Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR


(MULTIMETER DAN ARUS DC)
(MODUL 1)

NAMA ANGGOTA : 1.SUSI ANDRIATI (2010441002)


KELOMPOK 2.HENDRIA OLIVSIA (2010441008)
3.TUTI ALAWIYA (2010442001)
4.AFDAL KARIM (2010442025)
HARI/TANGGAL : JUMAT/08 OKTOBER 2021

SHIFT/KELOMPOK : IV/20

ASISTEN : FADHILA UMAMI

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
MULTIMETER DAN ARUS DC
(MODUL 1)

I. TEORI
1.1.ARUS LISTRIK
Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang diakibatkan dari pergerakan
elektron-elektron, mengalir melewati suatu titik dalam sirkuit listrik tiap satuan
waktu. Arus listrik bisa diukur dalam satuan Coulomb/detik atau Ampere. Contoh
arus listrik dalam kehidupan sehari-hari berkisar dari yang sangat lemah dalam satuan
mikroAmpere ( ) seperti di dalam jaringan tubuh sampai arus yang sangat kuat 1-
200 kiloAmpere (kA) seperti yang terjadi pada petir. Dalam kebanyakan sirkuit arus
searah bisa diasumsikan resistansi terhadap arus listrik adalah konstan sehingga
agung arus yang mengalir dalam sirkuit bergantung pada voltage dan resistansi
berdasarkan dengan hukum Ohm.
Arus listrik adalah satu dari tujuh satuan pokok dalam satuan internasional.
Satuan internasional untuk arus listrik adalah Ampere (A). Secara formal satuan
Ampere didefinisikan sebagai arus konstan yang, bila dipertahankan, akan
menghasilkan gaya sebesar 2 x 10-7 Newton/meter di selang dua penghantar lurus
sejajar, dengan lapang penampang yang bisa diabaikan, berjauhan 1 meter satu sama
lain dalam ruang hampa udara.

Gambar 1.1. Arus Listrik


(Sumber: Saputra ,2019)

Arus yang mengalir masuk suatu percabangan sama dengan arus yang
mengalirkeluar dari percabangan tersebut 𝑖1 +𝑖4 =𝑖2 +𝑖3
Untuk arus yang konstan, agung arus dalam Ampere bisa diperoleh
dengan persamaan:
(1)

di mana adalah arus listrik, adalah muatan listrik, dan adalah waktu .
Sedangkan secara umum, arus listrik yang mengalir pada suatu waktu tertentu
adalah:

(2)
Dengan demikian bisa ditentukan banyak total muatan yang dipindahkan
padarentang waktu 0 sampai melewati integrasi:

(3)
Berdasarkan dengan persamaan di atas, arus listrik adalah besaran skalar karena
berpegang pada kebenaran muatan maupun waktu adalah besaran skalar. Dalam
banyak hal sering digambarkan arus listrik dalam suatu sirkuit menggunakan
panah, salah satunya seperti pada diagram di atas. Panah tersebut bukanlah vektor dan
tidak membutuhkan operasi vektor. Pada diagram di atas ditunjukkan arus mengalir
masuk melewati dua percabangan dan mengalir keluar melewati dua percabangan
lain. Karena muatan listrik adalah abadi maka total arus listrik yang mengalir keluar
haruslah sama dengan arus listrik yang mengalir ke
dalam sehingga 𝑖1 +𝑖4 =𝑖2 +𝑖3 . Panah arus hanya menunjukkan arah arus
sepanjang penghantar, bukan arah dalam ruang.
Arah arus

1.1.1. Arah arus

Gambar 1.2. Arah Arus


(Sumber: Saputra ,2019)

