Anda di halaman 1dari 9

5.

8 Energi Mekanik
Pada teorema kerja energi bentuk pertama, gaya yang bekerja pada benda
yang mengubah energi kinetik adalah semua jenis gaya, baik yang konservatif
maupun yang non konservatif. Kita telah memperoleh rumus umum W = ∆K . Kita
dapat memisahkan kerja yang dilakukan oleh gaya konservatif dan non konservatif
dan menulis W sebagai berikut.
W = Wkons + Wnon-kons
Tetapi, berdasarkan persamaan Wkons = U1 – U2, sehingga kita dapat menulis
W = (U1 – U2) + Wnons-kons . Dengan menggunakan prinsip kerja energi bentuk
pertama bahwa kerja yang dilakukan sama dengan perubahan energi kinetik maka
dapat kita tulis (K1 – K2) = (U1 – U2) + Wnons-kons , atau
Wnons-kons = -(U1 – U2)+ (K2-K1) = (U2+K2)-(U1+K1) (5.68)
Kita definisikan besaran yang dinamakan energi mekanik sebagai berikut
EM = U + K (5.69)
Dengan definisi ini maka kita dapat menulis persamaan (5.68) sebagai
Wnons-kons = EM2 – EM1 (5.70)
Persamaan menyatakan bahwa usaha yang dilakukan oleh gaya non konservatif
sama dengan perubahan energi mekanik benda. Ini adalah ungkapan teorema
kerja-energi bentuk ketiga.
5.9 Hukum Kekekalan Energi Mekanik
Suatu kasus menarik muncul jika pada benda hanya bekerja gaya konservatif dan
tidak ada gaya non-konservatif . Dalam kondisi demikian maka Wnons-kons = 0
sehingga berdasarkan persamaan (5.64) EM2 – EM1 = 0 atau
EM1 = EM2 (5.65)
Hubungan ini adalah ungkapan dari hukum kekekalan energi mekanik. Jadi, jika
tidak ada gayan non-konservatif yang bekerja pada benda maka renergi mekanik
benda kekal.
Jika bola dilemparkan vertikal ke atas dari lantai maka bola berada dalam
pengaruh medan gravitasi bumi yang bersifat konservatif (Gambar 5.24). Selama
bola bergerak, energi mekanik konstan. Saat dilempar dari lantai, energi kinetik
maksimum (Kmaks) sedangkan energi potensial nol (karena ketinggian nol). Saat
di puncak lintasan, energi kinetik nol (benda diam) sedangkan energi potensial
maksimum (Umaks). Saat kembali akan menyentuh lantai, energi kinetik kembali
maksimum (Kmaks) sedangkan energy potensial nol (karena ketinggian nol).
Karena energi mekanik kekal maka
Kmaks = Umaks = EM

5.10 Kecepatan Lepas dari Bumi


Jika benda ditembak ke atas maka makin lama kecepatan benda makin
berkurang. Benda mencapai kecepatan nol pada ketinggian tertentu, kemudian
bergerak dalam arah berlawanan kembali ke tanah. Makin kecil kecepatan awal
benda maka makin tinggi posisi benda membalik arah. Jika kecepatan awal benda
sangat besar maka bisa terjadi kemungkinan benda tidak balik ke tanah, tetapi
bergerak terus meninggalkan bumi. Pertanyaan, berapakah laju benda yang harus
dimiliki di tanah agar bisa
lepas dari bumi (bergerak terus tanpa membalik arah)?
Untuk menentukan kecepatan benda untuk lepas dari bumi, perhatikan
Gambar 5.26. Misalkan benda dilepas dengan laju awal vo di permukaan bumi.
Sampai dengan jarak r dari pusat bumi, laju benda menjadi v. Karena gaya gravitasi
adalah gaya konservatif maka hukum kekekalan energi mekanik berlaku. Terapkan
hukum tersebut untuk lokasi di permukaan bumi dan pada jarak r dari pusat bumi.
𝑀ʙ𝑚 1 𝑀ʙ𝑚 1
-G + 2mv02 = -G + 2 mv2 (5.72)
𝑅 𝑟
Benda dikatakan lepas dari bumi jika benda sanggup mencapai jarak tak berhingga
(r = ꝏ) dan pada jarak tersebut laju benda minimal nol. Jadi syarat benda dapat lepa dari
bumi adalah
𝑀ʙ𝑚 1 𝑀ʙ𝑚 1
-G + 2mv02 ≤ -G + 2 m x 02
𝑅 ꝏ

