperawatan yang bertujuan penyembuhan tersebut
kadang membuat anak-anak menjadi takut/ trauma dan kejenuhan pada anak. Karena
aktivitas anak sangat sedikit frekuensinya dan hal inlhah yang membuat anak semakin
jenuh di Rumah sakit. Hal ini sangat berpengaruh pada kooperatif anak dalam menerima
perawatan dan pelayanan keperawatan di rumah sakit. Selain menimbulkan hal di atas,
kejenuhan dan lamanya anak di rawat di rumah sakit membuat kebutuhan bermain anak
sangat kurang, hal ini terjadi karena banyak hal, antara lain : kondisi fisik klien yang masih
lemah sehingga nak tidak mampu beraktivitas, kondisi ruang atau tempat yang asing bagi
anak dan banyaknya orang-orang baru disekeliling anak sehingga anak menjadi takut dan
lain sebagainya.

Hal di atas di temukan juga pada ruangan-ruangan anak di rumah sakit, di mana anak
terlihat bosan, takut dan lebih banyak diam atau menangis. Hal inilah yang akhirnya

6
membuat anak hanya diam terpaku tanpa melakukan aktifitas sehingga kebutuhan
bermainya tidak terpenuhi. Dari latar belakang di atas menurut kelompok 4 perlu di adakan
suatu tindakan keperawatan yang tepat untuk mengurangi tingkat kejenuhan dan katakutan
anak sehingga anak menjadi aktif dan terpenuhi kebutuhan bermainya.

3. Aspek Sosial

Pada tahun ketiga anak sudah hamper mampu berpakaian dan makan sendiri, rentang
perhatian meningkat, mengetahui jenis kelaminnya sendiri, dalam permainan sering
mengikuti aturannya sendiri tetapi anak sudah mulai berbagi. Tahun keempat anak sudah
cenderung mandiri dan keras kepala atau tidak sabar, agresif secara fisik dan verbal,
mendapat kebanggan dalam pencapaian, masih mempunyai banyak rasa takut. Pada akhir
usia prasekolah anak sudah jarang memberontak, lebih tenang, mandiri, dapat dipercaya,
lebih bertanggung jawab, mencoba untuk hidup berdasarkan aturan, bersikap lebih baik,
dalam permainan sudah mencoba mengikuti aturan tetapi kadang curang.

Personal social :

1. Menyatakan keinginan untuk melakukan sesuatu yang ingin dilakukan supaya di


anggap dimasyarakat
2. Anak mulai mengetahui aturan-aturan, di lingkungan keluarga dan lingkungan
3. Menyadari hak dan kepentingan orang lain
4. Mulai dapat bermain dengan teman sebaya
5. Keluarga harmonis, komunikasi baik maka anak akan mempunya kemampuan dan
penyesuaian dalam hubungan dengan orang lain.
6. Masuk TK akan sangat membantu anak untuk “jembatan bergaul” dan sosialisasi
dengan teman sebaya

4. Aspek Kognitif

Tahun ketiga berada pada fase pereptual,anak cenderung egosentrik dalam berfikir
dan berperilaku, mulai memahami waktu,mengalami perbaikan konsep tentang ruang, dan
mulai dapat memandang konsep dari perspektif yang berbeda. Tahun keempat anak
berada pada fase inisiatif, memahami waktu lebih baik, menilai sesuatu menurut
dimensinya, penilaian muncul berdasarkan persepsi, egosentris mulai berkurang,
kesadaran social lebih tinggi, mereka patuh kepada orang tua karena mempunyai batasan
bukan karena memahami hal benar atau salah. Pada akhir masa prasekolah anak sudah
mampu memandang perspektif orang lain dan mentoleransinya tetapi belum
memahaminya, anak sangat ingin tahu tentang faktual dunia.

7
1. Motorik halus : Bisa menggunakan gunting
2. Menggambar lingkaran, kotak,
3. Motorik kasar : Melempar bola melewati atas kepala
4. Memanjat
5. Menaiki sepeda roda tiga
6. Belajar menalikan tali sepatu, mengkancing, menyikat gigi

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN


1. Faktor Herediter
Merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagi dasar dalam mencapai tumbuh
kembang anak disamping faktor lain. Faktor herediter adalah bawaan, jenis kelamin, ras,
suku bangsa.
2. Faktor lingkungan

Merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan tercapai dan
tidaknya potensi yang sudah dimiliki antara lain :

a. Lingkungan pranatal
Merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai konsepsi lahir sampai yang
meliputi gizi pada waktu ibu hamil, zat kimia atau toksin, kebiasaan merokok dan lain-
lain.
b. Lingkungan post natal
Seperti sosial ekonomi orang tua, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga, posisi
anak dalam orang tua dan status kesehatan.