Definisi arus listrik yang mengalir dari kutub positif (+) ke kutub negatif (-) baterai
(kebalikan arah untuk gerakan elektronnya).
Pada diagram digambarkan panah arus searah dengan arah pergerakan partikel
bermuatan positif (muatan positif) atau dinamakan dengan istilah arus
konvensional. Pembawa muatan positif tersebut akan melakukan usaha dari kutub
positif baterai menuju ke kutub negatif. Pada kenyataannya, pembawa muatan dalam
sebuah penghantar listrik adalah partikel-partikel elektron bermuatan negatif yang
didorong oleh ajang listrik mengalir berlawan arah dengan arus
konvensional.
Panah arus digambarkan searah dengan arah pergerakan seharusnya dari pembawa
muatan positif, walaupun pada kenyataannya pembawa muatan adalah muatan negatif
dan melakukan usaha pada arah berlawanan.
Konvensi demikian bisa dipergunakan pada beberapa kondisi karena bisa
diasumsikan bahwa pergerakan pembawa muatan positif benar efek yang sama
dengan pergerakan pembawa muatan negatif.

1.1.2. Rapat arus


Rapat arus adalah arus muatan pada suatu lapang penampang tertentu di suatu
titik penghantar. Dalam SI, rapat arus benar satuan Ampere per meter persegi
(A/m2).

(4)
di mana adalah arus pada penghantar, vektor J adalah rapat arus yang benar arah
sama dengan kecepatan gerak muatan jika muatannya positif dan berlawan arah jika
muatannya negatif, dan dA adalah vektor lapang elemen yang tegak lurus terhadap
elemen. Jika arus listrik seragam sepanjang permukaan dan sejajar
dengan dA maka J juga seragam dan sejajar terhadap dA sehingga persamaan
menjadi:

(5)
maka

(6)
di mana adalah lapang penampang total dan adalah rapat arus dalam satuan
A/m2.

1.1.3. Kelajuan hanyutan


Saat sebuah penghantar tidak dilalui arus listrik, elektron-elektron di
dalamnya melakukan usaha secara acak tanpa perpindahan bersih ke arah mana
pun juga. Sedangkan kala arus listrik mengalir melewati penghantar, elektron
tetap melakukan usaha secara acak namun mereka cenderung hanyut sepanjang
penghantar dengan arah berlawanan dengan ajang listrik yang menghasilkan
arus. Tingkat kelajuan hanyutan dalam penghantar adalah kecil dibandingkan
dengan kelajuan gerak-acak, yaitu selang 10-5 dan 10-4 m/s dibandingkan
dengan sekitar 106 m/s pada sebuah penghantar tembaga

1.2 ARUS AC dan DC

1.2.1. Pengertian Arus Listrik AC (Alternating Current)


Gambar 1.3. Arus AC
(Sumber: Rangga,2020)
Arus listrik AC merupakan jenis arus listrik yang tidak mengalir secara searah, tapi
mengalir secara bolak-balik.
Arus AC (Alternating Current) mempunyai nilai dan arah yang selalu berubah-ubah
dan akan membentuk suatu gelombang yang bernama gelombang sinusoida.

1.2.2. Pengertian Arus Listrik DC (Direct Current)

Gambar 1.4. Arus DC


(Sumber: Rangga ,2020)

Arus listrik DC (Direct Current) merupakan jenis arus yang mengalir secara
searah. Pada arus listrik DC (searah) , tegangan listrik mempunyai nilai dan arah
yang tetap. Arus listrik DC (searah) ini disimpan dalam bentuk baterai yang
umumnya dipakai pada jam dinding, remot TV atau dalam bentuk aki yang ada
pada kendaraan mobil dan motor.

1.2.3. Perbedaan Arus Listrik AC dan DC

Gambar 1.5. Arus AC


(Sumber: Rangga ,2020)
1. Arus Listrik AC (Bolak-balik)

Arus listrik ini aman untuk mentransfer listrik pada jarak yang cukup
panjang dan juga bisa memberikan banyak kekuatan saat transfer arusnya.
Penyebabnya dari arah aliran elektron pada arus listrik AC yaitu magnet yang
mengitari sepanjang kawatnya. Lalu Frekuensi pada arus AC yaitu sekitar 50 Hz
atau bisa juga 60 Hz, tergantung pada Negara yang memakai frekuensi tersebut.

