Anda di halaman 1dari 14

Makalah Tentang Listrik

Dosen Pengampu: Dra. Zulfa Dewina, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 10
Siti Tri Mutia (1701025091)
Edra MeiEga (1901025209)
Ida Nafisah (1901025221)
Kelas: 3C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2020
A. Pengertian Listrik
Listrik merupakan suatu muatan yang terdiri dari muatan positif
dan muatan negatif, dimana sebuah benda akan dikatakan memiliki energi listrik
apabila suatu benda itu mempunyai perbedaan jumlah muatan. Sedangkan muatan
yang dapat berpindah adalah muatan negatif dari sebuah benda, berpindahnya muatan
negatif ini disebabkan oleh bermacam gaya atau energi, misal energi gerak,energi
panas dsb. Perpindahan muatan negatif inilah yang disebut dengan energi listrik.
Karena suatu benda akan senantiasa mempertahankan keadaan netralatau seimbang
antara muatan positif dan muatan negative. Sehingga apabila jumlah muatan positif
lebih besar dari muatan negative, maka benda tersebut mencari muatan negative untuk
mencapai keadaan seimbang. Listrik memiliki besaran-besaran sebagai berikut:
1. Tegangan Listrik
Tegangan listik yaitu perbedaan potensial listrik antara dua titik dalam
rangkaian listrik, dan dinyatakan dalam satuan volt. Besaran ini
mengukurenergi potensial dari sebuah medan listrik yang mengakibatkan
adanyaaliran listrik dalam sebuah konduktor listrik. Tergantung pada
perbedaanpotensial listriknya, suatu tegangan listrik dapat dikatakan sebagai
ekstrarendah, rendah, tinggi atau ekstra tinggi. Secara definisi tegangan
listrikmenyebabkan obyek bermuatan listrik negatif tertarik dari
tempatbertegangan rendah menuju tempat bertegangan lebih tinggi. Sehingga
arah arus listrik konvensional di dalam suatu konduktor mengalir daritegangan
tinggi menuju tegangan rendah.

a. Faktor-faktor Tegangan Listrik


- Antara pasangan elektron yang rapat dan kurang rapat.
- Antara tempat yang mempunyai kerapatan elektron yang tinggi dan
rendah.
- Antara tempat yang kekurangan elektron dan yang kelebihan
elektron.

b. Alat Ukur Tegangan Listrik


Alat yang dipergunakan untuk mengukur besar tegangan listrik, antara
lain: voltmeter, dan osiloskop.
Voltmeter bekerja dengan cara mengukur arus dalam sirkuit ketika
dilewatkan melalui resistor dengan nilai tertentu. Sesuai hukum Ohm, besar
tegangan sebanding dengan besar arus untuk nilai resistansi sama. Prinsip
kerja potensiometer adalah menimbang tegangan yang diukur dengan
tegangan yang sudah diketahui besarnya dengan menggunakan sirkuit
jembatan.
Sedang osiloskop bekerja dengan cara menggunakan tegangan yang
diukur untuk membelokkan elektron di layar monitor, sehingga di layar akan
tercipta grafik dari elektron yang telah dibelokkan. Grafik ini sebanding
dengan besar tegangan yang diukur.

c. Pembahasan Tegangan Listrik


Voltmeter digunakan untuk mengukur beda potensial. Misalnya beda
potensial antara kutub-kutub baterai atau beda potensial di dua titik suatu
rangkaian listrik. Dalam suatu rangkaian, penggunaan voltmeter secara
paralel. Maksudnya, terminal positif voltmeter (berwarna merah) dihubungkan
dengan kutub positif batu baterai. Adapun kutub negative voltmeter
dihubungkan dengan kutub negatif batu baterai. Salah satu contoh penggunaan
voltmeter yaitu pada pengukuran gaya gerak listrik dan tegangan jepit suatu
rangkaian. Perbedaan antara besarnya GGL dengan tegangan jepit
menimbulkan adanya kerugian tegangan. Baterai atau sumber arus listrik
lainnya memiliki hambatan dalam. Dalam suatu rangkaian, hambatan dalam
(r) selalu tersusun seri dengan hambatan luar (R).

