Anda di halaman 1dari 206

Arus Listrik

Pengertian Arus Listrik

Arus listrik yaitu sebuah aliran yang terjadi akibat jumlah muatan listrik yang mengalir dari satu titik
ke titik lain, dalam suatu rangkaian tiap satuan waktu.

Arus listrik juga terjadi akibat, adanya beda potensial atau tegangan pada media penghantar antara dua
titik.

Maka, semakin besar nilai tegangan antara kedua titik tersebut, maka akan semakin besar juga nilai
arus yang mengalir pada kedua titik tersebut.

Satuan arus listrik dalam internasional yaitu A (ampere), yang dimana dalam penulisan rumus arus
listrik ditulis dalam simbol I (current).

Aliran arus listrik sendiri mengikuti arah aliran muatan positif. Maksudnya, arus listrik mengalir dari
muatan positif menuju muatan negatif atau bisa juga diartikan kalo arus listrik mengalir dari potensial
menuju potensial rendah.

Pengertian Arus Listrik DC dan Arus Listrik AC

Nah, dibawah ini ada 2 jenis arus listrik berdasarkan arah aliran listriknya.

1. Arus Listrik DC (Direct Current)


Arus Listrik DC (Direct Current) merupakan arus listrik yang mengalir satu arah atau pada arah yang
sama yang bisa disebut dengan Arus Searah.

Contohnya: Sumber Arus searah yaitu seperti Baterai, Aki, Sel Surya dan Pencatu Daya (Power
Supply).

2. Arus Listrik AC (Alternating Current)


Arus Listrik AC (Alternating Current) merupakan arus listrik yang mengalir dengan arah arus yang
selalu berbeda – beda atau berubah – ubah, yang biasa disebut dengan Arus Bolak – balik.

Bentuk gelombang AC pada umumnya yaitu gelombang Sinus. Tapi, pada aplikasi tertentu juga ada
bentuk gelombang segitiga dan bentuk gelombang persegi.

Contohnya: Sumber Arus bolak – balik yaitu listrik PLN, listrik yang dibangkitkan oleh generator
listrik dan gelombang audio atau gelombang radio juga merupakan bentuk gelombang AC.

Aliran Arus Listrik


Di teori aliran arus listrik, kamu bisa mengenal 2 teori tentang aliran arus listrik yaitu aliran arus listrik
konvensional (conventional current flow) dan aliran elektron (electron flow).

1. Aliran Arus Listrik Konvensional (Conventional Current Flow)

Secara konvensional sering disebut kalo aliran listrik dalam suatu rangkaian elektronika yaitu mengalir
dari arah positif (+) ke arah negatif (-).

Arah aliran arus konvensional merupakan aliran arus yang pakai prinsip muatan, dimana arus listrik
atau current sering didefinisikan sebagai aliran muatan listrik positif pada suatu penghantar dari
potensial tinggi ke potensial rendah.

Tapi, arah aliran arus listrik ini berlawanan dengan prinsip aliran elektron pada suatu penghantar.

Konsep rangkaian dengan aliran arus listrik konvensional ini dipakai buat memudahkan pemahaman
terhadap arah aliran muatan listrik yaitu dari positif ke negatif.

2. Aliran Elektron (Electron Flow)

Buat arah aliran Elektron ini sangat berlawanan dengan arah aliran arus listrik konvensional.

Karena, pada dasarnya elektron merupakan partikel yang bermuatan negatif dan bergerak bebas yang
ditarik ke terminal positif.

Makanya, arah aliran listrik pada suatu rangkaian yaitu aliran elektron dari kutub negatif baterai
(katoda) dan kembali lagi ke kutub positif baterai (anoda). Jadi, arah aliran elektron yaitu dari arah
negatif (-) ke arah positif (+).

Hambatan Arus Listrik


Hambatan Hambatan listrik merupakan sebuah perbandingan antara tegangan listrik dari suatu
komponenelektronik (misalnya resistor) dengan arus listrik yang melewatinya.
Nah, kemudian Hambatan listrik bisa dirumuskan sebagai berikut:

R = V/I

Keterangan:

1. V merupakan suatu tegangan


2. I merupakan suatu arus.
3. Satuan SI buat Hambatan yaitu Ohm (R).

Macam – Macam Rumus Arus Listrik

Besarnya arus listrik (disebut kuat arus listrik) sebanding dengan banyaknya muatan listrik yang
mengalir. Kuat arus listrik merupakan suatu kecepatan aliran muatan listrik.

Maksudnya, dengan kuat arus listrik, jumlah muatan listrik yang lewat penampang suatu penghantar
setiap satuan waktu.

Nah, kalo jumlah muatan (q) lewat penampang penghantar dalam waktu (t), maka kuat arus (I) secara
matematis bisa ditulis sebagai berikut.

Rumus Kuat Arus Listrik:

(I = Q/t) atau (q = I x t)

Keterangan:
1. I = Kuat arus listrik (A)
2. q = Muatan listrik yang mengalir (C)
3. t = Waktu yang diperlukan (s)

Berdasarkan persamaannya, disimpulkan kalo satu coulomb yaitu muatan listrik yang lewati sebuah
titik dalam suatu penghantar dengan arus listrik tetap satu ampere dan mengalir selama satu sekon.

Karena, muatan elektron sebesar -1,6 × 10-19 C, (tanda negatif (-) menunjukkan jenis muatan negatif),
maka banyaknya elektron (n) yang menghasilkan muatan 1 coulomb bisa dihitung sebagai berikut.

1 C = n × besar muatan elektron

1 C = n × 1,6 × 10-19 C,

n=1/1,6

Jadi, dapat dituliskan 1 C = 6,25 × 1018 elektron.

Rumus hubungan antar Kuat Arus Listrik dan Beda Potensial:

I = V/R

Keterangan:

1. I = Kuat arus listrik ( A )


2. R = Hambatan listrik ( Ω )
3. V = Beda potensial listrik ( V )

Secara umum, arus listrik yang mengalir pada suatu waktu tertentu adalah:

I = dQ/dt

Dengan demikian bisa di tentukan jumlah dari muatan total yang di pindahkan pada rentang
waktu 0 – t ( waktu ) lewat integrasi:

Q = dQ = dt

Contoh Soal Arus Listrik

1. Sebuah arus listrik yang lewat hambatan dalam suatu rangkaian dengan besar arus listriknya yaitu
5,0 Ampere dan dalam waktu 10 Sekon. Maka, berapakah besar muatan listriknya?

Jawaban:

Diketahui: I = 5,0 Ampere dan t = 10 Sekon

Ditanya: Berapakah, besar muatan listriknya?

Jawab: I = Q/t

5,0 Ampere = Q/10 Sekon

Q = 5,0 Ampere x 10 Sekon

Q = 50 C

Jadi, besar muatan listriknya adalah 50 C.


2. Sebuah arus listrik 2 Ampere mengalir pada sebuah kawat penghantar dengan beda potensialnya
yang dikedua ujungnya yaitu 12 V. Maka, berapakah hambatan pada kawat tersebut?

Jawaban:

Diketahui: I = 2 Ampere dan V = 12 Volt

Ditanya: Berapakah, hambatan pada kawat?

Jawab: R = V/I

R = 12 Volt/2 Ampere

R=6Ω

Jadi, besar dari hambatan kawat tersebut adalah 6 Ω

Arus AC dan DC

Arus listrik dalam suatu rangkaian Elektronika emang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.

Pengertian Arus Listrik AC (Alternating Current)

Arus listrik AC ini merupakan jenis arus listrik yang gak mengalir secara searah, tapi mengalir secara
bolak-balik.

Arus AC (Alternating Current) mempunyai nilai dan arah yang selalu berubah-ubah dan akan
membentuk suatu gelombang yang bernama gelombang sinusoida.
Pada arus listrik AC ini, sering dikenal yang namanya frekuensi dan dimana besarnya frekuensi ini
berbeda-beda loh.

Di arus listrik AC (bolak-balik) yang ditetapkan oleh PLN mempunyai frekuensi sebesar 50 Hz.
Sedangkan, tegangan standar buat arus bolak-balik 1 fasa disini yaitu 220 Volt. Contoh, penggunaan
dari arus listrik AC juga udah sangat banyak.

Kamu bisa dengan mudah menemukan dimanapun, dan hampir di semua alat-alat yang ada dirumah
kamu pasti memakai arus listrik AC.

Berikut ini, ada beberapa kelebihan dan kekurangan yang ada di dalam arus listrik AC (Alternating
Current), yaitu:

Kelebihannya:

1. Arus Listrik AC biasanya dipakai buat menyalurkan listrik menuju tempat yang jauh, karena
arus AC mempunyai kerugian yang lebih kecil dibandingkan arus DC.
2. Listrik disalurkan memakai voltage yang tinggi yang udah di step up dari trafo sehingga
menjadi pilihan yang tepat buat menyalurkan listrik ketempat yang jauh jadi berbeda dengan
arus DC.
3. Arus AC sangat mudah untuk didapatkan, cuma dengan memakai generator sedangkan buat
arus DC sulit.

Kekurangannya:

1. Arus AC gak bisa disimpan dalam waktu yang lama dan juga gak bisa dipindahkan buatk
keperluan yang tiba – tiba. Tapi, beda dengan arus DC yang bisa kamu dapatkan atau kamu
pindahkan dalam bentuk aki dan baterai.

Pengertian Arus Listrik DC (Direct Current)


Arus listrik DC (Direct Current) merupakan jenis arus yang mengalir secara searah. Awalnya, arus DC
ini dikira mengalir dari kutub positif ke kutub negatif.

Tapi, sekarang udah banyak sekali ilmuwan yang mengatakan kalo sebenarnya, arus listrik DC itu
mengalir dari kutub negatif ke kutub positif.

Aliran inilah yang menyebabkan terjadinya lubang-lubang bermuatan positif yang membuatny seperti
terlihat mengalir dari kutub positif ke kutub negatif.

Pada arus listrik DC (searah) ini, tegangan listrik mempunyai nilai dan arah yang tetap.

Contohnya: Penggunaan arus DC dalam kehidupan sehari-hari seperti Handphone, Laptop, Radio dan
Komputer/PC.

Biasanya, arus listrik DC (searah) ini disimpan dalam bentuk baterai yang umumnya dipakai pada jam
dinding, remot TV atau dalam bentuk aki yang ada pada kendaraan mobil dan motor.

Dibawah ini ada kelebihan dan kekurangan dari arus listrik DC (Direct Current), yaitu:

Kelebihannya:

1. Arus listrik DC bisa kamu temui disetiap peralatan elektronik, seperti remote dan berbagai jenis
lainnya dan yang bisa disimpan dalam bentuk baterai atau aki.
2. Arus listrik DC bisa diisi ulang, supaya kamu mudah buat membawa dan menyimpannya dalam
jangka waktu yang lama.

Kekurangannya:
1. Arus listrik DC cuma bisa dipakai dalam daya yang rendah dan gak bisa dalam daya yang
tinggi.

Perbedaan Arus Listrik AC dan DC

Dibawah ini ada beberapa perbedaan dari arus listrik AC (bolak-balik) dan DC (searah), diantaranya
yaitu:

1. Arus Listrik AC (Bolak-balik)


1. Arus listrik ini aman buat mentransfer listrik pada jarak yang cukup panjang dang juga bisa
memberikan banyak kekuatan saat transfer arusnya.
2. Penyebabnya dari arah aliran elektron pada arus listrik AC yaitu magnet yang mengitari
sepanjang kawatnya.
3. Frekuensi pada arus AC yaitu sekitar 50 Hz atau bisa juga 60 Hz, tergantung pada Negara yang
memakai frekuensi tersebut.
4. Arus AC akan berbalik arah saat mengalir di suatu rangkaian.
5. Besarnya arus listrik AC cukup bervariasi terhadap waktunya.
6. Aliran arah elektron pada arus listrik AC selalu bergantian maju dan juga mundur.
7. Arus AC ini bisa didapatkan dari generator pada arus bolak-balik.
8. Parameter passive pada arus listrik AC sendiri yaitu impedansi.
9. Faktor daya pada arus listrik AC ini diantara 0 dan juga 1.
10. Jenis dari arus listrik AC yaitu segiempat, segitiga, sinusoida dan trapesium.

2. Arus Listrik DC (Searah)


1. Arus listrik DC gak bisa melakukan perjalanan yang cukup jauh, karena arus DC ini akan mulai
melemah dan kehilangan energi saat jaraknya semakin jauh.
2. Penyebab dari arah elektron pada arus DC yaitu magnet yang stabil yang ada di sepanjang
kawat.
3. Frekuensi pada arus listrik DC ini yaitu 0 (nol).
4. Arus listrik DC ini tetap mengalir satu arah dengan rangkaiannya.
5. Besarnya arus listrik DC itu tetap terhadap waktunya.
6. Aliran arah elektron pada arus listrik DC selalu bergerak didalam satu arah atau bisa disebut
bergerak maju.
7. Arus listrik DC ini bisa didapatkan dari sell atau baterai.
8. Parameter passive pada arus listrik DC sendiri yaitu hambatan.
9. Faktor daya pada arus listrik DC itu pasti selalu 1 (satu).
10. Jenis dari arus listrik DC sendiri itu pulse atau sering disebut dengan murni.

Pemanfaatan Arus Listrik AC dan DC

Contoh pemanfaatan dari arus listrik AC ini sebenarnya sangat banyak dan buat mempermudah kamu
mengetahuinya, kamu bisa melihat semua barang-barang elektronik yang ada dirumah.

Sebagai pengaman arus listrik AC dirumah kamu, pihak PLN udah memakai pembatas yang berfungsi
sebagai pengaman yang bernama MCB atau Miniature Circuit Breaker.

Meski demikian, sebenarnya gak semua barang elektronik yang kamu lihat dan temui tersebut
memakai arus listrik AC (bolak-balik) loh.

Sedangkan, pemanfaatan arus listrik DC ini ada di beberapa barang elektronika.


Contohnya: Laptop, TV, PC/Komputer, Radio, Lampu LED (Light Emiting Diode) dan lain
sebagainya.

Pada arus listrik DC (Searah) ini juga sering banget dipakai didalam suatu baterai, misalkan aja baterai
yang biasa dipakai pada jam dinding, mainan mobil-mobilan, Handphone dan lainnya.

Cara Merubah Arus AC Menjadi DC dan Sebaliknya

Pada arus listrik AC bisa diubah menjadi arus DC, kamu bisa memakai penyearah yang disebut dengan
Rectifier atau Dioda Penyearah.

Tanpa dioda, maka listrik yang keluar dari trafo yang udah diturunkan voltasenya sampai 1 volt, harus
tetap disebut sebagai listrik AC (bolak-balik).

Hal ini beda sama kenyataannya, kalo masih ada banyak penyebutan arus AC (bolak-balik) yang kecil
sebagai arus DC (searah).

Maka, pengertian arus listrik AC dan DC harus benar-benar berdasarkan hal tersebut, bukan dari besar
kecil voltasenya.

Sedangkan, buat merubah arus listrik DC menjadi arus listrik AC, disini buat merubahnya kamu perlu
sebuah alat yang bernama Inverter.

Tapi, sampai sekarang pembalikan dari arus listrik DC ke arus listrik AC masih sangat sulit dilakukan
dan gak akan sempurna kalo pun jadi.

Arus listrik AC (bolak-balik) yang seharusnya berbentuk sinus, gak bisa ditiru secara sempurna dengan
memakai alat Inverter ini.

Tapi, berbagai cara rekayasa elektronik ini berhasil membuat arus AC dari inverter yang mempunyai
gelombang persegi yang direkayasa sampai mempunyai gelombang yang mendekat gelombang sinus.
Rekayasa yang dilakukan secara bertingkat udah membuat peralatan bisa bergerak dengan lebih
sempurna dan lancar, dibandingkan dengan inverter yang masih seperti gelombang persegi.

Pengertian arus listrik AC dan DC pada umumnya sering terjadi kesalahan, karena pengertiannya yang
gak tepat. Jadi, dengan penjelasan tersebut diharapkan gak lagi menyebut listrik yang keluar dari trafo
dengan sebutan listrik DC (searah)

Miniatur Circuit Breaker

Pengertian MCB (Miniatur Circuit Breaker)

MCB (Miniatur Circuit Breaker) merupakan sebuah perangkat elektromekanikal yang bisa melindungi
rangkaian listrik dari arus yang berlebihan dengan cara memutuskan arus tersebut secara otomatis saat
lewat batas tertentu.

MCB pada dasarnya hampir sama dengan Sekering (FUSE) yaitu memutuskan aliran arus listrik
rangkaian saat terjadi gangguan kelebihan arus listrik.

Tapi, MCB bisa di ON kan kembali saat rangkaian listrik udah normal, sedangkan Fuse/Sekering yang
terputus akibat gangguan kelebihan arus tersebut gak bisa dipakai lagi.
Sedangkan MCB 1 Fasa pengertiannya sama, cuma dipakai pada sebuah instalasi aja. Jadi, MCB 1
Fasa itu buat mengamankan beban lebih dan hubung singkat, tapi cuma memakai instalasi 1 fasa
misalnya 220 V dan Netral.

Dan MCB 3 Fasa adalah suatu komponen listrik buat mengamankan beban lebih (Overload) dan
hubung singkat (Short Circuit) yang instalasinya memakai 3 fasa yaitu R S T.

Fungsi MCB (Miniatur Circuit Breaker)

Ada tiga fungsi utama MCB (Miniatur Circuit Breaker) diantaranya sebagai berikut.

1. Sebagai Pemutus Arus

Fungsi sebagai pemutus arus bisa diartikan sebagai bentuk pengamanan atau kendali dari rumah atau
perkantoran.

Sebagai bentuk keamanan saat terjadi masalah pada instalasi listrik, maka MCB akan memutuskan
arus listrik secara manual.

Sedangkan, bentuk kendali dari pemilik rumah yaitu saat ingin mematikan aliran listrik gak cuma pada
satu titik, tapi pada semua jaringan yang terhubung maka bisa menurunkan toggle switch pada sebuah
MCB.

2. Mencegah Adanya Overload

Overload atau beban lebih adalah suatu kejadian ketika penggunaan arus listrik melebihi batas
penggunaan listrik pada bangunan yang ditempati.
Komponen dari MCB yang bertugas mendeteksi adanya beban lebih merupakan pada elemen
bimetalnya.

Contohnya: Saat suatu ruangan atau rumah memakai MCB dengan batas arus 6A, maka seharusnya
penggnaan listrik yang diperbolehkan gak boleh lebih dari 6A.

Buat instalasi penerangan mungkin masih terkendali akan tapi, buat instalasi tenaga (stop kontak)
biasanya sering dilupakan.

Saat kamu menancapkan komponen elektronika dengan daya tinggi, jadi membuat arus naik menjadi
7A maka elemen bimetal pada MCB akan melengkung, karena terkena panas lebih dan otomatis
mematikan kontak MCB jadi terjadilah Trip atau pemutusan arus.

3. Mencegah Adanya Konsleting

Konsleting atau hubung singkat yaitu salah satu penyebab kebakaran tertinggi pada sebuah bangunan,
jadi penggunaan MCB sangat penting buat mencegah adanya kebakaran.

Buat fungsi proteksi hubung singkat ini, komponen MCB yang bekerja buat mendeteksi yaitu
Magnetic Trip yang berupa Solenoid.

Sama seperti Overload, komponen ini bereaksi akibat panas yang diterima, tapi pada kasus hubung
singkat panas yang masuk sangat tinggi loh.

Besarnya panas yang diterima akan menimbulkan adanya gaya magnet pada Solenoid dan otomatis
menarik Switch, jadi aliran listrik akan terputus.

Kalo pada masalah hubung singkat bimetal melengkung dengan adanya jeda waktu, maka di
konsleting ini Magnetic Trip akan bereaksi dengan sangat cepat. Tujuannya, buat memperkecil resiko
kerusakan pada komponen dan terjadinya kebakaran.

Kontruksi dan Komponen MCB Listrik


Berikut ini ada beberapa bagian-bagian yang terdapat pada sebuah komponen MCB (Miniatur Circuit
Breaker), yaitu:

 External Casing: External casing menahan semua komponen internal dan melindunginya dari
debu. Terbuat dari bahan isolasi seperti plastik atau keramik.
 Contact: Sepasang kontak bisa ditemukan di dalam MCB. Salah satunya adalah Fixed Contact
& Moving Contact.
 Knob: MCB listrik yang bisa dinyalakan dan dimatikan memakai knob ini.
 Mechanical Latch: Pengaturan kait/latch dibuat di dalam MCB buat menahan kontak di bawah
tegangan spring pada posisi ON.
 Bimetallic strip: Bimetal strip menawarkan perlindungan kelebihan beban tertunda dengan
merasakan aliran arus yang berkepanjangan lebih besar dari nilai arus saat ini.
 Solenoid: Solenoid menawarkan perlindungan seketika terhadap korsleting dengan melepaskan
kait mekanis. Solenoid akan diaktifkan ketika arus lewat koil melebihi nilai tertentu, biasanya
lebih dari 3 kali dari nilai arusnya.
 Arc Chutes: Arc chutes dipakai buat membelah dan memadamkan arc.

Jenis – Jenis MCB (Miniatur Circuit Breaker)


MCB atau Miniatur Circuit Breaker ini bisa diklasifikasikan menjadi 3 jenis utama MCB berdasarkan
karakteristik pemutusan sirkuitnya, berikut beberapa jenis MCBnya.

1. MCB Tipe B

MCB Tipe B merupakan tipe MCB yang akan trip kalo arus beban lebih besar 3 sampai 5 kali dari arus
maksimum yang udah tertulis pada MCB (arus nominal MCB).

MCB tipe B ini umumnya dipakai pada instalasi listrik di perumahan ataupun di sebuah industri
ringan.

2. MCB Tipe C

MCB Tipe C merupakan tipe MCB yang akan trip kalo, arus beban lebih besar 5 sampai 10 kali dari
arus maksimum yang udah tertulis pada badan MCB (arus nominal MCB).

MCB tipe C ini sering dipakai pada industri yang memerlukan arus listrik yang lebih tinggi seperti
pada lampu penerangan gedung dan motor-motor kecil.

3. MCB Tipe D

MCB tipe D ini merupakan tipe MCB yang akan trip kalo, arus beban lebih besar dari 10 sampai 25
kali dari arus maksimum yang udah tertulis pada badan MCB (arus nominal MCB).

MCB tipe D ini biasanya dipakai pada peralatan listrik yang menghasilkan lonjakan arus listrik tinggi,
seperti Mesin sinar X (X-Ray), Mesin las, Motor-motor Besar dan Mesin-mesin produksi.

Arus nominal MCB yang umum yaitu 6A, 10A, 13A, 16A, 20A, 25A, 32A, 40A, 50A, 63A, 80A,
100A dan 125A.
Prinsip Kerja MCB (Miniatur Circuit Breaker)

Pada kondisi normal, MCB berfungsi sebagai sakelar manual yang bisa menghubungkan (ON) dan
memutuskan (OFF) sebuah arus listrik.

Pada saat terjadi kelebihan beban (overload), atau hubung singkat rangkaian (short circuit), MCB akan
beroperasi secara otomatis dengan memutuskan arus listrik yang melewatinya.

Secara visual, kamu bisa lihat perpindahan Knob atau tombol dari kondisi ON menjadi OFF.
Pengoperasian otomatis ini dilakukan dengan 2 cara yang ada dibawah ini.

1. Thermal Tripping

Saat kondisi sedang Overload, arus listrik yang mengalir lewat Bimetal akan menyebabkan suhu
Bimetal itu menjadi sangat tinggi.

Suhu panas tersebut mengakibatkan Bimetal melengkung, jadi akan memutuskan kontak MCB (Trip).
Seperti pada gambar yang ada diatas ini.

2. Magnetic Tripping
Saat terjadi hubung singkat rangkaian (Short Circuit) secara mendadak atau kelebihan beban yang
sangat tinggi (Heavy Overload), Magnetic Tripping atau pemutusan hubungan arus listrik secara
Magnetik akan langsung diberlakukan.

Pada saat terjadi hubung singkat atau kelebihan beban berat, medan magnet pada Solenoid MCB akan
menarik Latch (palang), jadi akan memutuskan kontak MCB (Trip).

Sebagian besar MCB (Miniatur Circuit Breaker) yang dipakai saat ini memakai dua mekanisme
pemutusan hubungan arus listrik ini ( Thermal Tripping dan Magneting Tripping)

Kapasitansi Kapasitor

Pengertian Kapasitansi Kapasitor


Kapasitas Kapasitor merupakan kemampuan kapasitor buat menyimpan muatan listrik.

Kapasitas suatu kapasitor, didefinisikan sebagai perbandingan tetap antara muatan Q yang bisa
disimpan dalam kapasitor dengan beda potensial antara kedua konduktornya.