Namun , Arus AC akan berbalik arah saat mengalir di suatu rangkaian.


Besarnya arus listrik AC cukup bervariasi terhadap waktunya, Aliran arah
elektron pada arus listrik AC selalu bergantian maju dan juga mundur.

Arus AC juga bisa didapatkan dari generator pada arus bolak-


balik,dengan Parameter passive pada arusnya yaitu impedansi. Faktor daya
pada arus listrik AC ini diantara 0 dan juga 1. Dengan Jenis dari arus listrik AC
yaitu segiempat,segitiga, sinusoida dan trapezium

2. Arus Listrik DC (Searah)

Arus listrik DC tidak bisa melakukan perjalanan yang cukup jauh, karena
arus DC akan mulai melemah dan kehilangan energi saat jaraknya semakin jauh.
Dan Penyebab dari arah elektron pada arus DC yaitu magnet yang stabil yang
ada di sepanjang kawat.

Frekuensi pada arus listrik DC ini yaitu 0 (nol) dan Arus listrik DC ini tetap
mengalir satu arah dengan rangkaiannya dengan Besarnya arus listrik DC itu tetap
terhadap waktunya.
Aliran arah elektron pada arus listrik DC selalu bergerak didalam satu arah atau
bisa disebut bergerak maju.

Arus listrik DC ini bisa didapatkan dari sell atau baterai. Denga Parameter
passive pada arus listrik DC sendiri yaitu hambatan dan Faktor daya pada arus
listrik DC itu pasti selalu 1 (satu). Jenis dari arus listrik DC sendiri itu pulse atau
sering disebut dengan murni.

1.3. MULTIMETER

Multimeter adalah sebuah peralatan khusus yang digunakan untuk


mengukur komponen listrik. Mulai dari mengukur hubungan Arus litrik
(Ampere), Tegangan listrik (Voltage), Hambatan listrik (Ohm), hingga
Resistansi dari suatu rangkaian listrik. Berdasarkan fungsi dasarnya tersebut,
alat ini sering disebut dengan AVO meter (Ampere, Voltage, Ohm).

1.3.1. Fungsi Multimeter :Mengukur Arus Listrik.


Terdapat dua jenis Ampere yang ada di sebuah alat ukur yaitu arus AC
(Alternating Current) dan arus DC (Direct Current).

1. Mengukur Tegangan Listrik.


mengukur Tegangan atau tingkat Voltage dari komponen listrik. Pada setiap
Multitester terdapat saklar selector yang nantinya berfungsi untuk menentukan
batas ukur maksimum. Oleh karenanya, prediksi terlebih dahulu level tegangan
dari rangkaian listrik yang akan diukur.
2. Mengukur Hambatan Listrik.
Fungsi yang ketiga yaitu mengukur tingkat Hambatan atau Resistensi dari suatu
komponen listrik atau resistor yang memiliki unsur resistansi. Penting pula untuk
memperhatikan batas ukur resistensi saat akan menggunakannya.
3. Fungsi Hfe.
Tidak semua alat ukur memiliki fungsi Hfe. Fungsi tersebut digunakan untuk
mengetahui nilai dari faktor penguatan transistor. Fungsi Hfe ini biasanya
digunakan untuk mengukur penguatan transistor yang terdapat pada tipe NPN dan
PNP.
4. Mengukur Nilai Kapasitansi.
Fungsi lain yang belum tentu ada pada setiap Multitester adalah mengukur nilai
kapasitansi dari suatu kapasitor. Baik pada tipe Analog maupun Digital, keduanya
memiliki batas ukur tingkat resistansi yang harus diperhatikan.
5. Mengukur Frekuensi Sinyal.
Fungsi yang terakhir adalah untuk mengetahui nilai Frekuensi dari suatu isyarat
atau sinyal pada komponen elektronika.