Hambatan Dalam

Berdasarkan gambar, rumus Hukum Ohm dapat ditulis sebagai berikut:


V = I.R
E = I.(R + r)
Etotal = E1 + E2 + …. + En = nE rtotal
= r1 + r2 + …. + rn = nr

nE
Sehingga : I =
R +nr
Keterangan : V = Tegangan listrik (volt)
I = Arus listrik (ampere)
R = Hambatan(ohm)
E = Gaya gerak listrik
Untuk beberapa elemen yang dipasang secara parallel berlaku:
Etotal = E1 = E2 = En = E
Keberadaan hambatan dalam itulah yang menyebabkankerugian tegaangan.
Kerugian tegangan dilambangkan dengan U satuannya volt.
Hubungan antara GGL, tegangan jepit, dan kerugian tegangan dirumuskan.
E=V+U
Keterangan:
E = gaya gerak listrik (volt)
V = tegangan listrik (volt)
U = kerugian tegangan (volt)

2. Arus Listrik
Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir dari suatu
titik yang berpotensial tinggi ke titik yang berpotensial rendah dalam waktu
satu detik. Aliran muatan listrik ini melalui sebuah konduktor. Arus ini
bergerak dari potensial tinggi ke potensial rendah, dari kutub positif ke kutub
negatif, dari anoda ke katoda. Arah arus listrik ini berlawanan arah dengan
arus elektron. Muatan listrik dapat berpindah apabila terjadi beda potensial.
Beda potensial dihasilkan oleh sumber listrik, misalnya baterai atau
akumulator. Setiap sumber listrik selalu mempunyai dua kutub, yaitu kutub
positif (+) dan kutub negatif (–).
a. Macam-macam arus listrik
Simbol dari arus listrik adalah “I” dan terbagi menjadi arus
listrik searah (DC) dan arus listrik bolak balik (AC)
1) Arus listrik searah (Direct Current/DC)
Arus listrik searah adalah arus yang nilainya hanya positif atau
hanya negatif saja (tidak berubah dari positif ke negatif atau
sebaliknya) Arus DC juga bisa di artikan sebagai arus yang
mempunyai nilai tetap atau konstan terhadap satuan waktu, artinya
dimana pun kita meninjau arus tersebut pada wakti berbeda akan
mendapatkan nilai yang sama Rangkaian Listrik.

Grafik Arus Listrik Searah

2) Arus Listrik Bolak-Balik (Alternating Current/AC)


Arus listrik bolak-balik adalah arus yang mempunyai nilai yang
berubah terhadap satuan waktu dengan karakteristik akan selalu
berulang untuk perioda waktu tertentu (mempunyai periode waktu : T)
Grafik Arus Listrik Bolak-Balik

Sumber arus listrik bolak-balik adalah generator arus listrik


bolak-balik yang prinsip kerjanya pada perputaran kumparan dengan
kecepatan sudut ω (omega) yang berada didalam medan magnetik.
Sumber GGL bolak-balik tersebut akan menghasilkan tegangan
sinusoida berfrekuensi f. Dalam suatu rangkaian listrik, simbol untuk
sebuah sumber tegangan gerak elektrik bolak-balik adalah:

Grafik Arus Listrik Bolak-Balik

Tegangan sinusoida dapat dituliskan dalam bentuk persamaan


tegangan sebagai fungsi waktu, yaitu:
V = Vm . sin 2π . f . t .................................................. (1)
Tegangan yang dihasilkan oleh suatu generator listrik
berbentuk sinusoida. Dengan demikian arus yang dihasilkan juga
sinusoida yang mengikuti persamaan:
V = Im . sin 2π . f . t .................................................. (1)
Dengan Im adalah arus puncak dan t adalah waktu.
Untuk menyatakan perubahan yang dialami arus dan tegangan
secara sinusoida dapat diartikan dengan menggunakan sebuah diagram
vektor yang berotasi yang disebut diagram fasor. Istilah diagram fasor
menyatakan vektor berputar yang mewakili besaran yang berubah-
ubah secara sinusoida. Panjang vektor menunjukkan amplitude besaran
dan vektor ini dibayangkan berputar dengan kecepatan sudut yang
besarnya sama dengan frekuensi sudut besaran. Sehingga, nilai sesaar
besaran ditunjukkan oleh proyeksinya pada sumbu tetap. Cara ini beik
sekali untuk menunjukkan sudut fase antara dua besaran. Sudut fase ini
ditampilkan pada sebuah diagram sebagai sudut anatara fasor-fasornya.
Generator pada pusat pembangkit listrik modern tidak
menghasilkan listrik pada tegangan tinggi yang mencukupi untuk
transmisi yang efisien. Tegangan dinaikkan dengan transformator step-
up supaya transmisi jarak jauh menjadi efisien.
b. Kuat Arus Listrik
Arus listrik yang mengalir pada kawat didefiniskan sebagai
jumlah total muatan yang melewatinya persatuan waktu pada suatu
titik. Maka arus listrik I dapat dirumuskan:
Q
I= atau Q = I . t
t
Keterangan:
I = Kuat arus listrik (A)
Q = perubahan muatan (coloumb)
t = perubahan waktu (sekon)

