Anda di halaman 1dari 14

KAPASITANSI

1. PENGERTIAN

Kapasitansi dapat diartikan dengan rasio muatan total pada salah satu konduktor terhadap
beda potensial antara kedua konduktor. Kapasitansi juga bisa didefinisikan sebagai kemampuan
dari suatu kapasitor untuk dapat menampung muatan elektron. Kapasitansi sendiri biasa
disimbolkan dengan huruf C dengan satuan farad (F).
Secara matematis, kapasitansi dapat dituliskan sebagai berikut :

Untuk menenetukan nilai Q digunakan integral permukaan untuk seluruh permukaan


konduktor positif dan untuk menghitung V yaitu dengan memindahkan sebuah muatan satuan
positif dari permukaan konduktor negatif ke permukaan konduktor positif.

Nilai kapasitansi tidak bergantung pada potensial maupun muatan total, karena
perbandingan kedua besaran ini selalu tetap. Kapasitansi hanya merupakan fungsi dari dimensi
fisik sistem konduktor terkait dan permitivitas dielektrum homogen yang digunakan.

2. CONTOH KAPASITANSI

2.1 Kapasitor Pelat Datar Sejajar


Misalkan dua pelat datar dari bahan logam sejajar yang masing-masing memiliki luas S,
jarak kedua pelat sejajar d, dan dipisahkan oleh medium dielektrik dengan permitivitas
dielektrik e seperti pada gambar dibawah ini :

maka nilai kapasitansinya :

atau :
2.2 Kapasitor Silinder Koaksial
Dua buah silinder koaksial terbuat dari bahan konduktor dengan jari-jari silinder bagian
dalam p = a m dan jari-jari silinder luar p = b m, pajang kedua silinder sama yaitu L m dan
diantara kedua silinder terdapat bahan dielektrik dengan permitivitas dielektrik = e F/m, seperti
pada gambar.

Beda potensial antara silinder dalam yang bermuatan positif dengan silinder luar yang
bermuatan negatif adalah

INDUKTANSI

Induktansi merupakan sifat sebuah rangkaian listrik atau komponen yang menyebabkan
timbulnya ggl di dalam rangkaian sebagai akibat perubahan arus yang melewati rangkaian (self
inductance) atau akibat perubahan arus yang melewati rangkaian tetangga yang dihubungkan secara
magnetis (induktansi bersama atau mutual inductance). Pada kedua keadaan tersebut, perubahan
arus berarti ada perubahan medan magnetik, yang kemudian menghasilkan ggl.

Apabila sebuah kumparan dialiri arus, di dalam kumparan tersebut akan timbul medan
magnetik. Selanjutnya, apabila arus yang mengalir besarnya berubahubah terhadap waktu akan
menghasilkan fluks magnetik yang berubah terhadap waktu. Perubahan fluks magnetik ini dapat
menginduksi rangkaian itu sendiri, sehingga di dalamnya timbul ggl induksi. Ggl induksi yang
diakibatkan oleh perubahan fluks magnetik sendiri dinamakanggl induksi diri.
Induktansi Diri (GGL Induksi Pada Kumparan)
Apabila arus berubah melewati suatu kumparan atau solenoida, terjadi perubahan fluks
magnetik di dalam kumparan yang akan menginduksi ggl pada arah yang berlawanan. Ggl terinduksi
ini berlawanan arah dengan perubahan fluks. Jika arus yang melalui kumparan meningkat, kenaikan
fluks magnet akan menginduksi ggl dengan arah arus yang berlawanan dan cenderung untuk
memperlambat kenaikan arus tersebut. Dapat disimpulkan bahwa ggl induksi ε sebanding dengan
laju perubahan arus yang dirumuskan :

dengan I merupakan arus sesaat, dan tanda negatif menunjukkan bahwa ggl yang dihasilkan
berlawanan dengan perubahan arus. Konstanta kesebandingan L disebutinduktansi
diri atau induktansi kumparan, yang memiliki satuan henry (H), yang didefinisikan sebagai satuan
untuk menyatakan besarnya induktansi suatu rangkaian tertutup yang menghasilkan ggl satu volt bila
arus listrik di dalam rangkaian berubah secara seragam dengan laju satu ampere per detik.