D. MACAM BERMAIN
1. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang
diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi : Bermain mengamati/menyelidiki
(Exploratory Play). Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium,
meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha membongkar.
2. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar.
Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu
untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contoh : Melihat gambar di buku atau
majalah, mendengar cerita atau musik, menonton televisi dsb. Dalam kegiatan bermain

8
kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal
seperti dibawah ini :
a. Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi untuk aktif
bermain.
b. Tidak ada variasi dari alat permainan.
c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
d. Tidak mempunyai teman bermain.

E. KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI BERMAIN

Beberapa karakteristik dalam pengklasifikasian bermain antara lain :

1. Solitary Play
Bermain sendiri walaupun disekitarnya ada orang lain. Misalnya pada bayi dan
Toddler, yang akan asyik dengan mainannya sendiri tanpa menghiraukan orang-orang
disekitarnya.
2. Parallel Play
Bermain sejenis, anak bermain dengan kelompoknya, pada masing-masing anak
mempunyai mainan yang sama, tapi tidak ada interaksi diantara mereka, dan tidak
saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lain. Biasanya terjadi pada usia
toddler dan preschool.
3. Associative Play
Bermain dalam kelompok, dalam suatu aktivitas yang sama tapi masih belum
terorganisir, tidak ada pembagian tugas, dan bermain sesuai keinginan sendiri.
Banyak dialami pada anak usia preschool
4. Cooperative Play
Anak bermain bersama-sama, permainan sudah terorganisasi dan terencana dan
sudah ada aturan main di dalamnya. Terjadi pada usia school dan adolescent.
5. Social Afektive Play
Anak mulai belajar memberikan respon melalui orang dewasa dengan cara
merajuk/berbicara sehingga anak menjadi senang dan tertawa.
6. Sense of Pleasure Play
Anak mendapatkan kesenangan dari suatu objek disekelilingnya.
7. Skill Play
Memperoleh keterampilan sehingga anak akan melaksanakannya secara berulang
ulang. Misalnya bermain sepeda-sepedaan.
8. Dramatic Play

9
Melakukan peran sesuai keinginannya atau dengan apa yang dia lihat dan dengar,
sehingga anak akan membuat fantasi dari permainan itu.

F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLA BERMAIN PADA ANAK

1. Tahap perkembangan
Setiap perkembangan mempunyai potensi atau keterbatasan dalam permainan. Anak
umur 3 tahun alat permainannya berbeda dengan yang berumur 5 tahun.
2. Status kesehatan
Pada anak yang sedang sakit kemampuan psikomotor atau kognitif terganggu.
Sehingga ada saat-saat anak ambisius dengan permainannya dan ada saat-saat
dimana anak tidak punya keinginan bermain.
3. Jenis kelamin
Pada usia sekolah, anak biasanya bermain dengan sesama jenis antara mereka saja.
Tipe dan alat permainan akan beda antara anak laki-laki dan perempuan sebagai alat
pengenalan identitas anak.
4. Lingkungan
Lokasi dimana anak berada akan sangat mempengaruhi pola permainan anak.
Lingkungan yang cukup luas lebih memungkinkan anak bebas bermain.
5. Alat permainan yang cocok
Pilih alat permainan yang sesuai dengan tumbuh kembang anak. Alat permainan tidak
harus selalu dibeli di toko dan mahal.

G. APE ( ALAT PERMAINAN EDUKATIF )

Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta
berguna untuk :

1. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau


merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus.
Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan didorong,
tali, dll.
2. Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
3. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang
benar. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape, TV,
dll.

10
4. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk.
Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka,
pensil warna, radio, dll.
5. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi ibu
dan anak, keluarga dan masyarakat. Contoh alat permainan : alat permainan yang
dapat dipakai bersama, misal kotak pasir, bola, tali, dll.

H. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Bermain

1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.


2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada
keterampilan yang lebih majemuk.
4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.
5. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.
6. Permainan yang dianjurkan seperti menggambar, bermain kertas lipat, menyusun balok,
menyanyi, alat olah raga , masak, menghitung, mobil-mobilan, dll

11
MATERI BERMAIN PUZZLE

A. Definisi
Puzzle adalah jenis permainan menyusun keping-keping potongan suatu bentuk atau
gambar menjadi utuh lagi. Puzzle merupakan bentuk permainan yang membutuhkan
ketelitian, melatih kita untuk memusatkan pikiran. Dibutuhkan konstrasi ketika menyusun
kepingan-kepingan puzzle tersebut hingga menjadi sebuah gambar yang utuh dan lengkap.
Puzzle termasuk mainan anak yang memiliki nilai-nilai edukatif. Di usia 2 tahun, kemampuan
balita untuk memegang dan mengambil benda sudah berkembang, mereka juga bisa
memasang kepingan-kepingan puzzle. Dengan puzzle, balita belajar memahami konsep
bentuk, warna, ukuran dan jumlah.
Tentunya bentuk puzzle yang digunakan lebih sederhana dan mempunyai warna yang
lebih mencolok. Memasang kepingan puzzle berarti mengingat gambar utuh, kemudian
menyusun komponennya menjadi sebuah gambar benda. Cara anak menyelesaikan
gambar utuh puzzle adalah dengan menggunakan metode coba dan salah. Warna dan
bentuk kepingan merupakan dua hal yang perlu diperhatikan anak saat memasang puzzle.
Bermain puzzle melatih anak memusatkan pikiran karena ia harus berkonsentrasi ketika
mencocokkan kepingan kepingan puzzle. Permainan ini dapat berguna meningkatkan
keterampilan anak menyelesaikan masalah sederhana.

B. Manfaat Bermain Puzzle


1. Permainan anak ini membantu melatih kecerdasan visual (anak belajar memahami
konsep bentuk, warna, ukuran dan jumlah).
2. Permainan ini bisa melatih konsentrasi anak untuk memusatkan pikiran karena anak
harus berkonsentrasi ketika mencocokkan kepingan-kepingan puzzle.
3. Permainan ini dapat meningkatkan keterampilan anak memecahkan masalah
sederhana.
4. Inti dari pembuatan program permainan puzzle ini adalah pada penguasaan teknik
penyelesaian masalahnya

C. Cara Bermain Puzzle


1. Permainan puzzle dapat dimainkan secara individu ataupun kelompok
2. Lepaskan kepingan puzzle dari papannya kemudian Anda acak dan mintalah anak
memasangnya kembali.
3. Tantanglah anak untuk melakukannya lebih cepat dan lebih cepat lagi. Bila perlu
gunakan stopwatch.

12
Puzzle tersedia dalam berbagai macam variasi bentuk dan jenis. Saat memilih puzzle,
harus kita sesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan anak. Bahkan bentuk puzzle
tiga dimensi juga tersedia, misalnya menyusun bentuk buah-buahan atau bentuk-bentuk
dasar seperti segitiga, kotak, lingkaran dan lain sebagainya. Pilihlah puzzle yang terbuat dari
bahan bahan yang aman dan ramah lingkungan, sehingga kita tidak perlu khawatir ketika
anak bermain.

D. Evaluasi
1. Anak bisa menyusun puzzle sesuai dengan tingkat perkembangan
2. Merasa senang dan tenang terkait hospitalisasi
3. Selama permainan berlangsung peserta dan keluarga sangat kooperatif dengan
perawat
4. Semua peserta dapat menyelesaikan permainan dengan baik dan tidak ada yang
melanggar aturan permainan
5. Setelah permainan selesai masing-masing peserta mengungkapkan perasaan masing-
masing.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://docshare01.docshare.tips/files/9496/94964080.pdf
https://dokumen.tips/documents/satuan-acara-bermain-puzzle.html
Markum.A.H, 1991, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, Jakarta
Nursalam, dkk, 2005, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat dan Bidan),
Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
Riyadi S, Sukarmin, 2009, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Penerbit Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Soetjiningsih, 1988, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta.
www.docstoc.com/?doc_id=76728553&%20download=1

14

Anda mungkin juga menyukai