SHIFT/KELOMPOK : IV/20
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
MULTIMETER DAN ARUS DC
(MODUL 1)
I. TEORI
1.1.ARUS LISTRIK
Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang diakibatkan dari pergerakan
elektron-elektron, mengalir melewati suatu titik dalam sirkuit listrik tiap satuan
waktu. Arus listrik bisa diukur dalam satuan Coulomb/detik atau Ampere. Contoh
arus listrik dalam kehidupan sehari-hari berkisar dari yang sangat lemah dalam satuan
mikroAmpere ( ) seperti di dalam jaringan tubuh sampai arus yang sangat kuat 1-
200 kiloAmpere (kA) seperti yang terjadi pada petir. Dalam kebanyakan sirkuit arus
searah bisa diasumsikan resistansi terhadap arus listrik adalah konstan sehingga
agung arus yang mengalir dalam sirkuit bergantung pada voltage dan resistansi
berdasarkan dengan hukum Ohm.
Arus listrik adalah satu dari tujuh satuan pokok dalam satuan internasional.
Satuan internasional untuk arus listrik adalah Ampere (A). Secara formal satuan
Ampere didefinisikan sebagai arus konstan yang, bila dipertahankan, akan
menghasilkan gaya sebesar 2 x 10-7 Newton/meter di selang dua penghantar lurus
sejajar, dengan lapang penampang yang bisa diabaikan, berjauhan 1 meter satu sama
lain dalam ruang hampa udara.
Arus yang mengalir masuk suatu percabangan sama dengan arus yang
mengalirkeluar dari percabangan tersebut 𝑖1 +𝑖4 =𝑖2 +𝑖3
Untuk arus yang konstan, agung arus dalam Ampere bisa diperoleh
dengan persamaan:
(1)
di mana adalah arus listrik, adalah muatan listrik, dan adalah waktu .
Sedangkan secara umum, arus listrik yang mengalir pada suatu waktu tertentu
adalah:
(2)
Dengan demikian bisa ditentukan banyak total muatan yang dipindahkan
padarentang waktu 0 sampai melewati integrasi:
(3)
Berdasarkan dengan persamaan di atas, arus listrik adalah besaran skalar karena
berpegang pada kebenaran muatan maupun waktu adalah besaran skalar. Dalam
banyak hal sering digambarkan arus listrik dalam suatu sirkuit menggunakan
panah, salah satunya seperti pada diagram di atas. Panah tersebut bukanlah vektor dan
tidak membutuhkan operasi vektor. Pada diagram di atas ditunjukkan arus mengalir
masuk melewati dua percabangan dan mengalir keluar melewati dua percabangan
lain. Karena muatan listrik adalah abadi maka total arus listrik yang mengalir keluar
haruslah sama dengan arus listrik yang mengalir ke
dalam sehingga 𝑖1 +𝑖4 =𝑖2 +𝑖3 . Panah arus hanya menunjukkan arah arus
sepanjang penghantar, bukan arah dalam ruang.
Arah arus
Definisi arus listrik yang mengalir dari kutub positif (+) ke kutub negatif (-) baterai
(kebalikan arah untuk gerakan elektronnya).
Pada diagram digambarkan panah arus searah dengan arah pergerakan partikel
bermuatan positif (muatan positif) atau dinamakan dengan istilah arus
konvensional. Pembawa muatan positif tersebut akan melakukan usaha dari kutub
positif baterai menuju ke kutub negatif. Pada kenyataannya, pembawa muatan dalam
sebuah penghantar listrik adalah partikel-partikel elektron bermuatan negatif yang
didorong oleh ajang listrik mengalir berlawan arah dengan arus
konvensional.
Panah arus digambarkan searah dengan arah pergerakan seharusnya dari pembawa
muatan positif, walaupun pada kenyataannya pembawa muatan adalah muatan negatif
dan melakukan usaha pada arah berlawanan.
Konvensi demikian bisa dipergunakan pada beberapa kondisi karena bisa
diasumsikan bahwa pergerakan pembawa muatan positif benar efek yang sama
dengan pergerakan pembawa muatan negatif.
