Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Haji dan Umroh

Nama Kelompok : Athfal Alfandi (14)


Atiqoh Surya N (15)
Reyfan Ananda A.P (31)
Reflin Adirianata (32)
Rina Siska W (33)
BAB I
PENDAHULUAN
Haji merupakan rukun Islam yang kelima yang diwajibkan bagi seorang Muslim
sekali sepanjang hidupnya bagi yang mampu melaksanakanya, Setiap perbuatan dalam
ibadah haji sebenarnya mengandung rahasia, contoh seperti ihrom sebagai upacara
pertama maksudnya adalah bahwa manusia harus melepaskan diri dari hawa nafsu dan
hanya mengahadap diri kepada Allah Yang Maha Agung. Memperteguh iman dan
takwa kepada allah SWT karena dalam ibadah tersebut diliputi dengan penuh
kekhusyu'an, Ibadah haji menambahkan jiwa tauhid yang tinggi
Ibadah haji adalah sebagai tindak lanjut dalam pembentukan sikap mental dan
akhlak yang mulia. Ibadah haji adalah merupakan pernyataan umat islam seluruh dunia
menjadi umat yang satu karena memiliki persamaan atau satu akidah. Memperkuat fisik
dan mental, kerena ibadah haji maupun umrah merupakan ibadah yang berat
memerlukan persiapan fisik yang kuat, biaya besar dan memerlukan kesabaran serta
ketabahan dalam menghadapi segala godaan dan rintangan. Ibadah haji
Menumbuhkan semangat berkorban, baik harta, benda, jiwa besar dan pemurah,
tenaga serta waktu untuk melakukannya.
Dengan melaksanakan ibadah haji bisa dimanfaatkan untuk membangun
persatuan dan kesatuan umat Islam sedunia. Ibadah haji merupakan muktamar akbar
umat islam sedunia, yang peserta-pesertanya berdatangan dari seluruh penjuru dunia
dan Ka'bahlah yang menjadi simbol kesatuan dan persatuan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Haji
Menurut bahasa kata Haji berarti menuju, sedang menurut pengertian syar’i berarti
menyengaja menuju ke ka’bah baitullah untuk menjalakan ibadah (nusuk) yaitu
ibadadah syari’ah yang terdahulu. Hukum haji adalah fardhu ‘ain, wajib bagi setiap
muslim yang mampu, wajibnya sekali seumur hidup. Haji merupakan bagian dari rukun
Islam. Mengenai wajibnya haji telah disebutkan dalam Al Qur’an, As Sunnah dan ijma’
(kesepakatan para ulama).
Mengenai hukum ibadah haji, asal hukumnya adalah wajib ‘ainbagi yang mampu.
Melaksanakan haji wajib, yaitu karena memenuhi rukun Islam dan apabila kita “nazar”
yaitu seorang yang bernazar untuk haji, maka wajib melaksanakannya, kemudian untuk
haji sunat, yaitu dikerjakan pada kesempatan selanjutnya, setelah pernah menunaikan
haji wajib.
Haji merupakan rukun Islam yang ke lima, diwajibkan kepada setiap muslim yang
mampu untuk mengerjakan. Jumhur Ulama sepakat bahwa mula-mulanya disyari’atkan
ibadah haji tersebut pada tahun ke enam Hijrah, tetapi ada juga yang mengatakan
tahun ke sembilan hijrah.
1. Dalil Al Qur’an
Allah berfirman :
َ ‫ي ع َّن ا ْلعَالَ ّم‬
‫ين‬ ٌّ ‫غ ّن‬ َ ‫يًل َو َم ْن َكفَ َر فَ ّإ هن ه‬
َ ‫َّللا‬ َ ‫ع إّلَ ْي ّه‬
‫سبّ ا‬ َ َ ‫ست‬
َ ‫طا‬ ّ ‫اس ّح ُّج ا ْلبَ ْي‬
ْ ‫ت َم ّن ا‬ ّ ‫علَى النه‬
َ ‫َلِل‬
ّ ‫َو ّ ه‬
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban
haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta
alam.” (QS. Ali Imron: 97).

ۗ ِ‫سوقَ َو ََل ِجدَا َل ِفي ْال َحج‬ ُ ُ‫ث َو ََل ف‬ َ ‫ض ِفي ِه َّن ْال َح َّج َف ََل َر َف‬
َ ‫ات ۚ َف َم ْن َف َر‬ ٌ ‫ْال َح ُّج أ َ ْش ُه ٌر َم ْعلُو َم‬
ِ ‫ون َيا أُو ِلي ْاْل َ ْل َبا‬
‫ب‬ ِ ُ‫الزا ِد الت َّ ْق َو ٰى ۚ َواتَّق‬ َّ ُ‫َو َما ت َ ْف َعلُوا ِم ْن َخي ٍْر َي ْعلَ ْمه‬
َّ ‫َّللاُ ۗ َوت َزَ َّودُوا فَإ ِ َّن َخي َْر‬

Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang


menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh
rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan
apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya.
Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah
kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.(QS.AL baqarah 197)