Atau
𝑀ʙ𝑚 1
-G + 2mv02 ≥ 0 (5.73)
𝑅

Solusi untuk v0 dari persamaan (4.73) adalah

V0 ≥ √2𝐺𝑀ʙ/𝑅 (5.74)
Jika kita menggunakan data G = 6,67 x 10-11 N m2/kg2, MB = 5,96 x 1024 kg, dan
R = 6,4x 106 m, kita peroleh
V0 ≥ 11,146 km/s
Tampak bahwa agar benda lepas dari bumi maka laju minimum adalah 11,146 km/s.
Mengapa atmosfer tidak lepas dari bumi? Atmosfer bumi terdiri dari lapisan udara
dengan ketebalan sekitar 60 mil. Molekul-molekul udara penyusun atmosfer selalu
bergerak ke segala arah (Gambar 5.27). Gas penyusun atmosfer bermacam-macam. Namun
jika dirata-ratakan maka massa molekul gas penyusun atmosfer sekitar 4,8x10-26 kg. Suhu
tertinggi atmosfer sekitar 70 ºC. Dengan suhu sebesar ini maka laju rata-rata molekul udara
dalam atmosfer sekitar 544 m/s atau 0,544 km/s. Laju rata-rata molekul gas penyusun
atmosfer jauh lebih kecil daripada laju minimum yang diperlukan untuk lepas dari bumi.
Oleh karena itulah, gas penyusun atmosfer tetap ada di permukaan bumi.
5.11 Kerja oleh Gaya Gesekan
Salah satu sifat gaya gesekan adalah arah gaya selalu berlawanan dengan arah gerak
benda. Oleh karena itu kerja oleh gaya gesekan selalu bernilai negatif. Itu sebabkan
mengapa gaya gesekan selalu mengurangi energi benda.
Gaya gesekan ada dua, yaitu gaya gesekan statis dan kinetik. Gaya gesekan statis
muncul ketika benda belum bergerak. Jadi, ketika gaya gesekan statis muncul benda tidak
memiliki perpindahan. Oleh karena itu gaya gesekan statis tidak melakukan kerja (kerja =
perkalian gaya dan perpindahan). Sebaliknya, gaya gesekan kinetik muncul saat benda
bergerak (ada perpindahan). Jadi, gaya gesekan kinetik muncul bersama dengan
perpindahan benda. Oleh karena itu gaya gesekan kinetik melakukan kerja. Kerja oleh gaya
gesekan kinetik adalah
W = -fk∆x
dengan fk adalah gaya gesekan kinetik (N) dan kx adalah perpindahan (m). Tanda negatif
bermakna bahwa gaya gesekan selalu mengurangi energi benda.
5.12 Pengungkit
Paku yang menancap di kayu lebih mudah dicabut dengan palu pengungkit
dibandingkan dengan ditarik langsung menggunakan tang. Kita lebih mudah menggeser
batu menggunakan pengungkit dibandingkan dengan menarik atau mendorong langsung.
Kita lebih mudah menaikkan benda menggunakan katrol dibandingkan dengan menarik
langsung ke atas menggunakan tangan. Mengapa demikian? Bagaimana menjelaskannya
dengan ilmu fisika?
Mari kita mulai dengan membahas pengungkit. Pada umumnya pengungkit
memiliki dua lengan dan satu titik tumpu. Titik tumpu adalah bagian pengungkit yang tidak
bergerak. Lengan adalah bagian yang bergerak (berputar terhadap titik tumpu) dan masing-
masing menahan gaya. Kita mulai dengan membahas pengungkit yang memiliki titik
tumpu di tengah, seperti diilustrasikan pada Gambar 5.30. Gambar tersebut
mengilustrasikan perputaran pengungkit serta gaya-gaya yang bekerja.
Kita misalkan ujung lengan penggerak ditarik ke bawah dengan gaya F2. Akibat
adanya gaya tersebut maka ujung lengan penggerak turun sejauh ∆x2. Dengan demikian,
kerja yang kita lakukan adalah W2 = F2 ∆x2. Akibatnya turunnya ujung lengan penggerak
maka lengan beban mengerjakan gaya ke atas pada beban sambil berpindah sejauh ∆x1.
Misalkan gaya yang dilakukan ujung lengan beban adalah F1 maka kerja yang dilakukan
oleh lengan beban adalah W1 = F1 ∆x1. Yang dilakukan pada saat mengungkit adalah
mentransfer kerja di lengan penggerak ke lengan beban. Dengan demikian
Kerja yang kita lakukan di lengan penggerak = kerja yang dilakukan lengan beban
ke benda
Atau
F2∆x2 = F1∆x1

