Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA
“Analisis Data UDT Bootstrap”

Hari/Jam Praktikum : Rabu, 13 Maret 2019 (13.00-16.00)


Asisten Lab : 1. Wichelia Nisya
2. Wiwit Nurhidayah

SHIFT D 2016
Aslamnur Fikri Ramadhana
260110160129

LABORATORIUM BIOFARMASETIKA
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2019
I. Tujuan
Membandingkan perhitungan f2 atau faktor kemiripan dengan aplikasi
PhEq bootstrap dan Microsoft Excel.
II. Prinsip
2.1. Disolusi Terbanding
Uji disolusi terbanding dapat digunakan untuk memastikan kualitas
dan sifat-sifat produk obat dengan perubahan minor dalam formulasi atau
pembuatan setelah ijin pemasaran. BPOM memberikan ketentuan untuk
uji disolusi terbanding yaitu dengan melihat nilai f2(faktor kemiripan)
antara produk uji dengan produk pembanding (BPOM, 2004).

III. Teori Dasar

Absorpsi sistemik suatu obat dari tempat ekstravaskular dipengaruhi


oleh sifat – sifat anatomik dan fisiologik tempat absorpsi serta sifat – sifat
fisikokimia produk obat. Umumnya, produk obat mengalami absorpsi
sistemik melalui suatu rangkaian proses, meliputi disintegrasi produk obat
yang diikuti pelepasan obat, disolusi obat dalam media aqueous, dan
absorpsi melewati membran sel menuju sirkulasi sistemik. Dalam ketiga
proses tersebut di atas, kecepatan obat mencapai sirkulasi ditentukan oleh
tahapan yang paling lambat dalam rangkaian yang disebut tahap penentu
kecepatan (Sari, et. al, 2013).

Uji disolusi bertujuan untuk memprediksi hubungan bioavailabilitas in


vivo dari produk obat. Uji disolusi penting antara lain sebagai : petunjuk
untuk pengembangan formulasi dan produk obat, kontrol kualitas selama
proses produksi, memastikan kualitas bioekivalen in vitro antar batch dan
regulasi pemasaran produk obat (Allen dkk., 2005).

Uji Disolusi dan penetapan kadar zat khasiat merupakan faktor penting
dalam pengendalian mutu obat. Pengujian ini dipersyaratkan pada produk
farmasi berbentuk tablet. Uji disolusi ini pada industri farmasi merupakan
informasi berharga untuk keseragaman kadar khasiat dalam satu produksi
obat (batch), perkiraan BA dari zat khasiat dalam suatu formulasi,variabel
kontrol proses dan untuk melihat pengaruh perubahan formulasi (Kun Nie
et. All, 2009).

Faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi bentuk sediaan padat


dapat diklasifikasikan ke dalam 4 kategori utama yaitu: sifat fisika kimia
obat, formulasi produk obat, proses pembuatan sediaan, dan kondisi uji
disolusi. Beberapa faktor eksternal yang terkait dengan kondisi percobaan
dalam uji disolusi dapat mempengaruhi kecepatan disolusi, antara lain:
intensitas pengadukan, macam dan komposisi medium, suhu, dan model
alat disolusi yang digunakan (Siswanto, et. al, 2014).

Bioavailibilitas obat dapat ditunjukkan menggunakan fakta yang


diperoleh dari hasil in vitro yang dilakukan di lingkungan in vivo atau biasa
disebut sebagai uji disolusi terbanding (Shargel et.al, 1999). Uji disolusi
terbanding dilakukan sebagai uji pendahuluan dalam mengetahui pengaruh
formulasi dan fabrikasi terhadap profil disolusi yang akan memperkirakan
bioavailibilitas sehingga dapat dilihat bioekivalensi antara obat produk uji
dengan pembanding (BPOM, 2005).

Bioekivalen dapat dihitung menggunakan rumus

Keterangan
Rt = presentase kumulatif obat terlarut pada setiap waktu sampling
dari produk pembanding
Tt = presentase kumulatif obat terlarut pada setiap waktu sampling
dari produk uji.
Jika nilai F2 = 50 atau lebih besar (50-100) berarti menunjukkan
kesamaan atau ekivalensi keduanya memiliki kemiripan.
Metode Bootstrap adalah suatu metode simulasi berbasiskan data
yang dapat digunakan untuk inferensi statistika. Sebagai metode yang
digunakan dalam inferensi statistika, metode bootstrap ini dapat digunakan
untuk menduga inferensi titik – titik dari skor komponen utama interaksi.
Skor komponen utama interaksi diperoleh melalui penguraian nilai
singular (SVD) matriks sisaan komponen aditif yang merupakan suatu
bagian pada analisis Additive Main Effect and Multiplikatif Interaction
(AMMI). Analisis AMMI adalah suatu teknik analisis data yang
diterapkan pada percobaan multilokasi untuk mengkaji interaksi genotype
dengan lingkungan. Interaksi Genotipe Lingkungan (IGL) melibatkan
faktor genotipe dan lingkungan. Pengujian yang digunakan dalam
mengkaji IGL adalah analisis Additive Main Effects Multiplicative
Interaction (AMMI) (Trisnayanti, 2015).