1.3.2. Bagian bagian Multimeter :

Gambar 1.6. Arus AC


(Sumber: Sri ,2018)

1. Sekrup.
Sekrup berfungsi untuk mengatur kedudukan jarum jam atau dikenal dengan
istilah Zero Adjust Screw. Sekrup ini bisa diputar ke kanan atau kiri mengunakan
alat bantu obeng.
2. Tombol Pengatur Jarum Penunjuk.
Tombol ini berfungsi untuk mengatur jarum ukur agar berada di posisi nol atau
zero.
3. Saklar Selector.
Bagian ini berfungsi untuk memilih posisi pengukuran serta batas pengukurannya.
Biasanya alat ukur ini memiliki 4 posisi pilihan yaitu pengukuran resistansi, arus
DC, tegangan DC, serta tegangan AC.
4. Lubang Kutub Positif (+) dan Negatif (-).
Lubang kutub tersebut berfungsi sebagai tempat masuknya test lead + (warna
merah) atau – (warna hitam).
5. Saklar Selector Polaritas.
Saklar ini berfungsi untuk memilih polaritas arus DC atau AC.
6. Jarum Penunjuk.
Jarum ini digunakan untuk menunjukkan besaran yang diukur.
7. Skala.
Bagian yang terakhir yaitu skala yang berfungsi untuk membaca hasil akhir dari
komponen listrik yang diukur.
1.2. TEOREMA THEVENIN
Teorema Thevenin adalah salah satu teori elektronika atau alat analisis
yang menyederhanakan suatu rangkaian rumit menjadi suatu rangkaian
sederhana dengan cara membuat suatu rangkaian pengganti yang berupa
sumber tegangan yang dihubungkan secara seri dengan sebuah resistansi
yang ekivalen.
Teorema Thevenin ini sangat bermanfaat apabila diaplikasikan pada analisis
rangkaian yang berkaitan dengan daya atau sistem baterai dan rangkaian
interkoneksi yang dapat mempengaruhi satu rangkaian dengan rangkaian
lainnya. Teorema Thevenin ini ditemukan oleh seorang insinyur yang berasal
dari Perancis yaitu M.L. Thevenin.

1.3. TEOREMA TRANSFER DAYA MAKSIMUM


Teori Transfer Daya Maksimum:

Ini menyatakan bahwa resistansi beban Rangkaian DC menerima daya


maksimum jika besarnya resistansi beban sama dengan resistansi ekuivalen
Thevenin.

Teori tersebut digunakan untuk menghitung nilai tahanan beban yang


menyebabkan daya maksimum dipindahkan dari sumber ke beban. Teorema
ini berlaku untuk rangkaian AC dan DC .

II. PROSEDUR PERCOBAAN


2.1. Alat dan Komponen
1. Multimeter analog berfungsi sebagai untuk mengukur arus listrik.
Alat ukur ini memiliki dua jenis ampere yakni arus arus DC
(Direct Current) dan arus AC (Alternating Current).
2. Catu daya berfungsi sebagai sumber tenaga listrik misalnya pada
baterai atau accu.
3. Resistor tetap berfungsi sebagai penghambat arus listrik secara
permanen.
4. Resistor variable atau potensiometer berfungsi sebagai tone
control (Bass, Middle dan Treble), pengaturan besar tegangan dan
arus, setting referensi tegangan atau sinyal, kontrol parameter alat
seperti cahaya, kecepatan, frekuensi dan sebagainya.
5. Papan rangkaian (breadboard) berfungsi sebagai untuk meletakan
komponen-komponen menjadi suatu rangkaian elektronika.
6. Jumper berfungsi sebagai menyeting Bus Clock pada processor.
Pada saat ini, hampir bisa dibilang jumper ini jarang digunakan.