2. Dalil As Sunnah
Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ‫ضان‬ َ ‫ َو‬، ِ‫ َو ْال َحج‬، ِ‫الزكَاة‬
َ ‫ص ْو ِم َر َم‬ َّ ‫ َوإِيت َِاء‬، ِ‫صَلَة‬
َّ ‫ َوإِقَ ِام ال‬، ِ‫َّللا‬ ُ ‫َّللاُ َوأ َ َّن ُم َح َّمدًا َر‬
َّ ‫سو ُل‬ َّ َّ‫ش َهادَةِ أ َ ْن َلَ إِلَهَ إَِل‬
َ ‫اإل ْسَلَ ُم َعلَى َخ ْم ٍس‬
ِ ‫ى‬ َ ِ‫بُن‬
“Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak disembah
selain Allah dan mengaku Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, berhaji dan berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 8 dan Muslim
no. 16).
Hadits ini menunjukkan bahwa haji adalah bagian dari rukun Islam. Ini berarti menunjukkan
wajibnya.
Dari Abu Hurairah, ia berkata,
ُ ‫س َكتَ َحتَّى قَالَ َها ثََلَثًا فَقَا َل َر‬
َّ ‫سو ُل‬
‫صلى‬- ِ‫َّللا‬ َ َ‫َّللاِ ف‬
َّ ‫سو َل‬ َ ‫ فَقَا َل َر ُج ٌل أ َ ُك َّل‬.» ‫َّللاُ َعلَ ْي ُك ُم ْال َح َّج فَ ُح ُّجوا‬
ُ ‫ع ٍام يَا َر‬ َّ ‫ض‬ ُ َّ‫« أَيُّ َها الن‬
َ ‫اس قَدْ فَ َر‬
ْ َ‫ « لَ ْو قُ ْلتُ نَعَ ْم لَ َو َجب‬-‫هللا عليه وسلم‬
َ َ‫ت َولَ َما ا ْست‬
ُ‫ط ْعت ْم‬
“Rasulullah SAW. berkhutbah di tengah-tengah kami. Beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia,
Allah telah mewajibkan haji bagi kalian, maka berhajilah.” Lantas ada yang bertanya, “Wahai
Rasulullah, apakah setiap tahun (kami mesti berhaji)?” Beliau lantas diam, sampai orang tadi
bertanya hingga tiga kali. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Seandainya
aku mengatakan ‘iya’, maka tentu haji akan diwajibkan bagi kalian setiap tahun, dan belum tentu
kalian sanggup.” (HR. Muslim).
3. Dalil Ijma’ (Konsensus Ulama)
Para ulama pun sepakat bahwa hukum haji itu wajib sekali seumur hidup bagi yang
mampu. Bahkan kewajiban haji termasuk perkara al ma’lum minad diini bidh dhoruroh (dengan
sendirinya sudah diketahui wajibnya) dan yang mengingkari kewajibannya dinyatakan kafir.
Haji merupakan rukun Islam yang ke lima, diwajibkan kepada setiap muslim yang mampu
untuk mengerjakan. jumhur Ulama sepakat bahwa mula-mulanya disyari'atkan ibadah haji
tersebut pada tahun ke enam Hijrah, tetapi ada juga yang mengatakan tahun ke sembilan hijrah.
B. Syarat, Rukun dan Wajib Haji

Syarat Wajib Haji


1. Islam
2. Baligh. Anak yang belum dewasa tidak wajib menunaikan ibadah haji
3. Berakal
4. Merdeka
5. Mampu
Yang di maksud mampu (istitha’ah) adalah meliputi 6 hal, yaitu :
1. Memiliki ongkos untuk pergi ke mekkah dan kembali, yang sering disebut dengan ONH (Ongkos Naik Haji)
2. Ada kendaraan, baik milik pribadi maupun pemerintah/swasta. Syarat ini bagi orang yang tinggalnya jauh dari
mekkah
3. Aman selama dalam perjalanan, baik pergi maupun pulangnya
4. Khusus bagi wanita harus mempunyai mahram, atau dengan suaminya atau dengan wanita lain yang
dipercayainya.
5. Sehat jasmani dan rohani
6. Memilki pengetahuan tentang peraturan dan hukum haji