IV. Alat dan Bahan


Laptop
V. Prosedur
Aplikasi PhEq_Bootstrap di Install pada pernagkat lunak dengan
menyesuaika spesifikasi dari perangkat lunak.
Perangkat lunak notepad dibuka dan data hasil disolusi dimasukkan
pada notepad (Copy data kemudian Paste di notepad), file notepad dibuat
terpisah menjadi 3 file (data Referensi, data Uji, dan data hasil).
Perangkat lunak PhEq_Bootstrap dibuka, kemudian file notepad
data referensi, data uji dan data hasil diupload dengan bagiannya masing
masing.
Kemudian pengaturan “whole vectors” pada opsi “sampling mode”
dipilih dan “1 profile” pada opsi “f2 auto-rule” dipilih. Dan Pilih
“bootstrapping parameters” sesuai kebutuhan (yang dipakai pada praktikum
kali ini “number of bootstraps: 5000”, dan “Confidence interval: 90%”).
Kemudia opsi Start di klik. Kemudian liat nilai hasil f1 dan f2. Kemudian
data dianalisis juga dengan menggunakan MS Excel dan dibandingkan.

VI. Data
TIPE A

DATA
REFERENCE
timepoint 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
3 18,7 19,59 20,79 19,02 18,95 19,1 19,25 18,57 19,23 18,79 19,35 18,7
5 39,7 40,59 41,79 40,02 39,95 40,1 40,25 39,57 40,23 39,79 40,35 39,7
7 57,9 58,26 58,4 58,22 58,15 58,3 58,45 57,77 58,43 57,99 58,55 57,9
10 75,89 76,25 76,39 76,21 76,14 76,29 76,44 75,76 76,42 75,98 76,54 75,89
15 86,39 86,75 86,89 86,71 86,64 86,79 86,94 86,26 86,92 86,48 87,04 86,39
30 89,39 89,75 89,89 89,71 89,64 89,79 89,94 89,26 89,92 89,48 90,04 89,39
45 91,89 92,25 92,39 92,21 92,14 92,29 92,44 91,76 92,42 91,98 92,54 91,89
DATA TEST
timepoint 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
3 16,7 17,59 18,79 17,02 16,95 17,1 17,25 16,57 17,23 16,79 17,35 16,7
5 37,7 38,59 39,79 38,02 37,95 38,1 38,25 37,57 38,23 37,79 38,35 37,7
7 55,9 56,26 56,4 56,22 56,15 56,3 56,45 55,77 56,43 55,99 56,55 55,9
10 73,89 74,25 74,39 74,21 74,14 74,29 74,44 73,76 74,42 73,98 74,54 73,89
15 84,39 84,75 84,89 84,71 84,64 84,79 84,94 84,26 84,92 84,48 85,04 84,39
30 87,39 87,75 87,89 87,71 87,64 87,79 87,94 87,26 87,92 87,48 88,04 87,39
45 89,89 90,25 90,39 90,21 90,14 90,29 90,44 89,76 90,42 89,98 90,54 89,89
VII. Hasil
1. Hasil Bootstrap

2. Hasil Perhitungan Excel


Timepoint Rt Tt Rt-Tt nRt n(Rt-Tt) (N(rt-Tt))2
3 19,17 17,17 2 134,19 14 196
5 40,17 38,17 2 281,19 14 196
7 58,19333 56,19333333 2 407,3533 14 196
10 76,18333 74,18333333 2 533,2833 14 196
15 86,68333 84,68333333 2 606,7833 14 196
30 89,68333 87,68333333 2 627,7833 14 196
45 92,18333 90,18333333 2 645,2833 14 196
F1: 3,028555
F2: 42,68569

3. Hasil Grafik
VIII. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan uji disolusi terbanding dengan metode
perhitungan, yaitu menggunakan software Pheq_Bootstrap dan Microsoft
Excel.
Uji disolusi terbanding dilakukan sebagai uji pendahuluan untuk
mengetahui pengaruh dari proses formulasi dan fabrikasi terhadap profil
disolusi dalam memperkirakan bioavailabilitas dan bioekivalensi antara
produk uji dan pembanding. Untuk produk-produk tertentu, uji disolusi
terbanding dilakukan sebagai pengganti uji ekivalensi in vivo sehingga
apabila suatu produk telah lolos uji disolusi terbanding ini, produk tersebut
sudah dianggap ekivalen dengan produk pembandingnya. Oleh karena itu,
perlu dilakukan uji bioekivalensi (BE) melalui disolusi terbanding
terhadap obat beredar yang akan dibandingkan tersebut. Bioavaibilitas
(BA) dapat ditunjukkan dengan fakta yang diperoleh secara in vitro yang
dilakukan dalam lingkungan yang seperti in vivo (uji disolusi) dalam
berbagai pH yang mempresentatifkan suasana lambung dan usus halus.