Bentuk paling umum dari piranti penyimpanan muatan yaitu sebuah kapasitor 2 lempeng/pelat/keping.

Kalo muatan di lempeng/keping/pelat ini adalah +Q dan -Q, dan V merupakan tegangan listrik antar
lempeng/pelat/keping.

Satuan Kapasitansi Kapasitor


Satuan muatan listrik yaitu Coulomb dan satuan beda potensial listrik yaitu Volt, jadi berdasarkan
persamaan kapasitansi diatas, satuan Kapasitansi yaitu Coulomb per Volt (C/V) atau disebut juga
Farad (F).

Farad (F) tersebut ini berasal dari nama ilmuwan yang berasal dari Inggris bernama Michael Faraday
dikemukakan pada tahun 1791 sampai 1867.

Jadi, 1 Farad = 1 Coulomb/Volt

Contohnya, sebuah kapasitor mempunyai nilai 2 Farad berarti kapasitor tersebut menyimpan muatan
listrik sebesar +2 Coulomb pada salah satu pelat konduktor dan -2 Coulomb pada pelat konduktor
lainnya.

Dimana, kedua pelat konduktor ini mempunyai beda potensial sebesar 1 Volt. Kalo baterai 12 Volt
dihubungkan ke kapasitor tersebut, maka salah satu pelat konduktor bermuatan listrik sebesar Q = C.V
= (2).(12 Volt) = +24 Coulomb.

Sedangkan, pelat konduktor lainnya yaitu bermuatan -24 Coulomb.

Perlu kamu tahu, kalo Farad yaitu satuan kapasitansi yang sangat besar jadi biasanya dipakai satuan
lebih kecil yaitu mikroFarad atau μF (10-6 Farad) sampai pikoFarad atau pF (10-12 Farad).

Kegunaan dari sebuah Kapasitor


Ada beberapa kegunaan atau fungsi dari sebuah kapasitor yang perlu kamu ketahui, diantaranya yaitu:

1. Mempunyai frekuensi pada radio penerima


2. Menghilangkan bunga api pada sistem pengapian mobil
3. Menyimpan muatan dan energi listrik sementara
4. Sebagai filter dalam penyuplaian daya listrik
5. Menyekat arus listrik searah, jadi arus searah (DC) gak bisa melewati sebuah kapasitor.

Jenis – Jenis Kapasitor


Berdasarkan bentuknya, kapasitor bisa dibedakan menjadi 3 jenis yaitu: Kapasitor keping sejajar,
kapasitor bola, dan kapasitor silinder.

Sedangkan, kalo berdasarkan bahan pembuat dan fungsinya, kapasitor dibedakan menjadi beberapa
jenis yaitu:

1. Kapasitor Mika

Kapasitor mika udah jarang sekali dipakai meski punya stabilitas bagus dan kapasitansinya yang cukup
tinggi kira-kira diangka 1.000 pikoFarad (pF).

2. Kapasitor Keramik

Kapasitor ini berbahan keramik yang banyak dipakai dalam komponen aplikasi audio ke RF. Kapasitor
ini paling umum dan paling banyak dipakai pada sebuah rangkaian Elektronika.

3. Kapasitor Elektrolit

Kapasitor elektrolit merupakan kapasitor yang terpolarisasi dan mampu menghasilkan kapasitansi
tinggi, biasanya kira-kira diatas 1 mikroFarad(mF).

Jenis kapasitor ini banyak sekali dipakai buat aplikasi pasokan listrik frekuensi rendah dan aplikasi
kopling audio.

4. Kapasitor Tantalum

Kapasitor jenis ini sama seperti kapasitor Elektrolit dan terpolarisasi dan mempunyai kapasitansi yang
cukup tinggi.
Tapi, jenis kapasitor ini sering meledak kalo bekerja terus-menerus pada tekanan tinggi.

Selain keempat jenis kapasitor diatas, masih ada banyak lagi jenis kapasitor lainnya seperti kapasitor
film, kapasitor kaca, kapasitor polikarbonat dan lainnya.

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kapasitansi

Ukuran kemampuan gelas menampung air ditentukan oleh volume gelas itu. Bagaimana dengan
kapasitor, apa yang menentukan ukuran kemampuan kapasitor menyimpan muatan listrik ?

Gambar diatas menunjukkan kapasitor sederhana yang terdiri dari 2 pelat konduktor yang terpisah
sejauh jarak tertentu. Sebelum dihubungkan ke sumber tegangan, misal baterai, kedua pelat gak
bermuatan listrik.

Selanjutnya, salah satu pelat dihubungkan ke kutub positif baterai dan pelat lainnya dihubungkan ke
kutub negatif baterai memakai kabel.

Setelah dihubungkan ke kutub positif baterai, muatan positif pada baterai menarik elektron yang
bermuatan negatif pada pelat, jadi elektron berpindah ke kutub positif baterai.

Hal ini menyebabkan, pelat berkekurangan elektron (muatan negatif) dan berkelebihan proton (muatan
positif) sehingga pelat jadi bermuatan positif.

Setelah dihubungkan ke kutub negatif baterai, muatan positif pada pelat menarik elektron yang
bermuatan negatif pada kutub negatif baterai jadi elektron bergerak ke pelat.

Hal ini menyebabkan pelat berkelebihan elektron sehingga pelat menjadi bermuatan negatif.
Proses perpindahan elektron di antara pelat dan baterai terhenti setelah beda potensial antara kedua
pelat sama dengan beda potensial antara kedua kutub baterai.

Gimana caranya agar muatan listrik pada kedua pelat konduktor bertambah? Atau, apa yang harus
dilakukan agar terjadi perpindahan elektron lagi ?

Perpindahan elektron terjadi cuma saat beda potensial listrik di antara kedua kutub baterai lebih besar
dari pada beda potensial listrik di antara kedua keping konduktor.

Agar terjadi perpindahan elektron lagi, muatan listrik pada masing-masing pelat konduktor bertambah
maka baterai yang dipakai diganti dengan baterai lain atau sumber tegangan lain yang mempunyai
beda potensial listrik lebih besar.

Perpindahan elektron terhenti saat beda potensial sumber tegangan sama dengan beda potensial
kapasitor karena, kalo beda potensial sumber tegangan semakin besar maka, beda potensial kapasitor
juga semakin besar.

Berdasarkan ulasan di atas bisa disimpulkan kalo, semakin besar muatan listrik yang tersimpan pada
masing-masing pelat konduktor, maka semakin besar beda potensial listrik antara kedua pelat
konduktor tersebut.

Rumus Kapasitor

Kapasitor kalo dilihat dari bentuknya tuh dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu kapasitas kapasitor,
kapasitor bola, dan kapasitor keping sejajar.

Nah, dibawah ini aku mau menjelaskan 3 rumus Kapasitor menurut bentuk kapasitornya.
1. Rumus Kapasitas Kapasitor

Kapasitas Kapasitor yaitu kemampuan Kapasitor yang bisa menyimpan suatu muatan listrik dan bisa
didefinisikan sebagai suatu perbandingan tetap, antara muatan Q yang bisa disimpan didalam kapasitor
dengan beda potensial diantara kedua konduktor.

Rumusnya: C = Q/V

Keterangan:

 C = Kapasitas kapasitor (Farad)


 Q = Muatan listrik yang disimpan (Coulomb)
 V = Beda potensial kedua ujungnya (Volt)

Nilai Kapasitansi kapasitor ini gak akan selalu bergantung pada nilai Q dan V, karena besaran nilai
Kapasitansi sebuah Kapasitor it tergantung pada bentuk, posisi dan ukuran dari kedua keping dan jenis
material insulator (pemisahnya).

2. Rumus Kapasitor Bentuk Bola

Rumus Kapasitas kapasitor dalm bentuk bola ini buat mencari dan menghitung kapasitor dan buat
besarnya Kapasitas kapasitor dalam bentuk bola ini bisa kamu lihat pada rumus dibawah ini.

C = 4.π .ε0.R

Keterangan:

 C = Kapasitas kapastiro (Farad)


 ε0 = Permitivitas ruang hampa = 8,85.10-12 C2/N.m2

3. Rumus Kapasitor Keping Sejajar

Kapasitor keping sejajar yaitu sebuah kapasitor yang terdiri dari 2 buah keping konduktor yang
mempunyai luas yang sama dan dipasang secara sejajar.

C = ε0 A/d

Keterangan:

 C = Kapasitas kapasitor (Farad)


 ε0 = Permitivitas ruang hampa = 8,85.10-12 C2/N.m2
 A = Luas penampang masing-masing keping (m2)
 d = Jarak antar keping

Rumus kapasitor keping sejajar diatas dipakai kalo antara keping itu berisi udara, tapi kalo antara
kepingnya itu diisi oleh medium dielektrik lain seperti keramik, porselen dan miki yang mempunyai
Koefisien Dielektrikum K, maka rumusnya seperti ini:

C = ε0.K.(A/d)

C = ε.A/d

dimana, ε = ε0.K

Contoh Soal Kapasitor


1. Ada sebuah Kapasitor dengan mempunyai besaran kapasitas sebesar 0.8 μF yang dimuati oleh
sebuah Baterai berkapasitas 20 Volt. Maka berapakah Muatan yg tersimpan didalam Kapasitor
tersebut?

Jawaban:

Diketahui:

 C = 0.8 μF sama dengan 8 x 10-7 F


 V = 20 Volt

Ditanya: Berapakah nilai Q?

Jawab:

 C = Q/V sehingga Q = C.V


 Q = 8 x 10-7 x 20
 Q = 1.6 x 10-5 coulomb

Jadi, nilai muatan yang tersimpan didalam kapasitor adalah 1.6 x 10-5 coulomb

2. Terdapat sebuah Kapasitor Keping Sejajar dengan mempunyai Luas tiap kepingnya sebesar 2000
cm2 dan terpisah sejauh 2 centimeter antara satu dengan lain. Berapakah nilai dari Kapasitas Kapasitor
tersebut ?

Jawabannya:

 C = 8,85.10-12 . (0,2./0,002)
 C = 8,85.10-12 x 100
 C = 8,85.10-10 farad

Nah, itu tadi beberapa penjelasan mengenai Kapasitansi Kapasitor.

Cara Kerja Kapasitor

Pengertian Kapasitor
Kapasitor yaitu salah satu komponen elektronika pasif yang paling dasar dan paling banyak dipakai
dalam sebuah rangkaian elektronika.

Komponen yang juga disebut dengan Kondensator (Condensator) ini, bisa menyimpan muatan listrik
dalam sementara waktu, jadi sering dipakai sebagai penggeser fasa dan juga sebagai filter (penyaring)
dalam pencatu daya.

Kapasitor juga punya sifat melewatkan arus AC (arus bolak – balik) dan menghambat arus DC (arus
searah).

Kemampuan penyimpanan muatan listrik Kapasitor ini disebut dengan Kapasitansi dengan satuannya,
yaitu Farad (F).

Struktur Dasar Kapasitor


Sebuah kapasitor yang sederhana, pada dasarnya terdiri dari 2 keping pelat paralel yang dipisahkan
oleh daerah non-konduktor.

Non-konduktor ini biasanya memakai bahan yang umumnya sering disebut dengan bahan dielektrik.

Bahan elektrik yaitu bahan yang sama dengan bahan isolator listrik yang bisa dipolaritaskan atau
dikutubkan (polarize) dengan cara ditempatkan kedalam medan listrik.

Kalo bahan elektrik ditempatkan di medan listrik, muatan listrik gak mengalir lewat bahan tersebut
seperti pada bahan konduktor, tapi cuma sedikit bergeser dari rata – rata posisi setimbangnya
(equilibrium positions), jadi menyebabkan polarisasi yang disebut dengan polarisasi dielektrik.

Bahan – bahan dielektrik pada kapasitor dapat berupa kertas, film plastik, mika, kaca, keramik dan
udara.

Sedangkan, pelat yang dipakai pada kapasitor bisa berupa cakram aluminium, aluminium foil atau
lapisan tipis logam yang dipasangkan secara berlawanan sisi dengan dielektrik padat.

Lapisan konduktor dielektrik, konduktor biasanya digulung menjadi bentuk silinder ataupun dibiarkan
rata.

Fungsi Kapasitor
Kapasitor yang banyak dipakai pada rangkaian elektronika sama halnya dengan Resistor. Karena,
kapasitor ini mempunyai banyak sekali fungsinya, yaitu:

1. Sebagai filter atau penyaring, biasanya dipakai pada sistem Radio, TV, Amplifier dan
lainnya. Filter pada radio dipakai buat menyaring (penghambatan) gangguan –
gangguan dari luar.
2. Sebagai kopling, kapasitor sebagai kopling ( penghubung ) amplifier tingkat rendah
ketingkat yang lebih tinggi. Pada power suppply, sebagai kopling diantara satu
rangkaian tertentu dengan rangkaian lainnya.
3. Pada lampu neon, fungsi kapasitor buat penghemat daya listrik.
4. Sebagai pembangkit frekuensi pada rangkaian antena.
5. Buat mencegah terjadinya loncatan listrik ini pada rangkaian yang ada kumparan dan
terjadi pemutusan/terputusnya arus, jadi gak terjadi loncatan listrik.
6. Pada mesin mobil bisa dipakai pada rangkaian yang berfungsi menghidupkannya.
7. Pada pesawat penerima radio fungsinya buat pemilih panjang frekuensi/gelombang
yang akan ditangkap.
8. Sebagai Penyimpan sebuah arus atau tegangan listrik
9. Sebagai konduktor yang bisa melewatkan arus AC (Alternating Curren).
10. Sebagai isolator yang bisa menghambat arus DC (irect Current).
11. Sebagai pemilih gelombang frekuensi (Kapasitor Variabel yang digabungkan dengan
Spul Antena dan Osilator).
12. Sebagai filter (penyaring) dalam rangkaian power supply (Catu Daya).
13. Sebagai pembangkit frekuensi dalam rangkaian osilator.
14. Fungsi kapasitor sebagai penggeser fasa.
Satuan Kapasitas Kapasitor

Kapasitansi yaitu kemampuan dari suatu kapasitor buat bisa menmpung muatan elektron sebuah
kapasitor diukur dengan satuan yang sering disebut Farad (F).

1 Farad di satuan kapasitor bisa berukuran sangat besar, yaitu bisa sekitar sebesar gelas minuman, tapi
tergantung juga berapa spesifikasi tegangan yang ada didalam kapasitor tersebut.

Kebanyakan kapasitor di rangkaian elektronika memakai kapasitas yang kecil, buat alasan itulah
satuan yang sering dipakai pada prakteknya yaitu mikro Farad (mF).

Kapasitor yang ada di pasar umunya mempunyai satuan uF (10-6 F), nF (10-9 F), dan pF (10-12 F).
Perlu kamu tahu, 1 Farad sama dengan 1.000.000 uF dan itu adalah sebuah energi elektron yang sangat
besar.

Nah, buat memudahkan kamu dalam membaca nilai dari sebuah kapasitor, maka sering dikonversi
menjadi satuan uF, contohnya:

1. 0.047 uF bisa juga dibaca sebagai 47 nF


2. 0.1 nF sama dengan 100 pF.

Cara Kerja pada Kapasitor


Kalo kedua pelat dihubungkan ke sumber tegangan DC atau tegangan searah (contohnya Baterai),
Elektron didorong ke satu pelat oleh terminal negatif baterai, sedangkan elektron ditarik dari pelat lain
oleh terminal positif baterai.

Perbedaan muatan antara kedua pelat tersebut terlalu besar, maka akan terjadi percikan (spark) yang
melompati celah diantara kedua pelat tersebut dan membuang muatan yang tersimpan (discharge).

Buat meningkatkan jumlah muatan pada pelat, bahan dielektrik yang berupa non-konduktif (isolator)
ditempatkan diantara kedua pelat tersebut.

Fungsi dielektrik tersebut dalam kapasitor yaitu sebagai pemblokir percikan atau spark blocker yang
bermanfaat agar bisa meningkatkan kapasitas muatan kapasitor.
Nilai kapasitansi atau kapasitas muatan kapasitor ini juga tergantung pada bahan dielektrik yang kamu
pakai pada rangkaian tersebut.

Lalu, kalo konstanta bahan dielektrik atau permitivitas bahannya bernilai besar, maka nilai
kapasitansinya juga akan jadi besar juga loh.

Faktor lain yang bisa mempengaruhi tingkat kapasitansi kapasitor, yaitu luas daerah permukaan
kepingan pelat dan jarak antara pelat paralel tersebut.

Semakin luas kepingan pelat – pelatnya, maka akan semakin besar jugla nilai kapasitansinya. Tapi,
nilai kapasitansi ini berbanding terbalik dengan jarak antara kepingan pelat – pelatnya.

Sedangkan kalo semakin dekat jarak antara kedua pelatnya, maka akan semakin besar juga loh nilai
kapasitansinya pada kapasitor.

Penggunaan Kapasitor
Salah satu perbedaan anatara kapasitor dengan sebuah baterai yaitu kapasitor bisa membuang semua
muatannya dalam sekian detik, sedangkan baterai perlu sampai beberapa menit buat muatannya benar-
benar habis (dishcharge).

Makanya, kapasitor sering banget dipakai dalam lampu flash pada sebuah kamera, cara kerjanya yaitu
baterai mengisi muatan kapasitor selama beberapa detik dan saat lampu flash dinyalakan, maka muatan
akan dibuang dalam sepersekian detik.

Kapasitor ini dimanfaatkan dalam berbagai cara yang berbeda.

Contohnya: Penggunaan kapasitor dalam rangkaian power supply, dimana kapasitor elco sering
dipakai buat mengurangi riak (ripple) tegangan/spike.

Caranya, dengan menyerap puncak tegangan dan mengisi lembah yang terbentuk dari sinyal arus DC.
Cara kerja pada alat elektronika seperti gambar yang ada diatas tadi.

Kapasitor

Yuk belajar mengenai pengertian kapasitor dan semuanya yang ada didalam Kapasitor. Berikut
pembahasannya!

Daftar Isi

 Pengertian Kapasitor
 Fungsi Kapasitor
 Jenis – Jenis Kapasitor
o 1. Kapasitor Elekrolitik
o 2. Kapasitor Elektrostatis
o 3. Kapasitor Elektrokimia
 Simbol Kapasitor
 Rumus Kapasitor
 Rangkaian pada Kapasitor
o 1. Rangkaian Seri
o 2. Rangkaian Paralel
o 3. Gabungan Rangkaian Seri dan Paralel
o 4. Rangkaian Energi Kapasitor
 Macam – Macam Kapasitor
o 1. Kapasitor Tetap
o 2. Kapasitor Tidak Tetap (Variabel)
 Contoh Soal Kapasitor

Pengertian Kapasitor

Kapasitor merupakan salah satu jenis elektronika yang mempunyai kemampuan menyimpan arus
listrik selama batas waktu tertentu.

Kapasitor juga bisa disebut dengan konduktor yang mempunyai salah satu sifat yang pasif dan banyak
dipakai dalam membuat rangkaian elektronika dengan kapasitansinya yaitu Farad.

Satuan Kapasitor tersebut diambil dari nama penemunya yaitu Michael Faraday (1791 – 1867) yang
berasal dari Inggris.

Tapi, Farad yaitu satuan yang sangat besar, jadi pada umumnya Kapasitor yang dipakai dalam
peralatan Elektronika yaitu satuan Farad yang dikecilkan jadi pikoFarad, NanoFarad dan MicroFarad.
Konversi Satuan Farad, yaitu sebagai berikut:

1. 1 Farad = 1.000.000µF (mikro Farad)


2. 1µF = 1.000nF (nano Farad)
3. 1µF = 1.000.000pF (piko Farad)
4. 1nF = 1.000pF (piko Farad)

Kapasitor beda dengan akumulator dalam menyimpan muatan listrik terutama gak terjadi perubahan
kimia pada bahan kapasitor.

Fungsi Kapasitor

Fungsi Kapasitor sangat di perlukan dalam suatu komponen elektronika.

Fungsi Kapasitor sendiri terbagi atas 2 kelompok yaitu kapasitor yang punya kapasitas yang tetap dan
kapasitor yang punya kapasitas yang bisa diubah – ubah atau dengan kata lain kapasitor variabel.

Berikut, dibawah ini beberapa fungsi yang ada dalam sebuah kapasitor, yaitu:

1. Buat menyimpan arus dan tegangan listrik sementara waktu.


2. Sebagai penyaring atau filter dalam sebuah rangkaian elektronika seperti power supply atau
adaptor.
3. Buat menghilangkan bouncing (percikan api) apabila dipasang pada saklar.
4. Sebagai kopling antara rangkaian elektronika satu dengan rangkaian elektronika yang lain.
5. Buat menghemat daya listrik apabila dipasang pada lampu neon.
6. Sebagai isolator atau penahan arus listrik untuk arus DC atau searah
7. Sebagai konduktor atau menghantarkan arus listrik untuk arus AC atau bolak – balik
8. Buat meratakan gelombang tegangan DC pada rangkaian pengubah tegangan AC ke DC
(adaptor)
9. Sebagai oscilator atau pembangkit gelombang AC (bolak – balik) dan lain sebagainya

Jenis – Jenis Kapasitor

Ada beberapa jenis dari kapasitor, yaitu kapasitor elektrolitik, kapasitor elektrostatis, dan kapasitor
elektrokimia. Berikut penjelasannya satu – persatu.

1. Kapasitor Elekrolitik

Kapasitor Elektrolitik yaitu kapasitor yang pembuatannya bisa disebut elektrolisis yang berbentuk
kutub positif (+) dan kutub negatif (-).

Kapasitor elektrolitik jenis ini terbuat dari lapisan metal – oksida.

2. Kapasitor Elektrostatis

Kapasitor Elektrostatis yaitu kapasitor yang terbuat dari bahan keramik, film dan mika.

Tapi, bahan yang paling banyak dipakai adalah dari bahan keramik dan mika karena, lebih murah dan
mudah didapatkan. Kapasitor ini merupakan kapasitor jenis non – polar.

3. Kapasitor Elektrokimia

Kapasitor Elektrokimia yaitu kapasitor yang terbuat dari bahan/larutan kimia. Benda ini bisa kamu
dapatkan/temui pada baterai aki.
Baterai dan aki mempunyai tingkat kebocoran arus yang sangat kecil dan kapasitansinya yang cukup
besar.

Simbol Kapasitor

Nah, diatas tadi merupakan simbol dan bentuk dari kapasitor dengan masing – masing nama dari
komponen tersebut.

Rumus Kapasitor
Rumus Kapasitor terdiri dari beberapa rumus yang dipakai buat menghitung besarnya muatan listrik
baik yang dihasilkan oleh kapasitor atau muatan listrik yang masuk.

Ada beberapa rumus tentang kapasitor dengan rangkaian paralel, rangkaian seri dan rangkaian
kapasitor seri dan paralel yang satuan hitungnya adalah farad (F).

Berikut ini, merupakan rumus – rumus yang ada dalam keping – keping kapasitor yang bermuatan
listrik, yaitu sebagai berikut:

Rumus Kapasitor:

Q = C.V

Keterangan:

1. Q = Muatan dengan satuan Coloumb


2. C = Kapasitas dengan satuan Farad
3. V = Tegangan dengan satuan Volt

(1 Coloumb = 6,3*1018 Elektron)

Kapasitor bisa berfungsi sebagai baterai karena tegangan tetap ada di dalam kapasitor meski udah gak
dihubungkan, lamanya tegangan yang tertinggal bergantung pada kapasitas kapasitor itu sendiri.

Rumus Kapasitor Rangkaian Paralel:

Ctotal = C1 + C2 + C3

Kesimpulannya, pada rangkaian Kapasitor paralel Gak terjadi sama sekali pembagian buat tegangan
atau muatan listrik.
Semua tegangan akan ada jumlah yang sama pada setiap titik yang ada di rangkaian kapasitor paralel
tersebut. Karena, pada titik yang sama kapasitor paralel tersebut dihubungkan, jadi gak punya
perubahan yang berarti.

Rumus Kapasitor Rangkaian Seri:

1/C Total = 1/C1 + 1/C2 + 1/C3

Kesimpulannya, pada setiap pengukuran kapasitor seri ini terjadi pembagian tegangan dari sumber
tegangan ke setiap titik.

Yang pada akhirnya, kalo digabungkan dengan cara di jumlahkan tegangan – tegangannya dari setiap
titik maka akan terlihat sama seperti jumlah tegangan dari sumber tegangan.

Rumus Kapasitor Rangkaian Seri dan Paralel:

C Total = (C1 + C2) / C3

1/CA = 1/C1 + 1/C2 (Seri)

Kesimpulannya, rangkaian jenis ini bisa dihitung dengan cara mengkombinasikan dari beberapa
persamaan yang terlihat dari kedua rumus kapasitor tersebut, yaitu seri dan paralel.