Syarat Sah Haji


1. Islam
2. Baligh. Orang yang belum baligh ibadah hajinya tidak sah
3. Berakal
4. merdeka

2. Rukun Haji
a. Ihram yaitu berpakaian ihram, dan niyat ihram dan haji
Melaksanakan ihram disertai dengan niat ibadah haji dengan memakai pakaian ihram. Pakaian
ihram untuk pria terdiri dari dua helai kain putih yang tak terjahit dan tidak bersambung
semacam sarung. Dipakai satu helai untuk selendang panjang serta satu helai lainnya untuk kain
panjang yang dililitkan sebagai penutup aurat. Sedangkan pakaian ihram untuk kaum wanita
adalah berpakaian yang menutup aurat seperti halnya pakaian biasa (pakaian berjahit) dengan
muka dan telapak tangan tetap terbuka.
b. Wukuf di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah
Yakni menetap di Arafah, setelah condongnya matahari (kea rah Barat) jatuh pada hari ke-9
bulan dzulhijjah sampai terbit fajar pada hari penyembelihan kurban yakni tanggal 10 dzulhijjah.
c. Thawaf yaitu tawaf untuk haji (tawaf Ifadhah)
Yang dimaksud dengan Thawaf adalah mengelilingi ka’bah sebayak tujuh kali, dimulai dari
tempat hajar aswad (batu hitam) tepat pada garis lantai yang berwarna coklat, dengan posisi
ka’bah berada di sebelah kiri dirinya (kebalikan arah jarum jam).
Macam-macam Thawaf:
1) Thawaf Qudum yakni thawaf yang dilaksanakan saat baru tiba di Masjidil Haram dari
negerinya.
2) Thawaf Tamattu’ yakni thawaf yang dikerjakan untuk mencari keutamaan (thawaf sunnah)
3) Thawaf Wada’ yakni thawaf yang dilaksanakan ketika akan meninggalkan Makkah menuju
tempat tinggalnya.
4) Thawaf Ifadha yakni thawaf yang dikerjakan setelah kembali dari wukuf di Arafah. Thawaf
Ifadha merupakan salah satu rukun dalam ibadah haji.
d. Sa'i yaitu lari-lari kecil antara shafa dan marwah 7 (tujuh) kali
Syarat melakukan sa’i adalah sebagai berikut :
1) Dilakukan dengan diawali dari bukit Shafa, kemudian diakhiri di bukit Marwah. Kepergian
orang tersebut dari bukit Shafa ke bukit Marwah dihitung 1 kali, sementara kembalinya orang
tersebut dari bukit Marwah ke bukit Shafa juga dihitung 1 kali.
2) Dilakukan sebanyak 7 kali.
3) Waktu sa’i adalah sesudah thowaf rukun maupun qudun.
e. Tahallul artinya mencukur atau menggunting rambut sedikitnya 3 helai
f. Tertib yaitu berurutan
3. Wajib Haji, Yaitu sesuatu yang harus dikerjakan, tapi sahnya haji tidak tergantung atasnya,
karena dapat diganti dengan dam (denda) yaitu menyembelih binatang. berikut kewajiban haji
yang harus dikerjakan:
a. Ihram dari Miqat, yaitu memakai pakaian Ihram (tidak berjahit), dimulai dari tempat-tempat
yang sudah ditentukan, terus menerus sampai selesainya Haji. Dalam melaksanakan ihram ada
ketentuan kapan pakaian ihram itu dikenakan dan dari tempat manakah ihram itu harus dimulai.
Persoalan yang membicarakan tentang kapan dan dimana ihram tersebut dikenakan disebut miqat
atau batas yaitu batas-batas peribadatan bagi ibadah haji dan atau umrah.
Macam-macam miqat menurut Fah-hul Qarib
1) Miqat zamani (batas waktu) pada konteks (yang berkaitan) untuk memulai niat ibadah haji,
adalah bulan Syawal, Dzulqa’dah dan 10 malam dari bulan dzilhijjah (hingga sampai malam hari
raya qurban). Adapun (miqat zamani) pada konteks untuk niat melaksanakan “Umrah” maka
sepanjang tahun itu, waktu untuk melaksanakan ihram umrah.
2) Miqat makany (batas yang berkaitan dengan tempat) untuk dimulainya niat haji bagi hak orang
yang bermukim (menetap) di negeri makkah, ialah kota makkah itu sendiri. Baik orang itu
penduduk asli makkah, atau orang perantauan. Adapun bagi orang yang tidak menetap di negeri
makkah, maka:
- Orang yang (datang) dari arah kota Madinah as-syarifah, maka miqatnya ialah berada di
(daerah) “Dzul Halifah”
- Orang yang (datang) dari arah negeri Syam (syiria), Mesir dan Maghribi, maka miqatnya ialah
di (daerah) “Juhfah”
- Orang yang (datang) dari arah Thihamatil Yaman, maka miqatnya berada di daerah
“Yulamlam”.
- Orang yang (datang) dari arah daerah dataran tinggi Hijaz dan daerah dataran tinggi Yaman,
maka miqatnya ialah berada di bukit “Qaarn”.
- Orang yang (datang) dari arah negeri Masyrik, maka miqatnya berada di desa “Dzatu “Irq”.

Ketentuan tempat (tempat makani) :


a. Makkah, miqat (tempat ihram) orang yang tinggal di makkah, berarti orang yang tinggal di
makkah hendaklah ihram dari rumah masing-masing.
b. Zul-hulaifah, miqat (tempat ihram) yang datang dari pihak madinah dan negeri-negeri sejajar
dengan madinah.
c. Juhfah, miqat (tempat ihram) orang yang datang dari sebelah syam, mesir, dan negeri-negeri
yang sejajar dengan negeri-negeri tersebut. Juhfah nama suatu kampung di antara makkah dan
madinah, kampung itu sekarang telah rusak (roboh), kampung yang dekat kepadanya ialah :
‟Rabigh”.
d. Yalamlam (nama suatu bukit dari beberapa bukit tuhamah). Bukit ini, miqat orang yang datang
dari sebelah yaman, india, indonesia, dan negeri-negeri yang sejalan dengan negeri-negeri
tersebut.
e. Qarnu (nama sebuah bukit, jauh dari makkah kira-kira 80,640 km). Bukit ini, miqat orang yang
datang dari sebelah Najdil-Yaman dan Najdil-hijaz dan orang-orang yang datang dari negeri-
negeri yang sejalan dengan itu.
f. Zatu’irqain (nama kampung yang jauhnya dari makkah kira-kira 80,640 km). Kampung ini,
miqat orang yang datang dari iraq dan negeri-negeri yang sejalan dengan itu.
g. Adapun bagi penduduk negeri-negeri yang diantara makkah dan miqat-miqat tersebut maka
mikat mereka negeri masing-masing. (Fiqih Islam, 1954 : 204-205)

b. Bermalam di Muzdalifah sesudah wukuf, pada malam tanggal 10 Dzulhijjah.