Berdasarkan pedoman uji bioekivalensi, dimana untuk mengetahui


profil disolusi dari suatu produk obat, waktu-waktu pengambilan sampel
untuk produk obat lepas cepat : 10,15, 30, 45 dan 60 menit dan digunakan
produk obat minimal 12 unit dosis. Profil disolusi dibandingkan dengan
menggunakan faktor kemiripan (F2). Kedua profil disolusi diverifikasi
serupa jika F1 antara 0 dan 15 dan jika F2 antara 50 dan 100.

F1 dapat dihitung menggunakan rumus:

Sedangkan F2 dapat dihitung menggunakan rumus:

Pada praktikum tersebut dalam pengambilan data Faktor kemiripan


(F2) dan faktor perbedaan (F1) memiliki perbedaan nilai apabila
perhitungan tersebut menggunakan Pheq_Bootstrap dan Microsoft Excel.
Pheq_Bootstrap merupakan perangkat lunak gratis untuk membantu
perhitungan kesamaan faktor untuk menilai profil disolusi. Nilai F1 yang
didapat baik dengan Microsoft Excel maupun software Bootstrap tidak
berbeda secara signifikan. Nilai F1 dengan Microsoft Excel didapat
sebesar 3,028555, sedangkan dengan software Bootstrap didapat sebesar
3,57.

Sementara untuk nilai F2, baik yang didapat dengan Microsoft Excel
maupun dengan software Bootstrap, terdapat perbedaan yang signifikan.
Nilai F2 dengan Microsoft Excel adalah sebesar 42,68569 dan dengan
Bootsrap adalah sebesar 80,67. Hasil perhitungan antara Microsoft Excel
dengan Bootsrap berbeda dikarenakan pada software Bootstrap terdapat
F2 auto-rule, yang secara otomatis mengeliminasi data yang memiliki nilai
dibawah 85%, sedangkan pada perhitungan rumus dengan Microsoft Excel
semua data diperhitungkan tanpa kecuali.

IX. Simpulan
Perhitungan uji disolusi terbanding dengan faktor perbedaan (F1) dan
factor kemiripan (F2) pada dua metode yang berbeda, yaitu metode
perhitungan rumus dengan Microsoft Excel dan perhitungan dengan
software Bootstrap menghasilkan hasil yang berbeda. Dengan rumus
didapat F1 sebesar 3,028555 dan F2 sebesar 42,68569, sedangkan dengan
software Bootstrap didapat F1 sebesar 3,57 dan F2 sebesar 80,67.
DAFTAR PUSTAKA

Allen, L. V. Jr., N. G. Popovich and H. C. Ansel. 2005. Ansel’s Pharmaceutical


Dosage Form and Drug Delivery System, Eight Edition. Philadelphia:
Lippincot Williams and Wilkins.

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2004. Ketentuan Pokok Pengawasan
Suplemen Makanan. Jakarta: BPOM RI.

BPOM, 2005. Pedoman Uji Bioekivalensi. Jakarta : Badan POM RI.

Kun Nie et. All. 2009. Monitoring Ambroxol Hydrochloride Sustain Release Tablet
Release by Fiber-Optic Drug Dissolution In Situ Test System. Tersedia
online di http://www.pharmainfo.net. [Diakses pada 17 Maret 2019]

Sari, Devia Permata; T.N. Saifullah Sulaiman; dan Okti Ratna Mafruhah. 2013. UJI
DISOLUSI TERBANDING TABLET METFORMIN HIDROKLORIDA
GENERIK BERLOGO DAN BERMEREK (COMPARATIVE
DISSOLUTION TEST OF GENERIC DAN BRANDED TABLET
METFORMIN HIDROCHLORIDA TABLETS). Majalah Farmasuetik,
Vol. 9 (1): 254-258.
Shargel, L. and Yu, A. 1999. Applied Biopharmaceutics and Pharmacokinetics, 4th
Ed. New York : McGraw-Hill.
Siswanto, Agus; Achmad Fudholi; Akhmad Kharis Nugroho; dan Sudibyo
Martono. 2014. PENGARUH MEDIUM DISSOLUSI DAN
PENGGUNAAN SINKER TERHADAP PROFIL DISOLUSI TABLET
(FLOATING ASPIRIN THE INFLUENCE OF DISSOLUTION MEDIUM
AND SINKER ON DISSOLUTION PROFILES OF FLOATING TABLET
CONTAINING ASPIRIN). PHARMACY, Vol.11 No. 02.
Trisnayanti, Ni Putu, dkk. 2015. Implementasi Metode Bootstrap dalam Inferensi
Titik – titik Biplot Ammi Model Ammi Campuran (Mixed Ammi). E –
Jurnal Matematika, Vol. 4 (3) : 115 – 121.

Anda mungkin juga menyukai