Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TEKNIK TENAGA LISTRIK

MATERI ARUS, TEGANGAN, HAMBATAN DAN RANGKAIAN LISTRIK

Disusun Oleh:

1. Rani Ayu Rorosati (073001700050)


2. Refi Aninda Damayanti (073001700051)
3. Septhin Caesar Jackson (073001700053)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI

2018
TEKNIK TENAGA LISTRIK

A. ARUS

Arus listrik adalah sebuah aliran yang terjadi akibat jumlah muatan listrik yang yang
mengalir dari satu titik ke titik lain dalam suatu rangkaian tiap satuan waktu. Arus listrik
terjadi akibat adanya beda potensial atau tegangan pada media penghantar antara dua
titik. Semakin besar nilai tegangan antara kedua titik tersebut, maka akan semakin besar
pula nilai arus yang mengalir pada kedua titik tersebut. Satuan arus listrik dalam
internasional yaitu A (ampere), yang dimana dalam penulisan rumus arus listrik ditulis
dalam simbol I (current).

Pada umumnya, aliran arus listrik sendiri mengikuti arah aliran muatan positif.
Dengan kata lain, arus listrik mengalir dari muatan positif menuju muatan negatif, atau
bisa pula diartikan bahwa arus listrik mengalir dari potensial menuju potensial rendah.
Berdasarkan arah alirannya, arus listrik dibagi menjadi 2 (dua) kategori, yakni :

 Arus Searah (Direct Current/DC), dimana arus ini mengalir dari titik berpotensial
tinggi menuju titik berpotensial rendah.
 Arus Bolak-Balik (Alternating Current/AC), dimana arus ini mengalir secara berubah-
ubah mengikuti garis waktu.
1. Kuat Arus Listrik

Arus listrik yang mengalir pada kawat didefinisikan sebagai jumlah


totalmuatan yang melewatinya per satuan waktu pada suatu titik. Maka arus listrik
dapat dirumuskan:

𝑸
𝑰=
𝒕

Keterangan:
I= arus listrik(A)
Q= perubahan muatan (coloumb)
t= perubahan waktu (sekon)

Dengan Q adalah jumlah muatan yang melewati konduktor pada suatu titik selama
selang waktu. Arus listrik diukur dalam coulomb per sekon dan diberi nama khusus
yaitu ampere yang diambil dari nama fisikawan Prancis bernama Andre Marie
Ampere (1775– 1836).Satu ampere didefinisikan sebagai satu coulomb per sekon (1 A
= 1 C/s).Satuan-satuan terkecil yang sering digunakan adalah miliampere (1 mA =
10-3 A) atau mikroampere (1mA = 10-6A). Alat untuk mengukur kuat arus listrik
dinamakan amperemeter (disingkat ammeter).

Amperemeter

Sesuai dengan ketentuan mengenai muatan positif dan negatif,dianggap


muatan positif mengalir pada satu arah yang tetap ekuivalen dengan muatan negatif
yang mengalir ke arah yang berlawanan, Ketika membicarakan arus yang mengalir
pada rangkaian, yang dimaksud adalah arah aliran muatan positif. Arah arus yang
identik dengan arah muatan positif ini yang disebut arus konvensional.

Ada beberapa teori yang berhubungan dengan arus listrik yaitu seperti
teorihukum ohm dan hukum kirchoff. Pada hukum ohm arus listrik diartikan bahwa
besarnya arus yang mengalir adalah hasil bagi antara beda potensial dengan tahanan.
Sedangkan pada hukum kirchoff menjelaskan tentang arus listrik yang memasuki
suatu titik percabangan.
Secara umum kita mengenal beberapa sumber yang mampu menghasilkan arus
lisrik yaitu seperti : generator listrik, batere kering dan accumulato.Untuk batere dan
accu hanya bisa menyediakan arus listrik searah (dc). Untuk yang pembangkit
generator itu contohnya listrik PLN. Generator dikopel dengan turbin pada sistem
pembangkit. Sistem pembangit bisa dengan air (PLTA), uap (PLTU), gas (PLTG),
surya (PLTS), nuklir (PLTN) dan lain sebagainya.