c. Bermalam di Mina selama2 atau 3 malam pada hari tasyriq (tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah).
d. Melempar jumrah 'aqabah tujuh kali dengan batu pada tanggal 10 Dzulhijjah dilakukan setelah
lewat tengah malam 9 Dzulhijjah dan setelah wukuf.
Wajib haji yang ketiga adalah melempar jumrah “Aqabah”, yang dilaksanakan pada tanggal 10
Dzulhijjah, sesudah bermalam di Mudzalifah. Jumrah sendiri artinya bata kecil atau kerikil, yaitu
kerikil yang dipergunakan untuk melempar tugu yang ada di daerah Mina. Tugu yang ada di
Mina itu ada tiga buah, yang dikenal dengan nama jamratul’Aqabah, Al-Wustha, dan ash-
Shughra (yang kecil). Ketiga tugu ini menandai tepat berdirinya ‘Ifrit (iblis) ketika menggoda
nabi Ibrahim sewaktu akan melaksanakan perintah menyembeliih putra tersayangnya Ismail a.s.
di jabal-qurban semata-mata karena mentaati perintah Allah SWT.
Di antara ketiga tugu tersebut maka tugu jumratul ‘Aqabah atau sering juga disebut sebagai
jumratul-kubra adalah tugu yang terbesar dan terpenting yang wajib untuk dilempari dengan
tujuh buah kerikil pada tanggal 10 Dzulhijjah.
e. Melempar jumrah ketiga-tiganya, yaitu jumrah Ula, Wustha dan 'Aqabah pada tanggal 11, 12
dan 13 Dzulhijjah dan melemparkannya tujuh kali tiap jumrah.
f. Meninggalkan segala sesuatu yang diharamkan karena ihram.
4. Sunat Haji
a. Ifrad, yaitu mendahulukan haji terlebih dahulu baru mengerjakan umrah.
b. Membaca Talbiyah
c. Tawaf Qudum, yatiu tawaaf yuang dilakukan ketika awal datang di tanah ihram, dikerjakan
sebelum wukuf di Arafah.
d. Shalat sunat ihram 2 rakaat sesudah selesai wukuf, utamanya dikerjakan dibelakang makam nabi
Ibrahim.
e. Bermalam di Mina pada tanggal 10 Dzulhijjah
f. Thawaf wada ', yakni tawaf yang dikerjakan setelah selesai ibadah haji untuk memberi selamat
tinggal bagi mereka yang keluar Mekkah.
C. Manasik Haji
1. Di Mekkah (pada tanggal 8 Djulhijjah), Mandi dan berwudlu, Memakai kain ihram kembali,
Shalat sunat ihram dua raka'at, Niyat haji, Berangkat menuju Arafah, membaca talbiyah,
shalawat dan doa.
2. Di Arafah, waktu masuk Arafah berdo'a, dan berwukuf, (tanggal 9 Djulhijjah)
a. Sebagai pelaksanaan rukun haji seorang jamaah harus berada di Arafah pada tanggal 9
Djulhijjah meskipun hanya sejenak.
b. Waktu wukuf dimulai dari waktu Dzuhur tanggal 9 Djulhijjah sampai terbit fajar tanggal 10
Djulhijjah.
c. Berangkat menuju Muzdalifah sehabis Maghrib
d. Tidak terlalu lama (mabit) di Muzdalifah sampai lewat tengah malam
e. Berdo'a waktu berangkat dari Arafah
3. Di Muzdalifah (pada malam tanggal 10 Djulhijjah), berdo'a dan Mabit, yaitu berhenti di
Muzdalifah untuk menunggu waktu lewat tengah malam sambil mencari batu krikil sebanyak 49
atau 70 butir untuk melempar jumrah kemudian Menuju Mina.
4. Di Mina, berdoa, melontar jumroh dan bermalam (mabit) pada saat melempar jumroh, yang
dilakukan yaitu:
a. melontar jumroh Aqobah waktunya setelah tengah malam, pagi dan sore. Tetapi diutamakan
sesudah terbit matahari tanggal 10 Djulhijjah
b. melontar jumroh ketiga-tiganya pada tanggal 11,12,13 Dzulhijjah waktunya pagi, siang, sore dan
malam. Tetapi diutamakan sesudah tergelincir matahari.
c. Setiap melontar 1 jumroh 7 kali lontaran masing-masing dengan 1 krikil
d. Pada tanggal 10 Djulhijjah melontar jumroh Aqobah saja lalu tahallul (awal).Dengan selesainya
tahallul awal ini, maka seluruh larangan ihram telah gugur, kecuali menggauli istri. setelah
tahallul tanggal 10 Djulhijjah kalau ada kesempatan akan pergi ke Mekkah untuk thawaf Ifadah
dan sa'i tetapi harus kembali pada hari itu juga dan tiba di mina sebelum matahari terbenam.
e. Pada tanggal 11, 12 Djulhijjah melontar jumroh Ula, Wustha dan Aqobah secara berurutan, terus
ke mekkah, ini yang dinamakan naffar awal.
f. Bagi jama'ah haji yang masih berada di Mina pada tanggal 13 Djulhijjah diharuskan melontar
ketiga jumroh itu lagi, lalu kembali ke mekkah. itulah yang dinamakan naffar Tsani.
g. Bagi jama'ah haji yang blm membayar dam harus menunaikannya disini dan bagi yang mampu,
harus memotong hewan kurban.
5. Kembali ke Mekkah, Thawaf Ifadah, dan Thawaf Wada, Setelah itu rombangan jama’ah haji
gelombang awal. bisa pulang ke tanah air
D. Permasalahan Kontemporer Haji
Ada permasalahan haji pada saat ini yang mungkin sangat tidak bisa dilewatkan bagi
kaum Muslimin, diantaranya :
1. Haji tidak lepas dengan Permasalahan Perbankan, bagi seorang Muslim yang ingin menjauhkan
dari perbankan karena di dalamnya ada unsur riba, maka seorang Jama’ah haji pasti tidak akan
bisa menghindarinya, karena sejak mulai pendaftaran harus lewat perbankan.
2. Haji memungkinkan seseorang untuk intiqolul madzhab.
Umat Islam Indonesia kebanyakan adalah penganut Syafi’iyyah, dimana bersentuhan kulit antara
laki-laki dan perempuan dapat membatalkan wudhu, sedangkan dalam kondisi pelaksanaan
Ibadah haji kurang-lebih 2 juta umat manusia dari penjuru dunia kumpul di Makkah, ini sangat
sulit menghindari persentuhan kulit tersebut, maka jalan yang ditempuh adalah intiqolul
madzhab.
3. Penundaan masa haidl bagi wanita
Pada dasarnya ada dua faktor yang menjadi alasan bagi wanita untuk memakai obat pengatur
siklus haid, yaitu: Untuk keperluan ibadah dan untuk keperluan diluar ibadah.
4. Permasalahan miqod,
ada 2 macam miqot, yaitu : Miqot zamaniyah yaitu bulan-bulan haji, mulai dari bulan Syawwal,
Dzulqo’dah, dan Dzulhijjah.Miqot makaniyah yaitu tempat mulai berihram bagi yang punya
niatan haji atau umroh. Ada lima tempat: (1) Dzulhulaifah (Bir ‘Ali), miqot penduduk
Madinah (2) Al Juhfah, miqot penduduk Syam, (3) Qornul Manazil (As Sailul Kabiir), miqot
penduduk Najed, (4) Yalamlam (As Sa’diyah), miqot penduduk Yaman, (5) Dzat ‘Irqin (Adh
Dhoribah), miqot pendudk Irak. Itulah miqot bagi penduduk daerah tersebut dan yang melewati
miqot itu.
Sebagian jama’ah haji dari negeri kita, meyakini bahwa Jeddah adalah tempat awal ihram.
Mereka belumlah berniat ihram ketika di pesawat saat melewati miqot, namun beliau tidak
menetapkannya sebagai miqot. Inilah pendapat mayoritas ulama yang menganggap Jeddah
bukanlah miqot. Ditambah lagi jika dari Indonesia yang berada di timur Saudi Arabia, berarti
akan melewati miqot terlebih dahulu sebelum masuk Jeddah, bisa jadi mereka melewati Qornul
Manazil, Dzat ‘Irqin atau Yalamlam
E. Macam-macam Haji
1. Ifrad
Yaitu ihrom untuk haji saja dahulu dari miqotnya, terus diselesaikannya pekerjaan haji. Lalu
ihrom lagi untuk umroh, serta terus mengerjakan segala urusannya. Berarti dalam hal ini
mendahulukan haji daripada umroh, dan inilah yang lebih baik.
2. Tamattu’
Yaitu mendahulukan umroh daripada haji dalam waktu haji.
3. Qiran
Yaitu dikerjakan bersama-sama antara haji dan umroh dalam satu waktu.
MASALAH DAM DAN DENDA
Dam karena meninggalkan salah satu perintah yang merupakan bagian ibadah haji, misalnya
tidak melakukan ihram dari miqat. Denda yang wajib dibayar ialah membelih binatang untuk
qurban.
 Dam karena bercukur berhias atau bersenang-senang. Dendanya :
- menyembelih hewan kurban
- puasa tiga hari atau
- bersedekah, member makanan tiga sha’ kepada enam orang miskin.
 Dam Ishar. Bila orang yang mengalami ishar melakukan tahallul, membayar sesuai dengan QS.
Al-baqarah 2:196
 Dam karena membunuh binatang buruan. Denda atas pelanggaran membunuh binatang buruan
ada dua macam sesuai dengan jenis binatang yang dibunuh itu.
Bila binatang itu mempunyai bandingan yang mirip denganya pada binatang jinak, maka
dendanya ialah salah satu dari :
- Menyembelih binatang ternak yang sebanding denganya.
- Menyedekahkn makanan seharga binatang ternak tersebut kepada fakir miskin yang tinggal di
tanah haram.
- Berpuasa satu hari mud makanan diatas
 Dam karena jima’.
- Bila jima’ itu membatalkan hajinya, sebab dilakukan sebelum tahallul pertama, maka damnya
adalah menyembelih unta yang memenuhi syarat.
- Bila jima’ itu tidak membatalkan ibadah hajinya, sebab dilakukan antara tahallul pertama dan
kedua atau jima’ dilakukan untuk kedua kalinya, maka damnya adalah menyembelih seekor
kambing.