2.2.Prosedur Percobaan
2.2.1. Percobaan 1: Pengukuran Resistansi, tegangan, dan arus dc
1. tombol selector pada multimeter analog untuk memilih
ohmmeter diatur
2. agar menunjuk skala nol (ketika kedua probe-nya
dihubungsingkat) dan skala tak-hingga (ketika kedua probe-nya
tidak dihubungkan kemanapun) ohmmeter dikalibrasi
3. Kode warna resistor (diberikan oleh asisten), lalu resistansinya
dengan ohmmeter diukur,kemudian hasilnya dicatat.
4. Dengan resistor yang diberikan asisten,rangkaian berdasarkan
Gambar 1.7 pada papan rangkaian(breadboard) dirakit.
5. Tegangan sumber (VS), tegangan resistor (V), dan arus yang
melalui resistor (I) dicatat pada tabel 2
6. Dengan mengubah nilai tegangan sumber. Dilakukan
prosedur yang sama seperti pada Langkah 5.

2.2.2 Percobaan 2: Pembuktian teorema Thevenin


7. Rangkaian seperti pada Gambar 1.8 dirakit
8. Resistansi beban RL dilepaskan, tegangan keluaran VAB
diukur. Nilai ini adalah nilaiVTH.
9. Catudaya dari rangkaian dan posisinya digantikan dengan
sebuah kawat konduktor (jumper) untuk hubungan-singkat,
lalu resistansi antara titik a dan titik b diukur . Nilai ini dicatat
sebagai nilai RTH.
10. Catudaya 10 Vdc dan resistor beban RL = 1,2 kΩ ke
rangkaian seperti pada Gambar 1.8 dirakit, lalu tegangan
beban VL dan arus beban IL [Ingat: Untuk mengukur VL ,
voltmeter harus dihubungkan ke RL secara paralel, dan untuk
mengukur IL , ammeter harus dihubungkan ke RL secara
seri.] diukur hasil pengukuran tersebut dicatat pada Lembar
Data.
11. Resistor beban dengan RL = 3,3 kΩ, lalu pengukuran
tegangan beban VL dan arus beban IL diulangi. hasil
pengukurannya dicatat pada Lembar Data.

2.2.3. Percobaan 3: Pembuktian teorema Transfer Daya Maksimum


a. rangkaian seperti pada Gambar 1.9 dirakit.
b. RL dari rangkaian, diatur sedemikian sehingga nilai
resistansinya200Ω
c. dipasang kembali ke rangkaian, lalu tegangan keluaran
diukur VAB ( = VL) dan arus beban IL dan dicatat pada
Tabel 2.
d. langkah 2 dan 3 diulangi untuk nilai-nilai RL seperti pada
Table3
III. LEMBAR DATA

1. Pengukuran Resistansi, tegangan, dan arus dc


Kode warna resistor Hasil pengukuran dengan
ohmmeter
Abu-abu, merah, merah, emas 8,15 kΩ

Tabel 2: Pengukuran tegangan dan arus pada resistor.


VS (volt) V (volt) I (Ma)
(diukur) (diukur) (diukur)
4 3,95 0,17
6 5,94 0,34
8 7,88 0,51
10 9,94 0,68
12 11,86 0,84

2. Pembuktian Teorema Thevenin

Nilai beban RL VTH RTH VL IL


1,2kΩ 6,43 0,916 4,38 0,38 (mA)
3,3 kΩ 6,43 0,916 5,50 0,38 (mA)

3. Pembuktian Transfer Daya Maksimum


Table 3: daya beban secara pratik.
RL (Ω) VL (volt) IL (mA) PL (mW)
(diukur) (diukur) (dihitung)
200 4,91 0,24 1,1784
400 4,93 0,24 1,1832
600 4,98 0,12 0,5976
800 4,94 0,22 1,0868
1000 4,94 0,23 1,1362

Padang, 11 Oktober 2021

Asisten, Praktikan,

(Fadhila Umami) (Kelompok20)


IV. PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Lembar data
(TERLAMPIR)

4.2 Perhitungan
4.2.1 Pengukuran Resistansi , Tegangan dan Arus DC
A. Nilai resistor
A.1 Secara Teori
Warna : abu-abu, merah, merah, emas
R = AB.10c ± D
= 82.102 ± 5%
=> 8200 – 5% = 7790 Ω
=> 8200 + 5% = 8610 Ω
= 7790 Ω - 8610 Ω
A.2 Secara Praktek
R = 8150 Ω

