Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK 10

A. GGL INDUKSI
B. INDUKTANSI DIRI
C. TRANSFORMATOR

ANGGOTA KELOMPOK 10

HARIANTO – 20212205030

KRISTINA WISEL -20212205019


A. GGL INDUKSI

Sebelum memahami gaya gerak listrik induksi (ggl induksi), yuk pahami dulu apa sih gaya
gerak listrik itu.

Gaya Gerak Listrik (ggl)

Gaya gerak listrik (ggl) merupakan beda potensial antara kedua ujung sumber listrik
(misalnya baterai) ketika tidak mengalirkan arus listrik.

Sumber gaya gerak listrik merupakan komponen yang mengubah energi tertentu menjadi
energi listrik misalnya baterai atau generator listrik. Ggl dilambangkan dengan “ε” atau
terkadang dituliskan sebagai “ggl” dengan satuan volt (V).

Gaya Gerak Listrik Induksi (ggl Induksi)


Gaya gerak listrik induksi (ggl induksi) adalah beda potensial yang timbul pada ujung-
ujung kumparan akibat adanya perubahan medan magnetik. Dengan kata lain, ggl
induksi adalah ggl yang timbul karena induksi elektromagnetik.

Besarnya ggl induksi dipengaruhi oleh laju perubahan fluks magnetik dan banyaknya lilitan
kumparan.

Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Perubahan Fluks Magnetik


Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan fluks magnetik, yaitu:

1. Luas bidang kumparan yang melingkupi garis gaya medan magnetik.


2. Perubahan induksi magnetiknya.
3. Perubahan sudut antara arah medan magnet dengan garis normal bidang
kumparan.

Rumus Gaya Gerak Listrik Induksi (GGL Induksi)

1. Hukum Faraday
Seperti yang sebelumnya disebutkan bahwa ggl induksi dipengaruhi oleh laju perubahan
fluks magnetik dan jumlah lilitan kumparan. Hal tersebut digambarkan melalui persamaan
pada Hukum Faraday berikut.
Keterangan:
ε = ggl induksi (V)
N = jumlah lilitan
dΦ/dt = laju perubahan fluks (Wb/s)
dΦ = perubahan fluks magnetik (Weber) (Wb)
dt = selang waktu (s)

Maka dari itu, dapat dipahami bahwa Hukum Faraday berbunyi:

“Gaya gerak listrik (ggl) induksi yang timbul antara ujung-ujung suatu loop penghantar
berbanding lurus dengan laju perubahan fluks magnetik yang dilingkupi oleh loop
penghantar tersebut“

Hukum Lenz

Jika kamu perhatikan persamaan di atas, terdapat tanda negatif di salah satu ruas. Hal ini
disebabkan oleh ggl induksi yang arus medan magnetnya berlawanan dengan asal perubahan
fluksnya. Hal tersebut sebagaimana dinyatakan oleh Hukum Lenz yang berbunyi:

“Ggl induksi selalu membangkitkan arus yang medan magnetnya berlawanan dengan asal
perubahan fluks“

Hukum Lenz

Contoh Soal Gaya Gerak Listrik Induksi


Soal 1
Sebuah kumparan terdiri atas 40 lilitan. Dalam selang waktu 6 milisekon, fluks magnetik
pada kumparan berubah sebesar 3×10-3 Wb. Tentukan ggl induksi pada kumparan!

Diketahui:
N = 40
dt = 6×10-3 s
dΦ = 3×10-3 Wb

Ditanya:
ε = … ? (gaya gerak listrik induksi)
Jawab:

Dari informasi yang diberikan, ggl induksi dapat langsung dicari dengan menggunakan
persamaan di atas yakni sebagai berikut.

Jadi, besarnya ggl induksi pada kumparan tersebut adalah 20 V.

Soal 2
Fluks magnetik yang dilingkupi oleh suatu kumparan berkurang dari 0,5 Wb menjadi 0,1 Wb
dalam waktu 2 sekon. Kumparan memiliki 400 lilitan dengan hambatan 4 Ω. Berapakah kuat
arus listrik yang mengalir melalui kumparan?

