1. Didalam laporan kasus terjadi maloklusi skeletal klas iii, tapi kenapa tidak
dilakukan pembedahan mandibulanya?
Pasien dengan kelainan maloklusi skeletal kelas III yang cukup berat umumnya
dirawat dengan perawatan kombinasi antara ortodonti dan bedah. Pertimbangan
rahang yang akan dibedah, ditentukan setelah adanya evalusai secara menyeluruh
baik intra ataupun ekstra oral pada saat klinik integrasi. Pembedahan dapat
dilakukan pada 1 atau 2 rahang tergantung kebutuhan. Pada pasien ini didapat
open bite yang tidak terlalu besar,maxilla hanya sedikit dimajukan (maloklusi
yang ada tidak ekstrim)
Tingkat cidera saraf tepi bervariasi antara satu pasien dengan pasien lainnya,
mulai dari nyeri yang bersifat ringan hingga cidera yang berkepanjangan. Cedera
saraf tepi dapat diklasifikasikan menurut Seddon berdasarkan demyelinasi dan
tingkat keparahan cidera dari axon, menjadi tiga kategori: neurapraksia,
aksonotmesis, dan neurotmesis.
Axonotmesis Adalah terjadinya disrupsi axon dan myelin. Jaringan ikat lunak
sekitarnya termasuk endoneurium masih intak. Terjadi degenerasi axon distal dan
proksimal lokasi terjadinya trauma. Degenerasi distal dikenal sebagai degenerasi
Wallerian. Axon akan memngalami regenerasi dengan kecepatan 1mm/ hari.
Secara bermakna fungsi akan kembali normal setelah 18 bulan. Tipe cedera ini
kemungkinan terlihat pada isolasi, seperti pada cedera Pleksus Brakhialis
dihubungkan dengan kelahiran, atau dalam hubungan nya dengan fraktur seperti
cedera saraf radial sekunderi terhadap fraktur humerus.
Neurotmesis adalah keadaan dimana akson dan pembungkus saraf perifer putus,
sobek atau rusak. Degenerasi Wallerian terjadi pada bagian distal namun, segmen
proksimal tidak mengalami regenerasi secara alamiah Karena pembungkus akson
ikut terputus. Serabut fibril saraf dengan elemen - elemen jaringan fibrus
membentuk neuroma. Pemulihan hanya dapat diharapkan bila dilakukan repair
saraf secara pembedahan mikro. Tipe cedera ini hanya terlihat pada trauma mayor.
DAFTAR PUSTAKA :