BAB III

A. Kesimpulan
Haji menyengaja menuju ke ka’bah baitullah untuk menjalakan ibadah (nusuk) yaitu
ibadadah syari’ah yang terdahulu. Hukum haji adalah fardhu ‘ain, wajib bagi setiap muslim
yang mampu, wajibnya sekali seumur hidup. Haji merupakan bagian dari rukun Islam. Mengenai
wajibnya haji telah disebutkan dalam Al Qur’an, As Sunnah dan ijma’
Tata cara pelaksanaan haji harus sesuai dengan syarat, rukun, wajib dan sunnat haji. Islam,
Syarat haji diantaranya : Baligh, Berakal, Merdeka, Kekuasaan (mampu}sedangkan Rukun Haji
adalah : Ihram yaitu berpakaian ihram, dan niyat ihram dan haji, Wukuf di Arafah pada tanggal 9
Dzulhijjah; Thawaf, Sa'i, Tahallul dan Tertib atau berurutan
Ada permasalahan haji pada saat ini yang mungkin sangat tidak bisa dilewatkan bagi kaum
Muslimin, diantaranya : Haji tidak lepas dengan permasalahan Perbankan, Haji memungkinkan
seseorang untuk intiqolul madzhab, Penundaan masa haidl bagi wanita dan permasalahan miqot

