Anda di halaman 1dari 3

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa telah menjadi Prioritas Global sejak tahun 2009.
Gangguan jiwa merupakan kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal,
baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental (Maramis, 2010).
Masalah kesehatan jiwa tidak menyebabkan kematian secara langsung, namun
akan menyebabkan penderitaan berkepanjangan baik bagi individu, keluarga,
masyarakat dan negara, karena mengakibatkan penderitanya menjadi tidak
produktif dan bergantung kepada orang lain. (Depkes RI, 2009).
Yosep 2013 dari WHO menyebutkan bahwa sekitar 450 juta orang
mengalami gangguan jiwa di seluruh dunia. Prevalensi gangguan jiwa di
Indonesia menunjukkan sebanyak 0,17% menderita gangguan jiwa berat,
sedangkan rata-rata nasional gangguan mental emosional (depresi dan ansietas)
pada penduduk usia 15 tahun keatas adalah sebesar enam persen. Di Jawa Timur
prevalensi gangguan jiwa berat sebanyak 83.600 jiwa dan gangguan mental
emosional sebesar 2.470.000 jiwa (Riskesdas, 2013). Sedangkan angka gangguan
jiwa di Kabupaten Malang sejumlah 1100 jiwa, dengan pasien yang dipasung
sebanyak 144 jiwa (Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, 2017).
Pemerintah telah melakukan upaya untuk mengatasi masalah gangguan jiwa
khususnya di tempat pelayanan kesehatan primer atau puskesmas, orientasi
Kementrian Kesehatan telah berubah dari kesehatan jiwa berbasis rujukan menuju
kesehatan jiwa komunitas dasar (Suart, 2007). Posyandu Jiwa merupakan
salahsatu upaya pendekatan pelayanan kesehatan jiwa berbasis komunitas melalui
pemberdayaan masyarakat dengan perantara kader kesehatan Jiwa (KKJ). Kader
kesehatan Jiwa dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang
baik untuk mencegah, mendeteksi dan meningkatkan kesehatan masyarakat,
terlebih dalam kesehatan jiwa. (Notoatmojo, 2011).
Puskesmas Sumberpucung menerapkan Indikator Keluarga Sehat (IKS)
sebagai dasar dalam penentuan prioritas permasalahan utama kesehatan di
Kecamatan Sumberpucung. Permasalahan terkait kesehatan jiwa masuk dalam
2

tiga besar prioritas utama permasalahan kesehatan di Kecamatan Sumberpucung


yang masih belum terselesaikan. Survey IKS tahun 2018 menunjukkan bahwa
58,4% penderita gangguan jiwa berat yang masih ditelantarkan di Kecamatan
Sumberpucung (IKS Puskesmas Sumberpucung, 2018). Selain itu, Posyandu jiwa
di Kecamatan Sumberpucung hingga saat ini belum terbentuk. Kurangnya jumlah
kader dikarenakan masih banyak masyarakat kurang percaya diri dan merasa tidak
mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan pelayanan
kesehatan pada kesehatan jiwa menjadi penyebab posyandu jiwa belum bisa
terlaksana. (Priyanto, Wawancara 4 September 2019).
Peran kader dalam program kesehatan jiwa adalah untuk membantu
tenaga kesehatan dalam mengidentifikasi dan melaporkan kejadian di masyarakat
yang dapat berdampak pada kesehatan masyarakat, membantu dalam memberikan
pemecahan masalah kesehatan yang sederhana kepada masyarakat (Astutin,
2009). Selain itu Kader Kesehatan Jiwa juga bertugas memantau kemandirian
pasien dan keluarga pasien orang dengan gangguan jiwa (Stuart, 2007).
Mengingat pentingnya peran dan fungsi dari Kader Kesehatan Jiwa, maka
diperlukan pengetahuan dan keterampilan yang baik untuk bisa melaksanakan
perannya di masyarakat. Ratih dkk, 2012 menyebutkan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kader dalam pelaksanaan peranya meliputi sikap, motivasi,
pengetahuan dan masa kerja. Oleh karena itu, dalam penelitian ini kami akan
membahas tentang pengaruh pelatihan kader posyandu jiwa (PAKU JIWA)
terhadap pengetahuan dan sikap tentang penanganan pasien orang dengan
gangguan jiwa (ODGJ) di Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah terdapat pengaruh pelatihan kader posyandu jiwa (PAKU
JIWA) terhadap pengetahuan kader tentang penanganan pasien orang
dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Kecamatan Sumberpucung malang?
2. Apakah terdapat pengaruh pelatihan kader posyandu jiwa (PAKU
JIWA) terhadap sikap kader tentang penanganan pasien orang dengan
gangguan jiwa (ODGJ) di Kecamatan Sumberpucung malang?
3

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh pelatihan kader posyandu jiwa (PAKU JIWA) terhadap
pengetahuan dan sikap penanganan pasien orang dengan gangguan jiwa (ODGJ)
di Kecamatan Sumberpucung malang.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mengetahui pengaruh pelatihan kader posyandu jiwa (PAKU JIWA) terhadap
pengetahuan kader tentang penanganan pasien orang dengan gangguan jiwa
(ODGJ) di Kecamatan Sumberpucung malang.
b. Mengetahui pengaruh pelatihan kader posyandu jiwa (PAKU JIWA) terhadap
sikap kader tentang penanganan pasien orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di
Kecamatan Sumberpucung malang

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai langkah awal inisiasi posyandu
jiwa bagi pihak institusi Puskesmas Sumberpucung dalam menyelesaikan masalah
orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).

1.4.2 Bagi Profesi Dokter


Hasil penelitian ini diharapkan sebagai tambahan kepustakaan untuk
penelitian lebih lanjut tentang dampak pengetahuan dan sikap kader tentang
penanganan pasien orang dengan gangguan jiwa.

1.4.3 Bagi Masyarakat


Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan serta
kepedulian terhadap orang dengan gangguan jiwa untuk meminimalisir dampak
buruk dari orang dengan gangguan jiwa.

Anda mungkin juga menyukai