Dengan Q adalah jumlah muatan yang melewati konduktor


pada suatu titik selama selang waktu Dt. Arus listrik diukur dalam
coloumb persekon dan diberi nama khusus yaitu ampere yang diambil
dari nama fisikawan Prancis bernama Andre Marie Ampere (1775-
1836)

Satu ampere didefinisikan sebagai satu coloumb persekon (1 A


= 1 C/s). Satuan-satuan terkecil yang sering digunakan adalah mili-
ampere (1 mA = 103 A) atau mikro-ampere (1 mA = 10-6 A). Alat
untuk mengukur kuat arus listrik dinamakan amperemeter (disingkat
ammeter).

Konduktor banyak mengandung elektron bebas. Berarti, bila


kawat penghantar dihubungkan ke kutub-kutub baterai sebenarnya
elektron bermuatan negatif lah yang mengalir pada kawat. Ketika
kawat penghantar pertama kali dihubungkan, beda potensial antara
kutub-kutub baterai mengakibatkan adanya medan listrik di dalam
kawat dan paralel terhadapnya.
Dengan demikian, elektron-elektron bebas pada satu ujung
kawat tertarik ke kutub positif, dan pada saat yang sama elektron-
elektron meninggalkan kutub negatif baterai dan memasuki kawat di
ujung yang lain. Ada aliran elektron yang kontinu melalui kawat yang
terjadi ketika kawat terhubung ke kedua kutub. Sesuai dengan
ketentuan mengenai muatan positif dan negatif, dianggap muatan
positif mengalir pada satu arah yang tetap ekuivalen dengan muatan
negatif yang mengalir ke arah yang berlawanan, Ketika membicarakan
arus yang mengalir pada rangkaian, yang dimaksud adalah arah aliran
muatan positif. Arah arus yang identik dengan arah muatan positif ini
yang disebut arus konvensional.

Ada beberapa teori yang berhubungan dengan arus listrik yaitu


seperti teori hukum ohm dan hukum kirchoff. Pada hukum ohm arus
listrik diartikan bahwa besarnya arus yang mengalir adalah hasil bagi
antara beda potensial dengan tahanan. Sedangkan pada hukum kirchoff
menjelaskan tentang arus listrik yang memasuki suatu titik
percabangan.
Semua teori adalah benar dan sudah terbukti secara
meyakinkan. Jika anda kurang percaya dengan teori yang sudah baku,
maka anda bisa melakukan praktek untuk melakukan beberpaa
pengujian dan pengukuran. Caranya buatlah beberapa variasi rangkaian
listrik, dan lakukan pengukuran pada setiap variasi, setelah itu
cocokkan hasil pengukuran dengan perhitungan secara teori.

Secara umum kita mengenal beberapa sumber yang mampu


menghasilkan arus lisrik yaitu seperti: generator listrik, baterai kering
dan accumulato. Untuk batere dan accu hanya bisa menyediakan arus
listrik searah (DC). Untuk yang pembangkit generator itu contohnya
listrik PLN. Generator dikopel dengan turbin pada sistem pembangkit.
Sistem pembangit bisa dengan air (PLTA), uap (PLTU), gas (PLTG),
surya (PLTS), nuklir (PLTN dan lain sebagainya.
Secara sederhana maka dapat kita simpulkan beberapa poin
mengenai arus lisrik ini. Memang ini adalah hasil analisa saya pribadi
dan jika anda tidak sepaham itu sah-sah saja. Karena masing-masing
pendapat biasanya mempunyai dasar pemikiran atau alasan tertentu.
- Arus listrik itu ibarat arus air yang mengalir, air mengalir dari
tempat tingi ke tempat rendah. Tapi arus listrik mengalir dari titik
berpotensial tinggi ke titik berpotensial rendah. Kuatnya arus air
yang mengalir juga sama perumpamaannya dengan kuat arus listrik
yang mengalir.
- Arus listrik hanya akan mengalir jika terjadi perbedaan polaritas
(potensial) antara sautu titik dengan titik lainnya. Jika terjadi
keseimbangan maka, arus listrik tidak akan mengalir (lihat teori
jembatan wheatstone).
- Arus terbagi dua yaitu arus searah (DC) dan arus bolak balik (AC)
- Arus mengalir bolak balik terjadi karena pada tegangan sumber
terjadi perubahan polaritas secara bolak-balik, bukan karena sifat
arus listriknya. Sifat dasar dari arus lisrik tetap mengalir dari
daerah berpolaritas tinggi ke polaritas rendah.
- Arus listrik yang masuk ke dalam titik percabangan, maka arus
tersebut akan berbagi. Artinya jumlah arus yang mengalir pada
semua percabangan adalah sama dengan arus sumber (sebelum
memasuki titik percabangan), ini sesuai dengan teori hukum
kirchoff.
- Besarnya arus yang mengalir pada suatu rangkaian tergantung dari
besarnya beda potensial dan tahanan total yang ada dalam
rangkaian. Ini sesuai hukum ohm.