Jadi, kesimpulan dari arus listrik yaitu :

 Arus listrik hanya akan mengalir jika terjadi perbedaan polaritas (potensial)
antara satu titik dengan titik lainnya. Jika terjadi keseimbangan maka, arus listrik
tidak akan mengalir (lihat teori jembatan wheatstone).
 Arus terbagi dua yaitu arus searah (DC) dan arus bolak balik (AC)
 Arus mengalir bolak balik terjadi karena pada tegangan sumber
terjadi perubahan polaritas secara bolak-
balik, bukan karena sifat arus listriknya.Sifat dasar dari arus lisrik tetap mengalir
dari daerah berpolaritas tinggi ke polaritas rendah.
 Arus listrik yang masuk ke dalam titik percabangan, maka arus tersebut
akan berbagi. Artinya jumlah arus yang mengalir pada semua percabangan adalah
sama dengan arus sumber (sebelum memasuki titik percabangan), ini sesuai
dengan teori hukum kirchoff.
 Besarnya arus yang mengalir pada suatu rangkaian tergantung dari besarnya beda
potensial dan tahanan total yang ada dalam rangkaian.
B. TEGANGAN

Tegangan Listrik adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk memindahkan unit
muatan listrik dari satu tempat ke tempat lainnya. Tegangan listrik yang dinyatakan
dengan satuan Volt ini juga sering disebut dengan beda potensial listrik karena pada
dasarnya tegangan listrik adalah ukuran perbedaan potensial antara dua titik dalam
rangkaian listrik. Suatu benda dikatakan memiliki potensial listrik lebih tinggi daripada
benda lain karena benda tersebut memiliki jumlah muatan positif yang lebih banyak jika
dibandingkan dengan jumlah muatan positif pada benda lainnya. Sedangkan yang
dimaksud dengan Potensial listrik itu sendiri adalah banyaknya muatan yang terdapat
dalam suatu benda.

Tegangan listrik dapat juga dianggap sebagai gaya yang mendorong perpindahan
elektron melalui konduktor dan semakin tinggi tegangannya semakin besar pula
kemampuannya untuk mendorong elektron melalui rangkaian yang diberikan.Semakin
tinggi tegangan listriknya maka semakin besar energi potensial yang dikarenakan semakin
banyak elektron yang dilepaskan.

Apabila pada saat dua distribusi muatan listrik yang dipisahkan oleh jarak tertentu,
maka akan terjadi kekuatan listrik diantara keduanya. Jika distribusinya memiliki muatan
yang sama (kedua-duanya positif atau kedua-duanya negatif) maka saling berlawanan
atau saling tolak menolak. Namun apabila dua distribusi muatan berbeda (satu positif dan
satunya lagi negatif) maka akan menyebabkan gaya yang saling tarik-menarik. Pada saat
kedua distribusi muatan tersebut disambungkan dengan rangkaian atau beban yang unit
positifnya sedikit maka unit positif tersebut akan dipengaruhi oleh kedua distribusi
muatan tersebut.

Sebuah sumber tegangan listrik yang konstan biasanya disebut dengan tegangan
DC (tegangan searah) sedangkan sumber tegangan listrik yang bervariasi secara berkala
dengan waktu disebut dengan tegangan AC (tegangan bolak balik). Tegangan listrik
diukur dengan satuan Volt yang dilambangkan dengan simbol huruf “V”. 1 Volt (satu
Volt) dapat didefinisikan sebagai tekanan listrik yang dibutuhkan untuk menggerakan 1
Ampere arus listrik melalui konduktor yang beresistansi 1 Ohm. Istilah “VOLT” ini
diambil dari nama fisikawan Italia yang menemukan baterai volta (Voltaic Pile) yaitu
Alessandro Volta (1745-1827).
Baterai dan pencatu daya (power supply) merupakan contoh sumber yang
menghasilkan tegangan DC (tegangan searah) yang stabil seperti menghasilkan tegangan
DC 1,5V, 3V, 5V, 9V, 12V dan 24V. Sementara sumber tegangan AC (tegangan bolak-
balik) tersedia untuk keperluan peralatan rumah tangga dan industri. Tegangan AC
standar yang digunakan di Indonesia adalah 220V, sedangkan di negara lain ada yang
menggunakan 100V, 110V ataupun 240V.

Rangkaian-rangkaian Elektronik pada umumnya beroperasi dengan menggunakan


tegangan DC yang rendah seperti 1,5V hingga 24V DC. Simbol sumber tegangan DC
pada rangkaian-rangkaian elektronik biasanya adalah simbol baterai dengan tanda positif
(+) dan tanda negatif (-) yang menunjukan arah polaritasnya. Sedangkan simbol tegangan
AC pada rangkaian listrik atau rangkaian elektronik adalah sebuah lingkaran bulat dengan
gelombang Sinus didalamnya.

Berikut dibawah ini adalah simbol tegangan DC dan simbol tegangan AC.