Diketahui:
N = 200
dt = 2 s
dΦ = 0,5 – 0,1 = 0,4 Wb
R=4Ω

Ditanya:
I = … ? (kuat arus listrik)

Jawab:

Sama seperti sebelumya, dapat digunakan rumus ggl induksi untuk mencari besar ggl induksi
kemudian digunakan dengan rumus lain yaitu Hukum Ohm untuk mencari arusnya.
Jadi, besar arusnya adalah 10 Ω.

B. Induktansi Diri (Gaya Gerak Listrik (GGL) Induksi


Pada Kumparan
Apabila arus berubah melewati suatu kumparan atau solenoida, terjadi perubahan fluks
magnetik di dalam kumparan yang akan menginduksi ggl pada arah yang berlawanan. 
Ggl terinduksi ini berlawanan arah dengan perubahan fluks. Jika arus yang melalui kumparan
meningkat, kenaikan fluks magnet akan menginduksi ggl dengan arah arus yang berlawanan
dan cenderung untuk memperlambat kenaikan arus tersebut. Dapat disimpulkan bahwa ggl
induksi ε sebanding dengan laju perubahan arus yang dirumuskan :

dengan I merupakan arus sesaat, dan tanda negatif menunjukkan bahwa ggl yang dihasilkan
berlawanan dengan perubahan arus. Konstanta kesebandingan L disebut induktansi diri atau
induktansi kumparan, yang memiliki satuan henry (H), yang didefinisikan sebagai satuan
untuk menyatakan besarnya induktansi suatu rangkaian tertutup yang menghasilkan ggl satu
volt bila arus listrik di dalam rangkaian berubah secara seragam dengan laju satu ampere per
detik.
Contoh Soal 1 :

Sebuah kumparan mempunyai induktansi diri 2,5 H. Kumparan tersebut dialiri arus searah
yang besarnya 50 mA. Berapakah besar ggl induksi diri kumparan apabila dalam selang
waktu 0,4 sekon kuat arus menjadi nol?

Penyelesaian:

Diketahui

Ditanya: ε = ... ?

Pembahasan :

Induktansi Diri pada Solenoida dan Toroida

Solenoida merupakan kumparan kawat yang terlilit pada suatu pembentuk silinder. Pada
kumparan ini panjang pembentuk melebihi garis tengahnya. Bila arus dilewatkan melalui
kumparan, suatu medan magnetik akan dihasilkan di dalam kumparan sejajar dengan sumbu.
Sementara itu, toroida adalah solenoida yang dilengkungkan sehingga sumbunya menjadi
berbentuk lingkaran. Induktor adalah sebuah kumparan yang memiliki induktansi diri L yang
signifikan. 

Induktansi diri L sebuah solenoida dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan 4 pada


induksi elektromagnetik. Medan magnet di dalam solenoida adalah:

B = μ .n.I

dengan n = N/l, dari persamaan 3. pada induksi elektromagnetik dan (1) akan diperoleh:

Jadi

karena ΦB = B.A = μ0.N.I.A / l, Perubahan I akan menimbulkan perubahan fluks sebesar :

Sehingga
dengan:

L = induktansi diri solenoida atau toroida ( H)


μ0 = permeabilitas udara (4 π × 10-7 Wb/Am)
N = jumlah lilitan
l = panjang solenoida atau toroida (m)
A = luas penampang (m2)

Energi yang tersimpan pada inductor

Energi yang tersimpan dalam induktor (kumparan) tersimpan dalam bentuk medan magnetik.
Energi U yang tersimpan di dalam sebuah induktansi L yang dilewati arus I, adalah:

U = ½  LI2 ............................................................ (5)

Energi pada induktor tersebut tersimpan dalam medan magnetiknya. Berdasarkan persamaan
(4), bahwa besar induktansi solenoida setara dengan B = μ0.N2.A/l, dan medan magnet di
dalam solenoida berhubungan dengan kuat arus I dengan B = μ0.N.I/l, Jadi,