Jadi, kamu bisa mengetahui jumlah keseluruhan dari gabungan antara 2 jenis kapasitor ini.

Rangkaian pada Kapasitor

Rangakian Kapasitor dibagi jadi 2, yaitu rangakain Seri dan Paralel. Cara penghitungannya hampir
sama dengan rangakian Seri dan Paralel pada Resistor.

1. Rangkaian Seri
Rangkaian seri pada kapasitor merupakan rangkaian kapasitor dengan menghubungkan kutub gak
sejenis antara kapasitor.

Kapasitor pengganti pada rangkaian seri, yaitu:

1Ctotal = 1C1 + 1C2 + 1C3

Qtotal = Q1 = Q2 = Q3

Vtotal = V1 = V2 = V3

Susunan seri pada kapasitor yaitu kapasitor disusun dalam satu garis hubung yang gak bercabang.

Kalo sebuah kapasitor disusun secara seri maka bisa ditentukan kapasitor pengganti total dari seluruh
kapasitor yang ada dalam rangkaian seri tersebut. Pada susunan seri ini berlaku aturan, sebagai berikut:

 Muatan pada setiap kapasitor yaitu sama dengan jumlah muatan yang ada pada kapasitor
pengganti.

Qs = Q1 = Q2 = Q3 = Q4

 Beda potensial (V) pada ujung – ujung kapasitor pengganti sama dengan beda potensial yang
ad di masing – masing kapasitor.

Vs = V1 + V2 + V3 + V4

 Kapasita kapasitor pengganti ini, bisa kamu cari dengan rumus dibawah ini.

Cs = 1/C1 + 1/C2 + 1/C3 + 1/C4


 Buat (n) buah kapasitor yang kapasitasnya sama, bisa kamu pakai rumus berikut ini.

Cs = C/n

NOTE: Karena kapasitas pengganti dari susunan seri beberapa kapasitor selalu lebih kecil dari
kapasitas masing – masing, jadi kapasitor yang disusun seri bisa dimanfaatkan buat memperkecil
kapasitas sebuah kapasitor.

2. Rangkaian Paralel

Rangkaian paralel yaitu rangkaian kapasitor dengan menghubungkan kutub sejenis antara kapasitor.

Kapasitas pengganti pada rangkaian paralel, yaitu:

Ctotal = C1 + C2 + C3

Qtotal = Q1 + Q2 + Q3

Vtotal = V1 + V2 + V3

 Muatan pengganti sama dengan jumlah masing – masing kapasitor.

Qp = Q1 + Q2 + Q3 + Q4 + dsb…

 Beda potensial masing – masing kapasitor bernilai sama semua dengan beda potensial sumber
asal/aslinya.

Vp = V1 + V2 + V3 + V4
 Kapasitas kapasitor pengganti pada rangkaian Paralel sama dengan jumlah seluruh kapasitas
kapasitor dalam sebuah rangkaian tersebut.

Cp = C1 + C2 + C3 + C4

Karena kapasitas pengganti dari semua rangkaian pararel selalu lebih besar dari masing – masing
kapasitor dalam rankaian, jadi susunan pararel bisa dipakai buat memperbesar kapasitas kapasitor.

3. Gabungan Rangkaian Seri dan Paralel

Susunan ini yaitu gabungan dari susunan seri dan pararel. Rumus yang berlaku sama dengan rumus
yang berlaku pada kedua jenis rangkaian sebelumnya.

Di sini, kamu harus paham dalam mengidentifikasi dari suatu rangkain gabungan mana yang seri dan
mana yang pararel.

4. Rangkaian Energi Kapasitor

Muatan listrik menimbulkan potensial listrik dan buat memindahkannya diperlukan usaha listrik.

Nah, buat memberi muatan pada suatu kapasitor diperlukan usaha listrik dan usaha listrik ini disimpan
di dalam kapasitor sebagai energi.

Pemberian muatan dimulai dari nol sampai dengan Q (Coulomb). Persamaan Energi pada kapasitor
dapat ditulis:

W = 12CV2 = 12QV = 12Q2C


Keterangan:

1. W = Energi kapasitor
2. Q = Muatan listrik (C)
3. V = Potensial listrik

Macam – Macam Kapasitor

1. Kapasitor Tetap

Kapasitor tetap yaitu kapasitor yang nilai kapasitansinya gak bisa dirubah dan nilainya udah ditetapkan
oleh pabrik pembuatanya.

Bentuk dan ukuran kapsitor tetap bermacam – macam dan berbeda antara satu dengan yang lainnya,
tergantung dari bahan pembuatnya.

A. Kapasitor Elektrolit

Kapasitor elektrolit yaitu jenis kapasitor polar atau mempunyai 2 buah kutub pada kaki – kakinya.

Kaki yang panjang yaitu kutub positif dan kaki yang pendek atau kaki yang punya tanda khusus yaitu
kaki negatif.

Pemasangan kapasitor elektrolit dalam rangkaian elektronika gak boleh terbalik, khususnya buat
rangkaian arus DC tapi buat arus AC gak jadi masalah.
Kapasitor elektrolit gak boleh terkena panas yang berlebih pada saat proses penyolderan, karena bahan
elektrolit yang ada di dalam kapasitor bisa mendidih dan menyebabkan kapasitor jadi rusak.

Kapasitor ini tersedia dengan kapasitas yang cukup besar, paling kecil punya kapasitas 0,1 mikroFarad
dan paling besar yang umum ada di yaitu 47000 mikroFarad.

Tegangan kerja kapasitor ini sangat beragam, tapi biasanya dituliskan pada bodi kapasitor. Tegangan
kerjanya berkisar dari 6,7 V sampai 200 Volt.

B. Kapasitor Tantalum

Pada kapasitor ini dibuat dengan bentuk fisik yang kecil dan warna merah atau hijau. Karena,
mempunyai keandalan yang tinggi jadi kapasitor tantalum punya harga yang cukup mahal.

C. Kapasitor Keramik
Kapasitor keramik punya bentuk dan ukuran yang bermacam – macam. Kapasitor ini cukup stabil jadi,
sering dipakai dalan rangkaian elektronika.

Nilai kapasitansi kapasitor ini biasanya dituliskan dalam kode warna, tapi ada juga yang dituliskan
langsung pada badannya memakai angka.

D. Kapasitor Polyester
Kapasitor plastik sangat populer dalam penggunaannya dalam bidang elektronika dikenal dengan nama
kapasitor Polyester.

Umumnya kapasitor ini dibuat dengan bentuk yang kecil dan pipih. Kapasitor ini gak punya polaritas,
jadi dalam pemasangannya gak akan sulit. Pencantuman kapasitansinya biasanya dalam kode warna.

E. Kapasitor Film

Kapasitor film dielektrikumnya terbuat dari bahan film. Besar kapasitasnya ditulis dengan kode warna
berupa gelang dan cara membacanya sama dengan membaca kode warna resistor.

F. Kapasitor Kertas
Kapasitor kertas ini sekarang udah jarang dan hampir gak dipakai lagi. Dalam pemasangan kapasitor
ini gak akan jadi masalah, karena gak dilengkapi dengan polaritas.

Besar kapasitansi dari kapasitor jenis ini yaitu sekitar 100 pF sampai 6800 pF.

G. Kapasitor Mika
Kapasitor mika yaitu komponen generasi pertama dan masih banyak sekali dipakai, karena
keandalannya tinggi dan punya sifat yang stabil dan toleransinya rendah.

Pemakaian dari kapasitor jenis ini yaitu rangkaian yang berhubungan dengan frekuensi tinggi. Besar
kapasitansi dari kapasitor ini sekitar 50 sampai 10.000 μF

2. Kapasitor Tidak Tetap (Variabel)

Kapasitor variabel yaitu kapasitor yang nilai kapasitansinya bisa diatur sesuai dengan kebutuhan. Ada
beberapa jenis dari kapasitor variabel, yaitu:

A. Kapasitor Variabel (Varco)


Kapasitor variabel yaitu jenis kapasitor yang lebih besar dibandingkan dengan kapasitor tetap. Sesuai
dengan bentuk fisiknya maka kapasitor variabel punya kapasitansi yang besar.

Kapasitor jenis ini dibuat pada generasi pertama. Kapasitor variabel banyak dipakai di rangkaian –
rangkaian yang besar. Kapasitas dari kapasitor jenis ini sekitar 1 μF sampai 500 μF.

B. Kapasitor Trimmer
Kapasitor trimer yaitu kapasitor variabel yang udah dikembangkan dari kapasitor variabel sebelumnya
yaitu punya ukuran yang kecil.

jadi, dengan ukuran yang kecil kapasitor ini sangat cocok dipasang dalam rangkaian – rangkaian
modern sekarang ini.

Kapasitor trimer dilengkapi dengan preset yaitu alat yang dipakai buat mengatur besaran kapasitansi.
Pengaturannya bisa dilakukan dengan pakai obeng.

Kapasitor variabel jenis ini memakai bahan dielektrikum yaitu mika atau plastik. Besaran kapasitansi
dari kapasitor jenis ini sekitar 5 sampai 30 μF

C. Kapasitor Aktif atau CDS

Komponen kapasitor sekarang ini udah dikembangkan jenis kapasitor yang bersifat aktif.

Artinya komponen kapasitor tersebut akan aktif mengalirkan muatan apabila terkena cahaya, baik
cahaya matahari atau sumber cahaya lainnya.

Komponen ini banyak sekali dipakai sebagai sensor pada rangkaian lampu taman atau rangkaian alarm
atau fungsinya sebagai saklar otomatis.

Contoh Soal Kapasitor


1. Ada sebuah Kapasitor dengan mempunyai besaran kapasitas sebesar 0.8 μF yang dimuati oleh
sebuah Baterai berkapasitas 20 Volt. Maka berapakah Muatan yg tersimpan didalam Kapasitor
tersebut?

Jawaban:

Diketahui:

 C = 0.8 μF sama dengan 8 x 10-7


 FV = 20 Volt (V)

Ditanya: Berapakah nilai Q?

Jawab:

 C = Q / V sehingga Q = C x V
 Q = 8 x 10-7 x 20
 Q = 1.6 x 10-5 coulomb

Jadi, besar muatan yang ada didalam kapasitor adalah 1.6 x 10-5 coulomb

Cara Mengukur Kapasitor

Pengertian Kapasitor

Kapasitor yaitu salah satu peralatan dalam elektronika yang bisa menyimpan muatan listrik buat
sementara waktu.
Buat mengukur nilai dari sebuah kapasitor, kamu membutuhkan sebuah alat ukur yang dipakai secara
khusus buat menggukur kapasitor. Alat tersebut bernama kapasintasi meter (Capacintace Meter).

Kapasitansi meter ini merupakan sebuah alat khusus yang mempunyai fungsi buat mengukur
kapasintansi dari sebuah kapasitor.

Selain alat ini, ada juga alat pengukur kapasitor yang lain yaitu LCR meter dan juga Multimeter.
Kedua alat ini merupakan alat ukur gabungan yang dipakai buat mengukur berbagai macam komponen
elektronika.

Cara Mengecek Kapasitor

Nah, buat mengecek baik tidaknya sebuah kapasitor, setidaknya ada 5 cara buat mengetahuinya, yaitu
dengan menghubungkannya langsung pada sebuah perangkat elektronik, bisa juga dengan
menggunakan Avometer.

Selain itu, bisa juga dilakukan dengan menghubungkannya langsung pada arus listrik (stop kontak) dan
memakai alat yang emang difungsikan buat mengecek kapasitas kapasitor.

Alat Untuk Mengukur Kapasitor

Cara mengukur kapasitor sebenarnya hampir sama dengan cara menghitung Resistor. Sekarang tuh,
udah banyak sekali alat buat mengukurnya, seperti multimeter yang bisa dipakai buat mengukur
kapasitor.

Dengan multimeter, maka kamu gak perlu lagi membeli alat khusus nih buat mengukur sebuah
kapasitor. Berikut beberapa alat buat mengukur sebuah kapasitor.

1. Multimeter Analog
Multimeter atau yang sering disebut juga VOM (Volt Ohm Meter). Multimeter yaitu sebuah alat yang
dipakai buat mengukur kerusakan pada suatu alat listrik, salah satunya yaitu kapasitor.

Pada multimeter analog, defleksi berkelanjutan dari pointer pada skala menunjukan kuantitas dari nilai
ukurnya.

Multimeter analog bisa dipakai buat mengukur arus AC dan DC, dan juga bisa dipakai buat mengukur
resistor, transistor, dan kapasitor.

2. Multimeter Digital
Multimeter digital yaitu salah satu perangkat elektronik yang menampilkan nilai dalam bentuk
tampilan desimal digital. Terutama bisa dilihat pada tampilan LCD nya.

Dibanding dengan multimeter analog, multimeter digital ini lebih maksimal dan akurat dalam hasil
pengukurannya. Terutama nilai yang keluar dalam bentuk bilangan desimal, jadi lebih mudah
dipahami.

Perbedaan antara multimeter analog dan digital yaitu terletak pada metode pengukuran dan juga hasil
dari pengukuran itu sendiri.

3. LCR Meter
LCR Meter yaitu bagian dari peralatan tes elektronik yang dipakai buat mengukur Inductance (L),
Capacitance (C), dan Resistance (R) dari sebuah komponen.

Cara mengukur kapasitor dengan LCR Meter ini, merupakan metode yang paling mudah dipakai,
karena nilai kapasitansi dari kapasitor bisa langsung terbaca pada layar LCR Meter.

4. Capacitance Meter
Capacitance meter merupakan sebuah alat ukur untuk mengukur kapasitor.

Tergantung dari tingkat kecanggihannya, alat ukur ini menampilkan kapasitansi atau juga bisa
mengukur beberapa parameter lainnya seperti kebocoran, resistansi seri, dan induktansi.

5. AVO Meter
AVO meter merupakan singkatan dari Ampere Volt Ohm meter.

Jadi, secara fungsi, AVO meter bukanlah alat buat pengecekan kapasitas kapasitor. Tapi, setidaknya
kamu bisa mengetahui apakah kapasitor itu masih aktif atau udah gak bisa dipakai.

Cara Mengukur Kapasitor dengan Alat Ukur

1. Menggunakan Multimeter Analog


Mengukur kapasitor bisa dilakukan dengan memakai berbagai macam alat. Salah satunya yaitu dengan
memakai multimeter analog ini.

Berikut dibawah ini adalah cara menguji Kapasitor Elektrolit (ELCO) dengan Multimeter Analog,
yaitu:

Caranya:

1. Pertama, atur posisi skala Selektor ke Ohm (Ω) dengan skala x1K
2. Selanjutnya, kamu hubungkan Probe Merah (Positif ) ke kaki Kapasitor Positif
3. Setelah itu, hubungkan Probe Hitam (Negatif) ke kaki Kapasitor Negatif
4. Terakhir, kamu periksa Jarum yang ada pada Display Multimeter Analog.

NOTE:

Kapasitor yang baik : Jarum bergerak naik dan kemudian kembali lagi.
Kapasitor yang rusak : Jarum bergerak naik tetapi tidak kembali lagi.
Kapasitor yang rusak : Jarum tidak naik sama sekali.

2. Menggunakan Multimeter Digital


Cara mengukur Kapasitor dengan Multimeter Digital yang mempunyai fungsi Kapasitansi Meter
cukup mudah loh, yaitu:

Caranya:

1. Pertama, kamu atur posisi skala Selektor ke tanda atau Simbol Kapasitor
2. Kemudian, hubungkan Probe ke terminal kapasitor.
3. Setelah itu, kamu tinggal baca Nilai Kapasitansi Kapasitor tersebut.

NOTE: Cara diatas cuma bisa dipakai pada Multimeter Digital yang mempunyai kemampuan buat
mengukur Kapasitansi.

3. Menggunakan LCR Meter


Langkah berikut ini merupakan cara buat mengukur kapasitor dengan memakai LCR Meter, buat
mengetahui nilai dari sebuah kapasitor.

Caranya:

1. Tempatkan posisi pengukuran pada bagian C. Pada bagian tersebut ada beberapa pilihan,
seperti pF, nF, mF dan F yang masing – masing menunjukan besaran dalam nilai kapasitansi
kapasitor. Juga ada alat yang memberi petunjuk berupa 100pF, 100nF, 100mF dan 1F.
2. Kemudian, pilih posisi pengukuran yang paling mendekati diatas dari nilai kapasitor yang akan
kamu ukur.
3. Kalo nilai kapasitor gak terbaca pada komponen akibat rusak atau terhapus, tempatkan dengan
coba – coba dengan melihat jenis kapastornya.
4. Nah, mungkin kapasitor dengan nilai besar dihubung singkat buat membuang muatannya
sebelum diukur buat mencegah kerusakan pada alat ukur tersebut.
5. Lalu, bacalah nilai yang tertera pada layar LCR Meter. Kalo nilai pengukuran menunjukan nilai
desimal yang terlalu kecil, maka posisi pembacaan bisa diturunkan 1 tingkat dibawah posisi
awal buat dapat nilai desimal yang lebih akurat.

Cara mengukur kapasitor dengan memakai LCR Meter bertujuan buat mendapatkan nilai
sesungguhnya dari suatu komponen kapasitor.

Dengan memakai LCR Meter, sebenarnya kamu gak perlu terlalu memikirkan merk atau pembuat dari
kapasitor.

4. Menggunakan AVO Meter


Buat memeriksa sebuah kapasitor dengan Avometer atau ohm meter, hal yang harus dipersipakan dulu,
yaitu:

1. Pertama, siapkan Avometer atau ohm meter dan kamu siapkan kapasitor.
2. Kemudian, pastikan Avometer dalam keadaan baik.
3. Pindahkan skala ukur pada selektor switch pada ohm (Ω) dan lakukan kalibarasi dengan
menghubungkan kedua jarum pengukur jadi jarum pada layar bergerak.
4. Kalo udah, hal yang harus kamu lakukan yaitu mengukur Kapasitor tersebut dengan
menghubungkan satu jarum pada terminal kapasitor 1 dan satunya lagi pada terminal yang
satunya lagi.
5. Maka silahkan dilihat hasilnya.

NOTE: Kapasitor yang baik yaitu saat dilakukan pengukuran jarum pada layar avo meter akan
bergerak jauh sesuai dengan besar kapasitas kapasitor, dan gak lama kemudian akan langsung turun
kembali sampai jarum pada layar berapa pada posisis awal.

Kalo saat dilakukan pengecekan dan hasilnya gak sesuai, jarum bergerak penuh dan gak balik lagi,
atau jarum malah diam pada posisi awal gak maju – maju. Maka, udah dipastikan kalo kapasitor
tersebut dalam keadaan rusak
Induktor

Pengertian Induktor

Induktor merupakan salah satu komponen elektronik dasar yang dipakai dalam rangkaian yang arus
dan tegangannya berubah – ubah karena kemampuan induktor buat memproses arus bolak – balik.

Sebuah induktor ideal mempunyai induktansi, tapi tanpa resistansi atau kapasitansi dan gak
memboroskan daya.

Medan dari induktor yang bisa menghasilkan tegangan listrik berbanding lurus dengan perubahan
sesaat dari arus listrik yang mengalir melewatinya.

Induktor bisa menimbulkan medan magnet sesuai dengan kebutuhan berdasar pada besar medan
magnet yang diberikan ataupun besar arus yang diberikan.

Fungsi Induktor
Pengertian induktor mempunyai banyak fungsi didalam kehidupan sehari – hari yang dipakai terkhusus
pada bidang elektronika dan peralatan listrik.

Fungsi utama dari induktor di dalam suatu rangkaian yaitu buat melawan fluktuasi arus yang
melewatinya. Berikut ini ada beberapa fungsi dari induktor diantaranya, yaitu:

1. Menyimpan arus listrik dalam bentuk medan magnet.


2. Menahan arus bolak – balik (AC).
3. Meneruskan atau meloloskan arus searah (DC).
4. Sebagai penapis (filter) sebagai penalaan (tunning).
5. Kumparan atau koil (lilitan) ada yang mempunyai inti udara, inti besi, dan inti ferit.
6. Tempat terjadinya gaya magnet.
7. Bersama kapasitor induktor bisa berfungsi sebagai rangkaian resonator yang bisa beresonansi
pada frekuensi tinggi.
8. Dua induktor atau lebih yang terkopel secara magnetic membentuk transformator.
9. Pelipat ganda tegangan yang dialirkan.
10. Sebagai pembangkit getaran.

Komponen induktor biasanya juga diaplikasikan pada alat – alat elektronika seperti motor listrik, relay,
speaker, microphone, transformator, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Jenis – Jenis Induktor


Induktor terdiri dari beberapa jenis, perbedaan jenis – jenis induktor tersebut didasarkan pada bentuk
serta bahan yang dipakai untuk membuat inti induktor.

1. Iron Core Inductor

Iron Core Inductor merupakan jenis induktor yang mempunyai inti dengan bahan besi. Besarnya inti
besi yang dipakai pada sebuah induktor yang sangat bermacam – macam tergantung kebutuhan.

2. Air Core Inductor


Air Core Inductor merupakan jenis induktor yang memakai inti dengan bahan udara. Induktor jenis ini
bisa disebut juga dengan induktor tanpa inti.

3. Ferrite Core Inductor


Ferrite Core Inductor merupakan jenis induktor yang memakai inti berbahan ferit. Induktor yang satu
ini banyak ditemui di rangkaian – rangkaian elektronika yang cukup rumit.

4. Torroidal Core Inductor


Torroidal Core Inductor merupakan jenis induktor yang mempunyai bentuk melingkar atau O seperti
bentuk cincin atau bentik donat. Induktor jenis ini biasanya ada pada rangkaian televisi.

5. Laminated Core Inductor


Laminated Core Induction merupakan jenis induktor dengan inti yang terdiri dari beberapa jenis
logam. Beberapa jenis logam tersebut disambung secara paralel dengan sekat berbahan isolator.

6. Variable Inductor
Variable Inductor merupakan jenis induktor yang besar kecilnya nilai induktansi bisa diatur sesuai
dengan keinginan. Biasanya induktor yang satu ini memakai bahan ferit.

Satuan atau Rumus Perhitungan Induktor

Menurut hukum Faraday, semua perubahan fluks magnetik akan menghasilkan tegangan induksi yang
besarnya, yaitu:

VL = N (dΦ/dt) = (µ.N2.A/l).(di/dt)

Keterangan:

1. N = Banyaknya lilitan
2. A = Luas penampang inti (m2)
3. Φ = Fluks magnet (Wb)
4. µ = Permeabilitas material inti
5. l = Panjang induktor (m)
6. di/dt = Laju perubahan arus dalam satuan (A/s).

Laju perubahan medan magnetik (dΦ/dt) yang menginduksi tegangan besarnya proporsional dengan
laju perubahan arus listrik (di/dt) . atau bisa ditulis:
N (dΦ/dt) = (µ.N2.A/l).(di/dt)

Atau,

N (dΦ/dt) = L (di/dt)

Dimana L yaitu induktansi induktor yang besarnya:

L = (µ . N2 . A) / l

Maka tegangan induksi sebuah induktor bisa ditulis:

VL (t) = L (di/dt)

Simbol Induktor

Nah, diatas tadi merupakan simbol – simbol Induktor.

Cara Kerja Induktor


Cara kerja pada sebuah induktor pada dasarnya bekerja menurut hukum Faraday (F).

Dimana, saat induktor diberi arus (i) yang melewati kawat lilitan maka timbuk medan induksi (NΦ)
disekitar induktor tersebut berbanding lurus dengan besar medan magnet tergantung dari besarnya arus
listrik yang diberikan.

Jadi, secara gak langsung induktor bisa mengubah arus listrik yang diterima dengan gak mengubah
tegangannya jadi bentuk medan magnet yang disebut juga induktansi.

Kemampuan induktansi ini dihitung dalam hukum Henry dengan simbol (L). Seperti halnya satuan
pada kapasitor, ada banyak satuan ukuran yang lebih kecil, yaitu secara berurutan miliHenry (mH),
mikroHenry (µH) dan picohenry (pH).

Nilai Induktansi sebuah Induktor (Coil) tergantung pada 4 faktor nih, diantaranya yaitu:

1. Jumlah lilitan: Semakin banyak lilitannya, maka akan semakin tinggi juga induktasinya.
2. Diameter induktor: Semakin besar diameternya, maka akan semakin tinggi juga induktasinya.
3. Permeabilitas inti: Yaitu ini bahan yang dipakai seperti udara, besi atau bahkan ferrit.
4. Ukuran panjang induktor: Semakin pendek induktor (coil) tersebut, maka akan semakin tinggi
juga pada induktasinya.

Induktor Ruhmkorff
Induktor Ruhmkorff ini bisa menghasilkan tegangan tinggi dengan memakai arus searah (DC) yang
dihubungkan ke coil/lilitan kawat primernya.