3. Hambatan Listrik
Hambatan listrik merupakan besaran yang menghalangi arus
yang mengalir dalam suatu penghantar listrik. Dalam fisika hambatan
listrik ini pertama kali diamati oleh George Simon Ohm. Pada 1927,
seorang fisikawan Jerman bernama George Simon Ohm melakukan
penelitian untuk mencari hubungan antara beda potensial dan kuat arus
listrik.
a. Jenis-jenis Hambatan Listrik
Sebagaimana kita ketahui bahwa setiap benda mempunyai nilai
hambat terhadap aliran listrik, yang besarnya tergantung pada jenis,
penampang dan kondisi temperatur. Dengan demikian tahanan besar
nilai hambat listrik tergantung dari jenis bahannya. Jenis tahanan yang
mempunyai komposisi bahan dasar yang berbeda.
1) Tahanan Karbon Arang
Tahanan ini banyak dijumpai dipasaran, umumnya mempunyai
nilai kepekaan yang relatif rendah, mempunyai toleransi dan batasan
daya (rating daya) kecil. Tahanan ini digunakan pada pesawat yang
kurang memerlukan ketelitian yang canggih.
2) Tahanan Jembatan Kawat Metal Film
Sebagai contoh, adalah tahanan hantaran kawat dengan dasar.
3) Tahanan Gulungan Kawat
4) Tahanan Fungsi Suhu dan Cahaya

b. Pengaruh Hambatan Listrik


Hambatan pada kawat dipengaruhi oleh:
a. Panjang kawat (l)
b. Luas penampang kawat (A)
c. Hambatan jenis kawat (ρ)
d. Perubahan suhu pada kawat (∆T) Besarnya Hambatan
kawat (R) sebanding dengan panjang kawat (l) dan
hambatan jenis kawat (ρ) dan berbanding terbalik dengan
Luas Penampang kawat.
c. Rangkaian Hambatan Listrik
Secara umum rangkaian hambatan dikelompokkan menjadi
rangkaian hambatan seri, hambatan paralel, maupun gabungan
keduanya. Untuk membuat rangkaian hambatan seri maupun parallel
minimal diperlukan dua hambatan. Adapun, untuk membuat rangkaian
hambatan kombinasi seri-paralel minimal diperlukan tiga hambatan.
Jenis-jenis rangkaian hambatan tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, jenis rangkaian hambatan
yang dipilih bergantung pada tujuannya.
1. Hambatan Seri
Dua hambatan atau lebih yang disusun secara berurutan disebut
hambatan seri. Hambatan yang disusun seri akan membentuk
rangkaian listrik tak bercabang. Kuat arus yang mengalir di setiap titik
besarnya sama. Tujuan rangkaian hambatan seri untuk memperbesar
nilai hambatan listrik dan membagi beda potensial dari sumber
tegangan. Rangkaian hambatan seri dapat diganti dengan sebuah
hambatan yang disebut hambatan pengganti seri (Rs).
Tiga buah lampu masing-masing hambatannya R1, R2, dan R3
disusun seri dihubungkan dengan baterai yang tegangannya V
menyebabkan arus listrik yang mengalir I. Tegangan sebesar V
dibagikan ke tiga hambatan masingmasing V1, V2, dan V3, sehingga
berlaku:
V = V 1 + V2 + V3

Rangkaian Seri

Tiga buah lampu masing-masing hambatannya R1, R2, dan R3


disusun seri. Berdasarkan Hukum I Kirchoff pada rangkaian seri (tak
bercabang) berlaku:
I = I 1 = I2 = I3