Induksi Diri Pada Selenoida Dan Toroida


Solenoida merupakan kumparan kawat yang terlilit pada suatu pembentuk silinder. Pada
kumparan ini panjang pembentuk melebihi garis tengahnya. Bila arus dilewatkan melalui kumparan,
suatu medan magnetik akan dihasilkan di dalam kumparan sejajar dengan sumbu. Sementara itu,
toroida adalah solenoida yang dilengkungkan sehingga sumbunya menjadi berbentuk lingkaran.
Sebuah kumparan yang memiliki induktansi diri L yang signifikan disebut induktor. Induktansi diri L
sebuah solenoida dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan dibawah. Medan magnet di
dalam solenoida adalah :
B=μ .n.I

dengan n = sehingga diperoleh

karena B Φ = B.A =

Perubahan I akan menimbulkan perubahan fluks sebesar

Sehingga

dengan:

L = induktansi diri solenoida atau toroida ( H)


μ0 = permeabilitas udara (4 π × 10-7 Wb/Am)
N = jumlah lilitan
l = panjang solenoida atau toroida (m)
A = luas penampang (m2)
Energi Yang Tersimpan Dalam Induktor

Energi yang tersimpan dalam induktor (kumparan) tersimpan dalam bentuk medan magnetik. Energi
U yang tersimpan di dalam sebuah induktansi L yang dilewati arus I, adalah :

Energi pada induktor tersebut tersimpan dalam medan magnetiknya. Berdasarkan


persamaan induktansi diri selenoida atau toroida, bahwa besar induktansi solenoida setara

dengan dan medan magnet di dalam solenoida berhubungan dengan kuat arus I dengan B

= Jadi,

Maka, dari persamaan diatas diperoleh:

Apabila energi pada persamaan diatas tersimpan dalam suatu volume yang dibatasi oleh lilitan Al,
maka besar energi per satuan volume atau yang disebut kerapatan energi, adalah :

Induktansi Bersama
Apabila dua kumparan saling berdekatan, seperti pada gambar diatas, maka sebuah arus
tetap I di dalam sebuah kumparan akan menghasilkan sebuah fluks magnetik Φ yang mengitari
kumparan lainnya, dan menginduksi ggl pada kumparan tersebut. Menurut Hukum Faraday, besar ggl
ε2 yang diinduksi ke kumparan tersebut berbanding lurus dengan laju perubahan fluks yang
melewatinya. Karena fluks berbanding lurus dengan kumparan 1, maka ε 2 harus sebanding dengan
laju perubahan arus pada kumparan 1, dapat dinyatakan :

Dengan M adalah konstanta pembanding yang disebut induktansi bersama. Nilai M


tergantung pada ukuran kumparan, jumlah lilitan, dan jarak pisahnya. Induktansi
bersama mempunyai satuan henry (H), untuk mengenang fisikawan asal AS, Joseph Henry (1797 –
1878). Pada situasi yang berbeda, jika perubahan arus kumparan 2 menginduksi ggl pada kumparan
1, maka konstanta pembanding akan bernilai sama, yaitu :

Induktansi bersama diterapkan dalam transformator, dengan memaksimalkan hubungan antara


kumparan primer dan sekunder sehingga hampir seluruh garis fluks melewati kedua kumparan
tersebut. Alat pemacu jantung, untuk menjaga kestabilan aliran darah pada jantung pasien
merupakan salah satu contoh alat yang menerapkan induktansi bersama.

Pengertian Tahanan / Resistansi / Hambatan


Tahanan adalah salah satu parameter dasar dari suatu rangkaian listrik
ataupun rangkaian elektronika. Dalam setiap pemakaian atau perencanaan
rangkaian, tahanan atau hambatan selalu disertakan untuk maksud maksud tertentu.
Ada 2 sifat utama pada tahanan atau hambatan yaitu besarnya resistansi dan power
ratingnya. Power rating ini sangat penting karena menyatakan daya maksimum yang
dapat ditanggung oleh tahanan atau hambatan tersebut.