Perhatikan segitiga yang dibentuk oleh ujung lengan penggerak sebelum dan
sesudah diputar dengan titik tumpu. Segi tiga ini sebangun dengan segitiga yang dibentuk
oleh dua ujung lengan beban dengan titik tumpu. Dengan demikian berlaku hubungan
∆x1/L1 = ∆x2/L2 atau ∆x1 = (L1/L2)∆x2. Substitusi ke dalam persamaan sebelumnya f2∆x2 =
F1(L1/L2)∆x2 atau dapat disederhanakan menjadi
F2L2 = F1L1 (5.84)

Tampak dari persamaan (5.84) jika L2 > L1 maka F2 < F1. Makin besar F2
dibandingkan dengan F1 maka makin kecil F2 dibandingkan dengan F1. Jadi, agar mudah
mengangkat benda-benda yang berat maka kita gunakan lengan penggerak yang beberapa
kali lebih panjang dari lengan beban.

Berikutnya kita bahas pengungkit yang memiliki titik tumbu di ujung, seperti diilustrasikan
pada Gambar 5.31. Gambar tersebut mengilustrasikan perputaran pengungkit serta gaya-gaya yang
bekerja.
Di sini juga kita misalkan ujung lengan penggerak ditarik ke atas dengan gaya F2. Akibat adanya
gaya tersebut maka ujung lengan penggerak naik sejauh ∆x2. Dengan demikian, kerja yang kita
lakukan adalah W2 = F2 ∆x2. Akibatnya naiknya ujung lengan penggerak maka lengan beban
mengerjakan gaya ke atas pada beban sambil berpindah sejauh ∆x1. Misalkan gaya yang dilakukan
ujung lengan beban adalah F1 maka kerja yang dilakukan oleh lengan beban adalah W1 = F1 ∆x1.
Yang dilakukan pada saat mengungkit adalah mentransfer kerja di lengan penggerak ke lengan
beban. Dengan demikian F2∆x2 = F1∆x1 .
Perhatikan segitiga yang dibentuk oleh ujung lengan penggerak sebelum dan
sesudah diputar dengan titik tumpu. Segi tiga ini sebangun dengan segitiga yang dibentuk
oleh dua ujung lengan beban dengan titik tumpu. Dengan demikian berlaku hubungan
∆x1/L1 = ∆x2/L2 atau ∆x1 = (L1/L2)∆x2. Substitusi ke dalam persamaan sebelumnya
diperoleh F2∆X2 = F1(L1/L2)∆x2
5.12 Katrol
Orang jaman dahulu mengangkat air sumur dengat katrol. Penduduk di pedesaan saat ini
masih banyak yang menggunakan katrol untuk mengangkat air sumur karena belum adanya listrik
yang dapat digunakan untuk menggerakkan pompa air. Tukang bangunan sampai saat ini masih
banyak yang menggunakan katrol untuk mengangkat bata atau adukan semen ke lantai atas
bangunan. Dengan katrol benda akan lebih mudah diangkat. Mengapa demikian?
Mari kita mulai dengan membahas satu katrol yang digantung tetap. Gambar 5.32 adalah ilustrasi
katrol tersebut. Tali di sisi kiri katrol ditarik ke bawah dengan gaya F. Tali turun sejauh h.
Dengan demikian, kerja yang kita lakukan adalah W1 = F h. Karena tali cuma satu dan
dihubungkan langsung (hanya melengkung melewati katrol) maka beban naik sejauh h juga.
Beban tersebut berada di bawah pengaruh gaya gravitasi. Akibat kenaikan beban maka energi
potensial beban bertambah sebesar ∆EP = W ∆h. Kita asumsikan selama bergerak, kecepatan
benda tetap sehingga energi kinetik tidak berubah. Dengan demikian, kerja yang kita lakukan
semata-mata untuk menaikkan energi potensial benda. Dengan demikian F∆h = W∆h, atau F = W.
Jadi, gaya yang kita berikan untuk mengangkat benda menggunakan katrol tetap persis sama
dengan berat benda. Lalu, apa untungnya menggunakan katrol?
Walaupun gaya yang dikeluarkan persis sama dengan berat benda, katrol tetap mempermudah
mengangkat benda. Penyebanya adalah kita memberikan gaya ke arah bawah. Dengan gaya ke
arah bawah maka kita bisa menggunakan seluruh beban tubuh kita untuk menarik benda. Tinggal
memperkuat genggaman tangan pada tali. Untuk mengangkat beban, kadang kita dapat
menggelantung pada tali penarik.
Berbeda kalau kita mengangkat langsung benda dengan menarik ke atas. Hanya otot-otot tangan
yang kita kerahkan untuk menarik dan menahan beban sehingga kita merasa berat.

