Anda di halaman 1dari 4

1. a.

Resistance of a resistor
Resistansi adalah kemampuan suatu benda mencegah dan menghambat aliran arus listrik.
Komponen elektronika yang dapat menghambat besarnya arus listrik yang mengalir dalam
suatu rangkaian disebut resistor. Satuan resistansi adalah Ohm (Ω) diambil dari nama ilmuwan
jerman yang bernama George Simon Ohm yang merupakan penemu dari hukum ohm.
Berdasarkan hukum ohm “Besar arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar akan
berbanding lurus dengan beda potensial atau tegangan yang diterapkan kepadanya, dan
berbanding terbalik dengan hambatannya.”

Berdasarkan hukum ohm, didapatkan rumus sebagai berikut :


I=V/R

dimana,
I = Arus listrik (Ampere)
V = Tegangan Listrik (Volt)
R = Hambatan (ohm)

Selain berfungsi sebagai penghambat arus, ada beberapa tujuan lain dari dipasangnya resistor
dalam suatu rangkaian diantaranya :

1.Resistor dipasang secara seri → dilakukan jika tidak bisa mendapatkan nilai resistor yang
pas, misalkan masing-masing resistor 10 Ohm dipasang secara seri maka total hambatan
menjadi 20 Ohm. Karena tidak semua angka pada resistor tersedia di antara 1 – 1000 Ohm.

2. Resistor dipasang secara paralel → dilakukan jika mau mendapatkan nilai yang lebih kecil
daripada masing-masing resistor. Misalkan masing-masing resistor 10 Ohm dipasang secara
paralel maka hambatan penggantinya adalah 5 Ohm.

3. Resistor dipasang sebelum kapasitor → dilakukan untuk membatasi atau memberikan jeda
waktu pengisian muatan oleh kapasitor.

Resistor sangat penting digunakan dalam suatu rangkain listrik, karena dapat mengontrol arus
listrik yang masuk agar tidak terjadi lonjakan arus listrik / konslteing. Penerapan resistasi listrik
pada barang elektronik contoh nya pada : televisi, lampu, senter, radio, power supply, dsb.

b. Capacitance of a capacitor
Kapasitansi merupakan ukuran banyak muatan listrik yang disimpan atau dipisahkan untuk
sebuah potensial listrik yang telah ditetapkan. Bentuk paling umum dari piranti penyimpanan
muatan merupakan sebuah kapasitor dua lempeng/pelat/keping. Bila muatan di
lempeng/pelat/keping merupakan +Q dan –Q, dan V merupakan tegangan listrik antar
lempeng/pelat/keping, karena itu rumus kapasitansi adalah:

C=Q/V
dimana,

Q = Muatan Listrik (Coulomb)


V = Tegangan Listrik (Volt)
C = Kapasitansi (Farad)

Kapasitansi secara efektif adalah kemampuan untuk menyimpan daya. Dalam bentuknya yang
paling sederhana, sebuah kapasitor terdiri dari dua pelat paralel. Ditemukan bahwa ketika
baterai atau sumber tegangan lainnya terhubung ke dua pelat seperti yang ditunjukkan arus
mengalir untuk waktu yang singkat dan satu lempeng menerima kelebihan elektron, sedangkan
yang lain memiliki terlalu sedikit. Dengan cara ini satu lempeng, yang satu dengan kelebihan
elektron menjadi bermuatan negatif, sedangkan yang lain bermuatan positif.

Gambar 1. Muatan pada kedua pelat kapasitor

Jika baterai dilepas, kapasitor akan mempertahankan dayanya. Namun jika resistor ditempatkan
di atas pelat, arus akan mengalir sampai daya yang tersedia pada kapasitor habis.

Secara teori kapasitor tidak pernah terisi penuh karena kurva asimptotik. Namun pada
kenyataannya itu mencapai titik di mana ia dapat dianggap terisi penuh atau habis dan tidak
ada arus yang mengalir.

Demikian pula kapasitor akan selalu discharge melalui hambatan. Saat muatan pada kapasitor
turun, tegangan di pelat berkurang. Ini berarti bahwa arus akan berkurang, dan pada gilirannya
tingkat penurunan daya menurun. Ini berarti bahwa tegangan kapasitor jatuh secara
eksponensial, secara bertahap mendekati nol.

Tingkat di mana tegangan naik atau turun tergantung pada hambatan di sirkuit. Semakin besar
resistansi semakin kecil jumlah muatan yang ditransfer dan semakin lama kapasitor untuk
Charging atau Discharging (mengisi atau melepaskan).