Tahanan tahanan yang dipakai untuk rangkaian elektronika umumnya terbuat


dari karbon atau lilitan kawat dan dapat dibuat tetap atau dapat pula disebut variable
( nilainya dapat diubah ubah ), seperti potensiometer. Tahanan tahanan terbuat dari
bahan konduktor sehingga nilai resistansi thanan atau hambatan sangat dipengaruhi
oleh temperatur sekelilingnya.

Pengertian Tahanan atau Hambatan Jenis


Salah satu sifat dari bahan / zat adalah menahan arus listrik ( dalam hal ini
yang dilawan / ditahan adalah aliran elektron ). Nilai hambatan tergantung pada
macam bahan dan ukuran fisiknya. Dalam banyak pemakaian, tahanan atau
hambatan dibuat khusus dari karbon atau lilitan kawat dengan maksud untuk
memperkecil arus listrik atau untuk memperoleh tegangan listrik pada suatu
rangkaian.
Dalam banyak pesawat elektronik seperti televisi, radio dan lain lain, tahanan
merupakan komponen yang banyak digunakan . Satuan internasional untuk tahanan
adalah Ohm dengan simbol R.
Tahanan 1 Ohm dapat didefinisikan sebagai berikut :

Tahanan suatu penghantar dikatakan mempunyai nilai sebesar 1 Ohm, bila perbedaan
tegangan antara ujung ujung penghantar tersebut sebesar 1 volt yang menyebabkan
mengalirnya arus sebesar 1 Ampere pada temperatur konstan.

Sedangkan tahanan jenis / resitivitas adalah koefisien bahan yang


menunjukkan besarnya hambatan / perlawanannya terhadap arus listrik. Penetapan
tahanan jenis atau rho ( ρ ) dilakukan dengan memakai suatu bahan yang
mempunyai panjang satu meter dengan luas penampang 1 millimeter persegi.

hambatan jenis
Satuan internasional untuk tahanan jenis adalah Ωm, sedangkan satuan
umum yang digunakan di Indonesia adalah Ωmm2 / m.
Bahan yang mempunyai tahanan jenis yang besar adalah penghantar yang jelek atau
sebagai isolator. Sebaliknya bahan yang mempunyai tahanan jenis yang rendah
adalah penghantar yang baik atau sebagai konduktor.

Besarnya harga tahanan suatu kawat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :

Rumus tahanan pada kabel atau kawat


Anda dapat menghitung hambatan atau tahanan pada kabel atau kawat
menggunakan rumus di atas. Hambatan pada kawat atau kabel sebanding dengan
panjang dan hambatan jenis dari kawat, namun berbanding terbalik dengan luas
penampang dari kawat atau kabel. Berikut ini adalah beberapa data hambatan jenis
dan koefisien hambatan pada suatu bahan.
Tabel hambatan jenis dan koefisien bahan

Pengertian Daya Hantar dan Daya Hantar Jenis

Daya hantar atau konduktansi dengan simbol G adalah kebalikan dari tahanan, jadi

Jika harga tahanan mengecil, maka daya hantarnya terhadap arus listrik
membesar. Jadi konduktor yang baik mempunyai tahanan yang kecil dan konduktor
yang jelek mempunyai tahanan yang besar. Daya hantar jenis juga merupakan
kebalikan dari tahanan jenis, jadi :

Rumus tahanan jenis

Dengan demikian didapat harga konduktansi dalam suatu penghantar dengan


mensubtitusi rumuh tahanan penghantar adalah sebagai berikut :

Rumus konduktansi
Jadi untuk mengetahui konduktansi suatu penghantar dapat menggunakan rumus
yang pertama maupun ketiga.
Pengaruh Temperatur pada Tahanan

Harga tahanan pada suatu bahan akan ikut berubah setiap temperatur dari
tahanan tersebut berubah. Perubahan harga tahanan untuk setiap perubahan
temperatur per 10C disebut koefisien temperatur dari tahanan tersebut dengan
simbol α.