Karena, kawat sekunder mempunyai jumlah lilitan yang lebih banyak, maka akan timbul tegangan
yang lebih tinggi juga pada sekundernya.

Cara kerja induktor Ruhmkorff yaitu dengan melengkapi sebuah saklar otomatis yang disebut dengan
interuptor yang fungsinya sebagai pemutus dan penyambung arus DC yang diberikan ke kumparan
primer.

Karena pemutusan arus inidilakukan secara simultan, maka menimbulkan perubahan medan magnet
pada coil primer, yang juga akan mempengaruhi ke bagian coil sekunder.

Jadi, cara kerja ini sama seperti transformator cuma aja dengan sumber daya arus searah (DC).

Induktor Ruhmkorff ini juga mempunyai inti seperti transformator yang biasanya berupa batang besi
lunak.

Kebanyakan jenis induktor ini cuma dipakai buat keperluan edukasi, jadi jarang sekali ditemukan pada
circuit elektronika.

Rangkaian Induktor

Seperti halnya Komponen Pasif lainnya (Kapasitor dan Resistor), Induktor atau Coil juga bisa
dirangkai secara seri dan paralel buat mendapatkan nilai Induktansi yang diinginkan.

1. Rangkaian Seri Induktor


Rangkaian Seri Induktor yaitu sebuah rangkaian yang terdiri dari 2 atau lebih induktor yang disusun
sejajar atau berbentuk seri.

Rangkaian Seri Induktor ini menghasilkan nilai Induktansi yang merupakan penjumlahan dari semua
Induktor yang dirangkai secara seri ini.

Rumus rangkaian seri Induktor:

Ltotal = L1 + L2 + L3 + ….. + Ln

Keterangan:

 Ltotal = Total Nilai Induktor


 L1 = Induktor ke-1
 L2 = Induktor ke-2
 L3 = Induktor ke-3
 Ln = Induktor ke-n

Contoh perhitungan rangkaian seri Induktor:

Berdasarkan gambar contoh rangkaian Seri Induktor diatas, diketahui bahwa nilai Induktor, yaitu:

Diketahui:

 L1 = 100nH
 L2 = 470nH
 L3 = 30nH

Ditanya: Ltotal= ?
Jawabannya:

 Ltotal = L1 + L2 + L3
 Ltotal = 100nH + 470nH + 30nH
 Ltotal = 600nH

2. Rangkaian Paralel Induktor

Rangkaian Paralel Induktor yaitu sebuah rangkaian yang terdiri dari 2 atau lebih Induktor yang
dirangkai secara berderet atau berbentuk Paralel.

Rumus rangkaian paralel induktor:

1/Ltotal = 1/L1 + 1/L2 + 1/L3 + ….. + 1/Ln

Keterangan:

 Ltotal = Total Nilai Induktor


 L1 = Induktor ke-1
 L2 = Induktor ke-2
 L3 = Induktor ke-3
 Ln = Induktor ke-n

Contoh perhitungan rangkaian paralel Induktor:

Berdasarkan gambar contoh rangkaian Paralel Induktor diatas, diketahui bahwa nilai Induktor, yaitu:

Diketahui:
 L1 = 100nH
 L2 = 300nH
 L3 = 30nH

Ditanya: Ltotal= ?

Jawaban:

 1/Ltotal = 1/L1 + 1/L2 + 1/L3


 1/Ltotal = 1/100nH + 1/300nH + 1/30nH
 1/Ltotal = 3/300 + 1/300 + 10/300
 1/Ltotal = 14/300
 1/Ltotal = 14 x L = 1 x 300 (hasil kali silang)
 1/Ltotal = 300/141/Ltotal = 21,428nH

Penggunaan Induktor

Induktor secara luas dipakai pada perangkat elektronika, khususnya pada arus AC, banyak juga dipakai
pada perangkat radio.

Ada beberapa perangkat elektronika yang memakai induktor dan memanfaatkan cara kerjanya, yaitu:

1. Transformator
2. Motor listrik
3. Relay
4. Speaker dan Mic
5. Filter frekuensi pada perangkat radio

Selain itu, masih banyak juga jenis – jenis komponen induktor yang biasa dipakai pada rangkaian
elektronika. Contohnya seperti gambar yang ada dibawah ini.
Dalam circuit dengan mainboard multiplayer juga akan cukup mudah ditemukan induktor smd ini.

Apa sih induktor smd? Yaitu jenis induktor smd (Surface Mounting Devices) yang mempunyai ukuran
yang sangat kecil kalo dibandingkan dengan induktor biasa, karena sesuai penggunaannya pada
multilayer.
Tapi, walaupun ukurannya lebih kecil, secara fungsi dan performa sama aja. Cara membaca induktor
smd juga sangat mudah karena udah ada kode digitnya.

Dimana, kode digit pertama dan kedua merupakan nilai angka, sedangkan digit ketiga merupakan
faktor pengali

Contoh Soal Induktor


1. Sebuah kumparan mempunyai induktansi diri 2,5 H. Kumparan tersebut dialiri arus searah yang
besarnya 50 mA. Berapakah besar ggl induksi diri kumparan apabila dalam selang waktu 0,4 sekon
kuat arus menjadi nol?

Jawaban:

Diketahui:

 L = 2,5 H
 I1 = 50 mA = 5 × 10-2 A
 I2 = 0
 Δt = 0,4 s

Ditanya: ε = … ?

Jawab:

 ε = -L (ΔI/Δt)
 ε = – 2,5 (0 – 5 × 10-2/0,4)
 ε = (-2,5) (-0,125)
 ε = 0,31 volt

2. Solenoida memiliki panjang 5π cm dan lilitan 3000. Luas penampang 4 cm2. Solenoida dialiri arus
yang berubah dari 12 A menjadi 8 A dalam waktu 0,05 detik maka tentukan beda potensial yang
timbul pada ujung-ujung solenoida ?

Jawaban:
Diketahui:

 L = 5πcm = 5π. 10-2 m


 N = 3000A = 4cm2 = 4.10-4m2
 Δi1 = 8 – 12 = 6 A
 Δt = 0,05 detik

Induktansi induktor solenoida memenuhi:

L = 0,26 H

Beda potensial yang terjadi di ujung-ujung solenoida sebesar:

 ε = -L
 ε = – 0,26
 ε = 31,2 volt

Nah, itu tadi beberapa pembahasan tentang Induktor? Gimana, udah jelas kan? Semoga bisa membantu

Transformator

Pengertian Transformator

Transformator atau biasa disebut trafo yaitu sebuah alat yang memindahkan tenaga listrik antar 2
buah rangkaian atau lebih melalui induksi elektromagnetik.
Contohnya, seperti menurunkan Tegangan AC dari 220 VAC ke 12 VAC ataupun menaikkan
Tegangan dari 110 VAC ke 220 VAC.

Transformator atau Trafo ini bekerja mengikuti prinsip Induksi Elektromagnet dan cuma bisa bekerja
pada tegangan yang berarus bolak balik (AC).

Trafo memegang peranan yang sangat penting buat pendistribusian tenaga listrik.

Trafo menaikkan listrik yang berasal dari pembangkit listrik oleh PLN sampai ratusan kilo Volt buat di
distribusikan.

Kemudian, Trafo lainnya menurunkan tegangan listrik tersebut ke tegangan yang diperlukan buat
setiap rumah tangga atau perkantoran yang pada umumnya pakai Tegangan AC 220 Volt.

Bagian – Bagian dari Transformator

Ada beberapa bagian – bagian yang terdapat di Transformator, diantaranya yaitu:

 Kumparan Primer merupakan sebuah kumparan trafo yang dihubungkan ke sumber tegangan.
 Kumparan Sekunder merupakan suatu kumparan trafo yang dihubungkan dengan beban.
 Inti Besi yang terbuat dari lapisan plat dinamo disusun berlapis – lapis.

Fungsi Transformator
Sebenarnya, transformator/trafo ini fungsinya sih buat apa? Banyak sekali fungsi dari Transformator,
yaitu:

1. Rangkaian Kontrol

Peralatan elektronik seperti komputer, charger dan berbagai macam peralatan lainnya. Transformator
sering dipakai buat menurunkan tegangan supaya bisa dipakai pada tegangan kontrol (5 Volt, 12 Volt,
dan sebagainya).

Begitu juga rangkaian kontrol motor pada pabrik, Trafo dipakai buat mengenergize dan
meng dienergize kontaktor yang dipakai buat menghidupkan dan mematikan motor induksi.

2. Rangkaian Pengatur Frekuensi

Dalam dunia radio frekuensi, transformator sering sekali dipakai buat mengatur besaran frekuensi yang
dihasilkan.

Cuma aja bentuk dan dimensinya jauh lebih kecil di bandingkan trafo yang sering dipakai pada
rangkaian kontrol apalagi transformator atau trafo transmisi listrik.

3. Distribusi dan Transmisi Listrik

Seperti yang kamu tahu, kalo jarak antara pembangkit listrik dengan beban listrik yang dipakai oleh
pelanggan relatif terlalu jauh. Jadi, akan terjadinya drop tegangan.

Makanya, kamu harus menaikkan tegangan sebelum distribusi dan transmisi listrik jarak jauh supaya
drop tegangan gak terlalu besar.

Serta lebih murah karena kabel yang dipakai lebih kecil (semakin besar tegangan besar maka arus
semakin kecil sesuai dengan Hukum kekekalan energi).
Seperti Perusahaan Listrik Negara (PLN), tegangan yang di hasilkan oleh pembangkit sebesar 13,8 KV
dan di naikkan jadi 150 KV juga diturunkan ke 380 V buat di distribusikan ke rumah – rumah.

Jenis – Jenis Transformator

Ternyata ada jenis – jenis trafo lainnya yang mungkin belum kamu ketahui. Berikut ini penjelasan
jenis – jenis trafo, yaitu:

1. Transformator Step UP

Transformator Step UP fungsinya buat menaikkan level dari tegangan listrik yang bertipe AC.

Dengan jenis trafo ini, kamu bisa menaikkan tegangan listrik dari arus yang rendah menjadi tinggi atau
besar.

Komponen tegangan sekunder dijadikan output yang lebih tinggi dengan memperbanyak lilitan
dikumparannya, jadi aliran primer lebih sedikit.

Trafo jenis ini, biasa dipakai sebagai penghubung generator ke grid didalam tegangan listrik.

2. Transformator Step Down

Transformator Step Down fungsinya buat menurunkan level dari tegangan listrik yang bertipe AC.

Dengan trafo jenis ini, kamu bisa menurunkan tegangan listrik dari arus tinggi menjadi rendah.

Komponen tegangan primer punya lebih banyak lilitan dikumparannya, jadi aliran sekunder lebih
sedikit.
Trafo jenis ini biasa dipakai PLN sebagai penyesuai daya listrik agar bisa dikonsumsi peralatan
elektronik disetiap rumah.

3. Transformator IF

Trafo IF atau trafo Intermediate Frequency, fungsinya buat penguat frekuensi menengah yaitu 10,7
MHz yang biasanya dipakai pada radio penerima baik AM atau FM.

Kamu bisa menemukan trafo jenis ini di radio Konvensional.

4. Transformator Adaptor / Power Supply

Trafo adaptor atau power supply fungsinya buat mengubah tegangan dari arus AC ke arus DC.

Trafo jenis ini sangat banyak sekali dipakai dengan pilihan tegangan dan arus yang bervariasi.

Trafo yang dipakai pada adaptor termasuk jenis step down yaitu berfungsi buat menurunkan tegangan
dari jarak listrik PLN ke perangkat elektronika sesuai kebutuhan.

5. Transformator Pulsa

Transformator jenis ini adalah transformator yang didesain khusus buat memberikan keluaran
gelombang pulsa.

Transformator jenis ini memakai material inti yang cepat jenuh, jadi setelah arus primer mencapai
sebuah titik tertentu, fluks magnet akan berhenti berubah.

Sebab, GGL induksi pada lilitan sekunder cuma terbentuk, kalo terjadi perubahan fluks magnet,
transformator cuma memberikan keluaran saat inti gak jenuh yaitu saat arus pada lilitan primer
berbalik arah.

6. Transformator Isolasi

Transformator isolasi punya lilitan sekunder yang berjumlah sama dengan lilitan primernya, jadi
tegangan sekunder sama dengan tegangan primer.

Tapi, pada beberapa desain yang lain, gulungan sekunder dibuat sedikit lebih banyak buat
mengkompensasi jumlah kerugian.

Transformator ini fungsinya buat isolasi antara dua kalang. Buat penerapan sebuah audio,
transformator jenis ini udah banyak digantikan oleh kopling.

7. Transformator Autotransformator

Transformator jenis ini cuma punya satu lilitan aja. Pada Autoransformator, sebagian lilitan primer
merupakan milik sekunder juga.

Lilitan pada trafo jenis ini mampu dibuat dengan kawat yang lebih tipis dibandingkan jenis lainnya.

Keuntungannya, ukuran lebih kecil dan memiliki risiko kerugian yang lebih rendah dibandingkan trafo
yang menggunakan dua lilitan.

Tapi, trafo ini gak mampu dipakai buat menaikkan tegangan listrik menjadi berkali – kali lipat.

8. Transformator Autotransformator Variabel

Autotransformator variabel jenis ini sebenarnya adalah autotransformator biasa yang sadapan
tengahnya bisa diubah – ubah, memberikan perbandingan lilitan primer – sekunder yang juga berubah
– ubah.
9. Transformator Tiga Fase

Transformator jenis ini terdiri dari tiga trafo yang saling terhubung secara khusus loh!

Buat lilitannya, pada kumparan primer biasanya dihubungkan secara bintang (Y) dan lilitan sekunder
disambungkan dengan delta.

Bentuk dan Simbol Transformator

Supaya bisa lebih tahu lagi tentang kegunaan dari transformator, maka kamu harus mengetahui bentuk
dan simbolnya.

Sesuai pada gambar diatas, dijelaskan kalo bentuk dari transformator berupa kotak dan sebagian
ditunjukkan nilai kapasitasnya.

Trafo punya bentuk yang beda – beda sesuai fungsinya, contohnya pada trafo transmisi listrik
ukurannya lebih besar dibanding yang lainnya.

Buat simbol dari trafo, kamu juga bisa melihatnya pada gambar diatas. Simbol tersebut menjelaskan
kalo trafo dipakai buat membatasi medan magnet.

Prinsip Kerja Transformator


Transformator dalam melakukan kerjanya berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

Tegangan masukan bolak – balik yang membentangi primer menimbulkan sebuah fluks magnet yang
idealnya semua bersambung dengan lilitan sekunder.

Fluks bolak – balik ini menginduksikan Gaya Gerak Listrik (GGL) dalam sebuah lilitan sekunder.

Apabila efisiensinya sempurna, maka semua daya pada lilitan primer akan dilimpahkan ke lilitan
sekunder.

Sebuah Transformator yang sederhana umumnya tersusun atas 2 lilitan atau kumparan kawat yang
terisolasi yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder.

Inti besi yang ada pada sebuah Transformator atau Trafo pada yaitu kumpulan lempengan – lempengan
besi tipis yang terisolasi dan ditempel berlapis – lapis.

Kegunaanya buat mempermudah jalannya Fluks Magnet yang ditimbulkan oleh sebuah arus listrik
kumparan dan mengurangi suhu panas yang udah ditimbulkan.

Dibawah ini, beberapa bentuk lempengan besi yang membentuk Inti Transformator tersebut, yaitu:

 E – I Lamination
 E – E Lamination
 L – L Lamination
 U – I Lamination

Berikut ini merupakan dari skema Fluks pada Transformator:


Rasio lilitan pada kumparan sekunder terhadap kumparan primer tersebut menentukan rasio tegangan
pada kedua kumparan tersebut.

Rumus pada Transformator


Transformator bisa di buat sebuah persamaan atau rumus matematik, dengan rumus sebagai berikut.

Rumusnya: (Vp/Vs) = (Is/Ip) = (Np/Ns)

Keterangan:

 Vp = Tegangan pada kumparan primer (input) (volt)


 Vs = Tegangan pada kumparan sekunder (output) (volt)
 Is = Besaran arus bagian sekunder/output dalam Ampere
 Ip = Besaran arus bagian primer/input dalam Ampere
 Np = Banyaknya lilitan pada kumparan sekunder (output)
 Ns = Banyaknya lilitan pada kumparan primer (input)

Transformator juga terdapat rumus efisiensinya, yaitu:

η = Po / Pi 100%

Sebagai akibat kerugian pada transformator. Maka efisiensi transformator gak mampu mencapai
100%. Buat transformator daya frekuensi rendah, efisiensi mencapai 98%.

Kerugian pada Transformator


Ada banyak sekali kerugian yang terdapat pad Transformator/trafo, diantaranya sebagai berikut:

1. Kerugian Kopling

Kerugian yang terjadi karena kopling primer – sekunder gak sempurna, sampai gak semua fluks
magnet diinduksikan primer memotong lilitan sekunder.

Kerugian ini, bisa dikurangi dengan menggulung lilitan secara berlapis antara primer dan sekunder.

2. Kerugian Tembaga

Kerugian I 2 R pada lilitan tembaga yang disebabkan karena resistansi tembaga dan arus listrik yang
mengalirinya.

3. Kerugian Histeresis

Kerugian yang terjadi saat arus primer AC berbalik arah. Disebabkan karena inti transformator gak
bisa mengubah arah fluks magnetnya dengan seketika.

Kerugian ini, bisa dikurangi dengan memakai material inti reluktansi rendah.

4. Kerugian Arus Eddy

Kerugian yang disebabkan GGL masukkan, yang menimbulkan arus pada inti magnet yang melawan
perubahan fluks magnet dan membangkitkan GGL.
Karena adanya fluks magnet yang berubah, terjadi tolakan fluks magnet di material inti. Kerugian ini
berkurang kalo dipakai inti berlapis – lapis.

5. Kerugian Kapasitas Liar

Kerugian yang disebabkan karena kapasitas liar yang ada pada lilitan – lilitan transformator.

Kerugian ini memengaruhi efisiensi transformator pada frekuensi tinggi. Kerugian ini bisa dikurangi
dengan menggulung lilitan primer dan sekunder secara semi – acak.

6. Kerugian Efek Kulit

Konduktor lain yang selalu dialiri arus bolak – balik, tapi arus ini cenderung buat mengalir pada
permukaan konduktor.

Hal ini memperbesar kerugian kapasitas dan menambah resistansi relatif lilitan.

Kerugian ini bisa dikurangi dengan memakai kawat Litz, yaitu kawat yang terdiri dari beberapa kawat
kecil yang saling terisolasi.

Buat frekuensi radio, coba pakai kawat geronggong atau lembaran tipis tembaga sebagai ganti kawat
biasa.

Contoh Soal Transformator

1. Sebuah transformator mempunyai kumparan primer dan sekunder dengan jumlah lilitan masing –
masing 500 dan 5000, dihubungkan dengan jaringan bertegangan arus bolak-balik 220 V. Berapakah
tegangan keluarannya?

Jawaban:

Diketahui:

 Np = 500 lilitan
 Ns = 5.000 lilitan
 Vp = 220 volt

Ditanya: Tegangan sekunder (Vs)?

Jawab:

 Vs/Ns = Vp/Np
 Vs/5.000 = 220/500
 Vs/5.000 = 0,44
 Vs = (0,44)(5.000)
 Vs = 2.200 Volt

Jadi, tegangan sekunder yang dihasilkan adalah 2.200 volt

2. Pada sebuah transformator terdapat kumparan primer yang mempunyai 1200 lilitan dan kumparan
sekunder yang mempunyai 1000 lilitan. Kalo arus primer 4 A, maka kuat arus sekunder tersebut?

Jawaban:

Diketahui:
 Np = 1200 lilitan
 Ns = 1000 lilitan
 Ip = 4 Ampere

Ditanya: Kuat arus sekunder (Is)?

Jawab:

 Is/Ip = Np/Ns
 Is/4 = 1200/1000
 Is/4 = 1,2
 Is = 1,2 (4)
 Is = 4,8 Ampere

Jadi, kuat arus sekunder yang dihasilkan adalah 4,8 Ampere

3. Sebuah trafo arus primer dan sekundernya masing – masing 0,8 A dan 0,5 A. Kalo jumlah lilitan
primer dan sekunder masing – masing 100 dan 800, berapakah efisiensi trafo?

Jawaban:

Diketahui:

 Ip = 0,8 A
 Np = 1000
 Is = o,5 A
 Ns = 800

Ditanya: Berapakah efisiensi trafo (η)?

Jawab:

 η = (Is x Ns/ Ip x Np) x 100%


 η = (0,5 A x 800/ 0,8 A x 1000) x 100%
 η = (400/ 800) x 100%η = 0,5 x 100%
 η = 50%

Jadi, efisiensi pada sebuah trafo adalah sebesar 50%.

4. Efisiensi sebuah trafo 60%. Kalo energi listrik yang dikeluarkan 300 J, berapakah energi listrik yang
masuk trafo?

Jawaban:

Diketahui:

 η = 60%
 Ws = 300 J

Ditanya: Energi listrik yang masuk ke trafo (Wp)?

Jawab:

 η = (Ws/Wp) x 100%
 60% = (300 J/Wp) x 100%
 60% = (300 J/Wp) x 100%
 6 = 3000 J/Wp
 Wp = 3000 J/6
 Wp = 3000 J/6
 Wp = 500 J
Hukum Ohm

Pengertian Hukum Ohm

George Simon Ohm yaitu fisikawan dari jerman yang melakukan penelitian buat mencari hubungan
antara beda potensial dan kuat arus listrik pada tahun 1927.

Dari hasil penelitiannya, Ohm membuat suatu grafik beda potensial terhadap arus listrik.

Ternyata, grafik tersebut membentuk suatu garis lurus yang condong ke kanan dan lewat titik pusat
koordinat (0, 0).

Dari grafik tersebut, Ohm menentukan kalo kemiringan grafik sama dengan besar hambatan Rheostat
yang dipakai dalam penelitian tersebut.

Hukum Ohm yaitu suatu pernyataan kalo besar arus listrik yang mengalir lewat sebuah penghantar
akan selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan padanya.

Sebuah benda penghantar bisa dikatakan mematuhi hukum Ohm kalo nilai resistansinya gak
bergantung pada besar dan polaritas beda potensial yang dikenakan padanya.
Walaupun hal ini gak selalu berlaku buat semua jenis penghantar, tapi istilah hukum tetap dipakai
dengan alasan sejarah.

Bunyi Hukum Ohm

Bunyinya: Besar arus listrik (I) yang mengalir lewat sebuah penghantar atau konduktor akan selalu
berbanding lurus dengan beda potensial / tegangan (V) yang diterapkan padanya dan berbanding
terbalik dengan hambatannya (R).

Supaya lebih jelas lagi mengenai Hukum Ohm, bisa melakukan Praktikum dengan sebuah Rangkaian
Elektronika sederhana seperti dibawah ini, yaitu:

Kamu cuma perlu sebuah DC Generator (Power Supply), Amperemeter, Voltmeter dan Potensiometer
sesuai pada nilai yang dibutuhkan.

Dari rangkaian elektronika yang sederhana ini, bisa dibandingkan teori Hukum Ohm dengan hasil yang
didapat dari praktikum dalam menghitung Arus listrik (I), Tegangan (V), dan Hambatan/Resistansi
(R).

Rumus Hukum Ohm


Secara matematis, Hukum Ohm bisa dirumuskan menjadi persamaan seperti dibawah ini, yaitu:

V = I.R

Keterangan:

 V = Arus listrik (Ampere)


 I = Tegangan listrik (Volt)
 R = Nilai hambatan listrik / resistansi (Ohm)

Rumus mengitung Arus Listrik, yaitu:

I = V/R

Rumus menghitung Tegangan atau Beda Potensial, yaitu:

V = I.R

Rumus menghitung Nilai Resistansi/Hambatan, yaitu:

R = V/I

Persamaan di atas dikenal sebagai hukum Ohm, yang berbunyi Kuat arus yang mengalir pada suatu
penghantar sebanding dengan beda potensial antara ujung – ujung penghantar itu dengan syarat
suhunya konstan/tetap.

Rumus Hambatan Rangkaian Seri


RTotal = R1 + R1 + R1 + … + Rn

Rumus Hambatan Rangkaian Paralel

1/RI = 1/R1 + 1/R1 + 1/ R1 + … + 1/Rn

Penerapan Hukum Ohm

Dibawah ini, beberapa penerapan yang ada pada Hukum Ohm, diantaranya yaitu:

 Arus listrik yang diberi sebuah tegangan lebih besar dari tegangan yang seharusnya, maka akan
menyebabkan alat listrik tersebut cepat rusak.
 Hukum Ohm dimanfaatkan untuk membuat sebuah rangkaian listrik seri, paralel dan gabungan.
 Aliran listrik yang dipakai buat penggunaan alat listrik, contohnya menyalakan lampu, kulkas,
tv, setrika dan alat listrik lainnya.
 Alat listrik yang diberi tegangan lebih kuat dari tegangan yang seharusnya, maka akan
menyebabkan alat listrik gak bekerja secara normal

Contohnya: Lampu yang diberi tegangan lebih rendah, akan menyebabkan lampu menyala
dengan redup, setrika yang diberi tegangan lebih rendah, akan menyebabkan proses dalam
pemanasan pada elemennya jadi sangat lambat/lama.