Berdasarkan Hukum Ohm, maka beda potensial listrik pada


setiap lampu yang hambatannya R1, R2, dan R3 dirumuskan:
V1 = I x R1 atau VAB = 1 x RAB
V2 = I x R2 atau VBC = I x RBC
V3 = I x R3 atau VCD = I x RCD

Beda potensial antara ujung-ujung AD berlaku:


VAD = VAB + VBC + VCD
I x Rs = I x RAB + I x RBC + I x RCD
I x Rs = I x R1 + I x R2 + I x R3

Jika kedua ruas dibagi dengan I, diperoleh rumus hambatan


pengganti seri (Rs):
Rs = R1 + R2 + R3 + …. + Rn

Jadi, besar hambatan pengganti seri merupakan penjumlahan


besar hambatan yang dirangkai seri. Apabila ada n buah hambatan
masing-masing besarnya R1, R2, R3, …., Rn dirangkai seri, maka
hambatan dirumuskan sebagai berikut:
Rs = R1 + R2 + R3 + … + Rn

2. Hambatan Paralel
Dua hambatan atau lebih yang disusun secara berdampingan
disebut hambatan paralel. Hambatan yang disusun paralel akan
membentuk rangkaian listrik bercabang dan memiliki lebih dari satu
jalur arus listrik. Susunan hambatan paralel dapat diganti dengan
sebuah hambatan yang disebut hambatan pengganti paralel (Rp).
Rangkaian hambatan paralel berfungsi untuk membagi arus listrik.
Tiga buah lampu masing-masing hambatannya R1, R2, dan R3 disusun
paralel dihubungkan dengan baterai yang tegangannya V menyebabkan
arus listrik yang mengalir I.
Besar kuat arus I1, I2, dan I3 yang mengalir pada masing-masing
lampu yang hambatannya masing-masing R1, R2, dan R3 sesuai Hukum
Ohm. Ujung-ujung hambatan R1, R2, R3 dan baterai masing masing
bertemu pada satu titik percabangan. Besar beda potensial (tegangan)
seluruhnya sama. Kuat arus sebesar I dibagikan ke tiga hambatan
masing-masing I1, I2, dan I3. Sesuai Hukum I Kirchoff. Jika ada n buah
hambatan masing-masing R1, R2, R3, … Rn, hambatan pengganti
paralel dari n buah hambatan secara umum dirumuskan sebagai
berikut:
Rangkaian Paralel

4. Muatan Listrik
Muatan Listrik adalah sifat atau muatan dasar yang dibawa partikel
dasar sehingga menyebabkan partikel dasar tersebut mengalami gaya tarik
menarik dan tolak menolak. Muatan listrik suatu partikel dasar dapat berjenis
positif dan negatif. Jika dua benda memiliki muatan yang sama akan tolak
menolak dan kedua benda akan tarik menarik jika memiliki muatan yang
berbeda jenis. Perlu diketahui, partikel dasar dan subatomik seperti elektron
dan proton memiliki muatan listrik. Elektron bermuatan negatif dan proton
bermuatan positif.
Muatan listrik adalah muatan dasar yang dimiliki suatu benda, yang
membuatnya mengalami gaya pada benda lain yang berdekatan dan juga
memiliki muatan listrik. Simbol Q sering digunakan untuk menggambarkan
muatan. Sistem Satuan Internasional (SI) dari satuan Q adalah coulomb, yang
merupakan 6.24 x 1018 muatan dasar.
a. Jenis-jenis Muatan Listrik
- Muatan Listrik Positif (Proton)
Menurut Benyamin Franklin, muatan listrik positif umunya
bersofat saling tolak menolak dengan suatu benda yang muatan
dan dalam hal ini terjadi karena muatan poitif itu sejenis
sehingga akan beraksi saling tolak menolak.
- Muatan Listrik Negatif (Elektron)
Menurut Benyamin Franklin, muatan listrik negatif pada suatu
benda dapat di pastikan jika terdapat benda yang memiliki
muatan negatif dan saling tolak menolak dengan plastic yang
memiliki muatan, maka dapat dipastikan bahwa muatan benda
tersebut negatif.
Penjelasan lebih lengkap yaitu:
- Muatan 1 elektron = -1,6.10-19 coloumb
- Muatan 1 proton = +1,6.10-19 coloumb
Muatan listrik suatu benda ditentukan oleh jumlah proton dan elektron
yang dikandung benda tersebut.
 Jika suatu benda kelebihan elektron = kekurangan proton (Σ elektron >
Σ Proton), maka benda tersebut bermuatan negatif.
 Jika suatu benda kekurangan elektron = kelebihan proton (Σ elektron <
Σ Proton), maka benda tersebut bermuatan positif.
 Jika jumlah elektron = jumlah proton (Σ proton = Σ elektron) maka
benda tersebut tidak bermuatan (muatan netral).