 Jika α positif, maka harga/nilai tahanan bahan akan bertambah bila temperaturnya
naik.
 Jika α negatif, maka harga/nilai tahanan bahan akan berkurang bila temperaturnya
naik.
 Jika α nol, maka harga/nilai tahanan bahan akan tetap meskipun temperaturnya
berubah ubah.

Pada umumnya logam mempunyai α positif, semikonduktor dan isolator


mempunyai α negatif dan bahan bahan campuran mempunyai α nol. Grafik di bawah
ini menunjukkan harga atau nilai tahanan tiap waktu pada suatu logam ( tembaga )
yang mempunyai α positif.

Apabila garis lurus pada grafik diteruskan ke kiri, maka akan memotong
sumbu X negatif, temperatur pada -234,5 0C yang artinya secara teori tahanan
tembaga menjadi nol. Dalam prakteknya, kurva tersebut adalah menyimpang dari
garis lurus pada temperatur yang sangat rendah.

Dari dua buah segitiga yang seangun diperoleh persamaan :

Persamaan dari grafik tahanan terhadap


perubahan suhu
Persamaan di atas memperlihatkan hubungan perubahan temperatur terhadap nilai
tahanan pada konduktor tembaga. Nilai 1/(234,5 ) atau 0,004 adalah nilai koefisien
temperatur. Jadi :

Daya dan Energi pada Tahanan / Hambatan

Jika suatu arus listrik mengalir melalui tahanan, maka akan ada daya yang diserap
oleh tahanan tersebut umumnya diubah menjadi panas.

Besarnya daya yang diserap adalah

Rumus daya

Sedangkan energi panas yang dihasilkan adalah

Rumus energi
Oleh karena itu betapa pentingnya power rating suatu tahanan, karena bila
daya yang diserap pada tahanan lebih besar daripada power ratingnya, maka
tahanan tersebut akan rusak / terbakar. Untuk selanjutnya power rating ini akan
dijelaskan pada materi komponen elektronika.
MUATAN LISTRIK

Pengetahuan tentang listrik bermula dari pengamatan yang di


lakukan Thales dari Miletus(Yunani Kuno) pada tahun 600 SM, ketika ia
mengemukakan fakta bahwa sepotong batu ambar yang digosok dengan wol dapat
menarik potongan-potongan jerami. Efek yang dialami batu ambar tersebut kini
dikenal sebagai gejala listrik statis. Gejala listrik statis juga dapat kita amati saat
penggaris plastik yang di gosok dengan tissuedapat menarik serpihan kertas. Kita
mengatakan bahwa batu ambar dan plastik tadi telah bermuatan listrik. Batu ambar
menjadi bermuatan listrik setelah digosok dengan wol dan penggaris plastik menjadi
bermuatan listrik setelah digosok dengan tissue. Gejala listrik statis pada suatu
benda akibat gosokan/gesekan dengan benda lain tersebut dikenal dengan
istilah triboelektrisitas.

Dalam setiap proses, muatan tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan,


muatan hanya dapat dipindahkan dari satu benda ke benda lain. Keberadaan
muatan bersifat kekal. Benjamin Franklin, seorang Ilmuwan fisika berpendapat
bahwa ketika sejumlah muatan muncul pada sebuah benda, pada benda (tempat)
lain akan muncul jenis muatan yang berlawanan dengan jumlah yang sama. Saat
kita menggosok batang plastik menggunakan tissue yang semula keduanya tidak
bermuatan, batang plastik menjadi bermuatan negatif dan tissue menjadi bermuatan
positif. Dalam hal ini tissue kehilangan muatan negatif sebanyak muatan negatif
yang diperoleh batang plastik. Pemahaman ini sesuai dengan hukum kekekalan
muatan yang menyatakan bahwa “jumlah aljabar muatan listrik yang dihasilkan
dalam setiap proses sama dengan nol”.