Hukum Ohm untuk Rangkaian Tertutup


Suatu rangkaian perlu beda potensial antara ujung – ujung rangkaian, supaya arus listrik bisa mengalir.
Beda potensial tersebut diperoleh dari sumber tegangan.

Dalam setiap tegangan ada GGL (Gaya Gerak Listrik) yaitu beda potensial anatara ujung – ujung
sumber tegangan sebelum dihubungkan sama rangkaian dan disimbolkan dengan (s).

Saat sumber tegangan dihubungkan dengan rangkaian dan arus mengalir lewat rangkaian, beda
potensial antara ujung – ujung sumber tegangan ini disebut tegangan jepit (V).

Contohnya, seperti gambar yang ada dibawah ini.

Sebuah sumber tegangan (baterai) dihubungkan dengan suatu rangkaian tertutup. Maka, besar
tegangan yang mengalir pada rangkaiannya sebagai berikut:

VAB = ε – Ir atau VAB = I.R

Keterangan:

 VAB = Tegangan jepit (Volt)


 ε = Gaya gerak listrik baterai (Volt)
 r = Hambatan dalam baterai (Ohm)
 I = Arus yang mengalir (Ampere)
 R = Hambatan luar (Ohm)

Contoh Soal Hukum Ohm


1. Buat merancang suatu rangkaian listrik tertutup, dibutuhkan bahan sebagai berikut:

 Sumber daya berupa batu baterai yang menghasilkan tegangan sebesar 32 Volt.
 Beban, dalam percobaan ini menggunakan lampu pijar.
 Kabel yang mampu menghantarkan arus sebesar 4 A.

Ternyata, lampu pijar pada rangkaian tersebut bisa menyala kalo dialiri listrik sebesar 20 Volt. Dengan
ini, kamu harus memasang resistor buat menurunkan tegangan pada baterai. Berapa resistansi yang
dibutuhkan pada resistor pada rangkaian tersebut agar lampu pijar menyala?

Jawaban:

Diketahui:

 VBaterai = 32 Volt
 I=4A
 Vlampupijar= 20 Volt

Ditanya: Besar resistor supaya lampu menyala?

Jawab:

Besar tegangan yang diturunkan:

 V = VBaterai – VLampu pijar


 V = 32 – 20
 12 Volt

Mencari nilai resistansinya, yaitu:

 R=V/I
 R = 12 Volt / 4 A
 R=3Ω

Jadi, resistansi yang dibutuhkan pada resistor di rangkaian tersebut supaya lampu pijar menyala adalah

2. Tiga buah resistor dirangkai secara seri, resistor pertama memiliki hambatan 5 Ω dan resistor kedua
mempunya hambatan 3 Ω. Kuat arus pada rangkaian sebesar 2 A dan tegangannya 8 Volt. Berapa
hambatan pada R3?

Jawaban:

Diketahui:

 R1 = 5 Ω
 R2 = 3 Ω
 V = 18 Volt
 I=2A

Ditanya: Hambatan pada R3?

Jawab:

 R = V/I
 R = 18/2
 R=9
 RTotal = R1 + R2 + R3
 9 = 5 + 3 + R3
 9 = 8 + R3
 9 – 8 = R3
 1 Ω = R3

Jadi, hambatan yang ada pada R3adalah 1 Ω.

3. Dua buah resistor dengan nilai hambatan masing – masing 8 Ω, 6 Ω, dan 5 Ω. Resistor 2 dan 3 akan
dirangkai secara paralel, kemudian dirangkai seri dengan resistor satu. Tegangan pada rangkaian 24
Volt. Hitung

 Besar hambatan pengganti


 Kuat arus pada rangkaian campuran
 Kuat arus pada masing – masing resistor
 Tegangan pada masing – masing resistor

Jawaban:

Diketahui:

 R1 = 8 Ω
 R2 = 6 Ω
 R1 = 5 Ω
 V = 24 Volt

A. Ditanya: hambatan pengganti pada rangkaian?

Jawab:

Hambatan rangkaian paralel, yaitu:

 1/RP = (1/R2) + (1/R3)


 1/RP = (1/6) + (1/5)
 1/RP = (5 + 6)/30
 1/RP = 11/30
 RP = 30/11
 RP = 2,7 Ω

Hambatan rangkaian seri, yaitu:

 RTotal = R1 + RP
 RTotal = 8 + 2,7
 RTotal = 10,7 Ω

B. Ditanya: Kuat arus pada rangkaian campuran?

Jawab:

 ITotal = V/ RTotal
 ITotal = 24/ 10,7
 ITotal = 2,3 A

C. Ditanya: Kuat arus pada masing-masing resistor?

Jawab:

Kuat arus rangkaian seri, yaitu:

 ITotal = I1 = 2,3 A
Kuat arus rangkaian paralel, yaitu:

 IP = I2 + I3

Kuat arus resistensi dua, yaitu:

 I2 = R3/( R2 + R3) × ITotal


 I2 = 5/( 6+ 5) × 2,3
 I2 = (5/11) × 2,3
 I2 = 1,04 A

Kuat arus resistensi tiga, yaitu:

 I2 = R2/( R2 + R3) × ITotal


 I2 = 6/( 6+ 5) × 2,3
 I2 = (6/11) × 2,3
 I2 = 1,25 A

D. Ditanya: Tegangan pada masing-masing resistor?

Jawab:

Tegangan pada rangkaian seri, yaitu:

 V = V1 + V
 V = (R1/(R1 + RP)) + VP
 V = (8/(8+ 2,7)) + 24
 V = (8/10,7) + 24
 V = 17,92 Volt

Tegangan pada rangkaian paralel, yaitu:

V = (RP/(R1 + RP)) + V

V = (2,7/(8+ 2,7)) + 24

V = (2,7/10,7) + 24 V = 6,04 Volt

Kesimpulan

Dari percobaan yang udah dilakukan, maka bisa diambil kesimpulannya yaitu sebagai berikut:

Hukum Ohm udah dibuktikan dengan alasan kalo sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi
hukum Ohm kalo nilai resistansinya gak tergantung pada besar dan polaritas beda potensial yang
dikenakan padanya.

Walaupun pernyataan ini gak selalu berlaku buat semua jenis penghantar, tapi istilah hukum tetap
dipakai dengan alasan sejarah.

Gimana

Resistor

Pengertian Resistor
Resistor atau hambatan yaitu salah satu komponen elektronika yang punya nilai hambatan tertentu,
dimana hambatan ini akan menghambat arus listrik yang mengalir melaluinya.

Sebuah resistor biasanya terbuat dari bahan campuran Carbon.

Tapi, gak sedikit juga resistor yang terbuat dari kawat nikrom, sebuah kawat yang punya resistansi
yang cukup tinggi dan tahan pada arus kuat.

Contohnya, penggunaan kawat nikrom bisa dilihat pada elemen pemanas setrika. Kalo elemen
pemanas tersebut dibuka, maka ada seutas kawat spiral yang biasa disebut dengan kawat nikrom.

Satuan Resistor yaiti Ohm (Ω) yang merupakan satuan SI buat Resistansi listrik.

Fungsi Resistor
Ada beberapa fungsi dari Resistor yang harus kamu ketahui, yaitu:

 Fungsi resistor yaitu buat membatasi arus listrik yang mengalir.


 Fungsi resistor buat aplikasi DC yang membutuhkan keakuratan yang sangat tinggi. Contoh,
aplikasi penggunaan resistor ini yaitu DC Measuring equipment, dan reference gulators buat
voltage regulator dan decoding Network.
 Fungsi resistor sebagai standart didalam verifikasi keakuratan dari suatu alat ukur resistive.
 Fungsi resistor buat pengatur tegangan output pada power supplay.
 Fungsi resistor buat aplikasi power, karena membutuhkan frekuensi respon yang baik, daya
yang tinggi dan nilai yang lebih besar dari pada power wirewound resistor.
 Fungsi resistor pembagi tegangan.

Karakteristik Resistor
Ada beberapa karakteristik utama pada sebuah resistor, yaitu sebagai berikut:

 Resistanti terhadap daya listrik yang dapat boros


 Koefisien suhu, desah listrik, dan induktansi.
 Resistor bersifat resistif.
 Terbuat dari bahan karbon.

Jenis – Jenis Resistor


Resistor pada saat ini terbagi menjadi 2 macam, yaitu resistor tetap (fixed resistor) dan resistor tidak
tetap (variable resistor), yaitu:

1. Resistor Tetap (Fixed Resistor)

Resistor jenis ini punya nilai resistansi yang tetap dan permanen selama resistor tersebut dalam kondisi
yang baik.

Resistor juga tetap punya ciri – ciri yang gak bisa berubah ubah kalo resistor tersebut gak rusak.

Resistor juga tetap terdiri dari beberapa jenis resistor yang dikelompokan berdasarkan bahan penyusun
resistor tersebut.

Berikut, dibawah ini ada beberapa jenis resistor tetap (fixed resistor), diantaranya sebagai berikut:

a. Resistor Kawat
Resistor ini adalah resistor pertama kali dibuat loh, tahu gak kamu nih.

Dulu, resistor ini dipakai dalam rangkaian yang masih memakai tabung hampa sebagai transistornya.

Dengan ukuran fisik yang cukup besar, dan juga bentuknya yang bervariasi pada masanya, resistor ini
juga punya nilai hambatan yang cukup besar pula

Resistor Kawat juga bisa beroperasi pada arus kuat dan panas yang tinggi, jadi banyak ditemukan pada
rangkaian elektronika bagian power.

Rating daya yang ada pada resistor kawat yang satu ini yaitu dibagi dalam beberapa ukuran, seperti 1
watt, 2 watt, 5 watt, dan 10 watt.

b. Resistor Batang Karbon


Resistor jenis batang karbon terhitung jenis resistor dulu yang sama seperti resistor kawat.

Resistor ini tersusun dari bahan karbon didalamnya dan ada kode – kode warna buat menandai
besarnya hambatan dari resistor tersebut.

Resistor yang merupakan generasi awal ini, dalam penggunaanya saat ini udah sangat jarang sekali.
jadi, kurang familiar buat para praktisi elektronika saat ini.

c. Resistor Keramik
Sesuai dengan namanya, resistor ini tentu aja terbuat dari bahan keramik atau porselen, dengan lapisan
kaca dibagian terluar.

Meskipun ukuranya cukup kecil, tapi resistansinya bervariasi, mulai dari kisaran puluhan ohm sampai
kilo ohm, loh!

Dalam kemajuan Teknologi terutama pada bahan yang dibutuhkan sebagai komponen elektronika,
resistor keramik ini kebanyakan dipakai pada gadget yang punya ukuran cukup kecil.

Coba aja buka perangkat ponsel yang kamu punya, pasti didalamnya akan menemukan resistor jenis
ini. Resistor ini punya daya sebesar 1/4 watt, 1/2 watt, 1 watt, dan 2 watt.

d. Resistor Film Karbon


Resistor film karbon yaitu sebuah perkembangan dari resistor batang karbon yang sebelumnya udah
dijelaskan.

Resistor ini terbuat dari bahan karbon didalamnya dan diluarnya dilapisi dengan bahan pelindung
berupa film. Pelindung ini berguna buat mencegah adanya pengaruh eksternal terhadap karakteristik
dari resistor jenis ini.

Diluar atasnya ada gelang – gelag warna yang berguna sebagai indikator besarnya hambatan yang
terkandung didalam resistor tersebut.

Mempunyai Rating daya sama dengan resistor keramik, tapi kalah dalam segi keefektifan ukuran
komponen.

Jadi, lebih banyak resistor kramik yang dipakai buat peralatan elektronik, seperti Smartphone dari pada
pakai Resistor Film Karbon yang ukurannya relatif lebih besar.

e. Resistor Film Metal


Bentuk fisiknya terlihat kalo resistor jenis film metal mirip seperti resistor jenis film karbon. Bedanya
cuma pada warna dasarnya.

Tapi, sebenarnya kedua jenis resistor ini punya karakteristik yang beda. Buat resistor film metal punya
katelitian tertinggi dibanding dengan resistor tetap jenis lain. Toleransinya, cuma berkisar antara 1 –
5%.

Resistor Film Metal punya resistensi yang lebih besar dibanding dengan Resistor Film Karbon.

Kalo pada Resistor Film Karbon cuma identik dengan 4 kode warna buat membacanya, tapi Resistor
Film Metal ad 5 dan juga 6 kode warna.

Dalam aplikasinya, resistor film metal biasa dipakai pada perangkat elektronik yang memerlukan
ketelitian tinggi, contohnya multimeter atau alat ukur lainnya.

2. Resistor Tidak Tetap (Variable Resistor)

Berlawanan dengan resistor tetap, resistor variabel ini bisa berubah nilai resistansinya sesuai pengaruh
eksternal yang emang udah didesain demikian.

Pengin tau lebih jelasnya? Mari skuy simak!


a. Potensiometer

Resistor gak tetap yang satu ini yaitu resistor yang bisa kamu atur besar resistansinya. Cara
mengaturnya, cukup dengan memutar bagian tuas tengah potensiometer.

Resistor ini sering banget dipakai dalam rangkaian elektronika seperti rangkaian sensor cahaya, fm/am
tuner, dan lain sebagainya.

Bagian dalam Potensiometer terbuat dari kawat berhambatan yang melingkar.

Tapi selain terbuat dari bahan kawat, ada juga potensiometer yang tersusun dari karbon, jadi
ukurannya bisa diperkecil dan interval resistansi yang cukup besar.

Ada 2 jenis potensiometer yang bisa kamu temukan di toko – toko elektronik, yaitu:

 Potensiometer jenis logaritmik


 Potensiometer jenis linear.

b. LDR (Light Dependent Resistor)


Resistor ini yaitu jenis resistor variabel yang resistansinya bisa berubah seiring dengan intensitas
cahaya yang mengenai permukaanya.

Dengan sifatnya ini, maka wajar kalo LDR biasa dipakai di lampu – lampu yang bisa mati dan hidup
secara otomatis.

Contohnya, pada lampu – lampu jalan yang akan nyala pada malam hari atau pada saat wilayah sekitar
gelap.

Resistansi LDR menurun saat terpapar cahaya dengan intensitas tinggi. Sebaliknya, semakin kecil
intensitas cahaya yang mengenai permukaanya maka resistansi LDR akan semakin besar.

c. Trimpot
Bentuk dan cara kerja Resistor ini sebenarnya gak jauh berbeda dengan Resistor Potensiometer.

Tapi, supaya kamu bisa merubah nilai hambatanya gak cukup cuma memutar pakai tangan kosong
ataupun menggesernya aja loh.

Diperlukan alat semacam obeng -/+ buat memutarnya, jadi nilai resistansinya berubah sesuai dengan
yang kamu inginkan.

Resistor Trimpot ini sama seperti Resistor Potensiometer juga terdiri atas 2 jenis, yaitu trimpot
logaritmik dan linear.

Resistor Trimpot ini juga mempunyai ciri khusus yang bentuk ukurannya lebih kecil dari Resistor
Potensiometer.

d. Rheostat
Resistor Rheostat ini terbuat dari uliran kawat yang rapat dan berdiameter cukup besar,jadi ukuranya
juga besar.

Resistor Rheostat ini sering sekali dipakai dalam laboratorium. Cara mengubah resistansinya cukup
mudah, yaitu dengan menggeser kepala bagian atas dari rheostat.

e. NTC dan PTC


Buat mengatur besar resistansinya kedua resistor ini dengan merubah temperature lingkungan sekitar.

Pada resistor NTC (negative temperature coefficient) resisntansi semakin kecil saat suhu lingkungan
naik.

Nah, kalo buat PTC (positive temperature coefficient) berlaku sebaliknya, yaitu semakin tinggi suhu
lingkungan semakin besar JUGa nilai resistansinya.

Warna Resistor
Kode warna resistor, nilai resistor atau tahanan biasanya bisa dilihat dari kode warna pada resistor
tersebut.

Warna tersebut biasanya berupa gelang atau pita. Ada resistor yang punya 4 Pita warna, ada yang 5
pita warna dan ada yang 6 pita warna.

Nilai tahanan resistor ini biasanya dengan satuan Ohm. Berdasarkan kemampuan daya nya, resistor
memiliki jenis 1/4 watt, 1/2 watt, 1 watt, 2 watt, makin besar nilai watt nya makin besar ukuran resistor
nya.

Warna – warna pada resistor udah jadi standar internasional, atau sering kamu dengar dengan istilah
standart EIA ( Electronic Industries Alliance ). Jadi, di Negara manapun, nilai resistor sama, gak beda.

Coba lihat daftar kode warna di bawah ini:

Kod Kode Nila


e Warna i
H Hitam 0
Co Coklat 1
Me Merah 2
O Orange 3
Ku Kuning 4
Hi Hijau 5
Ru Biru 6
Violet/
Vi 7
Ungu
A Abu Abu 8
Tih Putih 9
Emas
Perak
Tak
Berwarna
Tabel Nilai Resistor

Sebenarnya, cara menghitung nilai resistor gak sulit karena nilaki resistansi yang ada udah ditentukan
dalam nilai resistansi tertentu.

Contohnya 10, 100, 120 dan seterusnya yang ditampilkan sebagai kode warna pada badan resistor, jadi
buat kamu yang udah biasa dalam menghitung gelang resistor maka udah ketahuan berapa nilainya.

Ada beberapa seri nilai hambatan/resistansi resistor, nama seri tersebut menunjukkan banyak nilai
resistansi.

Misalnya, buat seri E6 cuma ada 6 nilai resistor, sedangkan seri E12 yang saat ini banyak dipakai ada
12 nilai resistor.

 Nilai resistor seri E6 (Toleransi 20%)


 Nilai resistor seri E12 (Toleransi 10%)
 Nilai resistor seri E24 (Toleransi 5% dan 1%)
 Nilai resistor seri E48 (Toleransi 2%)
 Nilai resistor seri E96 (Toleransi 1%)
 Nilai resistor seri E192 (Toleransi 0.5%, 0.25% dan 0.1%)

Nah, tadi diatas kamu udah mengetahui tabel nilai resistor yang biasa/sering dipakai.

Berikut ada tabel yang menunjukkan nilai resistor yang umum aja yaitu seri E12 yang terdiri dari 12
kombinasi angka:
Kamu jangan beranggapan kalo nilai resistor diatas bersifat kaku, contohnya pada nilai 56, berarti bisa
aja resistor punya nilai resistansi 5.6 Ohm, 56 Ohm, 560 Ohm bahkan sampai 5.6 Mega Ohm.

Cara Merangkai Resistor

Ada 2 cara buat merangkaikan sebuah Resistor, yaitu sebagai berikut.

1. Cara Serial

Rangkaian resistor secara serial akan mengakibatkan nilai resistansi total semakin besar.

Berikut, dibawah ini contoh resistor yang dirangkai secara serial.


Rumus rangkaian resistor serial:

Rtotal = R1 + R2 + R3

2. Cara Paralel

Sedangkan, rangkaian resistor secara paralel akan mengakibatkan nilai resistansi pengganti semakin
kecil.

Dibawah ini ada contoh resistor yang dirangkai secara paralel.


Rumus rangkaian resistor secara paralel:

1/Rtotal = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3

Cara Menghitung Resistor

Resistor merupakan sebuah komponen penting yang banyak dipakai dalam sirkuit Elektronika. Nah,
hampir semua sirkuit elektronika pasti ada resistornya.

Banyak dari kamu yang bekerja di sebuah Perusahaan Perakitan Elektronik, yang bekerja memakai
peralatan elektronik tersebut.

Tapi, banyak juga yang gak mengetahui cara membaca kode warna atau kode angka yang ada pada
permukaan resistor itu sendiri.

Pengin tahu? Hayuk lah simak langsung pembahasannya dibawah ini.

Bagian – Bagian Komponen Resistor


Resistor itu sendiri terdiri dari 2 bentuk komponen, yaitu Komponen Axial/Radial dan Komponen
Chip. Perbedaan dari kedua bentuk komponen tersebut, adalah:

1. Komponen Axial/Radial

Komponen Axial/Radial yaitu suatu komponen pada nilai resistor ada sebuah kode warna, jadi kamu
bisa mengetahui nilainya dari sebuah warna yang ada pada komponen tersebut.

2. Komponen Chip

Komponen Chip merupakan suatu komponen pada nilai resistor ada kode tertentu, jadi komponen
tersebut lebih mudah buat dipahami.

Satuan

Ohm (simbol: Ω) merupakan satuan SI (Standar Internasional) buat resistansi listrik, diambil dari
sebuah nama yaitu Georg Ohm.

Satuan yang dipakai prefix, yaitu:

Ohm = Ω
Kilo Ohm = KΩ
Mega Ohm = MΩ
KΩ = 1.000 Ω
MΩ = 1.000.000 Ω

Dalam bentuk komponen listrik, nilai hambatan yang ada dalam resistor biasanya ditulis pakai pita –
pita berwarna, mulai dari 4 warna, 5 warna dan 6 warna.

Konsep penggunaan warna tersebut pada dasarnya sama aja, cuma buat yang 6 warna ditambahkan
lagi dengan koefisien suhu.

 Pada resistor dengan 4 warna: Warna pita 1 dan 2 menunjukkan koefisien nilai, pita 3 sebagai
pengali (multiplier), dan pita ke 4 sebagai ambang batas toleransi.
 Pada resistor dengan 5 warna: Warna pita 1, 2, dan 3 menunjukkan koefisien nilai, pita 4
sebagai pengali (multiplier), dan pita ke 5 sebagai ambang batas toleransi.
 Pada resistor dengan 6 warna: Warna pita 1, 2, dan 3 menunjukkan koefisien nilai, pita 4
sebagai pengali (multiplier), dan pita ke-5 sebagai ambang batas toleransi, sedangkan pita ke 6
sebagai koefisien suhu/termal.

Berdasarkan warna pita maka akan ditentukan berapa nilai resistor sebenarnya.

Pada dasarnya akan dibutuhkan minimal 2 buah pita terakhir buat pita pengali dan toleransi serta pita
koefisien suhu khusus untuk 6 warna.

Kode Warna pada Resistor

Resistor aksial mempunyai pola pita warna buat menunjukkan resistansinya. Resistor pasang –
permukaan ditandai dengan numerik, kalo cukup besar buat bisa ditandai.

Biasanya resistor berukuran kecil yang sekarang dipakai terlalu kecil buat ditandai.
Kemasan umumnya cokelat muda, cokelat, biru, atau hijau, tapi warna lain juga mungkin, seperti
misalnya merah tua atau abu – abu.

Resistor pada awal abad ke-20 gak diisolasi, dan cuma dicelupkan ke cat buat menutupi seluruh
permukaan badan dalam pengkodean warna.

Warna kedua diberikan di salah satu ujung, dan sebuah titik warna di tengah memberikan digit ketiga.
Aturannya yaitu badan, ujung, titik memberikan urutan 2 digit resistansi dan pengali desimal.

Toleransi dasarnya yaitu ±20%. Resistor dengan toleransi yang lebih rapat memakai warna perak
(±10%) atau emas (±5%) pada ujung lainnya.

Cara Menghitung Komponen Resistor Axial/Radial

Nilai Resistor Komponen Axial/Radial ini bisa dilihat lewat Kode – kode Warna yang ada dibagian
resistor tersebut dalam bentuk gelang.

Biasanya pada resistor komponen axial ini punya 4 gelang warna pada bagian resistor tersebut, tapi ada
juga yang memiliki 5 gelang warna, dan buat gelang resistor warna emas & perak ada lebih jauh dari
warna lainnya.

1. Menghitung Resistor 4 Gelang Warna

Perhatikan gambar berikut ini.


Keterangan:

 Masukkan angka dari kode warna gelang ke 1


 Masukkan angka dari kode warna gelang ke 2
 Masukkan angka dari kode warna gelang ke 3
 Masukkan jumlah nol dari kode warna Gelang ke 3 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10
(10n)

Pada 10 (10n) merupakan toleransi dari nilai resistor tersebut.

Contoh perhitungannya:

 Gelang ke 1 (Coklat) = 1
 Gelang ke 2 (Hitan) = 0
 Gelang ke 3 (Hijau) = 5 Nilai nol dibelakang angka gelang ke 2 atau dikalikan 10(5)
 Gelang ke 4 (Perak) = Toleransi 10%

Jadi, nilai resistor tersebut adalah 10 x 105 = 1.000.000 Ohm atau 1 Mega Ohm = Toleransi 10%

2. Menghitung Resistor 5 Gelang Warna

Coba kamu perhatikan gambar yang ada dibawah ini.


