Anda di halaman 1dari 7

Soal

Apa yang dimaksud dengan R L C ?

REAKTANSI

Reaktansi adalah perlawanan komponen sirkuit/rangkaian atas perubahan arus


listrik atau tegangan listrik karena keadaan kapasitansi atau induktansi. Medan listrik yang
terbentuk dalam komponen tersebut akan menghambat perubahan potensial listrik dan medan
magnetik yang terbentuk menghambat perubahan arus listrik. Simbol yang dipergunakan
untuk mencetuskan reaktansi sama dengan yang dipergunakan pada hambatan listrik, namun
memiliki beberapa perbedaan.

Nilai kapasitansi dan induktansi mempengaruhi sifat dari komponen tersebut, namun
efek reaktansi tidak terlihat ketika komponen tersebut dialiri arus searah, efek reaktansi hanya
akan terlihat jika mempunyai perubahan arus atau tegangan. Jadi, nilai reaktansi selalu
berubah sebanding dengan perubahan arus, dan jika frekuensi perubahan arusnya teratur,
seperti dalam arus bolak-balik, maka nilai reaktansi dihasilkan bentuk sebagai konstan. Jika
rangkaian listrik dianalisis memanfaatkan Kalkulus vektor nilai tahanan adalah segi riil dari
nilai impedansi, masih nilai reaktansi merupakan imajinernya. Keduannya sama-sama
memiliki satuan internasional Ohm. Resistor ideal tidak memiliki reaktansi (bernilai 0),
masih induktor dan kapasitor ideal tidak memiliki resistansi (tahanan bernilai 0).

Dalam diagram fasor, reaktansi digunakan untuk menghitung amplitudo dan


perubahan fase sinusoidal dari arus bolak-balik yang mengalir dalam komponen.
Dilambangkan dengan simbol  .

Reaktansi   dan resistansi   diperlukan untuk menghitung impedansi  . Untuk beberapa


rangkaian satu dari tiga nilai ini mampu bertambah berpengaruh dibanding lainnya, namun
kebanyakan untuk komponen tertentu pengaruh ini mampu diabaikan, misal untuk resistor
bisa kita abaikan nilai kapasitansi-nya, masih untuk kapasitor kita bisa abaikan nilai
resistansinya.

Z=R+ JX
Reaktansi Induktif (Inductive Reactance) adalah komponen elektronika pasif yang dapat
menimbulkan medan magnet saat dialiri arus listrik dan menyimpan arus listrik dalam waktu
yang relatif singkat. Komponen yang terbuat dari susunan lilitan kawat ini juga memiliki sifat
yang dapat menghantarkan arus listrik searah (DC) namun akan menghambat arus listrik
bolak-balik (AC). Sifat Induktor yang menghambat arus listrik AC (arus bolak-balik) inilah
yang disebut dengan Reaktansi Induktif (Inductive Reactance). Jadi, pada dasarnya yang
dimaksud dengan Reaktansi Induktif atau Inductive Reactance adalah hambatan atau tahanan
Induktor terhadap arus listrik AC (sinyal AC). Nilai Reaktansi Induktif dinyatakan dengan
Ohm (Ω).

Pada saat dialiri arus yang bertegangan DC, arus induktor akan terus meningkat seiring
dengan waktu hingga  mencapai kondisi stabil pada arus maksimumnya. Arus Maksimum
yang mengalir melalui Induktor ditentukan oleh hambatan pada gulungan Induktor itu sendiri
yang biasanya dinyatakan dengan Ohm (Ω). Namun pada saat dialiri arus listrik yang
bertegangan AC, karakteristik arus listrik yang melewati Induktor akan sangat berbeda
dengan saat Induktor yang dilewati oleh arus listrik tegangan DC. Efek dari gelombang sinus
arus listrik AC yang diberikan ke Induktor akan mengakibatkan perbedaan fasa pada bentuk
gelombang tegangan (voltage) dan arus listrik  (current).

 Ketika Induktor dialiri oleh arus listrik bolak-balik (arus AC) maka akan timbul gaya gerak
listrik atau GGL yang berlawanan karena adanya perubahaan arah medan magnet (fluks).
Perlawanan gaya gerak listrik atau GGL inilah yang menghambat aliran arus listrik.  Jadi
pada dasarnya, timbulnya hambatan pada Induktor ini dikarenakan adanya perubahan medan
listrik dan medan magnet pada induktor ketika dialiri arus listrik secara bolak-balik.
Hambatan terhadap arus listrik yang mengalir melalui Induktor dalam rangkaian AC
ditentukan oleh Resistansi AC atau lebih dikenal dengan istilah Impedansi (Z). Namun,
Istilah “Resistansi” sering dikaitkan dengan rangkaian DC. Jadi, untuk membedakan antara

resistansi DC dan resistansi AC maka digunakanlah istilah “Reaktansi (Reactance)”. Dengan


kata lain, hambatan atau tahanan listrik Induktor pada saat digunakan dalam rangkaian AC
disebut dengan Reaktansi Induktif. Sama seperti Resistansi, nilai Reaktansi juga diukur
dalam satuan Ohm namun simbol yang digunakan adalah huruf “X” (huruf X besar).
Sedangkan untuk Reaktansi pada Induktor ini dilambangkan dengan simbol “XL”.