1. Muatan Listrik dalam Struktur Atom


Seperti halnya massa, muatan listrik merupakan satu elemen sifat dasar
pembentuk materi. Interaksi yang dominan dalam penentuan struktur serta sifat
atom dan molekul adalah interaksi listrik antarpartikel bermuatan. Struktur atom di
lukiskan sebagai gabungan tiga partikel ; elektron(bermuatan
negatif),proton(bermuatan positif), dan neutron(netral).
Besar muatan elektron sama dengan besar muatan proton. Muatan
elektron adalah –e, sedangkan muatan proton adalah +e, dengan e adalah muatan
elementer. Muatan listrik total dalam suatu benda merupakan kelipatan bulat dari e.
hal ini dikenal sebagai prinsip “kuantisasi muatan”. Jadi, muatan listrik total (Q) dalam
suatu benda selalu dapat ditulis dalam bentuk Q = ±Ne, N merupaan bilangan bulat.
Tak ada benda yang bermuatan lebih kecil daripada muatan elementer e. fakta
kuantisasi muatan ini telah dibuktikan olehRobert Andrew Milikan dengan eksperimen
tetes minyak.
Jumlah proton maupun elektron dalam atom netral disebut nomor
atom unsur itu. Dalam atom netral,jumlah proton sama dengan jumlah elektron. Atom
yang jumlah elektronnya lebih banyak daripada jumlah protonnya dikatakan
bermuatan negatif dan disebut ion negatif. Sebaliknya,atom yang jumlah protonnya
lebih banyak daripada jumlah elektronnya dikatakan bermuatan positif dan
disebut ion positif. Sebuah atom dapat menjadi ion negatif maupun positif dengan
memperoleh (menangkap) ataupun melepaskan elektronnya. Peristiwa perolehan
atau kehilangan elektron ini disebut ionisasi.
2. Konduktor dan Isolator listrik
Andaikan terdapat dua bola logam, salah satunya bermuatan, sedangkan
yang lain netral (gambar (a)). Jika kita letakkan benda yang terbuat dari logam
(misalnya paku besi) menyentuh kedua bola logam tersebut, bola yang semula
netral akan menjadi bermuatan (gambar (b)). Jika kita tidak menggunakan paku
besi melainkan menggunakan kayu (gambar (c)), bola logam yang semula netral
tetap akan netral.

Materi yang berperilaku seperti paku besi disebut konduktor, sedangkan yang
berperilaku seperti kayu disebut isolator(insulator). Jadi, konduktor adalah benda
yang mudah di lalui muatan listrik, sedangkan isolator adalah benda yang sangat
sukar dilalui muatan listrik.
Bahan logam umumnya merupakan konduktor, sedangkan bahan nonlogam biasanya
merupakan isolator. Dari sudut pandang atomik, elektron-elektron pada isolator terikat
kuat dengan inti atom. Pada konduktor, terdapat beberapa elektron yang ikatannya
longgar sehingga dapat bergerak bebas. Elektron-elektron yang bergerak bebas ini
dinamakan elektron bebas.

3. Muatan Induksi
Andaikan sebuah logam bermuatan positif didekatkan pada batang logam
netral. Meskipun tidak meninggalkan batang logam, elektron pada logam netral akan
bergerak (masih di dalam logam) mendekatimuatan positif. Batang logam tetap
netral, hanya terjadi pemisahan muatan di kedua ujungnya. Dalam hal ini terjadi
pemberian muatan secara induksi. Jika logam ini dipotong menjadi 2 bagian, akan
didapatkan dua logam bermuatan, satu bermuatan positif dan yang lain bermuatan
negatif.

PENJELASAN HUKUM OHM


Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font
color: Custom Color(RGB(232,85,78))

Hukum Ohm menyatakan bahwa besarnya kuat arus yang mengalir pada sebuah penghantar
berbanding lurus dengan beda potensial antara dua titik pada ujung penghantar dan
berbanding terbalik dengan hambatan pada kedua ujung penghantar tersebut. Hukum Ohm
berlaku jika besarnya hambatan pada penghantar bersifat tetap dan tidak dipengaruhi oleh
beda potensial yang diberikan pada penghantar.
Prinsip dasar pada hukum Ohm ini merupakan dasar perhitungan pada rangkaian elektronika
karena menyangkut tiga besaran utama yaitu Tegangan, Arus dan Hambatan atau Beban.
Dengan menggunakan Hukum Ohm, dapat dihitung arus yang mengalir pada komponen-
komponen elektronika sehingga dapat dibuat rangkaian dengan fungsi yang bermacam-
macam.