B. Pengukuran Tegangan dan Arus pada Resistor

VS (volt) V (volt) I (Ma)


(diukur) (diukur) (diukur)
4 3,95 0,17
6 5,94 0,34
8 7,88 0,51
10 9,94 0,68
12 11,86 0,84

I-V
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
i(mA)

0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12 14
V(volt)

Grafik 1.1 Grafik I-V

4.2.2 Pembuktian teorema thenvin


A. RL = 1.2 Ω
Secara Teori
𝑟2
𝑉𝑇𝐻 = 𝑟 +𝑟 ∙ 𝑣𝑠
1 2
= 6.51 V
𝑅 ∙𝑅
𝑅𝑃1 = 𝑅 1+𝑅2
1 2
= 195,35 Ω

𝑅𝑆 = 𝑅5 + 𝑅4
= 1120 Ω
𝑅 ∙𝑅
𝑅𝑃2 = 𝑅𝑆+𝑅3
𝑆 3
= 373.33 Ω

𝑅𝑇𝐻 = 𝑅𝑃1 + 𝑅𝑃2


= 568,68 Ω
𝑉𝑇𝐻
𝐼𝐿 = 𝑅
𝑇𝐻 +𝑅𝐿
= 0.37 mA

𝑉𝐿 = 𝐼𝐿 ∙ 𝑅𝐿
= 4.44 V

B. RL = 3.3 Ω
Secara Teori
𝑟2
𝑉𝑇𝐻 = 𝑟 +𝑟 ∙ 𝑣𝑠
1 2
= 6.51 V
𝑅 ∙𝑅
𝑅𝑃1 = 𝑅 1+𝑅2
1 2
= 195,35 Ω

𝑅𝑆 = 𝑅5 + 𝑅4
= 1120 Ω
𝑅 ∙𝑅
𝑅𝑃2 = 𝑅𝑆+𝑅3
𝑆 3
= 373.33 Ω

𝑅𝑇𝐻 = 𝑅𝑃1 + 𝑅𝑃2


= 568,68 Ω
𝑉𝑇𝐻
𝐼𝐿 = 𝑅
𝑇𝐻 +𝑅𝐿
= 1.68 mA

𝑉𝐿 = 𝐼𝐿 ∙ 𝑅𝐿
= 5.55 V

4.2.3. Pembuktian Teorema Transfer Daya Maksimum


A. RL= 200 Ω
𝑃𝐿 = 𝑉𝐿 ∙ 𝐼𝐿
= 1,1784 W

B. RL= 400 Ω
𝑃𝐿 = 𝑉𝐿 ∙ 𝐼𝐿
= 1,1832 W

C. RL= 600 Ω
𝑃𝐿 = 𝑉𝐿 ∙ 𝐼𝐿
= 0,5976 W

D. RL= 800 Ω
𝑃𝐿 = 𝑉𝐿 ∙ 𝐼𝐿
= 1,0868 W

E. RL= 1000 Ω
𝑃𝐿 = 𝑉𝐿 ∙ 𝐼𝐿
= 1,1362 W

PL-RL
1.4

1.2

0.8
PL (W)

0.6

0.4

0.2

0
0 200 400 600 800 1,000 1,200
RL (Ω )

Grafik 1.2 Grafik PL-RL

VL-IL
4.99

4.98

4.97

4.96
VL(volt)

4.95

4.94

4.93

4.92

4.91

4.9
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
IL(mA)