I = B. l / μ0.N

Maka, dari persamaan (5) akan diperoleh:

Apabila energi pada persamaan (6) tersimpan dalam suatu volume yang dibatasi oleh lilitan
Al, maka besar energi per satuan volume atau yang disebut kerapatan energi, adalah:

Induktansi Bersama

Apabila dua kumparan saling berdekatan, seperti pada Gambar 4, maka sebuah arus tetap I di
dalam sebuah kumparan akan menghasilkan sebuah fluks magnetik Φ yang mengitari
kumparan lainnya, dan menginduksi ggl pada kumparan tersebut. 
Menurut Hukum Faraday, besar ggl ε2 yang diinduksi ke kumparan tersebut berbanding lurus
dengan laju perubahan fluks yang melewatinya. Karena fluks berbanding lurus dengan
kumparan 1, maka ε2 harus sebanding dengan laju perubahan arus pada kumparan 1, dapat
dinyatakan:

Dengan M adalah konstanta pembanding yang disebut induktansi bersama. Nilai M


tergantung pada ukuran kumparan, jumlah lilitan, dan jarak pisahnya.

Induktansi bersama mempunyai satuan henry (H), untuk mengenang fisikawan asal AS,
Joseph Henry (1797 - 1878). Pada situasi yang berbeda, jika perubahan arus kumparan 2
menginduksi ggl pada kumparan 1, maka konstanta pembanding akan bernilai sama, yaitu:

Induktansi bersama diterapkan dalam transformator, dengan memaksimalkan hubungan


antara kumparan primer dan sekunder sehingga hampir seluruh garis fluks melewati kedua
kumparan tersebut. Contoh lainnya diterapkan pada beberapa jenis pemacu jantung, untuk
menjaga kestabilan aliran darah pada jantung pasien.
C.TRANSFORMATOR
Rumus transformator (trafo) adalah seperangkat persamaan matematis yang menghubungkan
semua variabel atau besaran yang terlibat dalam sebuah transformator.
 
Variabel itu antara lain: tegangan listrik, kuat arus listrik, jumlah lilitan, dan efisiensi.
 
Untuk diketahui, sebuah transformator memiliki dua sisi, yaitu sisi primer dan sisi sekunder. 
 
Sisi primer adalah bagian input arus dan tegangan dari sumber, sedangkan sisi sekunder
adalah bagian output arus dan tegangan yang dihasilkan (dinaikkan atau diturunkan). 
 
Oleh karena adanya dua sisi itu, maka variabel tegangan, kuat arus listrik, dan jumlah lilitan
juga masing-masing terbagi dua, yaitu:

 Tegangan primer dan tegangan sekunder.


 Arus listrik primer dan arus listrik sekunder.
 Lilitan primer dan lilitan sekunder

Variabel primer dan sekunder itulah yang dihubungkan dengan rumus, berikut ini bentuk
umumnya:
 
P/VS =  P/NS =  S/IP 
V N I

 
Supaya lebih mudah, rumus di atas akan dipisahkan, berikut ini bentuknya:

Rumus Transformator Jika Diketahui Tegangan dan Jumlah Lillitan

Rumus transformator jika diketahui tegangan listrik (primer/sekunder) dan jumlah lilitan
(primer/sekunder):
 
V
/  = NP/NS
P VS

Rumus Transformator Jika Diketahui Jumlah Lilitan dan Kuat Arus


Rumus transformator jika diketahui jumlah lilitan (primer/sekunder) dan kuat arus listrik
(primer/sekunder):
 
I
/  = NP/NS
S IP

Rumus Transformator Jika Diketahui Tegangan dan Kuat Arus


Rumus transformator jika diketahui tegangan listrik (primer/sekunder) dan kuat arus listrik
(primer/sekunder):
 
V
/  = IS/IP
P VS

 
Keterangan:

 VP = tegangan primer atau tegangan input (volt)


 VS = tegangan sekunder atau tegangan keluaran (volt)
 IP = arus primer (A)
 IS = arus sekunder (A)
 NP = jumlah lilitan sekunder
 NS = jumlah lilitan primer

Rumus Efisiensi Transformator (η)

Efisensi transformator (η) adalah perbandingan antara daya listrik keluaran (sekunder) dan
daya listrik masukan (primer), dirumuskan:
 
η = (PS/PP . 100%) = VS . IS/VP . IP . 100%
 
Rumus di atas, bisa juga disebut sebagai rumus daya transformator karena memuat besaran
daya (P). 
 