(4)
di mana adalah arus pada penghantar, vektor J adalah rapat arus yang benar arah
sama dengan kecepatan gerak muatan jika muatannya positif dan berlawan arah jika
muatannya negatif, dan dA adalah vektor lapang elemen yang tegak lurus terhadap
elemen. Jika arus listrik seragam sepanjang permukaan dan sejajar
dengan dA maka J juga seragam dan sejajar terhadap dA sehingga persamaan
menjadi:
(5)
maka
(6)
di mana adalah lapang penampang total dan adalah rapat arus dalam satuan
A/m2.
Arus listrik DC (Direct Current) merupakan jenis arus yang mengalir secara
searah. Pada arus listrik DC (searah) , tegangan listrik mempunyai nilai dan arah
yang tetap. Arus listrik DC (searah) ini disimpan dalam bentuk baterai yang
umumnya dipakai pada jam dinding, remot TV atau dalam bentuk aki yang ada
pada kendaraan mobil dan motor.
Arus listrik ini aman untuk mentransfer listrik pada jarak yang cukup
panjang dan juga bisa memberikan banyak kekuatan saat transfer arusnya.
Penyebabnya dari arah aliran elektron pada arus listrik AC yaitu magnet yang
mengitari sepanjang kawatnya. Lalu Frekuensi pada arus AC yaitu sekitar 50 Hz
atau bisa juga 60 Hz, tergantung pada Negara yang memakai frekuensi tersebut.
Arus listrik DC tidak bisa melakukan perjalanan yang cukup jauh, karena
arus DC akan mulai melemah dan kehilangan energi saat jaraknya semakin jauh.
Dan Penyebab dari arah elektron pada arus DC yaitu magnet yang stabil yang
ada di sepanjang kawat.
Frekuensi pada arus listrik DC ini yaitu 0 (nol) dan Arus listrik DC ini tetap
mengalir satu arah dengan rangkaiannya dengan Besarnya arus listrik DC itu tetap
terhadap waktunya.
Aliran arah elektron pada arus listrik DC selalu bergerak didalam satu arah atau
bisa disebut bergerak maju.
Arus listrik DC ini bisa didapatkan dari sell atau baterai. Denga Parameter
passive pada arus listrik DC sendiri yaitu hambatan dan Faktor daya pada arus
listrik DC itu pasti selalu 1 (satu). Jenis dari arus listrik DC sendiri itu pulse atau
sering disebut dengan murni.
1.3. MULTIMETER
1. Sekrup.
Sekrup berfungsi untuk mengatur kedudukan jarum jam atau dikenal dengan
istilah Zero Adjust Screw. Sekrup ini bisa diputar ke kanan atau kiri mengunakan
alat bantu obeng.
2. Tombol Pengatur Jarum Penunjuk.
Tombol ini berfungsi untuk mengatur jarum ukur agar berada di posisi nol atau
zero.
3. Saklar Selector.
Bagian ini berfungsi untuk memilih posisi pengukuran serta batas pengukurannya.
Biasanya alat ukur ini memiliki 4 posisi pilihan yaitu pengukuran resistansi, arus
DC, tegangan DC, serta tegangan AC.
4. Lubang Kutub Positif (+) dan Negatif (-).
Lubang kutub tersebut berfungsi sebagai tempat masuknya test lead + (warna
merah) atau – (warna hitam).
5. Saklar Selector Polaritas.
Saklar ini berfungsi untuk memilih polaritas arus DC atau AC.
6. Jarum Penunjuk.
Jarum ini digunakan untuk menunjukkan besaran yang diukur.
7. Skala.
Bagian yang terakhir yaitu skala yang berfungsi untuk membaca hasil akhir dari
komponen listrik yang diukur.
1.2. TEOREMA THEVENIN
Teorema Thevenin adalah salah satu teori elektronika atau alat analisis
yang menyederhanakan suatu rangkaian rumit menjadi suatu rangkaian
sederhana dengan cara membuat suatu rangkaian pengganti yang berupa
sumber tegangan yang dihubungkan secara seri dengan sebuah resistansi
yang ekivalen.