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya orang-orang Arab pada zaman jahiliah telah mengenal ibadah haji dan
umroh. Ibadah ini mereka warisi dari nenek moyang terdahulu dengan melakukan perubahan
disana-sini. Akan tetapi, bentuk umum pelaksanaannya masih tetap ada, seperti thawaf, wukuf,
dan melontar jumrah. Hanya saja pelaksanaannya banyak yang tidak sesuai lagi dengan syariat
yang sebenarnya. Untuk itu, Islam datang dan memperbaiki segi-segi yang salah dan tetap
menjalankan apa-apa yang telah sesuai dengan petunjuk syara' (syariat), sebagaimana yang diatur
dalam al-Qur'an dan sunnah rasul.
Sebenarnya antara umroh dan haji itu hampir sama, namun ada sedikit hal yang
membedakan antara keduanya. Mengapa demikian? oleh karena itu kami akan menjelaskan
bagaimana pengertian dari umroh, syarat-syarat, dan rukun-rukun yang berkenaan dengan
pelaksanaan ibadah umroh.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian Umroh?
2. Bagaimanakah dalil tentang disyariatkannya Umroh?
3. Bagaimanakah hukumnya melaksanakan Umroh?
4. Apa saja syarat-syarat untuk orang yang melakukan Umroh?
5. Apa saja rukun-rukun yang harus dilakukan ketika Umroh?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Umroh.
2. Untuk mengetahui dalil tentang disyariatkannya Umroh.
3. Untuk mengetahui Bagaimana hukumnya melaksanakan Umroh.
4. Untuk mengetahui Apa saja syarat-syarat untuk orang yang melakukan Umroh.
5. Untuk mengetahui Apa saja rukun-rukun yang harus dilakukan ketika Umroh.

BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian
Umroh secara bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu ‫ اَلعتمار‬yang
bermakna ‫( الزيارة‬berpergian).[1]Sedangkan pengertian umroh dalam terminologi ilmu fiqih
adalah berpergian menuju ke baitullah untuk melaksanakan serangkaian ibadah umroh,
yakni tawaf dan sa’i.[2] Atau dengan kata lain datang ke baitullahuntuk melaksanakan umroh
dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.[3]
Dengan demikian, dalam definisi ibadah umroh ada 4 unsur penting. Yaitu
berpergian, baitullah, rukun umroh (serangkaian ibadah umroh), dan syarat umroh.

1.2 Dalil Disyariatkannya Umroh


Dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 196 Allah SWT. menyebutkan,
‫س َر ِمنَ ْال َه ْدي ِ ۖ َو ََل‬ َ ‫ص ْرت ُ ْم فَ َما ا ْست َ ْي‬ ِ ‫ّلِل ۚ فَإِ ْن أ ُ ْح‬ ِ َّ ِ َ ‫َوأَتِ ُّموا ْال َح َّج َو ْالعُ ْم َرة‬
‫ضا أَ ْو بِ ِه أَذًى‬ ً ‫ي َم ِحلَّهُ ۚ فَ َم ْن َكانَ ِم ْن ُك ْم َم ِري‬ ُ ‫س ُك ْم َحت َّ ٰى يَ ْبلُ َغ ْال َه ْد‬َ ‫تَ ْح ِلقُوا ُر ُءو‬
‫سكٍ ۚ فَإِ َذا أَ ِم ْنت ُ ْم فَ َم ْن تَ َمت َّ َع ِب ْالعُ ْم َر ِة‬ُ ُ‫ص َدقَ ٍة أَ ْو ن‬ َ ‫ص َي ٍام أَ ْو‬ ِ ‫ِم ْن َرأْ ِس ِه فَ ِف ْد َيةٌ ِم ْن‬
ْ ِ َ‫س َر ِمنَ ْال َه ْدي ِ ۚ فَ َم ْن لَ ْم َي ِج ْد ف‬ َ ‫ِإلَى ْال َحجِ فَ َما ا ْستَ ْي‬
ِ‫ص َيا ُم ثَ ََلثَ ِة أَي ٍَّام فِي ال َحج‬
‫اض ِري ْال َم ْس ِج ِد‬ ِ ‫املَةٌ ۗ ٰ َذ ِل َك ِل َم ْن لَ ْم يَ ُك ْن أَ ْهلُهُ َح‬ ِ ‫عش ََرة ٌ َك‬ َ ‫س ْبعَ ٍة ِإ َذا َر َج ْعت ُ ْم ۗ تِ ْل َك‬
َ ‫َو‬
ِ ‫شدِي ُد ْال ِعقَا‬
‫ب‬ َ ‫َّللا‬َ َّ ‫َّللا َوا ْعلَ ُموا أ َ َّن‬ َ َّ ‫ْال َح َر ِام ۚ َواتَّقُوا‬

“ Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah.”


Di dalam Hadits nabi menyebutkan dalam beberapa hadits mengenai umroh itu sendiri.
Diantara hadits-hadits terebut adalah
[4])‫ان ت َ ْع ّد ُل ّح هجةا (رواه ابن ماجه‬
َ ‫ض‬َ ‫ع ُْم َرةٌ فّى َر َم‬
“ Umroh pada bulan Ramadlan itu setara dengan Haji”

‫العمرة إلى العمرة كفارة لما بينهما والحج المبرور ليس له جزاء إال الجنة (رواه‬
)‫[البخاري‬5]
“ Antara umroh 1 dan yang selanjutnya itu menjadi pelebur dosa antara kedua umroh
tersebut. Dan balasan untuk haji yang mabrur adalah surga.”

1.3 Hukum Umroh


Kalangan ahli fiqh menyepakati legalitas umroh dari segi syara’ dan ia wajib bagi orang
yang disyariatkan untuk menyempurnakannya. Namun mereka berbeda pendapat mengenai
hukumnya dari segi wajib dan tidaknya ke dalam dua arus pendapat berikut.[6]
Pertama, sunnah mu’akkadah. Ini adalah pendapat Ibnu Mas’ud, Imam Abu Hanifah,
Imam Malik, Imam Asy-Syafi’i, Imam Ahmad menurut salah satu versi pendapat, juga Abu
Tsaur dan kalangan mazhab Zaidiyah. Pendapat mereka didasarkan atas sabda Nabi SAW tatkala
ditanya tentang umroh, apakah ia wajib atau tidak? Beliau menjawab,” Tidak. Namun jika kalian
umroh, maka itu lebih baik,” Juga berdasarkan sabda Nabi SAW:

‫الحج جهاد والعمرة تطوع‬


Haji adalah jihad, sementara umroh hanya tathawwu’
.
Alasan lain, umroh adalah nask (ibadah) yang pelaksanannya tidak ditentukan waktu,
maka ia pun tidak wajib sebagaimana halnya thawaf mujarrad.
Kedua, wajib, terutama bagi orang-orang yang diajibkan haji. pendapat ini dianut oleh
Imam Asy-Syafi’i menurut versi yang paling sahih di antara kedua pendapatnya, Imam Ahmad
menurut vers lain, Ibnu Hazm, sebagian ulama mazhab Maliki, kalangan mazhab Imamiyyah,
Asy-Sya’bi, dan Ats-Tsauri. pendapat ini juga merupakan pendapat mayoritas ulama dari
kalangan sahabat dan lainnya, dan mereka bersepakat bahwa pelaksanannya hanya sekali seumur
hidup sebagaimana halnya haji.[7]

1.4 Syarat umroh


Secara umum, syarat-syarat haji dan umrah adalah sama, yaitu:
1. Islam
Orang non muslim tidak sah dalam melaksanakan haji atau umrah. Jika dia berkunjung ke
tanah suci bahkan mengikuti ibadah haji atau umrah seperti thawaf dan sa'i maka perjalanan haji
atau umrahnya hanya sebatas melancong saja.
2. Baligh
Anak kecil tiak diwajibkan berhaji atau pun umroh, baik yang sudah mumayyiz maupun
yang belum. Kalau sudah mumayyiz ia naik haji atau umroh maka sah, tetapi pelaksanaan haji
atau pun umroh yang sebelum mumayyiz itu merupakan sunnah dan kewajiban melaksanakan
haji atau pun umroh tidak gugur. Setelah baligh dan bisa atau mampu, ia wajib melaksanakan
haji atau pun umroh lagi, menurut kesepakatan ulama mazhab.[8]
3. Berakal sehat
Orang gila sebenarnya tidak mempunyai beban atau bukan seorang mukallaf. Kalau dia
naik haji atau umroh dan dapat melaksanakan kewaiban yang dilakukan oleh orang yang berakal,
maka haji atau umrohnya itu tidak diberi pahala dari kewajiban ittu, sekalipun pada waktu itu
akal sehatnya sedang datang kepadanya. Tapi kalau gilanya itu musiman dan bisa sadar (sembuh)
sekitar pelaksanaan haji atau umroh, sampai melaksanakan kewajiban dan syarat-syaratnya
dengan sempurna, maka dia wajib melaksanakannya. Tapi kalau diperkirakan waktu sadarnya itu
tidak cukup untuk melaksanakan semua kegiatan-kegiatan haji atau umroh, maka kewajiban itu
gugur.[9]
4. Merdeka
Maksud dari merdeka ini adalah tidak berstatus sebagai budak (hamba sahaya di masa
Rasulullah Saw yang di masa modern ini hampir tidak ditemukan di dunia). Istilah merdeka juga
bisa diartikan bebas dari tanggungan hutang dan tanggungan nafkah keluarga yang ditinggalkan
5. Istitha'ah (mampu)
Secara sepakat para ulama mazhab menetapkan bisa atau mampu itu merupakan syarat
kewajiban haji atau pun umroh, berdasarkan firman Alloh SWT dari surat Ali ‘Imron ayat 97
yang berbunyi:

1.5 Rukun Umroh


Rukun dalam ibadah umroh di bagi menjadi empat bagian yang mana tidak sah suatu
ibadah umroh jika tidak mengerjakan rukun-rukun tersebut, rukun umroh antara lain :
1. Ihram.
2. Tawaf.
3. Sa`i.
4. Tahallul.[10]

1. Ihram
Bagi orang yang hendak beribadah umrah, maka ia wajib melakukan ihram krena hal
tersebut bagian dari rukun umrah.
Kewajiban-kewajiban ihram.
Dalam ihram ada tiga hal yang wajib dilakukan yaitu:
a. Niat.
Tidak ada perbuatan yang dilakukan dengan sadar tanpa adanya niat. Niat sebagai
motivasi dari perbuatan, dan niat merupakan hakikat dari perbuatan tersebut. Dengan kata lain
jika berihram dalam keadaan lupa atau main-main tanpa niat maka ihramnya batal.

b. Talbiyah.
Lafadz talbiyah adalah:
“labbaikallahumma labbaika, la syarika laka labbaika, innal hamda wan ni`mata laka wal
mulka la syarika laka”.
Waktu membaca talbiyah bagi orang yang berihram, dimulai dari waktu ihram dan disunnahkan
untuk membaca terus sampai melempar jumrah `aqobah.

c. Memakai pakaian ihram.


Para ulama madzhab sepakat bahwa lelaki yang ihram tidak boleh memakai pakaian yang
terjahit, dan tidak pula kain sarung, juga tidak boleh memakai baju dan celana, dan tidak boleh
pula yang menutupi kepala dan wajahnya.
Kalau perempuan harus memakai penutup kepalanya, dan membuka wajahnya kecuali
kalau takut dilihat lelaki dengan ragu-ragu. Perempuan tidakboleh memakai sarung tangan, tetapi
boleh memakaisutera dan sepatu.[11]
Hal-hal yang disunnahkan pada waktu hendak ihram:
1. Membersihkan badan.
2. Memotong kuku.
3. Mencukur.
4. Melakukan shalat ihram.
5. Melebatkan rambut.
6. Memakai wangi-wangian.[12]
Hal-hal yang dilarang dalam ihram.
1. Kawin.
2. Bersetubuh.
3. Memakai wangi-wangian.
4. Bercelak.
5. Memotong kuku
6. Memotong rambut
7. Menebang pohon.
8. Melihat dirinya di dalam cermin.
9. Memakai pacar.
10. Memakai payung dan penutup kepala.
11. Memakai pakaian yang terjahit dan memakai cincin.
12. Berbuat kefasikan dan bertengkar.
13. Berbekam.
14. Membunuh hewan.
15. Memburu binatang