Sejarah Hukum Ohm


Nama Ohm pada Hukum Ohm diambil dari nama fisikawan asal Inggris yang
bernama Georg Ohm. Beliau melakukan penelitian terhadap resistansi pada tahun
1825-1826. Hasil dari penelitian ini kemudian dipublikasikan pada tahun 1827
melalui buku yang berjudul “Die galvanische Kette, mathematisch bearbeitet”, dalam
bahasa Indonesia dapat diartikan menjadi “Investigasi Matematis terhadap
Rangkaian Galvanis”.

Foto: Georg Ohm/Wikipedia

Pada percobaannya, Georg Ohm mendapat inspirasi dari penelitian Fourier tentang
“heat conduction”. Pada awalnya beliau menggunakan elemen volta sebagai sumber
tegangan namun kemudian beralih menggunakan Thermocouple karena dianggap
lebih stabil. Beliau menggunakan
Galvanometer untuk mengukur arus pada sebuah penghantar yang diberi tegangan
listrik. Hasil percobaan diperoleh bahwa besarnya beda potensial yang dihasilkan
berbanding lurus dengan suhu pada junction.

Selanjutnya beliau melakukan pengukuran dengan Galvanometer dan mengganti


kabel untuk pengujian dengan berbagai panjang dan ukuran diameter serta bahan
yang berbeda. Dari percobaan ini diperoleh bahwa besarnya pembacaan
Galvanometer berbanding lurus dengan suhu namun berbalik dengan panjang kabel
uji.

Dari percobaan sederhana ini dapat disimpulkan bahwa besarnya kuat arus, yaitu
nilai yang dibaca oleh Galvanometer berbanding lurus dengan beda potensial (ingat
bahwa suhu berbanding lurus dengan beda potensial). Kemudian besarnya kuat
arus juga berbanding terbalik dengan hambatan, karena panjang kabel berbanding
lurus dengan hambatan kabel.

Rumus Hukum Ohm


Dari pernyataan diatas, Hukum Ohm dapat dirumuskan secara matematis melalui
persamaan berikut ini :

Dimana :
V adalah besarnya beda potensial antara dua penghantar, dinyatakan dalam satuan
Volt
I adalah besarnya kuat arus yang mengalir pada penghantar, dinyatakan dalam
satuan Ampere
R adalah besarnya hambatan pada penghantar, dinyatakan dalam satuan Ohm

Untuk mempermudah mengingat rumus diatas, dapat diilustrasikan dengan segitiga


hukum Ohm, dimana tegangan atau beda potensial (V) berada diatas, dan kemudian
kuat arus (I) dan hambatan (R) berada dibawahnya.
Segitiga Hukum Ohm

Contoh Aplikasi dan Perhitungan Hukum Ohm


Hukum Ohm dapat digunakan untuk menghitung arus yang mengalir pada sebuah
rangkaian berdasarkan hambatan sebuah beban. Dengan menghitung kuar arus,
kita juga bisa menghitung besarnya daya yang dipakai oleh beban tersebut.

Pada rangkaian diatas tampak sebuah rangkaian sederhana dengan satu sumber
tegangan berupa battery dan sebuah beban (load) yang dipasang pada sumber
tegangan tersebut. Karena diberi beban, maka terjadi kuat arus yang mengalir pada
rangkaian.

Contoh perhitungan pada rangkaian diatas misalnya diketahui besarnya tegangan


sebesar 10Volt dengan hambatan beban sebesar 10 Ohm maka besarnya kuat arus
sama dengan tegangan dibagi hambatan, hasilnya sebesar 1 Ampere.

Dengan mengacu pada rumus perhitungan daya yaitu tegangan dikalikan kuat arus,
maka dapat dihitung besarnya daya yang dipakai yaitu sebesar 10 Volt dikalikan 1
Ampere, hasilnya sebesar 10 Watt.

Anda mungkin juga menyukai