Gaya yang kita keluarkan bisa lebih kecil jika menggunakan katrol bergerak. Gambar 5.33
adalah ilustrasi satu katrol bergerak yang digunakan untuk mengangkat benda. Beban digantung
pada poros katrol. Tali dililitkan (dilewatkan) pada katrol. Satu ujung tali dipaten secara tetap
dan ujung lainnya ditarik.
Tali ditarik ke atas sejauh ∆y dengan gaya F. Dengan demikian, kerja yang dilakukan adalah F∆y.
Akibat penarikan ini maka katrol hanya naik setengah tarikan tersebut, yaitu ∆x = ∆y/2. Tinggi
naiknya beban persis sama dengan tinggi naiknya katrol. Dengan kenaikan tersebut maka energi
potensial beban bertambah sebesar W∆x = W∆y/2. Kerja yang kita berikan semata-mata digunakan
untuk menambah energi potesial beban. Dengan demikian F∆y = W ∆y/2, atau F = W/2. Dengan
demikian, jika menggunakan katrol bergerak, gaya tarik yang dibutuhkan untuk mengangkat benda
hanya setengah dari berat benda.
5.13 Fisika disekitar Kita
Sekarang kita bahas beberapa fenomena fisika menarik di sekitar kita yang berkaitan dengan kerja
dan energi
5.13.1 Mengapa Tetes Air Berbentuk Bola?
Ini fenomena yang kita amati sehari-hari. Percikan air membentuk teses-tetes berupa bola. Tetes
air hujan juga berupa bola. Asalkan gaya kohesi antara molekul air lebih besar daripada gaya
adhesi antara molekul air dengan molekul yang bersentuhan dengan permukaan maka bentuk bola
lah yang muncul. Bentuk yang sama juga diamati pada tetesan air raksa di atas permukaan kaca.
Mengapa demikian? Karena bentuk bola menghasilkan energi interaksi total antar molekul paling
kecil. Lebih detailnya mari kita bahas sebagai berikut.
Satu molekul air melakukan tarik-menarik dengan molekul air di sekelilingnya. Tarikan tersebut
menyebabkan penurunan energi potensial. Ingat, jika ada gaya tarik maka energi potensial bernilai
negatif. Misalkan akibat tarikan oleh molekul sekelilingnya, satu molekul mengalami penurunan
energi sebesar ᵞ. Karena jumlah molekul air sebanding dengan volume tetesan maka penurunan
energi tetesan akibat tarikan antar molekul adalah
EV = -𝛼𝛾V
Persamaan (5.85) diturunkan atas asumsi bahwa jumlah molekul yang mengelilingi satu molekul
semuanya sama. Namun, kondisi berbeda jika kita melihat molekul di permukaan air. Moekul di
permukaan air hanya daitarik dalam satu arah (ke dalam) dan tidak ada tarikan ke arah luar (karena
tidak ada molekul air di luar permukaan). Oleh karena itu penurunan energi molekul air di
permukaan lebih kecil daripada ᵞ. Ini artinya, energi pada persamaan (5.84) terlalu kecil untuk
energi tarikan semua molekul air karena belum memperhatikan kehadiran permukaan. Jadi, pada
energi tersebut harus ditambah faktor akibat kehadiran permukaan. Kehadiran permukaan
menambah energi tetesan. Besarnya tambahan energi akibat kehadiran permukaan sebanding
dengan luas permukaan dan dapat kita tulis
Es = +𝛽𝛾𝑠
dengan 𝛽 adalah konstanta pembanding lain. Akhirnya, energi total tetesan air memenuhi
persamaan
E = Ev + Es
= -𝛼𝛾V + 𝛽𝛾𝑠
Bentuk geometri paling stabil jika energi paling kecil. Energi paling kecil dicapai jika nilai suku
volum (suku pertama di ruang kanan) paling besar dan nilai suku permukaan (suku kedua di ruas
kanan) paling kecil. Artinya, energi akan minimal jika perbandingan luas permukaan dan volume
sekecil mungkin. Gemoetri yang memiliki sifat demikian hanyalah bola. Tidak ada geometri lain
yang memiliki perbandingan luas permukaan dengan volume yang lebih kecil daripada bola. Inilah
penyeban mengapa bentuk tetes air atau zat cair lain adalah bola.

Anda mungkin juga menyukai