Rumus Reaktansi Induktif

Rumus Reaktansi Induktif adalah sebagai berikut :

XL = 2πfL

Dimana :

XL = Reaktansi Induktif dalam satuan Ohm (Ω)


π (pi) = 3,142 (desimal) atau 22÷7 (fraksi)
f = Frekuensi dalam satuan Hertz (Hz)
L = Induktansi Induktor dalam satuan Henry (H)

Reaktansi Kapasitif (Capacitive Reactance) merupakan komponen elektronika yang dapat


menyimpan muatan listrik dalam waktu sementara. Apabila sebuah Kapasitor diberikan
tegangan DC yang searah, maka Kapasitor akan melakukan pengisian muatan listrik hingga
sampai pada nilai tegangan yang sama dengan nilai tegangan yang diberikannya. Demikian
juga apabila tegangan yang diberikan kepadanya berkurang, maka muatan yang tersimpan
dalam kapasitor juga akan berkurang atau melakukan pembuangan muatan (discharge).
Namun apabila sebuah Kapasitor diberikan tegangan AC yang polaritas tegangan berubah-
ubah dari polaritas positif ke polaritas negatif kemudian dari polaritas negatif ke polaritas
positif dengan tingkat frekuensi tertentu seperti pada gelombang sinus tegangan. Dengan
demikian, muatan pada Kapasitor akan diisi dan dibuang/dilepas secara terus menerus sesuai
dengan frekuensi tegangan AC yang diberikannya tersebut.

 Pada pengisian dan pembuangan muatan kapasitor yang diberikan tegangan AC (tegangan
bolak-balik), arus listrik yang mengalir melewati kapasitor tersebut dibatasi oleh resistansi
pada kapasitor itu sendiri. Resistansi Kapasitor ini dikenal dengan istilah Reaktansi Kapasitif
atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Capacitive Reactance yang biasanya dilambangkan
dengan simbol Xc dengan satuan Ohm (Ω). Dengan kata lain, Reaktansi Kapasitif
atau Capacitive Reactance ini dapat diartikan sebagai Hambatan yang timbul pada Kapasitor
yang dilewati oleh arus bolak-balik (arus AC).
Berbeda dengan nilai Resistansi yang memiliki nilai tetap (10Ω, 100 Ω, 1kΩ, 10kΩ, 100kΩ
dan lain-lain), Reaktansi Kapasitif ini memiliki nilai yang bervariasi tergantung pada
frekuensi tegangan AC yang diberikannya. Jadi pada dasarnya, setiap perubahan frekuensi
yang diaplikasikan ke kapasitor akan memberikan efek yang besar terhadap nilai Reaktansis
Kapasitif pada kapasitor tersebut. Semakin tinggi Frekuensi (f) yang diaplikasikan pada
Kapasitor semakin rendah nilai Reaktansi Kapasitifnya. Sebaliknya, semakin rendah
frekuensi tegangan AC yang melalui Kapasitor tersebut, semakin tinggi nilai Reaktansi
Kapasitif.

Rumus Reaktansi Kapasitif

Rumus Reaktansi Kapasitif adalah sebagai berikut :

Xc = 1/2πfC
Dimana :

Xc = Reaktansi Kapasitif (dalam satuan Ohm)

π (pi) = 3,142 (desimal) atau 22÷7 (fraksi)

f = Frekuensi (dalam satuan Hertz)

C = Kapasitansi Kapasitor (dalam satuan Farad)