Gravik 1.3 Grafik VL-IL


4.3 Pembahasan

Berdasarkan percobaan pertama, yaitu menghitung nilai resistansi


pada resistor dengan teori kode warna didapat hasil yang tidak jauh berbeda
dengan hasil pengukuran dengan ohmmeter, perbedaan ini bisa terjadi karena
berbedanya pembulatan angka berkoma dan juga adanya nilai persen
toleransi yang bisa membuat perbedaan nilai . Begitu juga pada percobaan
pengukuran tegangan dan arus pada resistor, terdapat sedikit perbedaan nilai
Vs dan V yang diukur, ini bisa terjadi juga karena penggunaan pembulata
angka dibelakang koma, karena perbedaan yang sangat sedikit biasanya
dibulatkan menjadi 1 pada nilai terakhirnya jika melebihi 50% nilai 1
tersebut.
Selanjutanya pada percobaan kedua, yaitu membuktikan Teorema
Thenvin, nilai Rth yang didapat pada pengkuran sangat jauh berbeda dengan
teori, ini bisa terjadi karena terdapat juga nilai persn toleransi dan adanya
penggunaan pangkat 10 di multimeter. Pada nilai VL yang didapat tidak jauh
berbeda dengan teori, ini bisa terjadi karena adanya perbedaan pembulatan
angka dibelakang koma. Selanjutnya , nilai IL yang didapat pada RL 1.2 k
ohm sangat kecil perbedaanya dengan teori, ini juga bisa terjadi Karena
adanya perbedaan pembulatan angka dibelakang koma, namun pada RL 3.3 k
ohm didapat perbedaan nilai dengan teori yang sangat jauh, ini terjadi karena
kesalahan awal pada nilai RTH yang didapat sebelumnya.
Terakhir yaitu percobaan untuk membuktikan Teorema Transfer Daya
Maksimum, nilai PL yang didapat merupakan penggunaan teori dengan
penggunaan nilai VL dan IL yang telah diukur

V.KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Dari keseluruhan percoban didapat kesimpulan bahwa multimeter
bisa mengukur arus, tegangan, dan hambatan. Lalu dari percobaan pertama
dapat disimpulkan bahwa teori kode warna resistor benar dan tegangan
berbanding lurus dengan arus, karena pada percobaan didapat semakin besar
nilai tegangan maka semakin besar pula nilai arus yang didapat. Kemudian
pada percobaan kedua kesimpulan percobaan pertama juga berlaku, yaitu
nilai tegangn beranding lurus dengan nlai arus dan juga nilai ini berbanding
lurus dengan besarnya hambatan yang digunakan. Terakhir pada percobaan
ketiga, kesimpulan sebelumnya juga berlaku, besarnya hambatan yang
digunakan berbanding lurus dengan nilai tegangan.

5.2 Saran
Karena praktikum sebelumnya selesai dengan waktu yang cukup
lama, sebaiknya waktu praktikum ditambah agar kedepannya praktikum lebih
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Carl R, Nave. 2006. HYPERPHYSICS-ELECTRIC CURRENT. Department of


Physics and Astronomy. Georgia State University
David, Hallyday, dkk. 1989. FUNDAMENTAL OF PHYSICS. Inc, p . Inggris
Rangga A. 2020. ARUS AC DAN DC. https://cerdika.com/arus-ac-dan-dc/
(Diakses05 Agustus 2021)
Saputra, W. 2010. ARUS LISTRIK.http://p2k.unkris.ac.id/id3/3065-
2962/Arus-Listrik_21919_unkris_p2k-unkris.html . (Diakses 05 agustus
2021)
Sri, R .2020 .MULTIMETER. https://cerdika.com/arus-ac-dan-dc/ .(Diakses 09
Agustus 2021)
LAPORAN AWAL

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR

MULTIMETER DAN ARUS DC

(MODUL 1)

NAMA ANGGOTA : 1.SUSI ANDRIATI (2010441002)


KELOMPOK 2.HENDRIA OLIVSIA (2010441008)
3.TUTI ALAWIYA (2010442001)
4.AFDAL KARIM (2010442025)
HARI/TANGGAL : JUMAT/08 OKTOBER 2021

SHIFT/KELOMPOK : IV/20

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAMUNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021

Anda mungkin juga menyukai