BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Haji
Menurut bahasa kata Haji berarti menuju, sedang menurut pengertian syar’i berarti
menyengaja menuju ke ka’bah baitullah untuk menjalakan ibadah (nusuk) yaitu
ibadadah syari’ah yang terdahulu. Hukum haji adalah fardhu ‘ain, wajib bagi setiap
muslim yang mampu, wajibnya sekali seumur hidup. Haji merupakan bagian dari rukun
Islam. Mengenai wajibnya haji telah disebutkan dalam Al Qur’an, As Sunnah dan ijma’
(kesepakatan para ulama).
Mengenai hukum ibadah haji, asal hukumnya adalah wajib ‘ainbagi yang mampu.
Melaksanakan haji wajib, yaitu karena memenuhi rukun Islam dan apabila kita “nazar”
yaitu seorang yang bernazar untuk haji, maka wajib melaksanakannya, kemudian untuk
haji sunat, yaitu dikerjakan pada kesempatan selanjutnya, setelah pernah menunaikan
haji wajib.
Haji merupakan rukun Islam yang ke lima, diwajibkan kepada setiap muslim yang
mampu untuk mengerjakan. Jumhur Ulama sepakat bahwa mula-mulanya disyari’atkan
ibadah haji tersebut pada tahun ke enam Hijrah, tetapi ada juga yang mengatakan
tahun ke sembilan hijrah.
1. Dalil Al Qur’an
Allah berfirman :
َ ي ع َّن ا ْلعَالَ ّم
ين ٌّ غ ّن َ يًل َو َم ْن َكفَ َر فَ ّإ هن ه
َ َّللا َ ع إّلَ ْي ّه
سبّ ا َ َ ست
َ طا ّ اس ّح ُّج ا ْلبَ ْي
ْ ت َم ّن ا ّ علَى النه
َ َلِل
ّ َو ّ ه
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban
haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta
alam.” (QS. Ali Imron: 97).
ۗ ِسوقَ َو ََل ِجدَا َل ِفي ْال َحج ُ ُث َو ََل ف َ ض ِفي ِه َّن ْال َح َّج َف ََل َر َف
َ ات ۚ َف َم ْن َف َر ٌ ْال َح ُّج أ َ ْش ُه ٌر َم ْعلُو َم
ِ ون َيا أُو ِلي ْاْل َ ْل َبا
ب ِ ُالزا ِد الت َّ ْق َو ٰى ۚ َواتَّق َّ َُو َما ت َ ْف َعلُوا ِم ْن َخي ٍْر َي ْعلَ ْمه
َّ َّللاُ ۗ َوت َزَ َّودُوا فَإ ِ َّن َخي َْر
2. Dalil As Sunnah
Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َضان َ َو، ِ َو ْال َحج، ِالزكَاة
َ ص ْو ِم َر َم َّ َوإِيت َِاء، ِصَلَة
َّ َوإِقَ ِام ال، َِّللا ُ َّللاُ َوأ َ َّن ُم َح َّمدًا َر
َّ سو ُل َّ َّش َهادَةِ أ َ ْن َلَ إِلَهَ إَِل
َ اإل ْسَلَ ُم َعلَى َخ ْم ٍس
ِ ى َ ِبُن
“Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak disembah
selain Allah dan mengaku Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, berhaji dan berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 8 dan Muslim
no. 16).
Hadits ini menunjukkan bahwa haji adalah bagian dari rukun Islam. Ini berarti menunjukkan
wajibnya.
Dari Abu Hurairah, ia berkata,
ُ س َكتَ َحتَّى قَالَ َها ثََلَثًا فَقَا َل َر
َّ سو ُل
صلى- َِّللا َ ََّللاِ ف
َّ سو َل َ فَقَا َل َر ُج ٌل أ َ ُك َّل.» َّللاُ َعلَ ْي ُك ُم ْال َح َّج فَ ُح ُّجوا
ُ ع ٍام يَا َر َّ ض ُ َّ« أَيُّ َها الن
َ اس قَدْ فَ َر
ْ َ « لَ ْو قُ ْلتُ نَعَ ْم لَ َو َجب-هللا عليه وسلم
َ َت َولَ َما ا ْست
ُط ْعت ْم
“Rasulullah SAW. berkhutbah di tengah-tengah kami. Beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia,
Allah telah mewajibkan haji bagi kalian, maka berhajilah.” Lantas ada yang bertanya, “Wahai
Rasulullah, apakah setiap tahun (kami mesti berhaji)?” Beliau lantas diam, sampai orang tadi
bertanya hingga tiga kali. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Seandainya
aku mengatakan ‘iya’, maka tentu haji akan diwajibkan bagi kalian setiap tahun, dan belum tentu
kalian sanggup.” (HR. Muslim).
