A. GGL INDUKSI
B. INDUKTANSI DIRI
C. TRANSFORMATOR
ANGGOTA KELOMPOK 10
HARIANTO – 20212205030
Sebelum memahami gaya gerak listrik induksi (ggl induksi), yuk pahami dulu apa sih gaya
gerak listrik itu.
Gaya gerak listrik (ggl) merupakan beda potensial antara kedua ujung sumber listrik
(misalnya baterai) ketika tidak mengalirkan arus listrik.
Sumber gaya gerak listrik merupakan komponen yang mengubah energi tertentu menjadi
energi listrik misalnya baterai atau generator listrik. Ggl dilambangkan dengan “ε” atau
terkadang dituliskan sebagai “ggl” dengan satuan volt (V).
Besarnya ggl induksi dipengaruhi oleh laju perubahan fluks magnetik dan banyaknya lilitan
kumparan.
1. Hukum Faraday
Seperti yang sebelumnya disebutkan bahwa ggl induksi dipengaruhi oleh laju perubahan
fluks magnetik dan jumlah lilitan kumparan. Hal tersebut digambarkan melalui persamaan
pada Hukum Faraday berikut.
Keterangan:
ε = ggl induksi (V)
N = jumlah lilitan
dΦ/dt = laju perubahan fluks (Wb/s)
dΦ = perubahan fluks magnetik (Weber) (Wb)
dt = selang waktu (s)
“Gaya gerak listrik (ggl) induksi yang timbul antara ujung-ujung suatu loop penghantar
berbanding lurus dengan laju perubahan fluks magnetik yang dilingkupi oleh loop
penghantar tersebut“
Hukum Lenz
Jika kamu perhatikan persamaan di atas, terdapat tanda negatif di salah satu ruas. Hal ini
disebabkan oleh ggl induksi yang arus medan magnetnya berlawanan dengan asal perubahan
fluksnya. Hal tersebut sebagaimana dinyatakan oleh Hukum Lenz yang berbunyi:
“Ggl induksi selalu membangkitkan arus yang medan magnetnya berlawanan dengan asal
perubahan fluks“
Hukum Lenz
Diketahui:
N = 40
dt = 6×10-3 s
dΦ = 3×10-3 Wb
Ditanya:
ε = … ? (gaya gerak listrik induksi)
Jawab:
Dari informasi yang diberikan, ggl induksi dapat langsung dicari dengan menggunakan
persamaan di atas yakni sebagai berikut.
Soal 2
Fluks magnetik yang dilingkupi oleh suatu kumparan berkurang dari 0,5 Wb menjadi 0,1 Wb
dalam waktu 2 sekon. Kumparan memiliki 400 lilitan dengan hambatan 4 Ω. Berapakah kuat
arus listrik yang mengalir melalui kumparan?
Diketahui:
N = 200
dt = 2 s
dΦ = 0,5 – 0,1 = 0,4 Wb
R=4Ω
Ditanya:
I = … ? (kuat arus listrik)
Jawab:
Sama seperti sebelumya, dapat digunakan rumus ggl induksi untuk mencari besar ggl induksi
kemudian digunakan dengan rumus lain yaitu Hukum Ohm untuk mencari arusnya.
Jadi, besar arusnya adalah 10 Ω.
dengan I merupakan arus sesaat, dan tanda negatif menunjukkan bahwa ggl yang dihasilkan
berlawanan dengan perubahan arus. Konstanta kesebandingan L disebut induktansi diri atau
induktansi kumparan, yang memiliki satuan henry (H), yang didefinisikan sebagai satuan
untuk menyatakan besarnya induktansi suatu rangkaian tertutup yang menghasilkan ggl satu
volt bila arus listrik di dalam rangkaian berubah secara seragam dengan laju satu ampere per
detik.
Contoh Soal 1 :
Sebuah kumparan mempunyai induktansi diri 2,5 H. Kumparan tersebut dialiri arus searah
yang besarnya 50 mA. Berapakah besar ggl induksi diri kumparan apabila dalam selang
waktu 0,4 sekon kuat arus menjadi nol?
Penyelesaian:
Diketahui
Ditanya: ε = ... ?
Pembahasan :
Solenoida merupakan kumparan kawat yang terlilit pada suatu pembentuk silinder. Pada
kumparan ini panjang pembentuk melebihi garis tengahnya. Bila arus dilewatkan melalui
kumparan, suatu medan magnetik akan dihasilkan di dalam kumparan sejajar dengan sumbu.
Sementara itu, toroida adalah solenoida yang dilengkungkan sehingga sumbunya menjadi
berbentuk lingkaran. Induktor adalah sebuah kumparan yang memiliki induktansi diri L yang
signifikan.
B = μ .n.I
Jadi
Sehingga
dengan:
Energi yang tersimpan dalam induktor (kumparan) tersimpan dalam bentuk medan magnetik.