Keterangan:

 Masukkan angka dari kode warna gelang ke 1


 Masukkan angka dari kode warna gelang ke 2
 Masukkan angka dari kode warna gelang ke 3
 Masukkan jumlah nol dari kode warna gelang ke 4 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10
(10n)

Pada 10 (10n) ini merupakan toleransi dari nilai resistor tersebut.

Contoh perhitungan resistor pada 5 gelang warna:

 Gelang ke 1 (Coklat) = 1
 Gelang ke 2 (Hitam) = 0
 Gelang ke 3 (Hijau) = 5
 Gelang ke 4 (Hijau) = 5, nol dibelakang angka gelang ke 2 atau kamu kalikan 10(5)
 Gelang ke 5 (Perak) = Toleransi 10%

Jadi, nilai resistor 5 gelang warna tersebut adalah 105 x 105 = 10.500.000 Ohm atau 10,5 Mega Ohm =
Toleransi 10%

3. Menghitung Resistor Warna Lainnya

Contohnya:
 Merah, Merah, Merah, Emas → 22 x 10² = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm dengan 5% toleransi
 Kuning, Ungu, Orange, Perak → 47 x 10³ = 47.000 Ohm atau 47 Kilo Ohm dengan 10%
toleransi

Cara menghitung Toleransi, yaitu:

 2.200 Ohm dengan Toleransi 5%


 2200 – 5% = 2.090
 2200 + 5% = 2.310

Jadi, arti pada nilai resistor tersebut adalah berkisar antara, 2.090 Ohm sampai 2.310 Ohm

Nah, buat mempermudah dalam menghafalkan warna resistor, kamu bisa coba memakai singkatannya
seperti berikut ini:

HI CO ME JI KU HI BI U A PU

Singkatan dari:

Hitam, Coklat, Merah, Orange/Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Ungu, Abu-Abu, Putih

Cara Menghitung Komponen Resistor Chip

Nilai Resistor Komponen Chip ini lebih mudah dipahami dari pada Komponen Resistor Axial/Radial.
Karena, pada komponen chip gak memerlukan sebuah kode warna sebagai pengganti nilainya.

Pada kode resistor chip ini memakai sebuah Kode Angka langsung, jadi sangat mudah buat dibaca dan
dipahami yang disebut sebagai Body Code Resistor (Kode Tubuh Resistor).

1. Menghitung Resistor Chip

Coba kamu lihat dulu, gambar yang ada dibawah:


Keterangan:

 Masukkan angka ke 1 langsung = 4


 Masukkan angka ke 2 langsung = 7
 Masukkan jumlah nol dari angka ke 3 = 000 (3 nol) atau kamu kalikan dengan 10(3)

Jadi, nilai yang ada pada sebuah resistor chip tersebut adalah 47.000 Ohm atau 47 Kilo Ohm.

2. Menghitung Resistor Chip Lainnya

Contohnya:

 222 jadi 22 x 10² = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm


 103 jadi 10 x 10³ = 10.000 Ohm atau 10 Kilo Ohm
 334 jadi 33 x 104 = 330.000 Ohm atau 330 Kilo Ohm

Ada juga yang menggunakan kode angka seperti contoh dibawah ini :
Pada tulisan (R) menandakan letaknya Koma Decimal

 4R7 = 4,7 Ohm


 0R22 = 0,22 Ohm

Keterangan:

 Ohm : Ω
 Ohm Per Kilo : KΩ
 Ohm Per Mega : MΩ
 Ohm Per 1.000 : 1 kilo Ohm (1 KΩ )
 Ohm Per 1.000.000 : 1 Mega Ohm (1 MΩ)
 Ohm Per 1.000 Kilo : 1 Mega Ohm (1 MΩ).

Cara Menghitung Resistor dengan Kode Angka

Cara diatas cuma berlaku buat resistor dengan kode warna aja, semakin besar kapasitas resistor/daya,
maka semakin besar juga bentuk dan fisiknya.

Biasanya nilai resistansi berupa kode angka udah langsung dicantumkan dibadan resistor.

Contohnya: Buat Resistor 5 Watt dibawah ini dengan nilai Resistansi 22 Ohm

Begitu juga buat resistor Variabel jenis Potensiometer, udah dicantumkan besaran resistansinya di
badan komponen tersebut.
Atau bahkan pada resistor variabel VR, juga dicantumkan dengan kode pengali, yaitu:

Contohnya: Resistor variabel VR dibawah ini, dengan kode 10 x 10.000 = 100.000 atau 100k Ohm
Cara Menghitung Resistor dengan Alat Ukur

Eh, kalo mau menghitung resistor dengan alat ukur sih gimana?

Caranya mudah banget loh, apalagi kalo pakai Multimeter/AVOmeter digital. Jadi, gak perlu melihat
jarum petunjuk lagi deh.

Caranya:
1. Pertama, pindahkan dulu selektor multimeter ke pilihan Ohm buat mengukur Resistansinya.

2. Kemudian, tinggal hubungkan probe multimeter ke kaki – kaki Resistor, karena gak ada
polaritas buat resistor maka pemasangannya bisa bolak – balik.
3. Lalu, nantinya nilai resistansi pada resistor tersebut akan langsung tampil di display
multimeter.
4. Sedangkan, kalo kamu memakai multimeter analog harus melihat dulu jarum penunjuknya.

Cara Menghitung Resistor Secara Online


Kalo menurutmu cara diatas masih sulit, maka kamu bisa coba pakai Web penghitung resistor.

Banyak aplikasi di HP Android yang punya fungsi buat menghitung resistansi dengan tinggal
memasukkan warna yang ada.

Atau kamu juga bisa membuka Web Online menghitung resistor online, yaitu dengan mengunjungi
web http://www.resistor-calculator.com/

Penggunaanya sendiri juga sangat mudah, kamu cuma tinggal memilih warna yang sesuai mau kamu
hitung resistansi resistor tersebut

Dioda

Pernah mendengar apa yang dimaksud Dioda? Ini adalah salah satu dari berbagai jenis perangkat
elektronika.

Pengertian Dioda
Dioda (diode) yaitu komponen elektronika aktif yang terbuat dari bahan semikonduktor dan punya
fungsi buat menghantarkan arus listrik ke satu arah, tapi menghambat arus listrik dari arah sebaliknya.

Di ilmu Fisika dioda dipakai penyeimbang arah rangkaian elektronika. Elektronika ada 2 terminal
yaitu anoda berarti positif dan katoda berarti negatif.

Prinsip kerja dari anode berdasarkan teknologi pertemuan positif dan negative semikonduktor. Jadi,
anode bisa menghantarkan arus litrik dari anoda menuju katoda, tapi kalo sebaliknya katoda ke anoda.

Fungsi Dioda
Ada beberapa fungsi dari Dioda, antara lain dibawah ini:

 Buat alat sensor panas, misalnya dalam amplifier.


 Sebagai sekering(saklar) atau pengaman.
 Buat rangkaian clamper bisa memberikan tambahan partikel DC buat sinyal AC.
 Buat menstabilkan tegangan pada voltage regulator
 Buat penyearah
 Buat indikator
 Buat alat menggandakan tegangan.
 Buat alat sensor cahaya, biasanya memakai dioda photo.
 Buat sebuah rangkaian VCO atau Voltage Controlled Oscilator, biasanya memakai dioda
varactor.

Jenis – Jenis Dioda

Banyak sekali jenis – jenis Dioda, berikut penjelasannya satu – persatu.

1. Dioda Zener
Dioda jenis ini berbeda dengan jenis dioda lainnya, dioda jenis ini cuma mengalirkan arus listrik
searah.

Dioda Zener juga bisa mengalirkan suatu arus listrik ke arah yang berlawanan. Dioda ini juga
mempunyai fungsi sebagai penstabil tegangan di rangkaian Elektronika.

2. Dioda Varactor
Dioda Varactor ini juga banyak dan sering sekali dipakai pada pesawat penerima radio ataupun televisi
pada bagian pengaturan suara atau audio.

3. Dioda Penyearah (Rectifier)


Berfungsi buat menyearahkan tegangan, misal kamu ingin merubah suatu tegangan bolak – balik (AC)
jadi tegangan searah (DC). Dioda ini, yang paling lebih dulu dikenalkan atau dipelajari buat jenis
dioda.

Fungsi dioda penyearah ini, diantaranya yaitu:

 Sebagai sensor suhu.


 Sebagai penyearah arus atau sinyal AC.
 Sebagai alat pemotong level.
 Sebagai penurun tegangan.
 Sebagai pengaman polaritas yang sangat terbalik dalam input DC.

4. Dioda LED (Emisi Cahaya)


Pasti kamu belum tahu, kalo sebenarnya LED ini merupakan salah satu jenis Dioda loh! Karena, orang
bilang kalo LED ini cuma sebuah indikator lampu yang sebenarnya.

Dioda ini juga punya fungsi lain seperti buat sebuah transmisi sinyal cahaya yang dimodulasikan
dalam jarak tertentu, sebagai penggandeng rangkaian suatu elektronik yang terisolir secara total.

5. PIN Diode

Di dioda PIN, ada sebuah area semikonduktor intrinsic (tanpa doping) yang terleatak antara P dan N
junction.

Efek dari penambahan area intrinsic tersebut yaitu, dengan melebarnya area deplesi yang membatasi
pergerakan elektron dan dipakai buat suatu aplikasi pensinyalan (switching).

6. Gunn Dioda
Gunn Diode merupakan salah satu jenis diode yang gak mempunyai PN Junction, melainkan cuma
terdiri dari 2 elektrodanya aja.

Dioda jenis Gunn ini, bisa kamu pakai buat menghasilkan sinyal gelombang mikro.

7. Dioda Photo (Dioda Cahaya)


Dioda Photo atau Dioda Cahaya ini mempunya fungsi sebagai suatu sensor, seperti sensor buat alarm,
pengukuran cahaya, dan pembacaan pita berlubang.

8. BARITT Diode

BARITT (Barrier Injection Transit Time) Diode merupakan suatu jenis diode yang bekerja dengan
sebuah prinsip emisi termionik.

Dioda Baritt dipakai supaya bisa memproduksi sinyal gelombang mikro dengan level derau yang
rendah.

9. Dioda Tunnel
Dioda Tunnel yaitu salah satu bentuk dari dioda yang bekerja memanfaatkan salah satu fenomena
mekanika kuantum yaitu tunneling.

Tunnel junction ini juga dipakai sebagai salah satu komponen pada osilator, penguat, atau pencampur
sinyal, terutama karena kecepatannya yang bereaksi terhadap perubahan tegangan.

10. Dioda Laser


Dioda laser ini juga menghasilkan cahaya, tapi cahaya yang dihasilkan yaitu cahaya koheren. Aplikasi
diode laser ini yaitu suatu perangkat pembaca CD dan DVD dan laser pointer.

11. Dioda PN Junction


Dioda jenis PN Junction ini yaitu salah satu bentuk dari diode yang umum dipakai di pasaran (disebut
juga diode generik), yang sering dipakai terutama sebagai penyearah arus.

12. Dioda Schottky


Dioda Schottky ini diberikan tambahan metal pada cuplikan permukaan bagian tengah semikonduktor.

Karakternya yang jadi suatu keunggulan dioda ini, yaitu tegangan aktivasi yang rendah dan waktu
pemulihan yang singkat.

Dioda Schottky sangat umum dipakai buat suatu rangkaian elektronik berfrekuensi tinggi, seperti
perangkat – perangkat radio dan gerbang logika.

13. Dioda Backward

Dioda Backwar mempunyai karakter seperti tunnel, bedanya ada pada suatu sisi yang diberi doping
lebih rendag dibanding sisi yang berlawanan.

Perbedaan profil doping ini bisa membuat backward diode punya karakter tegangan arus yang sama
pada suatu kondisi reverse dan forward.

14. Dioda Step Recovery


Bagian semikonduktor pada dioda ini juga punya level doping yang secara gradual menurun dengan
titik terendah di junction.

Modifikasi ini, bisa mengurangi waktu switching karena pada muatan yang ada pada daerah junction
lebih sedikit.

Aplikasi dari semikonduktor ini, ada pada bagian alat – alat elektronik frekuensi radio.

15. Dioda Bridge


Dioda Bridge yaitu sebuah komponen yang berisi 4 buah dioda yang berguna buat mengatur arah
polaritas DC yang keluar dari kaki DC supaya gak terjadi pembalikan fase, saat sumber arus listrik AC
dibalik atau ditukar.

Didalam sebuah dioda Bridge, ada 4 buah terminal diantaranya yaitu 2 buah terminal AC sebagai input
sumber arus. Sedangkan, 2 kaki lainnya yaitu arus DC positif dan negatif.

Simbol Dioda
Gambar di atas merupakan bentuk sederhana dari dioda. Ada simbol (+) berarti aliran yang positif
disebut anoda, sedangkan simbol (-) berarti negatif disebut katoda.

Karakteristik Dioda
Ada 2 karakteristik yang ada pada Dioda, yaitu Dioda di bias maju dan Dioda di bias mundur. Nah,
berikut dibawah ini adalah penjelasannya.

1. Dioda di Bias Maju

Karakter Dioda di bias maju ini, buat memberikan tegangan luar menuju terminal dioda.

Nah, kalo anoda (+) terhubung ke kutup positif pada baterai dan katoda (-) terhubung ke kutub negatif
pada baterai, maka akan mengakibatkan bias maju atau forward bias.

2. Dioda di Bias Mundur

Karakter Dioda yang bias secara mundur. Kalo Anoda (+) dihubungkan ke kutup negatif dan katoda (-)
dihubungan ke kutup positif jadi jumlah arus yang mengalir pada rangkaian bias mundur akan lebih
kecil.

Pada Dioda di bias mundur, ada arus maju yang dihubungkan ke baterai yang punya tegangan gak
terlalu besar dan signifikan, karena gak mengalami peningkatan.

Lalu, saat terjadi proses reserve, dioda gak bisa menghantarkan listrik karena nilai hambatannya besar.
Dioda ini juga dianjurkan buat gak punya besar tegangan dan arus yang melebihi batas.

Macam – Macam Dioda


1. Dioda Umum

Dioda Umum yaitu dioda yang dipakai dalam rangkaian – rangkaian sederhana dan berfungsi sebagai
perata atau pembatas arus listrik.

Dioda umum ini, dalam operasinya bisa bekerja kalo diberi arus bolak – balik atau searah.

Arus listrik yang lewat dioda, sebagian akan dilewatkan baik tegangan positifnya atau tegangan
negatifnya tergantung cara pemasangannya.

Yang termasuk Dioda Umum, yaitu:

 Dioda Silikon
 Dioda Germanium
 Dioda Rectifier
 Dioda Selenium
 Dioda Kuprok

2. Dioda Khusus

Dioda Khusus berkerja bukan cuma sebagai perata atau pembatas arus, tapi pemakaiannya sangat
bervariasi.

Beberapa aplikasinya adalah sensor, penyearah terkendali dan lain sebagainya.

Yang termasuk Dioda khusus, yaitu:

 Dioda Zener
 Dioda DIAC
 Dioda TRIAC
 Dioda Kapasitansi
 Dioda LED
 Dioda Thyristor (SCR)
 Dioda Photosel (Photo Dioda)
Cara Kerja Dioda

Dioda semikonduktor ini, cuma bisa melewati satu arus yang searah, pada saat dioda memperoleh arus
akan maju satu arah (forward Bias).

Karena, didalam dioda ada junction yaitu pertemuan konduktor antara tipe P dan tipe N. Kondisi ini
bisa dibilang, kalo konduksi penghantar masih tergolong kecil.

Sedangkan, kalo dioda diberi satu arah / bias mundur (Reverse bias). Maka, dioda gak bekerja dan
pada kondisi ini dioda punya tahanan dalam yang tinggi jadi arus sulit mengalir.

Apabila dioda silicon dialiri arus AC, maka yang mangalir cuma satu arah aja, jadi arus output dioda
berupa arus DC.

Dari kondisi tersebut, maka dioda cuma dipakai pada beberapa pemakaian aja, antara lain sebagai
Penyearah setengah gelombang (Half Wave Rectifier), penyearah gelombang penuh (Full Wave
Rectifier).

Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter

1. Multimeter Analog
Caranya:

 Pertama, aturkan Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω) x1k atau x100
 Lalu, hubungkan Probe Merah pada Terminal Katoda (tanda gelang)
 Kemudian, hubungkan Probe Hitam pada Terminal Anoda.
 Setelah itu, kamu baca hasil Pengukuran di Display Multimeter.
 Berikutnya, jarum pada Display Multimeter harus bergerak ke kanan.
 Selanjutnya, balikan Probe Merah ke Terminal Anoda dan Probe Hitam pada Terminal Katoda
(tanda gelang).
 Kemudian, kamu baca hasil Pengukuran di Display Multimeter.
 Terakhir, jarum harus tidak bergerak.

NOTE: Kalo Jarum bergerak ke sebelah kiri, maka Dioda tersebut berkemungkinan udah rusak.

2. Multimeter Digital (Fungsi Ohm/Ohmmeter)


Caranya:

 Pertama, aturkan Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω)


 Kemudian, hubungkan Probe Hitam pada Terminal Katoda (tanda gelang)
 Lalu, hubungkan Probe Merah pada Terminal Anoda.
 Berikutnya, baca hasil pengukuran di Display Multimeter
 Selanjutnya, display harus menunjukan nilai tertentu (Misalnya 0.64MOhm)
 Setelah itu, kamu balikan Probe Hitam ke Terminal Anoda dan Probe Merah ke Katoda
 Kemudian, baca hasil pengukuran di Display Multimeter
 Terakhir, nilai Resistansinya adalah Infinity (tak terhingga) atau Open Circuit.

NOTE: Kalo terdapat Nilai tertentu, maka Dioda tersebut berkemungkinan udah Rusak.

3. Multimeter Digital (Fungsi Dioda)


Caranya:

 Pertama, kamu aturkan Posisi Saklar pada Posisi Dioda


 Selanjutnya, hubungkan Probe Hitam pada Terminal Katoda (tanda gelang)
 Berikutnya, kamu hubungkan Probe Merah pada Terminal Anoda.
 Kemudian, coba baca hasil pengukuran di Display Multimeter
 Lalu, display harus menunjukan nilai tertentu (Misalnya 0.42 V)
 Setelah itu, kamu balikan Probe Hitam ke Terminal Anoda dan Probe Merah ke Katoda
 Berikutnya, kamu baca hasil pengukuran di Display Multimeter
 Terakhir, tidak terdapat nilai tegangan pada Display Multimeter.

NOTE: Kalo terdapat Nilai tertentu, maka Dioda tersebut berkemungkinan sudah Rusak.

Catatan:

Hal yang perlu diperhatikan disini yaitu Cara Mengukur Dioda dengan memakai Multimeter Analog
dan Multimeter Digital adalah terbalik. Perhatikan Posisi Probe Merah (+) dan Probe Hitamnya (-).

Cara pengukuran diatas juga bisa dipakai buat menentukan Terminal mana yang Katoda dan mana
Terminal Anoda. Kalo tanda gelang yang ada di Dioda gak bisa dilihat lagi atau terhapus (hilang).

Dioda Penyearah

Dioda (diode) yaitu komponen elektronika aktif yang terbuat dari bahan semikonduktor dan fungsinya
buat menghantarkan arus listrik ke satu arah tapi menghambat arus listrik dari arah sebaliknya.

Pengertian Dioda Penyearah


Rectifier atau Penyearah Gelombang yaitu suatu bagian dari Rangkaian Catu Daya atau Power Supply
yang berfungsi sebagai pengubah sinyal AC (Alternating Current) jadi sinyal DC (Direct Current).

Rangkaian Rectifier atau Penyearah Gelombang ini pada umumnya memakai Dioda sebagai
Komponen Utamanya.

Hal ini dikarenakan Dioda punya karakteristik yang cuma melewatkan arus listrik ke satu arah dan
menghambat arus listrik dari arah sebaliknya.

Kalo sebuah Dioda dialiri arus bolak – balik (AC), maka Dioda tersebut cuma akan melewatkan
setengah gelombang, sedangkan setengah gelombangnya lagi diblokir.

Prinsip Kerja Dioda Penyearah


Salah satu fungsi dioda yaitu sebagai penyearah arus. Hal ini sesuai dengan karakteristik dasar dioda
yang cuma melewatkan arus listrik satu arah aja.

Fungsi dioda sebagai penyearah ini banyak diaplikasikan pada rangkaian power supply dan pada
tulisan kali ini akan dibahas lebih detail tentang prinsip kerja dioda sebagai penyearah.

Maksudnya, penyearah disini merupakan dioda yang dipakai buat menyearahkan arus bolak – balik
(AC) menjadi arus searah (DC).

Prinsip ini dipakai pada saat kamu membutuhkan tegangan DC dari sumber tegangan AC seperti pada
listrik rumah tangga. Sumber listrik dirumah yang diperoleh dari PLN yaitu tegangan AC sebesar
220V.

Buat bisa dipakai pada perangkat elektronika seperti misalnya Televisi, Radio, DVD Player, Charger
Hp dan sebagainya. Tegangan AC tersebut harus diturunkan dan disearahkan terlebih dulu. Nah, buat
keperluan penyearahan inilah dioda dibutuhkan.

Simbol dan Bentuk Dioda Penyearah


Diatas adalah bentuk dan simbol dari dioda penyearah/rectifier yang kamu harus tahu!

Jenis – Jenis Dioda Penyearah

Ada beberapa jenis rangkaian penyearah, berdasarkan konfigurasi rangkaian dioda dan bentuk sinyal
yang dihasilkan.

Masing – masing konfigurasi punya kelebihan dan kekurangan sendiri – sendiri.

Pada pemilihan konfigurasi berdasarkan pada kebutuhan dengan memperhatikan aspek kestabilan,
kehalusan dan tentunya biaya pada komponen tersebut.

Nah, dibawah ini jenis konfigurasi rangkaian dioda penyearah / rectifier yang banyak sekali dipakai
dalam rangkaian Elektronika.

1. Dioda Penyearah Setengah Gelombang


Dioda penyearah setengah gelombang ini merupakan penyearah yang cuma mengeluarkan setengah
siklus gelombang sinus dengan memakai satu blok dioda aja.

Kelebihannya:
 Sederhana, simpel dan hemat biaya karena cuma memakai satu dioda dan satu fasa sinyal sinus.

Kelemahannya:

 Keluarannya punya riak (ripple) yang sangat besar, jadi gak halus dan membutuhkan kapasitor
besar pada aplikasi frekuensi rendah seperti listrik PLN 50Hz.

Kelemahan ini gak berlaku pada aplikasi power supply frekuensi tinggi seperti pada rangkaian SMPS.

 Kurang efisien, karena cuma mengambil satu siklus sinyal aja. Artinya, siklus lainnya gak
diambil atau terbuang. Ini mengakibatkan keluaran dari penyearah setengah gelombang punya
daya yang lebih kecil.

2. Dioda Penyearah Gelombang Penuh

Dioda penyearah gelombang penuh ini merupakan penyearah yang mengeluarkan semua siklus
gelombang sinus dari sinyal AC.

Prinsip kerja dari rangkaian ini yaitu membuat penyearah ganda dengan lebih dulu membalik siklus
negatif dari masukkan.

Maksudnya, dioda penyearah gelombang penuh ini membutuhkan 2 fasa input, satu fasa mengikuti
masukkan sinyal sinus dan satu fasa lainnya berbalikan dengan sinyal input.

Kelebihannya:

 Lebih efisien, karena mengambil semua bagian dari siklus sinyal AC yang disearahkan. Hal ini
membuat keluaran dari penyearah gelombang penuh punya riak (ripple) yang kecil dan lebih
halus. Daya yang terserap juga lebih efisien karena gak ada siklus yang dibuang.
Kelemahannya:

 Kebutuhan akan satu siklus pembalik yang berarti harus menambah satu gulungan lilitan lagi
pada transformator serta penggunaan dua buah dioda buat penyearahan. Akibatnya, pada
penambahan biaya yang harus ditanggung oleh rangkaian tersebut.

Ada 2 cara buat membentuk Full Wave Rectifier atau Penyearah Gelombang Penuh.

Kedua cara tersebut tetap memakai Dioda sebagai Penyearahnya, tapi dengan jumlah Dioda yang beda
yaitu dengan memakai 2 Dioda dan 4 Dioda.

Penyearah Gelombang Penuh dengan 2 Dioda harus pakai Transformer CT, sedangkan Penyearah 4
Dioda gak perlu pakai Transformer CT, Penyearah 4 Dioda sering disebut juga dengan Full Wave
Bridge.