INDUKSI

Induksi adalah gaya gerak listrik oleh gerakan konduktor melintasi medan magnet
atau oleh perubahan fluks magnet dalam medan magnet. Fluks magnetik adalah banyaknya
garis gaya magnet yang menembus suatu bidang. Ini terjadi baik ketika konduktor diatur
dalam medan magnet yang bergerak (saat menggunakan sumber listrik AC, atau Alternating
Current) atau ketika konduktor selalu bergerak dalam medan magnet stasioner. Hukum
induksi elektromagnetik atau induksi adalah temuan dari Michael Faraday. Dalam
percobaannya, dia mengambil sebuah magnet dan sebuah kumparan yang terhubung ke
galvometer. Mengutip dari teknikelektronika.com, awalnya magnet diposisikan agak jauh
dari kumparan yang membuat tidak ada defleksi dari galvometer. Jarum pada galvometer
tetap menunjukan angka 0. Dan ketika magnet bergerak masuk ke dalam kumparan, jarum
yang ada pada galvometer ikut bergerak ke satu arah tertentu. Lalu, ketika magnet didiamkan
dalam posisi tersebut, jarum galvometer bergerak kembali ke posisi 0. Namun ketika magnet
digerakan atau ditarik menjauh dari kumparan, jarum pada galvometer bergerak menyimpang
berlawanan dari arah sebelumnya. Pada saat magnet didiamkan lagi, jarum galvometer
kembali ke posisi 0. Begitu juga ketika kumparan digerakkan namun magnet tetap pada
posisinya, maka galvometer menunjukan defleksi dengan cara yang sama. Dari percobaan
Faraday tersebut juga ditemukan bahwa perubahan medan magnet yang semakin cepat akan
berpengaruh pada gaya gerak listrik yang semakin besar dari induksi oleh kumparan tersebut.

Secara matematik, kita dapat menggunakan persamaan:


Dimana:

L = induktansi, dihitung dalam Henry (H)


N = jumlah lilitan
μ = permeabilitas inti
A = luas permukaan
l = panjang inductor

Kapasitansi

Kapasitansi didefinisikan sebagai rasio antara besarnya muatan salah satu konduktor dan
besarnya perbedaan potensial di antara mereka. Kapasitansi perangkat tergantung antara lain
pada susunan geometris konduktor.

Kapasitansi selalu merupakan besaran positif dan karena perbedaan potensial meningkat
seiring dengan peningkatan muatan yang disimpan, rasio Q / V konstan untuk kapasitor yang
diberikan. Akibatnya kapasitansi perangkat adalah ukuran kemampuannya untuk menyimpan
muatan dan energi potensial listrik.

Kapasitansi memiliki satuan SI coulomb per volt. Satuan SI untuk kapasitansi adalah farad
(F), untuk menghormati Michael Faraday.

KAPASITAS = 1F = 1 C/1 V

Farad adalah satuan kapasitansi yang sangat besar. Dalam praktiknya, perangkat umum
memiliki kapasitansi mulai dari mikrofarad hingga pikofarad.

Rumus Kapasitansi

Hubungan antara beda potensial (atau tegangan) yang ada antara pelat kapasitor dan muatan
listrik yang tersimpan di dalamnya dijelaskan oleh ekspresi matematika berikut:

q
C=
V

 C, adalah kapasitas, diukur dalam farad (setelah fisikawan eksperimental Michael Faraday);
Satuan ini relatif besar dan subkelipatan seperti mikrofarad atau pikofarad sering digunakan;
 q, adalah muatan listrik yang tersimpan, diukur dalam coulomb;
 V, adalah beda potensial (atau tegangan), diukur dalam volt.
Perlu dicatat bahwa kapasitas selalu merupakan kuantitas positif dan itu tergantung pada
geometri kondensor (pelat paralel, silinder, bola). Faktor lain yang tergantung adalah
dielektrik yang diperkenalkan antara dua permukaan kapasitor. Semakin tinggi konstanta
dielektrik dari bahan non-konduktif yang diperkenalkan, semakin tinggi kapasitasnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi atau meningkatkan


kapasitansi

Ada tiga faktor utama yang meningkatkan kapasitansi, misalnya:

 Jika pelat lebih dekat satu sama lain kapasitansi akan meningkat dan sebaliknya jika
mereka menjauh kapasitansi akan berkurang.
 Pelat yang lebih besar meningkatkan nilai kapasitansi.
 Bahan dielektrik adalah faktor penentu dan secara langsung mendefinisikan
kapasitansi.

Cara kerja Kapasitansi

Kapasitansi adalah kemampuan suatu komponen atau rangkaian untuk mengumpulkan dan
menyimpan energi dalam bentuk muatan listrik. Kapasitor adalah perangkat penyimpan
energi yang tersedia dalam berbagai ukuran dan bentuk. Mereka terdiri dari dua pelat bahan
konduktor (biasanya logam tipis) yang diapit di antara isolator yang terbuat dari keramik,
film, kaca atau bahan lain, bahkan udara. Isolator juga dikenal sebagai dielektrik, dan itu
meningkatkan kapasitas pengisian kapasitor. Kapasitor kadang-kadang disebut kondensor di
industri otomotif, kelautan dan penerbangan. Pelat internal disambungkan ke dua terminal
eksternal, yang terkadang panjang dan tipis dan dapat menyerupai antena atau kaki logam
kecil. Terminal ini dapat dicolokkan ke sirkuit.

Anda mungkin juga menyukai