b. Sifat-sifat Muatan Listrik


1) Muatan listrik yang sejenis akan saling tolak menolak dan muatan
tidak sejenis akan saling tarik menarik.
2) Muatan Listrik merupakan besaran pokok fisika yang diukur dalam
satuan coulomb disimbolkan dengan (C). Satu coulomb sama dengan
6.24 x 1018 e (e = muatan proton). Sehingga mautan yang dikandung
oleh proton adalah 1,602 x 10-19 coulomb. Elektron memiliki muatan
yang sama dengan proton namun berbeda jenis (-)1,602 x 10-19
coulomb.
3) Muatan listrik memiliki hukum kekekalan muatan. Gaya yang
ditimbulkan dua muatan memiliki karakter yang sama seperti gaya
gravitasi yang ditumbulkan dua buah benda dengan massa tertentu.
Gaya antar muatan juga bersifat konservatif dan terpusat.

c. Rumus Muatan Listrik


Rumus yang berlaku dalam muatan listrik adalah rumus yang
dimatematiskan dari hukum coulomb. Hukum coulomb ditemukan oleh
Charles Augustin de Coulomb pada akhir abad ke-18. Bunyi Hukum
Coulomb yaitu:

“Gaya tarik menarik atau gaya tolak menolak antara dua muatan listrik
sebanding dengan muatan-muatannya dan berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak yang memisahkan kedua muatan tersebut.”

Maka secara sistematis dirumuskan dengan:

q1 . q
F=k. 2
2

Keterangan:
F = gaya tarik menarik/tolak menolak (newton)
q = muatan listrik (coloumb)
r = jarak antara kedua muatan
1
k = konstanta = πεo = 9 x 109 N.m2/C2
4
εo = permitivitas listrik dalam ruang hampa/udara = 8,85 x 10-12
C2/Nm2
5. Daya Listrik
Daya listrik adalah usaha dibagi waktu yang diperlukan untuk
melakukan usaha itu atau energi yang ditimbulkan dibagi oleh waktu yang
digunakan.
Dapat dituliskan:
Energi Listrik
P=
Waktu

(v 2 . I . t)
P=
t
Keterangan:
P = daya listrik (Joule/detik atau volt ampere atau watt)
R = hambatan beban (Ω atau ohm)
V = beda potensial (volt)
I = kuat arus (ampere)

Dari persamaan di atas dapat dikatakan bahwa:


“Satu watt (1 W) adalah energi yang ditimbulkan oleh beda potensial
jika dalam satu detik mengalir arus sebesar 1 A”

Untuk hambatan listrik yang konstan, besar daya listrik sebanding


dengan kuadrat tegangan ataupun kuadrat arus.

Hubungan antara watt, joule, dan kilowatt-hour (kWH)


1 watt = 1 joule persekon atau 1 joule = 1 watt x sekon.

Untuk pemakaian energi listrik dalam jumlah besar biasanya satuan


energi listrik dinyatakan dalam kilowatt-hour (kWh). Satu kWh adalah energi
yang dihasilkan oleh daya 1 kW selama 1 jam.

Alat untuk mengukur energi listrik dinamakan kWh-meter, sedangkan


alat untuk mengatur daya listrik dinamakan watt-meter. Selain itu, dapat pula
digunakan gabungan dari volt-meter dengan ampere-meter yang penunjukkan
jarumnya langsung menyatakan ukuran daya listrik, alat ini dinamakan
dynamo-meter.

Arus listrik masuk ke rumah kita melalui kWh meter dan pembatas
daya. kWh-meter tersebut mengukur banyaknya energi listrik yang digunakan
dalam satuan watt, sedangkan pembatas daya membatasi daya maksimum
dengan satuan ampere yang dapat dipergunakan di rumah kita.

Misalkan tegangan listrik dirumah kita 200 volt, maka p yang


membatasi daya 2 A membatasi daya maksimum 2 A x 220 V = 440 W. Jika
peralatan listrik yang digunakan melebihi 440 W, maka pembatas daya bekerja
(putus).

Anda mungkin juga menyukai