A. Penyearah Gelombang Penuh 2 Dioda

Seperti yang dikatakan diatas, Penyearah Gelombong Penuh 2 Dioda memerlukan Transformer khusus
yang dinamakan dengan Transformer CT (Centre Tapped).

Transformer CT memberikan Output (Keluaran) Tegangan yang berbeda fasa 180° lewat kedua
Terminal Output Sekundernya.

Perbedaan Fase 180° tersebut bisa kamu lihat seperti pada gambar yang ada dibawah ini:

Disaat output Transformer CT pada Terminal Pertama memberikan sinyal Positif pada D1, maka
Terminal kedua pada Transformer CT akan memberikan sinyal Negatif (-) yang berbeda fasa 180°
dengan Terminal Pertama.
D1 yang dapat sinyal Positif (+) akan ada dalam kondisi Forward Bias (Bias Maju) dan lewat sisi
sinyal Positif (+) tersebut sedangkan D2 yang dapat sinyal Negatif (-) akan ada di kondisi Reverse Bias
(Bias Terbalik), jadi menghambat sisi sinyal Negatifnya.

Sebaliknya, pada saat gelombang AC pada Terminal Pertama berubah jadi sinyal Negatif maka D1
akan ada dalam kondisi Reverse Bias dan menghambatnya.

Terminal Kedua yang berbeda fasa 180° akan berubah jadi sinyal Positif sehingga D2 berubah jadi
kondisi Forward Bias yang lewat sisi sinyal Positif tersebut.

B. Penyearah Gelombang Penuh 4 Dioda

Penyearah Gelombang Penuh pakai 4 Dioda yaitu jenis Rectifier yang sering banget dipakai dalam
rangkaian Power Supply karena memberikan kinerja yang lebih baik dari jenis Penyearah lainnya.

Penyearah Gelombang Penuh 4 Dioda ini juga sering disebut dengan Bridge Rectifier atau Penyearah
Jembatan.

Berdasarkan gambar diatas, kalo Transformer mengeluarkan output sisi sinyal Positif (+) maka Output
maka D1 dan D2 akan ada dalam kondisi Forward Bias, jadi melewatkan sinyal Positif tersebut
sedangakan D3 dan D4 akan menghambat sinyal sisi Negatifnya.

Kemudian, pada saat Output Transformer berubah jadi sisi sinyal Negatif (-) maka D3 dan D4 akan
ada dalam kondisi Forward Bias jadi lewat sinyal sisi Positif (+) tersebut, sedangkan D1 dan D2 akan
menghambat sinyal Negatifnya.

3. Dioda Penyearah Sistem Jembatan


Dioda penyearah sistem jembatan ini merupakan penyearah dengan memanfaatkan topologi dioda
yang disusun dengan sistem jembatan (dioda bridge).

Sistem ini mengambil semua siklus gelombang sinus masukkan, tapi dengan input fasa tunggal.

Sistem lebih efisien pada sistem power supply dengan input fasa tunggal, karena menghemat
penggunaan lilitannya.

Rangkaian dioda bridge memanfaatkan kerja forward secara bergantian pada masing – masing dioda
yang dimanfaatkan pada masing – masing siklus.

Pada siklus positif, dioda pertama dan kedua bekerja secara forward dan pada siklus negatif, dioda
ketiga dan keempat yang ganti bekerja secara forward.

4. Penyearah Gelombang yang Dilengkapi dengan Kapasitor


Tegangan yang dihasilkan oleh Rectifier belum benar – benar rata seperti tegangan DC pada
umumnya.

Makanya, diperlukan Kapasitor yang fungsinya sebagai Filter (Penyaring) buat menekan riple yang
terjadi pada proses penyearahan Gelombang AC.

Nah, jenis Kapasitor yang umum dipakai merupakan Kapasitor jenis ELCO (Electrolyte Capacitor

Dioda Zener

Kamu udah pernah mendengar apa itu Dioda Zener? Atau melihat gimana model Dioda Zener?

Jadi, Dioda Zener tuh komponen elektronika yang terbuat dari Semikonduktor. Dioda zener dirancang
khusus agar bisa beroperasi di rangkaian Reverse Bias (Bias Balik).

Pengertian Dioda Zener


Apa sih itu Dioda Zener?

Dioda Zener yaitu komponen Elektronika yang terbuat dari Semikonduktor dan salah satu jenis Dioda
yang dirancang khusus agar bisa beroperasi di rangkaian Reverse Bias (Bias Balik).

Umumnya alat ini dipakai buat kestabilan arus listrik, karena arus listrik akan lebih baik dalam
keadaan stabil.

Alat ini sangat mudah, makanya jadi banyak dipakai oleh masyarakat, hampir setiap rumah pasti punya
alat jenis ini.

Kalo dioda lainnya dipakai sebagai penyearah arus, tapi beda dengan dioda Zener.

Dioda Zener dirancang supaya bisa beroperasi pada rangkaian bias balik atau reverse bias.

Pada sebuah rangkaian bias maju atau forward bias dan dipasangkan Zener berfungsi seperti dioda
pada umumnya yaitu penyearah arus.

Tapi, kalo dipasangkan pada reverse bias balik dioda akan mencapai tegangan breakdown dan
tegangan ini dan jadi tegangan referensi.

Karakteristik Dioda Zener


Dioda zener memiliki karakteristik yang akan menyalurkan arus listrik berlawanan arah kalo dapat
tegangan yang lebih besar dari tegangan tembus atau zener sesuai ukuran dioda zener tersebut.

Besarnya tegangan tembus ini bermacam – macam, contohnya 6 volt, 9 volt dan lainnya, tergantung
yang tertera pada dioda zener sendiri.

Perbedaan dengan dioda biasa yaitu pada dioda zener akan menolak atau membalikkan arus listrik
yang berlawanan arah saat menerima tegangan listrik yang lebih besar dari batas tegangan tembus
(zener).

Sedangkan, dioda biasa cuma akan menyalurkan arus listrik ke satu arah aja, ini yaitu perbedaan yang
jelas bisa kamu tahu dari dioda zener dan biasa.

Apabila dicatu balik, maka dioda zener akan mengalirkan arus listrik berlawanan (reverse bias)
dibawah tegangan rusaknya.

Kemudian, dioda zener akan jadi panas dan putus (rusak) kalo dapat tegangan yang melebihi tegangan
aslinya. Kalo dilakukan dalam batas kemampuan aslinya, maka proses ini adalah reversible.

Dalam kasus catu maju, dioda ini akan memberi tegangan jatuh (drop voltage) sekitar 0,6 volt yang
biasa buat dioda silikon.

Maka, besar kecilnya tegangan jatuh dipengaruhi oleh jenis dioda zener yang dipakai dalam rangkaian
elektronika tersebut.

Fungsi Dioda Zener


Ada beberapa fungsi yang terdapat pada sebuah dioda Zener, diantaranya:

 Penyestabil lever tegangan


 Pendeteksi tegangan tertentu
 Pembatas sinyal input
 Pengaman Electro Static Discharge (ESD)

Simbol dan Bentuk Dioda Zener


Dioda zener punya simbol mirip dengan dioda biasa, dengan sedikit modifikasi tekukan miring pada
garis lurus didepan panah.

Seperti dioda biasa, dioda zener juga punya kaki katoda dan anoda. Kaki pada ujung panah yaitu
katoda dan kaki yang satunya yaitu Anoda.

Sedangkan, bentuk fisik dioda zener umumnya kecil dan sekilas mirip dengan dioda IN4148.
Makanya, harus diperhatikan saat praktek dalam merakit komponen supaya gak salah pasang.

Pada dioda zener, ada ciri khusus berupa tulisan pada bodi yang menunjukkan tegangan kerja dioda
zener.

Rumus Dioda Zener


Buat bisa mengetahui rumus dioda zener, kamu harus memahami gimana dioda zener tersebut bekerja
dalam sebuah rangkaian. Nah, berikut dibawah ini adalah rumus dari dioda Zener.

Is = (Vs – Vz) / (Rs)

Keterangan:

 Is = Besarnya arus yang mengalir


 Vs = Sumber tegangan
 Vz = Tegangan dioda zener
 Rs = Tegangan resistor
Prinsip Kerja Dioda Zener

Dioda zener dikerjakan secara terbalik (reverse), gak seperti dioda biasa yang dikerjakan secara maju
(forward).

Nah, kalo dikerjakan seperti dioda biasa maka pada dioda zener berlaku aturan dioda biasa yaitu
tegangan maju sebesar 0.7 volt.

Kesimpulannya, dioda zener punya besar tegangan breakdown tertentu dan bersifat tetap.

Besarnya tegangan breakdown diukur antara kaki katoda dan anoda, dalam hal ini katoda lebih positif
dari anoda karena dikerjakan secara terbalik (reverse).

Jadi intinya yaitu tegangan antara katoda dan anoda selalu tetap.

Buat menjelaskan dioda zener biasanya aku pakai 2 rangkaian dioda zener yaitu secara paralel (shunt)
dan secara seri (series).

Tapi, sebelum itu kamu harus tahu syarat kalo besarnya tegangan input (Vin) harus lebih tinggi dari
nilai tegangan dioda zener.

Contohnya: Kamu pakai dioda zener 5v6, maka besar tegangan input harys lebih tinggi seperti 10 volt.

1. Cara Kerja Dioda Zener pada Rangkaian Paralel


Sesuai rangkaian yang ada diatas, dioda zener dipasang secara paralel terhadap jalur masukan tegangan
DC.

Besarnya tegangan output (Vout) pada rangkaian diatas yaitu sebesar tegangan dioda zener, misal
dipakai dioda zener 5V6 maka tegangan output akan sebesar 5.6V.

Kemudian, buat mengetahui kerja dioda zener, kamu akan ubah – ubah nilai tegangan input misal
dinaikkan jadi 12V atau turunkan jadi 8V.

Kalo dioda zener berfungsi dengan baik maka besarnya tegangan output akan selalu tetap sebesar 5.6V
meski besarnya tegangan input berubah – ubah.

Kesimpulannya, besar tegangan output pada rangkaian diatas sama dengan besar tegangan dioda zener.

Rumus tegangan output prinsip kerja dioda zener pada rangkaian paralel, yaitu:

Vout = Vzener

Dari perbandingan pada rumus diatas, kamu bisa memanfaatkan dioda zener sebagai penyetabil
tegangan dan pembatas level tegangan.

Selain itu, juga bisa pakai buat pengaman port mikrokontroler dari loncakan tegangan yang masuk ke
port tersebut agar IC gak rusak.

2. Cara Kerja Dioda Zener pada Rangkaian Seri


Sesuai dengan rangkaian yang ada diatas, dioda zener dipasang secara seri terhadap jalur masukan
tegangan DC.

Besarnya tegangan output (Vout) pada rangkaian diatas yaitu tegangan input dikurangi tegangan dioda
zener, misal dipakai dioda zener 5V6 dan tegangan input 10V maka tegangan outputnya akan sebesar
4.4V.

Lalu, buat mengetahui kerja dioda zener, kamu akan ubah – ubah nilai tegangan input misal dinaikkan
jadi 12V atau turunkan jadi 8V.

Nah, kalo dioda zener berfungsi dengan baik maka besarnya tegangan output juga akan naik turun
sama dengan tegangan input.

Hal ini terjadi karena, besarnya tegangan pada dioda zener selalu tetap.

Kesimpulannya besar tegangan output pada rangkaian diatas sama dengan besar tegangan input
dikurangi tegangan dioda zener.

Jadi rumus tegangan output prinsip kerja dioda zener pada rangkaian seri, yaitu:

Vout = Vin – Vzener

Dari rumus diatas, kamu bisa memakai dioda zener buat mendeteksi level tegangan pada suatu titik
rangkaian.

Nantinya, nilai selisih tegangan yang kamu deteksi bisa dipakai untuk membuat rangkaian pembanding
tegangan.

Jadi, kamu bisa memanfaatkan dioda zener buat berbagai kerperluan diantaranya sebagai penyetabil
tegangan dan pendeteksi level tegangan.

Selain itu, dioda zener juga bisa dipakai buat pembatas level dan pengaman port IC dari bahaya elektro
statik discharge.
Cara Membaca Kode Dioda Zener

Dalam pembacaan kode komponen ini sebetulnya gak ada stardarnya, karena emang beda-beda dan
tergantung pada manufaktur pembuatnya.

Biasanya pada badan komponen tertulis tegangan kerjanya, misal aja menunjukkan angka 5V6 maka
dioda tersebut menstabilkan tegangan output senilai 5,6 VDC.

Tapi, ada juga manufaktur yang punya kode tersendiri, seperti dalam kode 1N XXXXX maka
diperlukan pembacaan, berikut ini kode buat 1N:

 1N4728A = 3.3v
 1N4729A = 3.6v
 1N4730A = 3.9v
 1N4731A = 4.3v
 1N4732A = 4.7v
 1N4733A = 5.1v
 1N4734A = 5.6v
 1N4735A = 6.2v
 1N4736A = 6.8v
 1N4737A = 7.5v
 1N4738A = 8.2v
 1N4739A = 9.1v
 1N4740A = 10v
 1N4741A = 11v
 1N4742A = 12v
 1N4743A = 13v
 1N4744A = 15v
 1N4745A = 16v
 1N4746A = 18v
 1N4747A = 20v
 1N4748A = 22v
 1N4749A = 24v
 1N4750A = 27v
 1N4751A = 30v
 1N4752A = 33v
 1N4753A = 36v
 1N4754A = 39v
 N4755A = 43v
 1N4756A = 47v
 1N4757A = 51v
 1N4758A = 56v
 1N4759A = 62v
 1N4760A = 68v
 1N4761A = 75v
 1N4762A = 82v
 1N4763A = 91v
 1N4764A = 100v

Selain kode 1N, ternyata ada juga kode MA loh! Dimana, angka pertama menunjukkan daya/kapasitas
komponen semikonduktor ini, yaitu:

 MA1xxx = 1 Watt
 MA2xxx = 0.5 Watt
 MA3xxx = 0.3 Watt
 MA4xxx = 1/4 Watt
 MA5xxx = 1/8 Watt

Dan 3 angka berikutnya menunjukkan tegangan kerjanya, yaitu:

 MA3100 = 10.0v
 MA2180 = 18.0v
 MA1056 = 5.6v
 MA3091 = 9.1v

Berapapun variasi tegangan yang ada? Intinya, tegangan terendah yaitu 2.4 V dan tertinggi yaitu 200 V
dengan daya maksimal 5 Watt.

Cara Mengukur Dioda Zener


Mengukur diode Zener sama seperti mengukur penyearah yang biasa yang sering dipakai pada power
suplay.

Tapi, lebih mudah kerena pakai AVO meter atau multimeter yang punya fitur mengukur dioda. Posisi
kaki anoda di sesuaikan perhatikan gambar yang ada diatas.

NOTE: Kalo di ukur dengan multimeter ternyata di bolak – balik polaritasnya tetap menunjukkan
angka pada meter, bisa di pastikan dioda tersebut udah short atau bocor.

Contoh Soal Dioda Zener

1. Dalam rangkaian catu daya tersebut di atas, dipasang sebuah dioda zener yang berfungsi buat
menstabilkan tegangan. Nilai tegangan zener atau break down zener sebesar 10 V. Tegangan di sisi
elco sebesar 40 VDC dan Resistor yang diseri dengan zener sebesar 470 Ohm. Impedansi output
sebesar 200 Ohm. Berapa output tegangan yang dihasilkan oleh rangkaian? Berapa besar arus yang
bisa mengalir dalam rangkaian? Dan berapakah arus zener minimal dan maksimal yang dihasilkan oleh
rangkaian tersebut?

Jawaban:

Diketahui:

 Vin = 40 VDC
 R =470 Ohm
 Vz = 10 V
 Rl = 200 Ohm
Ditanya:

 Vout =?
 I =?
 Iz min =?
 Iz max =?

Jawab:

 Vout = Vz + (Iz x Zz) Impedansi zener, Zz kita abaikan, maka


 Vout = Vz = 10 V

 I = (Vin – Vout) / R
 I = (40 – 10) / 470
 I = 30 / 470
 I = 0,064 A
 I = 64 mA

 IL min terjadi pada RL = 00, IL min = 0


 IL max terjadi pada RL = 200 Ohm, IL max = Vout/R = 10/200 = 0,05 A = 50 mA

Maka,

 Iz min = I – IL max = 64 – 50 = 15 mA
 Iz max = I – IL min = 64 – 0 =64 mA

Jadi,

 Vout = 10 V
 I = 64 mA
 Iz min = 14 mA ~ RL = 200 Ohm
 Iz max = I = 64 mA ~ RL = 00

Kamu bisa cari contoh soal terkait ini di rumuspintar

Multimeter

Multimeter merupakan sebuah alat ukur yang dipakai buat mengukur suatu Arus listrik (Ampere),
tegangan listrik (Voltage), hambatan listrik (Ohm) dan tahanan (resistansi).

Sedangkan pada perkembangannya, multimeter masih bisa dipakai buat beberapa fungsi seperti
mengukur temperatur, induktansi, frekuensi dan lain sebagainya.

Berdasarkan dari fungsinya, alat ini sering disebut dengan AVO meter yang artinya (Ampere, Voltage,
Ohm).

Fungsi pada Multimeter


Berikut ini, ada beberapa fungsi dari multimeter atau AVO meter yang perlu kamu ketahui nih,
diantaranya yaitu:

1. Mengukur Arus Listrik

Fungsi utama pada AVO meter yaitu mengukur arus listrik. Ada 2 jenis Ampere yang ada disebuah
alat ukur yaitu arus AC (Alternating Current) dan arus DC (Direct Current).

Buat menghindari kerusakan yang terjadi, maka dihimbau buat memperhatikan arus listrik yang akan
kamu ukur dan jangan sampai diluar jangkauan batas ukur maksimal.

2. Mengukur Tegangan Listrik

Fungsi AVO meter berikutnya adalah mengukur tegangan listrik atau tingkat Voltase dari sebuah
komponen listrik.

Disetiap Multimeter/AVO meter ini ada saklar selector yang berfungsi buat menentukan batas ukur
maksimum. Makanya, kamu prediksi dulu level tegangan listrik dari sebuah rangkaian listrik yang
akan kamu ukur.

3. Mengukur Hambatan Listrik

Fungsi Multimeter/AVO meter selanjutnya yaitu mengukur tingkat hambatan atau resistansi dari suatu
komponen listrik atau resistor yang mempunyai unsur resistansi.

Penting, disini kamu harus memperhatikan batas ukur resistansi sebuah komponen listrik yang akan
kamu pakai.

4. Fungsi HFE
Gak semua alat ukur mempunyai fungsi Hfe. Fungsi Hfe ini dipakai buat mengetahui nilai dari faktor
penguatan transistor.

Fungsi Hfe ini biasanya dipakai buat mengukur penguatan transistor yang ada pada tipe NPN dan PNP.

5. Mengukur Nilai Kapasitansi

Fungsi lain yang belum tentu ada pada setiap multimeter/AVOmeter yaitu mengukur nilai kapasitansi
dari suatu kapasitor. Baik pada tipe Analog ataupun Digital.

Keduanya mempunyai batas ukur tingkat resistansi yang harus diperhatikan.

6. Mengukur Frekuensi Sinyal

Fungsi yang terakhir dari sebuah Multimeter/AVO meter yaitu buat mengetahui nilai Frekuensi dari
suatu isyarat atau sinyal pada komponen elektronika.

Jenis – Jenis Multimeter

Alat ukur buat rangkaian listrik ini terdiri dari 2 jenis, yaitu dari kategori Digital dan Analog. Nah,
dibawah ini penjelasan lengkapnya.

1. Multimeter Digital

Alat ukur jenis Digital lebih sering dipakai, karena cara kerjanya jauh lebih mudah dan akurat. Hasil
alat ukur bisa dengan mudah dibaca pada layar digital yang tertera.
Istilah lain dari multitester jenis ini yaitu DVOM (Digital Volt Ohm Meter) atau DMM (Digital Multi
Meter).

Pada tipe Digital, selain bisa mengukur Tegangan, Hambatan, serta Arus listrik, alat ukur ini juga
mampu melakukan pengukuran pada Hfe transistor yang ada pada tipe – tipe tertentu aja.

2. Multimeter Analog

Jenis multimeter/AVO meter Analog yaitu analog dengan ciri – ciri berupa tampilan jarum jam yang
dilengkapi dengan range – range angka hasil ukur.

Dengan kata lain, jenis Analog lebih manual penghitungannya jadi dibutuhkan ketelitian terutama saat
menentukan tegangan atau Voltase yang cukup besar.

Selain itu, akurasi hasil perhitungannya dari multimeter Analog ini juga lebih rendah dibandingkan
jenis Digital.

Bagian – Bagian pada Multimeter

Multimeter mempunyai beberapa komponen atau bagian-bagian penting didalamnya yang harus kamu
ketahui dan pahami.

1. Sekrup

Sekrup berfungsi buat mengatur kedudukan jarum jam atau dikenal dengan istilah Zero Adjust Screw.
Sekrup ini bisa diputar ke kanan dan ke kiri memakai alat bantu yaitu Obeng.

2. Tombol Pengatur Jarum Penunjuk


Tombol pengatur jarum penunjuk ini berfungsi buat mengatur jarus ukur, supaya berada pada posisi
yang tepat (nol).

3. Saklar Selector

Saklar selector fungsinya buat memilih posisi pengukuran dan batas pengukurannya.

Biasanya alat ukur ini mempunyai 4 posisi pilihannya, yaitu pengukuran resistansi, arus DC, tegangan
DC, dan tegangan AC.

4. Lubang Kutub Positif (+) dan Negatif (-)

Lubang kutub positif (+) dan negatif (-) tersebut fungsinya sebagai tempat test lead + (warna merah)
atau – (warna hitam).

5. Saklar Selector Polaritas

Saklar selector polaritas ini fungsinya buat memilih polaritas arus DC (Direct Current) atau arus AC
(Alternating Current).

6. Jarum Penunjuk

Jarum penunjuk ini dipakai buat menunjukkan besaran yang akan kamu ukur tegangan dari sebuah
komponen listrik.

7. Skala

Skala tersebut berfungsi buat membaca hasil akhir dari komponen listrik yang kamu sedang diukur
tesebut.

Cara Menggunakan Multimeter


Langkah – langkah yang harus kamu lakukan saat menggunakan sebuah alat ukur multimeter/AVO
meter, yaitu sebagai berikut:

 Pertama, kamu perhatikan dulu, jarum penunjuk yang memperlihatkan skala pengukuran.
 Perhatikan juga pengaturan knob atau saklar yang dipakai buat mengatur fungsi Ampere,
Voltage, ataupun Ohm.
 Lalu, lakukan setting juga pada skala x1, x10 atau yang lainnya dan pastikan knob pada posisi
Off saat udah gak dipakai lagi.
 Tentukan lubang buat memasukkan kabel jack sesuai dengan fungsi yang diinginkan. Ada dua
lubang yaitu (+) dan (-) yang nantinya menunjukkan polaritas dari tegangan atau probe.
 Kemudian, kamu cek kembali apakah baterai udah terpasang dengan baik. Pastikan kondisi
baterai tersebut masih bagus dan berkualitas.

Ada beberapa hal, yang perlu kamu perhatikan saat menggunakan fungsi Ampere, Voltage, atau Ohm
yaitu:

 Saat mengukur arus (Ampere), pastikan saklar pada posisi DCA. Putar saklar selector pada
posisi atau skala di atas arus yang diukur. Hal ini buat menghindari kerusakan sekring, pastikan
Power Suplay terhubung ke beban dan silakan baca hasil pengukuran di layar display.
 Buat mengukur Tegangan, pastikan saklar berada di posisi AVC dan pilih skala pengukuran
yang tepat. Kalo gak mengetahui nilai tegangan yang akan diukur, sebaiknya memilih skala
tertinggi untuk menghindari kerusakan. Terakhir hubungkan Probe ke dalam terminal yang
akan diukur. Silakan baca hasilnya di display.
 Pada saat mengukur Hambatan (Ohm), pastikan saklar di posisi tersebut. Lalu pilih skala yang
diukur. Hubungkan Probe ke dalam komponen Resistor dan bacalah hasilnya di display.

Cara Kerja Multimeter


Alat ukur Multimeter/AVO meter ini mempunyai cara kerja yang cukup unik, loh! Didalam alat ini ada
sebuah kumparan yang terbuat dari bahan tembaga.

Kumparan tersebut diletakkan diantara 2 kutub, yaitu kutub Utara dan Selatan dan pada kumparan
tersebut ada sebuah jarum ukur atau jarum meter sebagai penunjuk angka.

Apabila kedua ujung kumparan tersebut dialiri oleh arus listrik, maka jarum jam akan bergerak menuju
skala tertentu sesuai dengan yang sedang diukur.

