𝑑𝐼
Jika laju perubahan kuat arus 𝑑𝑡 adalah konstanta terhadap waktu,
∆𝐼 𝐼₂−𝐼₁
ɛ = - L ∆𝑡 = - L ∆𝑡
dengan I₁ dan I₂ adalah kuat arus yang melalui kumparan pada keadaan awal dan akhir.
Persamaan diatas dikemukakan oleh Joseph Henry, sehingga satuan induktansi diri L dalam S1
diberi nama Henry (disingkat H).
∆𝐼 ɛ
ɛ = - L ∆𝑡 atau L = ∆𝐼/∆𝑡
Dalam SI satuan ɛ adalah volt, satuan ∆I adalah ampere, satuan ∆t adalah sekon, dan satuan
L adalah henry hingga diperoleh hubungan satuan sebagai berikut.
𝑉
1 H = 1 𝐴/S
Suatu kumparan memiliki induktansi diri 1 henry apabila perubahan kuat arus listrik sebesar 1
ampere dalam 1 sekon pada kumparan tersebut menimbulkan GGL induksi diri sebesar 1 volt.
ujung kumparan.
𝑑𝐼
ɛ = -L 𝑑𝑡
𝑑ɸ
ɛ = -N 𝑑𝑡
Dengan
µ = µᵣµ₀
Jika induktansi selenoide dengan bahan inti Lb kita bandingkan dengan induktansi
selenoide tanpa inti (berisi udara) L0, kita peroleh persamaan berikut.
Dari persamaan itu dapat kita definisikan tentang permeabilitas relatif µᵣ sebagai berikut.
Permeabilitas relatif µᵣ dari suatu bahan adalah nilai perbandingan antara induktansi diri
dengan bahan sebagai inti dan induktansi diri kumparan dengan udara (ruang hampa)
sebagai inti.
c. Energi yang Tersimpan dalam Induktor
Telah diketahui bahwa energy dalam kapasitor tersimpan dalam bentuk medan
1
listrik. Energi yang tersimpan dalam kapasitor dirumuskan dengan W = 2CV2, dengan C
adalah kapasitas dan V adalah beda tegangan kapasitor. Berdasarkan hal tersebut energy
dalam inductor (kumparan) tersimpan dalam bentuk medan magnetic.
Ketika sakelar pada rangkaian R-L yang dihubungkan ke tegangan searah (baterai)
𝑑𝐼
ditutup maka terjadi pertumbuhan arus 𝑑𝑡 dalam rangkaian. Ini menimbulkan GGL induksi
𝑑𝐼
diri antara ujung – ujung inductor, yaitu ɛ = L𝑑𝑡
𝑑𝐼
Usaha Dw = ɛIdt = L(𝑑𝑡) I dt = LI dl. Usaha total yang dikerjakan selama arus
melalui inductor diubah dari I = 0 ke nilai tatap I. Secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut.
𝑊 𝐼
∫0 𝑑𝑊 = L∫0 𝑑𝐼
1
W = 2 LI2