1. Alat Ukur Tegangan Listrik


Alat yang dipergunakan untuk mengukur besar tegangan listrik, antara lain :
a. Voltmeter
Voltmeter adalah alat/perkakas untuk mengukur besar tegangan listrik dalam
suatu rangkaian listrik. Voltmeter disusun secara paralel terhadap letak komponen
yang diukur dalam rangkaian. Alat ini terdiri dari tiga buah lempengan tembaga
yang terpasang pada sebuah bakelite yang dirangkai dalam sebuah tabung kaca
atau plastik. Lempengan luar berperan sebagai anode sedangkan yang di tengah
sebagai katode. Umumnya tabung tersebut berukuran 15 x 10 cm (tinggi x
diameter).
Voltmeter

2. Tegangan Dalam
Dalam suatu rangkaian, penggunaan voltmeter secara paralel.
Maksudnya,terminal positif voltmeter (berwarna merah) dihubungkan dengan kutub
positif batu baterai. Adapun kutub negative voltmeter dihubungkan dengan kutubneg
atif batu baterai. Salah satu contoh penggunaan voltmeter yaitu pada pengukuran
gaya gerak listrik dan tegangan jepit suatu rangkaian. Perbedaan antara besarnya
GGL dengan tegangan jepit menimbulkan adanyakerugian tegangan. Baterai atau
sumber arus listrik lainnya memiliki hambatan dalam. Dalam suatu rangkaian,
hambatan dalam (r) selalu tersusun seri dengan hambatan luar (R).

Berdasarkan gambar, rumus hukum Ohm dapat ditulis sebagai berikut :


V = I.R
E = I(R+r)

𝑬𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 = 𝑬𝟏 + 𝑬𝟐 + ⋯ + 𝑬𝒏 = 𝒏𝑬
𝒓𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 = 𝒓𝟏 + 𝒓𝟐 + ⋯ + 𝒓𝒏 = 𝒏𝒓

Sehingga :
𝒏𝑬
𝑰=
𝑹 + 𝒏𝒓

Untuk beberapa elemen yang dipasang secara paralel berlaku


𝑬𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 = 𝑬𝟏 = 𝑬𝟐 = 𝑬𝒏 = 𝑬

Keberadaan hambatan dalam itulah yang menyebabkan menyebabkan


kerugiantegangan. Kerugian tegangan dilambangkan dengan U satuannya volt.

Hubungan antara GGL, tegangan jepit, dan kerugian tegangan dirumuskan.


E=V+U
dengan:
E = gaya gerak listrik satuannya volt (V)
V = tegangan jepit satuannya volt (V)
U = kerugian tegangan satuannya volt (V)

C. TAHANAN LISTRIK
Tahanan listrik atau hambatan listrik adalah sesuatu yang dapat mengurangi
arus listrik. Arus listrik yang mengalir melalui konduktor akan mendapatkan
hambatan atau tahanan dari kawat penghantar (konduktor) itu sendiri. Besarnya
hambatan listrik diukur dengan satuan Ohm. Alat pengukur hambatan listrik disebut
dengan Ohmmeter.

Ohmmeter

1. Jenis-Jenis Hambatan Listrik


Setiap benda mempunyai nilai hambat terhadap aliran listrik, yang besarnya
tergantung pada jenis, penampang dankondisi temperatur. Dengan demikian tahanan
besar nilai hambat listrik tergantung dari jenis bahannya. Jenis tahanan
yang mempunyai komposisi bahan dasar yang berbeda, antara lain :
 Tahanan karbon arang
Tahanan ini banyak dijumpai dipasaran, umumnya mempunyai nilai kepekaan
yang relatif rendah, mempunyai toleransi dan batasan daya (ratingdaya ) kecil.
Tahanan ini digunakan pada pesawat yang kurang memerlukan ketelitian yang
canggih.
 Tahanan jembatan kawat metal film. Contoh : tahanan hantaran kawat dengan
dasar
 Tahanan gulungan kawat
 Tahanan fungsi suhu dan cahaya

2. Pengaruh Hambatan Listrik


Hambatan pada kawat dipengaruhi oleh
 Panjang kawat
 Luas penampang kawat (A)
 Hambatan jenis kawat (ρ)
 Perubahan suhu pada kawat (∆T) Besarnya Hambatan kawat (R) sebanding
dengan panjang kawat (l) dan hambatan jenis kawat (ρ) dan berbanding terbalik
dengan Luas Penampang kawat

3. Rangkaian Hambatan Listrik
Secara umum rangkaian hambatan dikelompokkan menjadi rangkaian
hambatan seri, hambatan paralel, maupun gabungan keduanya. Untuk membuat
rangkaian hambatan seri maupun parallel minimal diperlukan adanya dua hambatan.
Adapun, untuk membuat rangkaian hambatan kombinasi seri-paralel minimal
diperlukan tiga hambatan. Jenis-jenis rangkaian hambatan tersebut memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, jenis rangkaian hambatan
yang dipilih bergantung pada tujuannya.
a. Hambatan Seri
Dua hambatan atau lebih yang disusun secara berurutan disebut hambatan seri.
Hambatan yang disusun seri akan membentuk rangkaian listrik tak bercabang.
Kuat arus yang mengalir di setiap titik besarnya sama. Tujuan rangkaian hambatan
seri untuk memperbesar nilai hambatan listrik dan membagi beda potensial dari
sumber tegangan.Rangkaian hambatan seri dapat diganti dengan sebuah hambatan
yangdisebut hambatan pengganti seri (𝑅𝑠 ).Tiga buah lampu masing-masing
hambatannya 𝑅1 , 𝑅2 , dan 𝑅3 disusun seri dihubungkan dengan baterai yang
tegangannya V menyebabkan arus listrikyang mengalir I. Tegangan sebesar V
dibagikan ke tiga hambatan masing-masing 𝑉1 , 𝑉2 , dan 𝑉3 sehingga berlaku:

V=𝑽𝟏 + 𝑽𝟐 + 𝑽𝟑

Gambar Rangkaian Seri


Tiga buah lampu masing-masing hambatannya 𝑅1 , 𝑅2 , dan 𝑅3 disusun seri

Berdasarkan Hukum I Kirchoff pada rangkaian seri (tak bercabang) berlaku:


𝑰 = 𝑰𝟏 = 𝑰𝟐 = 𝑰𝟑
Berdasarkan Hukum Ohm, maka beda potensial listrik pada setiap lampu yang
hambatannya ( 𝑅1 , 𝑅2 dan 𝑅3 ) dirumuskan:

𝑽𝟏 = 𝑰 × 𝑹𝟏 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝑽𝑨𝑩 = 𝑰 × 𝑹𝑨𝑩


𝑽𝟐 = 𝑰 × 𝑹𝟐 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝑽𝑩𝑪 = 𝑰 × 𝑹𝑩𝑪
𝑽𝟑 = 𝑰 × 𝑹𝟑 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝑽𝑪𝑫 = 𝑰 × 𝑹𝑪𝑫

Beda potensial antara ujung-ujung AD berlaku:


𝑽𝑨𝑫 = 𝑽𝑨𝑩 = 𝑽𝑩𝑪 = 𝑽𝑪𝑫
𝑰 × 𝑹𝒔 = 𝑰 × 𝑹𝑨𝑩 + 𝑰 × 𝑹𝑩𝑪 + 𝑰 × 𝑹𝑪𝑫
𝑰 × 𝑹𝒔 = 𝑰 × 𝑹𝟏 + 𝑰 × 𝑹𝟐 + 𝑰 × 𝑹𝟑

𝑹𝒔 = 𝑹𝟏 + 𝑹 𝟐 + 𝑹𝟑
Jadi, besar hambatan pengganti seri merupakan penjumlahan besar hambatan
yangdirangkai seri. Apabila ada n buah hambatan masing-masing besarnya
𝑅1 , 𝑅2 , 𝑅3 , … , 𝑅𝑛 dirangkai seri, maka hambatan dirumuskan sebagai berikut:

𝑹𝒔 = 𝑹𝟏 + 𝑹𝟐 + 𝑹 𝟑 + 𝑹𝒏

b. Hambatan Parallel
Dua hambatan atau lebih yang disusun secara berdampingan disebuthambatan
paralel. Hambatan yang disusun paralel akan membentukrangkaian listrik bercabang
dan memiliki lebih dari satu jalur arus listrik.Susunan hambatan paralel dapat diganti
dengan sebuah hambatan yangdisebut hambatan pengganti paralel (𝑅𝑝 ). Rangkaian
hambatan paralel berfungsi untuk membagi arus listrik.Tiga buah lampu masing-
masing hambatannya 𝑅1 , 𝑅2 , dan 𝑅3 disusun paralel dihubungkan dengan baterai
yang tegangannya V menyebabkan arus listrik yang mengalir I.
Besar kuat arus 𝐼1 , 𝐼2 dan 𝐼3 yang mengalir pada masing-masing lampu yang
hambatannya masing-masing 𝑅1 , 𝑅2 dan 𝑅3 sesuai Hukum Ohm.Ujung-ujung
hambatan 𝑅1 , 𝑅2 dan 𝑅3 dan baterai masing masing bertemu padasatu titik
percabangan. Besar beda potensial (tegangan) seluruhnya sama.Kuat arus sebesar I
dibagikan ke tiga hambatan masing-masing 𝐼1 , 𝐼2 dan 𝐼3 . Sesuai Hukum I Kirchoff.
Jika ada n buah hambatan masing-masing 𝑅1 , 𝑅2 , 𝑅3 , … , 𝑅𝑛 , hambatan pengganti
paralel dari n buah hambatan secaraumum dirumuskan sebagai berikut :
𝟏 𝟏 𝟏 𝟏 𝟏
= 𝑹 + 𝑹 +𝑹 + ⋯+ 𝑹
𝑹𝒑 𝟏 𝟐 𝟑 𝒏

Gambar Rangkaian Parallel

Anda mungkin juga menyukai