Teorema Thevenin ini sangat bermanfaat apabila diaplikasikan pada analisis
rangkaian yang berkaitan dengan daya atau sistem baterai dan rangkaian
interkoneksi yang dapat mempengaruhi satu rangkaian dengan rangkaian
lainnya. Teorema Thevenin ini ditemukan oleh seorang insinyur yang berasal
dari Perancis yaitu M.L. Thevenin.
2.2.Prosedur Percobaan
2.2.1. Percobaan 1: Pengukuran Resistansi, tegangan, dan arus dc
1. tombol selector pada multimeter analog untuk memilih
ohmmeter diatur
2. agar menunjuk skala nol (ketika kedua probe-nya
dihubungsingkat) dan skala tak-hingga (ketika kedua probe-nya
tidak dihubungkan kemanapun) ohmmeter dikalibrasi
3. Kode warna resistor (diberikan oleh asisten), lalu resistansinya
dengan ohmmeter diukur,kemudian hasilnya dicatat.
4. Dengan resistor yang diberikan asisten,rangkaian berdasarkan
Gambar 1.7 pada papan rangkaian(breadboard) dirakit.
5. Tegangan sumber (VS), tegangan resistor (V), dan arus yang
melalui resistor (I) dicatat pada tabel 2
6. Dengan mengubah nilai tegangan sumber. Dilakukan
prosedur yang sama seperti pada Langkah 5.
Asisten, Praktikan,
4.2 Perhitungan
4.2.1 Pengukuran Resistansi , Tegangan dan Arus DC
A. Nilai resistor
A.1 Secara Teori
Warna : abu-abu, merah, merah, emas
R = AB.10c ± D
= 82.102 ± 5%
=> 8200 – 5% = 7790 Ω
=> 8200 + 5% = 8610 Ω
= 7790 Ω - 8610 Ω
A.2 Secara Praktek
R = 8150 Ω
I-V
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
i(mA)
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12 14
V(volt)
𝑅𝑆 = 𝑅5 + 𝑅4
= 1120 Ω
𝑅 ∙𝑅
𝑅𝑃2 = 𝑅𝑆+𝑅3
𝑆 3
= 373.33 Ω
𝑉𝐿 = 𝐼𝐿 ∙ 𝑅𝐿
= 4.44 V
B. RL = 3.3 Ω
Secara Teori
𝑟2
𝑉𝑇𝐻 = 𝑟 +𝑟 ∙ 𝑣𝑠
1 2
= 6.51 V
𝑅 ∙𝑅
𝑅𝑃1 = 𝑅 1+𝑅2
1 2
= 195,35 Ω
𝑅𝑆 = 𝑅5 + 𝑅4
= 1120 Ω
𝑅 ∙𝑅
𝑅𝑃2 = 𝑅𝑆+𝑅3
𝑆 3
= 373.33 Ω
𝑉𝐿 = 𝐼𝐿 ∙ 𝑅𝐿
= 5.55 V
B. RL= 400 Ω
𝑃𝐿 = 𝑉𝐿 ∙ 𝐼𝐿
= 1,1832 W
C. RL= 600 Ω
𝑃𝐿 = 𝑉𝐿 ∙ 𝐼𝐿
= 0,5976 W
D. RL= 800 Ω
𝑃𝐿 = 𝑉𝐿 ∙ 𝐼𝐿
= 1,0868 W
E. RL= 1000 Ω
𝑃𝐿 = 𝑉𝐿 ∙ 𝐼𝐿
= 1,1362 W
PL-RL
1.4
1.2
0.8
PL (W)
0.6
0.4
0.2
0
0 200 400 600 800 1,000 1,200
RL (Ω )
VL-IL
4.99
4.98
4.97
4.96
VL(volt)
4.95
4.94
4.93
4.92
4.91
4.9
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
IL(mA)
5.2 Saran
Karena praktikum sebelumnya selesai dengan waktu yang cukup
lama, sebaiknya waktu praktikum ditambah agar kedepannya praktikum lebih
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
(MODUL 1)
SHIFT/KELOMPOK : IV/20
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAMUNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021