Energi U yang tersimpan di dalam sebuah induktansi L yang dilewati arus I, adalah:
U = ½ LI2 ............................................................ (5)
Energi pada induktor tersebut tersimpan dalam medan magnetiknya. Berdasarkan persamaan
(4), bahwa besar induktansi solenoida setara dengan B = μ0.N2.A/l, dan medan magnet di
dalam solenoida berhubungan dengan kuat arus I dengan B = μ0.N.I/l, Jadi,
I = B. l / μ0.N
Apabila energi pada persamaan (6) tersimpan dalam suatu volume yang dibatasi oleh lilitan
Al, maka besar energi per satuan volume atau yang disebut kerapatan energi, adalah:
Induktansi Bersama
Apabila dua kumparan saling berdekatan, seperti pada Gambar 4, maka sebuah arus tetap I di
dalam sebuah kumparan akan menghasilkan sebuah fluks magnetik Φ yang mengitari
kumparan lainnya, dan menginduksi ggl pada kumparan tersebut.
Menurut Hukum Faraday, besar ggl ε2 yang diinduksi ke kumparan tersebut berbanding lurus
dengan laju perubahan fluks yang melewatinya. Karena fluks berbanding lurus dengan
kumparan 1, maka ε2 harus sebanding dengan laju perubahan arus pada kumparan 1, dapat
dinyatakan:
Induktansi bersama mempunyai satuan henry (H), untuk mengenang fisikawan asal AS,
Joseph Henry (1797 - 1878). Pada situasi yang berbeda, jika perubahan arus kumparan 2
menginduksi ggl pada kumparan 1, maka konstanta pembanding akan bernilai sama, yaitu:
Variabel primer dan sekunder itulah yang dihubungkan dengan rumus, berikut ini bentuk
umumnya:
P/VS = P/NS = S/IP
V N I
Supaya lebih mudah, rumus di atas akan dipisahkan, berikut ini bentuknya:
Rumus transformator jika diketahui tegangan listrik (primer/sekunder) dan jumlah lilitan
(primer/sekunder):
V
/ = NP/NS
P VS
Keterangan:
Efisensi transformator (η) adalah perbandingan antara daya listrik keluaran (sekunder) dan
daya listrik masukan (primer), dirumuskan:
η = (PS/PP . 100%) = VS . IS/VP . IP . 100%
Rumus di atas, bisa juga disebut sebagai rumus daya transformator karena memuat besaran
daya (P).
Keterangan:
Selain itu, efisiensi transformator (η) bisa juga dihitung berdasarkan jumlah lilitan dan kuat
arusnya, berikut ini rumusnya:
η = NS . IS/NP . IP . 100%
Cara Menggunakan Rumus Transformator
Hampir sama dengan rumus-rumus pada umumnya, penggunaan rumus transformator
disesuaikan dengan besaran apa yang akan dicari dan besaran apa yang diketahui.
Misalnya, di dalam sebuah soal akan dihitungan tegangannya (primer/sekunder), jika yang
diketahui adalah jumlah lilitan, maka gunakan rumus (1).
Namun, jika yang diketahui adalah kuat arus, maka gunakan rumus (3). Untuk membantu
pemahaman, mari simak soal transformator berikut ini:
Sebuah transformator memiliki tegangan primer 220 V dan jumlah lilitan primer 400 lilitan,
Besaran yang akan dicari pada soal di atas adalah tegangan sekunder, sedangkan yang
diketahui adalah tegangan primer dan jumlah lilitan, jadi rumus yang digunakan adalah
rumus (1).
Simak lagi soal berikut ini:
Sebuah trafo memiliki tegangan primer sebesar 220 V. Jika kuat arus primer 0,5 A dan kuat
Contoh Soal 1
Sebuah transformator memiliki tegangan primer 220 V dan jumlah lilitan primer 400 lilitan,
jika lilitan sekundernya 100 lilitan. Tentukan:
a. Tegangan sekundernya.
b. Jenis transformatornya
Jawaban:
Diketahui:
NP = 400
NS =100
VP = 220 Volt
Ditanyakan:
a. VS
b. Jenis transformator
c. η
Penyelesaian:
a. Tegangan sekunder (VS)
V
/ = NP/NS
P VS
220
/VS = 400/100
VS = 220 . 100/400
= 55 V.
Jadi, tegangan sekundernya sebesar 55 volt.
b. Jenis transformator
Jenis transformator step down karena tegangan sekunder lebih kecil daripada tegangan
primer.
Contoh Soal 2
Sebuah transformator yang efisiensinya 75% dan dihubungkan dengan tegangan primer 220
volt menghasilkan tegangan sekunder 110 volt. Jika arus pada kumparan sekunder sebesar 2
A, arus pada kumparan primer adalah...
Jawaban:
Diketahui:
Ditanyakan:
IP ..?
Penyelesaian:
η = VS . IS/VP . IP . 100%
75% = 110 . 2/220 . IP . 100%
75%
/100% = 220/220 . IP
0,75 = 220/220 . IP
IP = 220/220 . 0,75
= 1,33 A
Jadi, arus pada kumparan primernya adalah 1,33 A.