Gambar 2. Tegangan kapasitor saat charge dan discharge

Jika bentuk gelombang bolak-balik, yang sifatnya terus berubah diterapkan ke kapasitor, maka
ia akan terus-menerus dalam kondisi pengisian dan pemakaian. Agar hal ini terjadi, arus harus
mengalir di sirkuit. Dengan cara ini kapasitor akan memungkinkan arus bolak-balik mengalir,
tetapi akan memblokir arus searah. Karena kapasitor tersebut digunakan untuk
menghubungkan sinyal AC antara dua sirkuit yang berada pada potensial kondisi tunak yang
berbeda. Penerapan kapasitor biasa digunakan pada sirkuit logika, hingga catu daya dan sirkuit
frekuensi radio hingga audio, dsb.
c. Inductance of an inductor
Induktansi merupakan sifat dari sebuah rangkaian listrik atau komponen yang menyebabkan
timbulnya ggl di dalam rangkaian sebagai akibat perubahan arus yang melewati rangkaian (self
inductance) atau akibat perubahan arus yang melewati rangkaian tetangga yang dihubungkan
secara magnetis (induktansi bersama atau mutual inductance). Pada kedua keadaan tersebut,
perubahan arus berarti ada perubahan medan magnetik, yang kemudian menghasilkan ggl.
Komponen elektronik yang dapat menyimpan energi dan berbentuk sebuah lilitan yang terbuat
dari bahan konduktor untuk memproses arus bolak – balik disebut sebagai induktor.

Gambar 3. bentuk lilitan induktor

Sebuah induktor ideal memiliki induktansi, tetapi tanpa resistansi atau kapasitansi, dan hanya
menyerap daya disipatif relatif kecil. Sebuah induktor pada kenyataanya memiliki induktansi
dan resistansi. Pada suatu frekuensi, induktor dapat menjadi sirkuit resonansi karena kapasitas
parasitnya. Selain menyerap daya disipatif pada resistansi kawat, induktor berinti magnet juga
menyerap daya di dalam inti karena efek histeresis, dan pada arus tinggi mungkin mengalami
nonlinearitas karena adanya kejenuhan magnetik.

Induktansi adalah kemampuan suatu kumparan untuk menghasilkan ggl akibat perubahan fluks
Φ. Induktansi sendiri terbagi menjadi dua jenis yaitu :
1. Indukatnsi mutual (mutual inductance)
Induktansi mutual adalah induktansi yang timbul pada suatu kumparan karena perubahan
fluks dari kumparan lain. Bila salah satu kumparan digerakkan dari jarak tak hingga
melewati kumparan lain akan tercipta fluks magnet.

Gambar 4. Induktansi mutual


dimana,

Φ12 = perubahan fluks pada kumparan ke-1 oleh kumparan ke-2


Φ21 = perubahan fluks pada kumparan ke-2 oleh kumparan ke-1

Usaha yang terjadi pada muatan karena perubahan fluks magnet :


w = ⋅ dq ∫ε = - dq dt d ⋅ ∫ φ dq = - dφ dt dq ⋅ ∫ = - i ⋅ dφ

pada akhir proses kerja yang dihasilkan adalah sama (karena saling mempengaruhi).
w1 = w2
- N1 i1 dΦ12 = - N2 i2 dΦ21
- N1 dΦ12 / i2 = - N2 dΦ21 / i1

Induktansi mutual (M) perubahan fluks yang terjadi pada suatu kumparan disebabkan karena
arus dari kumparan lain.

M = M1 = M2 = - N1 dΦ12 / i2 = - N2 dΦ21 / i1 (weber/amper = henry)

Ggl yang timbul :


ε1 = - N1 . dΦ12 /dt ,
ε2 = - N2 . dΦ21 / dt

Φ12 = M/N1 . i2 → dΦ12 = M/N1 . di2 → ε1 = - M . di2 /dt


Φ21 = M/N2 . i1 → dΦ21 = M/N2 . di1 → ε2 = - M . di1 /dt

ε1 = - N1 . dΦ12 /dt = - M . di2 /dt (volt)


ε2 = - N2 . dΦ21 / dt = - M . di1 /dt (volt)

2. Induktansi diri (self inductance)

Perubahan fluks magnet dapat terjadi pada kumparan sendiri bila arus yang mengalir
berubah-ubah.

Gambar 5 Induktansi diri

Induktansi diri dapat dibedakan menjadi 2 jenis kumparan yaitu berupa Selenoida dan
Toroida. Selenoida kumparan kawat yang terlilit pada suatu pembentuk silinder. Sedangkan,
toroida solenoida yang dilengkungkan sehingga sumbunya menjadi berbentuk lingkaran.
nduktansi diri L sebuah solenoida dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
dibawah. Medan magnet di dalam solenoida adalah :

B=μ .n.I

dengan,

sehingga,

Anda mungkin juga menyukai