Anda di halaman 1dari 3

26

BAB IV
PEMBAHASAN

Frozen shoulder atau capsulitis adhesiva adalah suatu kondisi yang


menyebabkan keterbatasan gerak sendi bahu yang sering terjadi tanpa penyebab
yang pasti. Frozen shoulder menyebabkan kapsul yang mengelilingi sendi bahu
menjadi mengkerut dan membentuk jaringan parut. Capsulitis adhesiva adalah
suatu kondisi yang sangat nyeri ditandai dengan keterbatasan lingkup gerak sendi
(LGS) bahu baik gerakan aktif maupun pasif 3. Penyebab dari frozen shoulder
belum diketahui pasti. Bahu memiliki kapsul pelindung berupa jaringan yang
saling berhubungan. Kapsul ini melindungi tulang, ligamen, dan tendon pada
bahu. Frozen shoulder terjadi karena jaringan parut membuat kapsul pelindung
menebal dan menempel di sekitar sendi bahu, sehingga membatasi pergerakan
bahu. Namun demikian, belum diketahui apa yang menyebabkan jaringan parut
tersebut terbentuk3.
Frozen Shoulder dapat terjadi karena penimbunan kristal kalsium fosfat dan
kalsium karbonat. Penimbunan pertama kali ditemukan pada tendon dan biasanya
menyebar menuju ruang bawah bursa subdeltoideus sehingga terjadi radang bursa.
Radang bursa terjadi berulang-ulang karena adanya penekanan yang terus
menerus dapat menyebabkan penebalan dinding dasar dengan bursa akhirnya
terjadi perikapsulitis adhesiva 4.
Telah diajukan kasus seorang perempuan berumur 40 tahun, dengan
diagnosis frozen shoulder dextra. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik. Dari autoanamnesis didapatkan nyeri pada bahu kanan dan
gerakan menjadi terbatas pada bahu tersebut. Keluhan itu dirasakan tiba-tiba dan
sudah 1 bulan ini. Nyeri memberat saat malam hari terutama bila berbaring pada
sisi yang terkena dan ketika digunakan untuk mengangkat tangan. Nyeri
terlokalisir hanya di sekitar persendian antara bahu kanan dan lengan kanan, tidak
menjalar hingga ke ujung jari, tidak ada keluhan kesemutan, panas, maupun tebal.
Nyeri berkurang saat sendi bahu diistirahatkan. Gerakan bahu kanan pasien
terbatas, sehingga menyulitkan pasien untuk beraktivitas seperti memakai
pakaian, membawa tas maupun sekedar menggaruk punggung.
27

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum cukup, nyeri tekan


serta spasme pada musculus supraspinatus. Selain itu terdapat ROM yang terbatas.
Kemudian dilakukan Apley test menunjukkan hasil positif pada bahu kanan.
Diagnosis di atas sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa
telah terjadi keterbatasan pada lingkup gerak sendi bahu, sulit untuk melakukan
aktivitas sehari-hari seperti biasa seperti mengkancingkan baju. Kemudian pada
pemeriksaan ditemukan apley test positif pada bahu kanan.
Diagnosis banding penyakit ini adalah robeknya otot rotator cuff.
Manifestasi klinis pada kasus tersebut hampir sama dengan frozen shoulder.
Diagnosis banding ini dapat disingkirkan karena pada pemeriksaan fisik tidak
ditemukan adanya drop arm test. Diagnosa banding lainnya tendinitis
supraspinatus. Hal tersebut menyerupai pada pasien yaitu spasme serta nyeri tekan
pada musculus supraspinatus. Akan tetapi hal tersebut dapat disingkirkan karena
pada tendinitis supraspinatus ROM masih bisa bebas digerakkan.
Dari hasil pemeriksaan penunjang tidak didapatkan kelainan, namun dari
klinis dan riwayat sehari-hari pasien sering menggendong cucu diduga menjadi
faktor timbulnya peradangan akibat stress berulang yang menyebabkan muncul
reaksi inflamasi pada kapsul glenohumeri dan memicu nociceptor lokal sehingga
minumbulkan rasa nyeri bahu.
Penatalaksanaan pada pasien ini diberikan terapi medikametosa, karena
dirasa diperlukan bagi pasien dan pasien tidak bisa menahan rasa nyeri tersebut.
Apabila medikamentosa yang bisa diberikan yaitu NSAID yaitu salah satunya
meloxicam 2 dd1 dan omeprazole 2 dd 1 sebagai gastroprotector dari efek
samping obat golongan NSAID, karena pasien memiliki riwayat gastritis. Pasien
ini diberikan terapi fisik berupa fisioterapi dan okupasi terapi yang bertujuan
melatih otot-otot yang mengalami nyeri pada bahu kanan tersebut. Selain itu
diberikan terapi ADL yang bertujuan supaya pasien dapat beraktivitas sebagai
petani seperti biasanya.
Modalitas terapi fisioterapi yang digunakan adalah USD dan TENS. USD
merupakan salah satu alat untuk terapi penyakit-penyakit neuromuskuloskeletal
dengan cara membangkitkan respon tubuh sehingga menimbulkan efek fisiologis
akibat perubahan suhu dan mengurangi nyeri. USD meningkatkan elastisitas
27
28

jaringan ikat seperti kolagen kulit, otot, tendon, ligamen dan kapsul sendi akibat
menurunnya viskositas matriks jaringan. TENS merupakan suatu cara penggunaan
energi listrik guna merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit dan terbukti
efektif untuk merangsang berbagai tipe nyeri.
Selain terapi modalitas, latihan fisik (streching exercise) juga diperlukan
untuk peregangan otot dan mengurangi keparahan nyeri. Pasien juga diberi
edukasi untuk melakukan latian fisik yang sudah diajarkan di rumah sakit untuk
dilakukan di rumah menggunakan alat dengan fungsi yang sama yang tersedia di
rumah untuk meningkatkan ROM pasien tersebut dan mencegah terjadinya
kontraktur.
Prognosis pasien ini baik, akan tetapi harus diikuti dengan exercise yang
dilakukan terus menerus untuk meningkatkan ROM pasien tersebut dan mencegah
terjadinya kontraktur.

Anda mungkin juga menyukai