Anda di halaman 1dari 6

Lampiran materi Penanggung jawab :

Pelatihan Pokjakes 1. M. Mukhtar


Di kelurahan Wiyung 2. Muslimin Siraja, SKp
RW 2 Surabaya

PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU ( TBC PARU )

A. Pengertian :

Penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikobakterium tuberkulosis ( Editor


: Hood , Alsagaff. Dan H. Abdul Mukty, 1995 : 73 )

B. Gejala Penyakit :

Gejala penyakit tuberkulosis paru bervariasi, mulai tidak ada gejala sampai yang
sangat mencolok ( Editor : Muhammad Amin (dkk ) 1989 :19 ).
Gejala umum ; batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih.
Gejala lain yang sering dijumpai adalah dahak bercampur darah , batuk darah,
sesak napas dan rasa nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan dan demam
meriang lebih dari sebulan ( Depkes RI, 2000 ; 20 )

C. Cara Penularan :

Penyakit tuberkulosis ditularkan melalui udara ( pernapasan ) menurut kondisinya


digolongkan menjadi 2 hal yaitu :
1. Penularan secara langsung
Yaitu kondisi penularan yang terjadi dimana penderita tuberkulosis batu atau
bersin sehingga partikel ludah yang mengandung kuman terhirup oleh orang
lain yang ada disekitarnya.
2. Penularan secara tidak langsung
Yaitu kondisi yang tidak memungkinkan penularan kuman secara langsung
karena dahak yang dikeluarkan dibuang sembarangan tempat dan bercampur
dengan partikel-partikel debu. Dalam kondisi tertentu kuman tadi
dihembuskan oleh angin sehingga terhirup oleh orang lain yang ada
disekitarnya disaat bernapas ( Depkes RI 1995 : 8 )

D. Pengobatan

a. Tujuan :
Tujuan pengobatan penderita tuberkulosis adalah :
1). Menyembuhkan penderita
2). Mencegah kematian
3). Mencegah kekambuhan
4). Menurunkan resiko penularan
b. Prinsip :
1). OAT diberikan dalam bentuk kombinasi
2). Jumlah obat yang diberikan cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan
3). Apabila panduan obat yang digunakan tidak adekwat ( jenis, dosis dan
jangka waktu pengobatan ) kuman tuberkulosis akan resisten
c. Tahapan :
1). Tahap intensif/tahap awal
Pada tahap ini penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung,
untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap Rifampicin. Bila saat tahap
intensif diberikan secara tepat, penderita menular menjadi tidak menular
dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TB BTA Positif
menjadi BTA negatif ( konversi ) pada akhir pengobatan intensif.
2). Tahap lanjutan
Pada tahap ini penderita mendapat obat dalam jangka waktu lebih lama
dan jenis obat lebih sedikit untuk mencegah terjadinya kekambuhan .
Panduan Obat
Program Nasional penanggulangan tuberkulosis di Indonesia menggunakan
obat anti tuberkulosis sebagai berikut :
1). Kategori 1 yaitu : 2HRZE/4H3R3
Obat katagori 1 diberikan pada tahap intensif, terdiri dari :
- H = Isoniazid
- R = Rifampicin
- Z = Pirazinamid obat tersebut diberikan setiap hari selama
- E = Ethambutol 2 bulan. ( 2 HRZE )
Kemudian diteruskan dgn tahap lanjutan , yang terdiri dari :
- H = Isoniazid
- R = Rifampicin obat tersebut diberikan 3 kali dalam se
minggu selama 4 bulan (4H3R3)
Obat kategori 1 tersebut diberikan untuk :
- Penderita baru tuberkulosis BTA positif
- Penderita tuberkulosis paru BTA negatif, rontgen positif yang sakit
berat
- Penderita tuberkulosis ekstra paru berat