Multimeter mempunyai peran yang sangat penting, karena bisa mengecek kondisi suatu rangkaian
listrik. Kesalahan yang terjadi, bisa diketahui dengan tingkat akurasi yang tinggi.

Makanya, keberadaan alat multimeter ini sangat berguna buat para ahli elektronika dan alat ini sangat
ringan/mudah buat dibawa kemana aja

Osiloskop

Osiloskop yaitu alat ukur elektronika yang bisa memetakan atau memproyeksikan sinyal listrik dan
frekuensi jadi gambar grafik, supaya bisa dibaca dam mudah dipelajari.

Dengan memakai Osiloskop, kamu bisa mengamati dan menganalisa bentuk gelombang dari sinyal
listrik atau frekuensi dalam suatu rangkaian elektronika.

Umumnya, Osiloskop bisa menampilkan grafik dua dimensi (2D) dengan waktu pada sumbu X dan
tegangan pada sumbu Y.

Osiloskop banyak sekali dipakai pada industri-industri seperti penelitian, sains, engineering, medikal
dan telekomunikasi.
Fungsi Osiloskop

Banyak sekali fungsi yang ada pada sebuah Osiloskop, diantaranya sebagai berikut:

1. Buat menyelidiki gejala yang bersifat periodik


2. Buat melihat bentuk gelombang kotak dari tegangan
3. Buat menganalisis gelombang dan fenomena lain dalam rangkaian elektronika
4. Bisa melihat amplitudo tegangan, periode, frekuensi dari sinyal yang gak diketahui
5. Buat melihat harga – harga momen tegangan dalam bentuk sinus ataupun bukan sinus
6. Dipakai buat menganalisa tingkah laku besaran yang berubah – ubah terhadap waktu, yang
ditampilkan pada layar
7. Mengetahui beda fasa antara sinyal masukan dan sinyal keluaran.
8. Mengukur keadaan perubahan aliran (phase) dari sinyal input
9. Mengukur Amlitudo Modulasi yang dihasilkan oleh pemancar radio dan generator pembangkit
sinyal
10. Mengukur tegangan AC/DC dan menghitung frekuensi.

Jenis – Jenis Osiloskop

Saat ini, ada 2 jenis Osiloskop yaitu Osiloskop Analog dan Osiloskop Digital. Nah, dibawah ini aku
mau menjelaskan satu persatu dari jenis Osiloskop tersebut. Simak yuk!
1. Osiloskop Tabung Kaca

Osiloskop jenis tabung kaca tersebut layarnya terbuat dari tabung CRT (Cathode Ray Tube) dan
Osiloskop jenis ini sering dikenal/dibilang sebagai Osiloskop Analog.

Osiloskop ini merupakan pengembangan dari osiloskop yang paling pertama dikembangkan dan
osiloskop ini mempunyai respon terhadap signal lebih cepat, dibandingkan dengan osiloskop digital.

2. Osiloskop LCD
Osiloskop ini merupakan osiloskop yang lebih maju dan udah memakai layar LCD yang lebih ringan
dan Osiloskop tersebut lebih dikenal dengan Osiloskop Digital.

Kelebihan osiloskop digital yaitu kemampuannya dalam menentukan bandwidth yang lebih fleksibel.

Nah, osiloskop jenis digital atau LCD ini bisa dibagi secara spesifik menjadi 4 macam, diantaranya
yaitu:

1. Osiloskop Sampling Digital


2. Osiloskop Portabel
3. Osiloskop Berbasis Komputer (PC)
4. Osiloskop Signal Campuran.

Bagian – Bagian Osiloskop


Ada banyak sekali bagian-bagian yang ada pada sebuah Osiloskop, berikut penjelasan lengkapnya.

1. Volt atau div fungsinya buat mengeluarkan tegangan AC.


2. CH1 (Input X) fungsinya buat memasukkan sinyal atau gelombang yang diukur atau
pembacaan posisi horisontal.
3. AC-DC fungsinya buat memilih besaran yang diukur.
4. Ground fungsinya buat memilih besaran yang diukur.
5. Posisi Y fungsinya buat mengatur posisi garis atau tampilan dilayar atas bawah.
6. Variabel fungsinya buat kalibrasi osiloskop.
7. Selektor pilih fungsinya buat memilih Channel yang diperlukan untuk pengukuran.
8. Layar fungsinya buat menampilkan bentuk gelombang.
9. Inten fungsinya buat mengatur cerah atau tidaknya sinar pada layar Osiloskop.
10. Rotatin fungsinya buat mengatur posisi garis pada layar.
11. Fokus fungsinya buat menajamkan garis pada layar.
12. Position X fungsinya buat mengatur posisi garis atau tampilan kiri dan kanan.
13. Sweep time/ div dipakai buat mengatur waktu periode (T) dan Frekwensi ( f ).
14. Mode fungsinya buat memilih mode yang ada.
15. Variabel fungsinya buat kalibrasi waktu periode dan frekuensi.
16. Level fungsinya buat menghentikan gerak tampilan layar.
17. Exi Trigger fungsinya buat trigger dari luar.
18. Power fungsinya buat menghidupkan Osiloskop.
19. Cal 0,5 Vp-p fungsinya buat kalibrasi awal sebelum Osciloskop dipakai.
20. Ground Osiloskop yang dihubungkan dengan ground yang diukur.
21. CH2 ( input Y ) fungsinya buat memasukkan sinyal atau gelombang yang diukur atau
pembacaan Vertikal.

Karakteristik Pengukuran Osiloskop


Kebanyakan Osiloskop, juga dilengkapi dengan alat pengukuran yang bisa mengukur sebuah
frekuensi, amplitudo dan karakteristik gelombang sinyal listrik.

Secara umum, Osiloskop bisa mengukur karakteristik berbasis waktu (Time) dan karakteristik yang
berbasis tegangan (Voltage). Berikut penjelasannya!

1. Karakteristik Berbasis Waktu (Time)

a. Frekuensi dan Periode

Frekuensi yaitu jumlah getaran yang dihasilkan selama 1 detik yang dinyatakan dengan Hertz.

Sedangkan, periode adalah kebalikan dari Frekuensi, yaitu waktu yang dibutuhkan buat menempuh 1
kali getaran yang biasanya dilambangkan dengan t dengan satuan detik.

Kemampuan Osiloskop dalam mengukur maksimum Frekuensi beda-beda tergantung pada tipe
osiloskop yang dipakai. Ada yang bisa mengukur 100 MHz, 20 MHz, ada yang cuma bisa mengukur 5
MHz.

b. Duty Cycle (Siklus Kerja)

Duty cycle merupakan perbandingan waktu saat sinyal mencapai kondisi ON dan saat mencapai
kondisi OFF dalam satu periode sinyal.

Dengan kata lain, Duty Cycle atau siklus kerja yaitu perbandingan lama kondisi ON dan kondisi OFF
dalam suatu sinya pada setiap periode.

c. Rise dan Fall Time


Rise time merupakan waktu perubahan sinyal (durasi) dari sinyal rendah ke sinyal yang lebih tinggi.

Contohnya dari 0 volt ke 10 volt.

Sedangkan, Fall time merupakan waktu perubahan sinyal (durasi) dari sinyal tinggi ke sinyal yang
rendah.

Contohnya dari 10 volt ke 0 volt.

Karakteristik ini sangat penting dalam mengukur sebuah respon suatu rangkaian terhadap sinyalnya
cuy!

2. Karakteristik Berbasis Tegangan (Voltage)

a. Amplitudo

Amplitudo merupakan ukuran besarnya suatu sinyal atau biasanya disebut dengan tingginya puncak
gelombang.

Ada beberapa cara dalam pengukuran Amplitudo yang diantaranya yaitu pengukuran dari Puncak
tertinggi ke Puncak terendah (Vpp), ada juga yang mengukur salah satu puncaknya aja baik yang
tertinggi atau yang terendah dengan sumbu X atau 0V.

b. Tegangan Maksimum dan Minimum

Osiloskop bisa dengan mudah menampilkan Tegangan maksimum dan minimum suatu rangkaian
elektronika.

c. Tegangan Rata -Rata

Osiloskop bisa melakukan perhitungan terhadap tegangan sinyal yang diterimanya dan menampilkan
hasil tegangan rata – rata sinyal tersebut.

Kinerja dan Spesifikasi Osiloskop


Gak semua Osiloskop mempunyai kinerja yang sama, loh! Hal ini tergantung pada spesifikasi
Osiloskop tersebut.

Beberapa spesifikasi penting pada Osiloskop yang menentukan kinerja Osiloskop, diantaranya sebagai
berikut:

1. Bandwidth (Lebar Pita)

Bandwith berfungsi buat menentukan rentang frekuensi yang bisa diukur oleh Osiloskop. Contohnya
100 MHz, 20 MHz atau 10 MHz.

2. Analog dan Digital

Osiloskop bisa digolongkan jadi 2 jenis, yaitu Osiloskop Analog dan Osiloskop Digital.

Osiloskop analog memakai tegangan yang diukur buat menggerak berkas elektron dalam tabung
gambar, buat menampilkan bentuk gelombang yang diukur.

Osiloskop digital memakai Analog to Digital Corverter (ADC) buat mengubah besaran tegangan jadi
besaran digital.

Umumnya, Osiloskop analog punya lebar pita atau bandwidth yang lebih rendah, fitur lebih sedikit
dibandingkan dengan Osiloskop digital. Tapi, Osiloskop analog mempunyai respon yang lebih cepat.

3. Jumlah Channel (Kanal)


Osiloskop yang bisa membaca lebih dari satu sinyal dalam waktu yang sama dan menampilkannya di
layar secara simultan.

Kemampuan tersebut tergantung pada jumlah kanal yang dimiliki. Umumnya, Osiloskop yang
ditemukan dipasaran mempunyai 2 atau 4 kanal.

4. Sampling Rate

Sampling Rate ini, gunanya cuma buat Osiloskop Digital yaitu berapa kali sinyal itu dibaca dalam satu
detik.

5. Rise Time

Spesifikasi rise time pada Osiloskop menunjukkan seberapa cepat Osiloskop tersebut dalam mengukur
perubahan sinyal naik dari yang terendah ke yang tertinggi.

6. Maximum Input Voltage

Setiap peralatan elektronik mempunyai batas tegangan Inputnya, gak terkecuali Osiloskop. Kalo sinyal
melebihi batas tegangan yang ditentukan, Osiloskop tersebut akan menjadi rusak karenanya.

7. Vertical Sensitivity (Sensitivitas Vertikal)

Nilai Vertical Sensitivity menunjukan kemampuan penguatan vertikal buat memperkuat sinyal lemah
pada Osiloskop. Vertical Sensitivity ini diukur dengan satuan Volt per div.

8. Time Base

Time Base menunjukan kisaran Sensitivitas pada Horisontal atau Sumbu Waktu. Nilai Time base
diukur dengan satuan second per div.

9. Input Impedance

Impedansi Input dipakai pada saat pengukuran Frekuensi tinggi. Kita juga dapat memakai Probe
Osiloskop buat kompensasi Impedansi yang kurang.

Cara Mengkalibrasi Osiloskop


Cara buat mengkalibrasi sebuah Osiloskop yang akan dipakai buat mengukur sebuah tegangan, maka
kamu harus perhatikan caranya beikut ini.

Cara Pertama

Yang harus kamu lakukan yaitu pengkalibrasian. Setelah kamu mengkoneksikan Osiloskop ke jaringan
listrik dan menyalakan. Lalu, kamu amati pada layar monitor yang tampak dilayar yaitu harus garis
lurus mendatar (kalo gak ada sinyal masukkan).

Cara Kedua

Kemudian kamu atur fokus, intensitas, kemiringan, position X dan position Y. Dengan mengatur posisi
tersebut, kamu nantinya bisa mengamati hasil pengukuran dengan jelas dan akan mendapat hasil
pengukuran dengan teliti.

Cara Ketiga

Lalu, pakai tegangan referensi yang ada di Osiloskop, maka kamu bisa melakukan pengkalibrasiaan
sederhana.

Ada 2 tegangan referensi yang bisa dijadikan acuan, yaitu tegangan persegi 2 Vpp dan 0.2 Vpp dengan
frekuensi 1 KHz.

Cara Keempat

Selanjutnya, kamu tempelkan probe pada terminal tegangan acuan, maka pada layar monitor akan
muncul tegangan persegi.

Kalo yang dijadikan acuan adalah tegangan 2 Vpp, maka pada posisi 1 Volt/div (satu kotak vertikal
mewakili tegangan 1 volt) harus ada nilai tegangan dari puncak ke puncak sebanyak 2 kotak dan buat
time/div, 1/ms/div (satu kotak horizontal mewakili waktu 1 ms) harus ada satu gelombang buat satu
kotak.

Apabila yang tampak pada layar belum tepat, maka perlu diatur pada potensio tengah di knob Volt/div
atau pada potensio dengan label (var).

Cara Kerja Osiloskop

Komponen utama Osiloskop yaitu tabung sinar katoda ( CRT ). Prinsip kerja tabung sinar katoda
yaitu Elektron dipancarkan dari katoda akan menumbuk bidang gambar yang dilapisi oleh zat yang
bersifat flourecent.

Bidang gambar ini berfungsi sebagai anoda. Arah gerak elektron ini bisa dipengaruhi oleh medan
listrik dan medan magnetik.

Umumnya, Osiloskop sinar katoda mengandung medan gaya listrik untuk mempengaruhi gerak
elektron kearah anoda.

Medan listrik dihasilkan oleh lempeng kapasitor yang dipasang secara vertikal, maka akan terbentuk
garis lurus vertikal dinding gambar.

Kemudian, kalo pada lempeng horizontal dipasang tegangan periodik, maka elektron yang pada
mulanya bergerak secara vertikal, kini juga bergerak secara horizontal dengan laju tetap. Jadi, pada
gambar terbentuk grafik sinusoidal.

Sebuah benda bergetar sekaligus secara harmonik, getaran harmonik (super posisi) yang berfrekuensi
dan mempunyai arah getar sama akan menghasilkan satu getaran harmonik baru berfrekuensi sama
dengan amplitudo dan fase tergantung pada amplitudo dan frekuensi setiap bagian getaran harmonik
tersebut.

Hal itu berdasarkan metode penambahan trigonometri atau lebih sederhananya lagi dengan memakai
bilangan kompleks.

Kalau 2 getaran harmonik super posisi yang beda, frekuensi terjadi getaran yang gak lagi periodik.

Basis waktu secara periodik menggerakkan bintik cahaya dari kiri kekananmelalui permukaan layar.

Tegangan yang akan diperiksa dimasukkan ke Y atau masukan vertikal osiloskop, menggerakkan
bintik keatas dan kebawah sesuai dengan nilai tegangan yang dimasukkan.

Lalu, bintik tersebut menghasilkan jejak berkas gambar pada layar yang menunjukkan variasi tegangan
masukan sebagai fungsi dari waktu.

Kalo tegangan masukan berkurang dengan laju yang cukup pesat, gambar akan kelihatan sebagai
sebuah pola yang diam pada layar

Gerbang Logika

Pengertian Gerbang Logika

Gerbang logika atau Logic Gate merupakan dasar pembentuk Sistem Elektronika Digital yang
berfungsi buat mengubah satu atau beberapa input (masukan) jadi sebuah sinyal output (keluaran)
Logis.

Gerbang logika beroperasi berdasarkan sistem bilangan biner yaitu bilangan yang cuma mempunyai 2
kode simbol seperti 0 dan 1 dengan memakai Teori Aljabar Boolean.
Gerbang logika yang diterapkan dalam sistem Elektronika Digital pada dasarnya memakai komponen-
komponen Elektronika, seperti Integrated Circuit (IC), Dioda, Transistor, Relay, Optik atau Elemen
Mekanikal.

Fungsi Gerbang Logika

Fungsi gerbang logika yaitu buat melakukan fungsi logika dasar sebagai pembentuk sirkuit digital
yang terintegrasi, kebanyakan gerbang logika terdiri dari 2 input nilai biner dan dengan output berupa
bilangan 1, 0 atau yang lazim disebut true atau false.

Komponen IC Logic yang sederhana misalnya IC Logic TTL 7408, mungkin cuma terdiri dari
beberapa gerbang logika aja.

Pada rangkaian elektronika sederhana, baik itu IC TTL atau CMOS yang terdiri dari beberapa gerbang
logic biasa dipakai pada rangkaian berikut ini:

 Rangkaian flip-flop
 Rangakaian counter
 Rangakain multiplexer
 Rangakain demultiplexer
 Rangakain pengaman dengan kode kunci rahasia
 Rangakain encoder, fungsinya buat mengubah suatu bilangan jadi bentuk biner
 Rangakain decoder, fungsinya buat mengubah bilangan biner ke bilangan lain.
Pada IC Microprosesor (microprocessors) yang sangat kompleks bisa terdiri dari jutaan gerbang
logika, komponen IC seperti ini biasa disebut dengan Chip.

Contohnya: Chip INTEL Stratix 10GX dengan jumlah logic sebanyak 10.2 juta logic, seperti gambar
dibawah ini.

Dengan mengkombinasikan ribuan atau bahkan jutaan gerbang logika, bisa dibangun sebuah operasi
digital yang kompleks.

Jumlah maksimal gerbang logika yang ada pada sebuah Chip ditentukan oleh ukuran Chip
Mikroprosesor yang dibagi ukuran dari gerbang logika tersebut.

Tabel Kebenaran Gerbang Logika


Tabel kebenaran logika adalah suatu tabel yang berisi kemungkinan/variabel nilai logika biner yang
mungkin diberikan ke input gerbang logika dan dipakai buat menganalisa nilai kebenarannya, tabel ini
biasa disebut truth table.

Dalam logika matematika biner, tabel ini dipakai buat menganalisa kebenaran dari suatu pernyataan
yang dalam dunia elektronika identik dengan input.

Karena ada 7 gerbang logika, maka ada 7 juga tabel kebenaran gerbang logika yang bisa digambarkan
seperti yang ada diatas tadi.

Jenis – Jenis Gerbang Logika Dasar

Terdapat 7 jenis Gerbang Logika Dasar yang membentuk sebuah Sistem Elektronika Digital.

Tabel yang berisikan kombinasi-kombinasi Variabel Input (Masukan) yang menghasilkan Output
(Keluaran) Logis disebut dengan Tabel Kebenaran atau Truth Table.

Input dan Output pada Gerbang Logika cuma mempunyai 2 level dan kedua Level tersebut pada
umumnya bisa dilambangkan dengan:

 HIGH (tinggi) dan LOW (rendah)


 TRUE (benar) dan FALSE (salah)
 ON (Hidup) dan OFF (Mati)
 1 dan 0
Contoh, penerapannya ke dalam Rangkaian Elektronika yang memakai Transistor TTL (Transistor-
transistor Logic), maka 0V dalam Rangkaian akan diasumsikan sebagai LOW atau 0, sedangkan 5V
akan diasumsikan sebagai HIGH atau 1.

Nah, berikut dibawah ini merupakan penjelasan mengenai 7 jenis Gerbang Logika Dasar beserta
Simbolnya.

1. Gerbang AND (AND Gate)

Gerbang AND memerlukan 2 atau lebih masukan (Input) buat menghasilkan cuma 1 keluaran
(Output).

Gerbang AND akan menghasilkan keluaran (Output) Logika 1, kalo semua masukan (Input) bernilai
Logika 1 dan akan menghasilkan keluaran (Output) Logika 0, kalo salah satu dari masukan (Input)
bernilai Logika 0.

Simbol yang menandakan Operasi Gerbang Logika AND yaitu tanda titik (.) atau gak memakai tanda
sama sekali.

Contohnya: Z = X.Y atau Z = XY

Berikut ini IC Gerbang AND yang umumnya tersedia di pasaran, diantaranya yaitu:
TTL Logic AND Gate

 74LS08 Quad 2-input


 74LS11 Triple 3-input
 74LS21 Dual 4-input

CMOS Logic AND Gate


 CD4081 Quad 2-input
 CD4073 Triple 3-input
 CD4082 Dual 4-input

2. Gerbang OR (OR Gate)

Gerbang OR memerlukan 2 atau lebih masukan (Input) buat menghasilkan cuma 1 keluaran (Output).

Gerbang OR akan menghasilkan keluaran (Output) Logika 1, kalo salah satu dari masukan (Input)
bernilai Logika 1 dan kalo ingin menghasilkan keluaran (Output) Logika 0, maka semua masukan
(Input) harus bernilai Logika 0.

Simbol yang menandakan Operasi Gerbang Logika OR adalah Plus (+). Contohnya: Z = X + Y.

Berikut ini, ada beberapa IC Gerbang OR yang umumnya tersedia di pasaran, yaitu:
TTL Logic OR Gates

 74LS32 Quad 2-input

CMOS Logic OR Gates

 CD4071 Quad 2-input


 CD4075 Triple 3-input
 CD4072 Dual 4-input

3. Gerbang NOT (NOT Gate)


Gerbang NOT cuma memerlukan sebuah masukan (Input) buat menghasilkan cuma 1 keluaran
(Output).

Gerbang NOT disebut juga dengan Inverter (pembalik), karena menghasilkan keluaran (Output) yang
berlawanan (kebalikan) dengan masukannya (Input).

Maka, kalo kamu ingin mendapatkan keluaran (Output) dengan nilai Logika 0, maka masukan (Input)
harus bernilai Logika 1.

Gerbang NOT biasanya dilambangkan dengan simbol minus (-) diatas Variabel inputnya.

Adapun, beberapa jenis IC inverter gerbang logika NOT yang tersedia, diantaranya yaitu:

TTL Logic NOT Gates

 74LS04 Hex Inverting NOT Gate


 74LS14 Hex Schmitt Inverting NOT Gate
 74LS1004 Hex Inverting Drivers

CMOS Logic NOT Gates

 CD4009 Hex Inverting NOT Gate


 CD4069 Hex Inverting NOT Gate

4. Gerbang NAND (NAND Gate)


Arti NAND adalah NO NAND bukan NAND.

Gerbang NAND merupakan kompinasi dari gerbang AND dan gerbang NOT yang menghasilkan
kebalikan dari keluaram (Output) gerbang AND.

Gerbang NAND akan menghasilkan keluaran (Output) Logika o, apabila semua masukan (Input) pada
Logika 1 dan kalo ada sebuah masukan (Input) yang bernilai Logika 0, maka akan menghasilkan
keluaran (Output) Logika 1.

Berikut ini ada beberapa jenis IC gerbang logika NAND yang tersedia di pasaran, yaitu:

TTL Logic NAND Gates

 74LS00 Quad 2-input


 74LS10 Triple 3-input
 74LS20 Dual 4-input
 74LS30 Single 8-input

CMOS Logic NAND Gates

 CD4011 Quad 2-input


 CD4023 Triple 3-input
 CD4012 Dual 4-input

5. Gerbang NOR (NOR Gate)


Arti NOR merupakan NOT OR, jadi bukan OR.

Gerbang NOR merupakan kombinasi dari gerbang OR dan gerbang NOT, yang menghasilkan
kebalikan dari keluaran (Output) gerbang OR.

Gerbang NOR akan menghasilkan keluaran (Output) Logika 0, kalo salah satu dari masukan (Input)
bernilai Logika 1 dan kalo ingin mendapatkan keluaran (Output) Logika 1, maka semua masukan
(Input) harus bernilai Logika 0.

Berikut dibawah ini, ada beberapa jenis IC gerbang logika NOR yang tersedia dipasaran, diantaranya
yaitu :

TTL Logic NOR Gates

 74LS02 Quad 2-input


 74LS27 Triple 3-input
 74LS260 Dual 4-input

CMOS Logic NOR Gates

 CD4001 Quad 2-input


 CD4025 Triple 3-input
 CD4002 Dual 4-input

6. Gerbang X-OR (X-OR Gate)


X-OR merupakan singkatan dari Exclusive OR, yang terdiri dari 2 masukan (Input) dan 1 keluaran
(Output) Logika.

Gerbang X-OR akan menghasilkan keluaran (Output) Logika 1, kalo semua masukan-masukannya
(Input) mempunyai nilai Logika yang berbeda. Kalo nilai Logika Inputnya sama, maka akan
memberikan hasil keluaran (Output) Logika 0.

7. Gerbang X-NOR (X-NOR Gate)


Seperti Gerbang X-OR, Gerbang X-NOR ini juga terdiri dari 2 masukan (Input) dan 1 keluaran
(Output).

X-NOR merupakan singkatan dari Exclusive NOR dan kombinasi dari Gerbang X-OR dan Gerbang
NOT.

Gerbang X-NOR akan menghasilkan keluaran (Output) Logika 1, kalo semua masukan (Input) bernilai
Logika yang sama dan akan menghasilkan keluaran (Output) Logika 0, kalo semua Masukan atau
Inputnya bernilai Logika yang berbeda.

Hal ini merupakan kebalikan dari Gerbang X-OR (Exclusive OR).

Anda mungkin juga menyukai