2. Tawaf
Tawaf merupakan salah satu dari rukun umrah yang wajib di laksanakan, adapun
mengenai pembagiannya, ulama membagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Tawaf qudum.
Tawaf ini dilakukan oleh orang-orang yang jauh(bukan orang mekkah dan sekitarnya)
ketika memasuki mekkah.tawaf ini menyerupai sholat dua rakaat tahiyatul masjid. Tawaf ini
hukumnya sunnah, dan yang meninggalkannya tidak dikenakan apa-apa.
b. Tawaf ziarah.
Tawaf ini juga dinamakan tawaf ifadhah. Tawaf ini dilakukan oleh orang yang haji(bukan
orang yang umrah)setelah melaksanakan manasik di mina, dinamakan tawaf ziarah karena
meninggalkan mina dan menziarahi baitullah. Tapi juga dinamakan tawaf ifadhah karenaia telah
kembali dari mina ke mekkah.
c. Tawaf wada`
Tawaf ini merupakan perbuatan yang terakhir yang dilakukan oleh orang yang haji ketika
hendak melakukan perjalanan meninggalkan mekkah.

3. Sa`i
Ulama` sepakat bahwa sa`i dilakukan setelah tawaf. Orang yang melakukan sa`i sebelum
towaf maka ia harus mengulangi lagi(ia harus bertawaf kemudian melakukan sa`i).
Terdapat hal-hal yang disunnahkan bagi orang yang sedang melakukan sa`i diantaranya :
a. Disunnahkan menaiki bukit shafa dan marwah serta berdo`a diatas kedua bukit tersebut
sekehendak hatinya, baik masalah agama maupun dalam masalah dunia sambil menghadap ke
baitullah.
b. Melambaikan tangan ke hajar aswad,.
c. minum air zam-zam.
d. menuangkan sebagian air ke tubuh.
e. keluar dari pintu yang tidak berhadapan dengan hajar aswad
f. Naik ke bukit shafa, menghadap ruknul iraqi, berhenti lama di shafa, dan bertakbir kepada Allah
sebanyak tujuh kali.
Barang siapa yang tidak mampu melakukan sa`i walau dengan mengendarai kendaraan,
maka hendaklah meminta orang untuk mewakilinya, dan hajinya tetap sah. Boleh menoleh ke
kanan, ke kiri, ke belakang ketika pergi dan pulang(kembali).
Orang yang menambah lebih tujuh kali dengan sengaja, maka sa`i-nya dianggap batal,
tetapi tidak batal kalau lupa. Apabila ragu-ragu dalam jumlah maka sa`inya tetap dianggap sah,
dan tidak diwajibkan sesuatu apa-apa baginya.
Kalau ia ragu apakah ia memulai dari shafa, yang berarti sa`i-nya sah, atau mulai dari
yang lainyang menjadikan sa`i-nya batal, maka hal ini perlu diperhatikan: kalau orang yang ragu
tersebut dalam hal jumlah dan bilangan, tidak mengetahui berapa kali ia melakukannya maka-
sa`inya batal. Tapi kalau ia benar-benar mengetahui berapa kali ia telah berjalan dan hanya ragu
darimana ia memulai, maka kalau jumlah yang dilakukannya itu genap apakah dua kali, empat
kali, atau enam kali dan ia sedang berada di shafa atau sedang menghadap ke shafa, maka sa`i-
nya sahkarena ia mengetahui bahwa ia telah memulai dari shafa.[13]

4. Tahallul
Menurut pendapat imamiyah kalau orang yang melakukan umroh tamattu` telah selesai
bersa`i, ia harus menggunting rambutnya, namun tidak boleh mencukurnya. Bila ia telah
memotongnya, maka apa yang diharamkan baginya telah menjadi halal. Tapi kalau telah
mencukurnya, maka ia harus membayar kifarah berupa seekor kambing. Tapi kalau berumroh
mufrodah, maka ia boleh memilih antara menggunting atau mencukur, baik ia mengeluarkan
kurban atau tidak.
Tetapi kalau meninggalkan menggunting rambut itu dengan sengaja sedangkan ia
bertujuan untuk melakukan haji tamattu` dan berihranm sebelum menggunting rambut, maka
umrahnya batal. Ia wajib melakukan haji ifrad. Maksudnya melakukan amalan-amalan haji,
kemudian melakukan umrah mufradah setelah amalan-amalan haji itu. Dan lebih utama adalah
mengulangi haji lagi pada tahun yang akan datang.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Umroh adalah berpergian menuju ke baitullah untuk melaksanakan serangkaian ibadah umroh,
yakni tawaf dan sa’i.Atau dengan kata lain datang ke baitullah untuk melaksanakan umroh
dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.
2. Dalil tentang disyariatkannya umroh adalah:
4 ¬! not•÷Kãèø9$#ur ¢kptø:$# #q‘JÏ?r&ur
“ Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah.”
3. Hukum mengenai disyariatkannya umroh ada dua pendapat, yaitu ada sebagian ulama yang
menghukuminya dengansunnah mu’akkad dan sebagian ulama yang lain mewajibkannya.
4. Syarat-syarat umroh di antaranya adalah Islam, baligh, berakal sehat, merdeka, istitha'ah
(mampu).
5. Rukun-rukun umroh di antaranya adalah ihram, tawaf, sa`i, tahallul

Anda mungkin juga menyukai