Keterangan:

 η = efisiensi transformator step down (%)


 PP = daya primer (watt)
 PP = daya sekunder (watt)

Selain itu, efisiensi transformator (η) bisa juga dihitung berdasarkan jumlah lilitan dan kuat
arusnya, berikut ini rumusnya:
 
η = NS . IS/NP . IP . 100%
Cara Menggunakan Rumus Transformator
Hampir sama dengan rumus-rumus pada umumnya, penggunaan rumus transformator
disesuaikan dengan besaran apa yang akan dicari dan besaran apa yang diketahui.
 
Misalnya, di dalam sebuah soal akan dihitungan tegangannya (primer/sekunder), jika yang
diketahui adalah jumlah lilitan, maka gunakan rumus (1).
Namun, jika yang diketahui adalah kuat arus, maka gunakan rumus (3). Untuk membantu
pemahaman, mari simak soal transformator berikut ini:
Sebuah transformator memiliki tegangan primer 220 V dan jumlah lilitan primer 400 lilitan,

jika lilitan sekundernya 100 lilitan berapakah tegangan sekundernya?

Besaran yang akan dicari pada soal di atas adalah tegangan sekunder, sedangkan yang
diketahui adalah tegangan primer dan jumlah lilitan, jadi rumus yang digunakan adalah
rumus (1).
 
Simak lagi soal berikut ini:

Sebuah trafo memiliki tegangan primer sebesar 220 V. Jika kuat arus primer 0,5 A dan kuat

arus sekunder 1,5, berapakah tegangan keluarannya?


Hampir sama dengan soal sebelumnya, besaran yang akan dicari pada soal di atas adalah
tegangan sekunder, perbedaannya terletak pada besaran yang diketahui, yaitu kuat arus listrik,
sehingga rumus yang tepat adalah rumus (3).

Contoh Soal 1

Sebuah transformator memiliki tegangan primer 220 V dan jumlah lilitan primer 400 lilitan,
jika lilitan sekundernya 100 lilitan. Tentukan:
 
a. Tegangan sekundernya.
b. Jenis transformatornya
Jawaban:
Diketahui:

 NP = 400
 NS =100
 VP = 220 Volt

Ditanyakan:

a. VS
b. Jenis transformator
c. η

Penyelesaian: 
 
a. Tegangan sekunder (VS)
 
V
/  = NP/NS
P VS

220
/VS = 400/100
VS = 220 . 100/400
      = 55 V.
 
Jadi, tegangan sekundernya sebesar 55 volt.
 
b. Jenis transformator
 
Jenis transformator step down karena tegangan sekunder lebih kecil daripada tegangan
primer.

Contoh Soal 2
Sebuah transformator yang efisiensinya 75% dan dihubungkan dengan tegangan primer 220
volt menghasilkan tegangan sekunder 110 volt. Jika arus pada kumparan sekunder sebesar 2
A, arus pada kumparan primer adalah...
Jawaban:
Diketahui:

 VP = 220 volt


 VS = 110 volt
 η = 75%
 IS = 2 A

Ditanyakan:

 IP ..?

Penyelesaian: 
 
η = VS . IS/VP . IP . 100%
75% = 110 . 2/220 . IP . 100%
75%
/100% = 220/220 . IP 
0,75 = 220/220 . IP
IP = 220/220 . 0,75 
    = 1,33 A
 Jadi, arus pada kumparan primernya adalah 1,33 A.

Anda mungkin juga menyukai