2). Kategori 2 yaitu : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3


Pada tahap intensif obat kategori 2 ini diberikan selama 3 bulan yang
terdiri dari :
- H = Isoniazid
- R = Rifampicin
- Z = Pirazinamid diberikan se
- E = Ethambutol lama 2 bulan
- S = Streptomicin injeksi setiap hari di puskesmas (2HRZES)
Selanjutnya diteruskan dengan :
- H = Isoniazid
- R = Rifampicin
- Z = Pirazinamid diberikan setiap hari selama 1 bulan (HRZE)
- E = Ethambutol
Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari :
- H = Isoniazid
- R = Rifampicin obat tersebut diberikan 3 kali dalam seminggu
- E = Ethambutol selama 5 bulan. ( 5H3R3E3 )
Obat kategori 2 tersebut di atas ditujukan untuk :
- Penderita kambuh ( relaps )
- Penderita gagal ( failure )
- Penderita dgn pengobatan setelah lalai ( afterdefault )
3). Kategori 3 yaitu ; 2HRZ/4H3R3
Pada tahap intensif obat katagori 3 ini terdiri dari :
- H = Isoniazid
- R = Rifampicin diberikan setiap hari selama 2 bulan
- Z = Pirazinamid
Diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari :
- H = Isoniazid
- R = Rifampicin diberikan 3 kali seminggu selama 4 bulan
Obat kategori 3 tersebut ditujukan untuk :
- Penderita baru BTA negatif dan rongent positif sakit ringan
- Penderita ekstra paru ringan yaitu TB kelenjar limfe, pleuritis
exudative unilateral, TB kulit, TB tulang
4). Obat sisipan yaitu HRZE
Bila pada ahir tahap intensif dari pengobatan dengan kategori 1 atau
kategori 2 hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat
sisipan yang terdiri dari :
- H = Isoniazid
- R = Rifampicin
- Z = Pirazinamid diberikan setiap hari selama 1 bulan
- E = Ethambutol
E. Pencegahan

Pencegahan ini meliputi :


1. Sebelum terjadinya sakit.
1). Health promotion/promosi kesehatan
Usaha-usaha yang dilakukan yaitu mempertinggi daya tahan tubuh seperti ;
- makan yang bergizi ( seimbang )
- olah raga yang teratur
- memeriksakan diri secara teratur ( cek up )
- tidur yang cukup
- menghindari penggunaan NAPZA, seperti; narkotik, alkohol, rokok
dsbnya
- menghindari melakukan prilaku sex yang menyimpang ( mis; berganti-
ganti pasangan dsbnya )
- mengurangi stres yang berlebihan ( mis; rekreasi yang cukup )
- memperbaiki lingkungan dan perumahan yang baik ( mis; mengurangi
kepadatan penduduk, ventilasi yang cukup dsbnya )
2). Specipic protection/melakukan perlindungan yang sepesipik
Usaha-usaha yang perlu dilakukan adalah ;
a. melakukan immunisasi, seperti BCG
b. menghindari/mengurangi berdekatan dgn penderita TBC
c. melakukan pasteurisasi susu sapi ( menghindari susu sapi yang
terkena TBC )
2. Pada saat sakit
1). Early Diagnoses and promt treatment/diagnose dini dan pengobatan yang
tepat
Usaha-usaha yang dilakukan adalah ;
a. melakukan diagnose secara cepat dan tepat
b. memberikan pengobatan yang tepat
c. menganjarkan pada penderita batuk yg baik/ tidak meludah sembarangan
d. makan makanan yang bergizi
e. perbaikan sarana lingkungan dan perumahan
f. olah raga yang teratur dan tidur yang cukup
g. menghindari penggunaan NAPZA dan prilaku sex yang menyimpang
h. menghindari stres yang berlebihan
i. melakukan case finding ( mencari kasus-kasus baru yang dicurigai
menderita TBC, hususnya keluarga dekat/tetangga penderita ) dengan
cara ; pemeriksaan foto dada secara massal atau pemeriksaan dahak secara
massal.
2) Disability limation/pembatasan kecacatan
Usaha-usaha yang dilakukan
a. pengobatan yang tepat
b. kontrol secara berkala
c. sama dengan usaha-usaha health promotion
3. Sesudah sakit
1). Rehabilitation
Usaha-usaha yang dilakukan :
a. kontrol secara berkala
b. sama dengan usaha-usaha healt promotion
c. memberikan pengertian kepada keluarga/masyarakat agar mau
menerima penderita sebagaimana dia sebelum sakit
.

Anda mungkin juga menyukai