3. Dalil Ijma’ (Konsensus Ulama)
Para ulama pun sepakat bahwa hukum haji itu wajib sekali seumur hidup bagi yang
mampu. Bahkan kewajiban haji termasuk perkara al ma’lum minad diini bidh dhoruroh (dengan
sendirinya sudah diketahui wajibnya) dan yang mengingkari kewajibannya dinyatakan kafir.
Haji merupakan rukun Islam yang ke lima, diwajibkan kepada setiap muslim yang mampu
untuk mengerjakan. jumhur Ulama sepakat bahwa mula-mulanya disyari'atkan ibadah haji
tersebut pada tahun ke enam Hijrah, tetapi ada juga yang mengatakan tahun ke sembilan hijrah.
B. Syarat, Rukun dan Wajib Haji
2. Rukun Haji
a. Ihram yaitu berpakaian ihram, dan niyat ihram dan haji
Melaksanakan ihram disertai dengan niat ibadah haji dengan memakai pakaian ihram. Pakaian
ihram untuk pria terdiri dari dua helai kain putih yang tak terjahit dan tidak bersambung
semacam sarung. Dipakai satu helai untuk selendang panjang serta satu helai lainnya untuk kain
panjang yang dililitkan sebagai penutup aurat. Sedangkan pakaian ihram untuk kaum wanita
adalah berpakaian yang menutup aurat seperti halnya pakaian biasa (pakaian berjahit) dengan
muka dan telapak tangan tetap terbuka.
b. Wukuf di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah
Yakni menetap di Arafah, setelah condongnya matahari (kea rah Barat) jatuh pada hari ke-9
bulan dzulhijjah sampai terbit fajar pada hari penyembelihan kurban yakni tanggal 10 dzulhijjah.
c. Thawaf yaitu tawaf untuk haji (tawaf Ifadhah)
Yang dimaksud dengan Thawaf adalah mengelilingi ka’bah sebayak tujuh kali, dimulai dari
tempat hajar aswad (batu hitam) tepat pada garis lantai yang berwarna coklat, dengan posisi
ka’bah berada di sebelah kiri dirinya (kebalikan arah jarum jam).
Macam-macam Thawaf:
1) Thawaf Qudum yakni thawaf yang dilaksanakan saat baru tiba di Masjidil Haram dari
negerinya.
2) Thawaf Tamattu’ yakni thawaf yang dikerjakan untuk mencari keutamaan (thawaf sunnah)
3) Thawaf Wada’ yakni thawaf yang dilaksanakan ketika akan meninggalkan Makkah menuju
tempat tinggalnya.
4) Thawaf Ifadha yakni thawaf yang dikerjakan setelah kembali dari wukuf di Arafah. Thawaf
Ifadha merupakan salah satu rukun dalam ibadah haji.
d. Sa'i yaitu lari-lari kecil antara shafa dan marwah 7 (tujuh) kali
Syarat melakukan sa’i adalah sebagai berikut :
1) Dilakukan dengan diawali dari bukit Shafa, kemudian diakhiri di bukit Marwah. Kepergian
orang tersebut dari bukit Shafa ke bukit Marwah dihitung 1 kali, sementara kembalinya orang
tersebut dari bukit Marwah ke bukit Shafa juga dihitung 1 kali.
2) Dilakukan sebanyak 7 kali.
3) Waktu sa’i adalah sesudah thowaf rukun maupun qudun.
e. Tahallul artinya mencukur atau menggunting rambut sedikitnya 3 helai
f. Tertib yaitu berurutan
3. Wajib Haji, Yaitu sesuatu yang harus dikerjakan, tapi sahnya haji tidak tergantung atasnya,
karena dapat diganti dengan dam (denda) yaitu menyembelih binatang. berikut kewajiban haji
yang harus dikerjakan:
a. Ihram dari Miqat, yaitu memakai pakaian Ihram (tidak berjahit), dimulai dari tempat-tempat
yang sudah ditentukan, terus menerus sampai selesainya Haji. Dalam melaksanakan ihram ada
ketentuan kapan pakaian ihram itu dikenakan dan dari tempat manakah ihram itu harus dimulai.
Persoalan yang membicarakan tentang kapan dan dimana ihram tersebut dikenakan disebut miqat
atau batas yaitu batas-batas peribadatan bagi ibadah haji dan atau umrah.
Macam-macam miqat menurut Fah-hul Qarib
1) Miqat zamani (batas waktu) pada konteks (yang berkaitan) untuk memulai niat ibadah haji,
adalah bulan Syawal, Dzulqa’dah dan 10 malam dari bulan dzilhijjah (hingga sampai malam hari
raya qurban). Adapun (miqat zamani) pada konteks untuk niat melaksanakan “Umrah” maka
sepanjang tahun itu, waktu untuk melaksanakan ihram umrah.
2) Miqat makany (batas yang berkaitan dengan tempat) untuk dimulainya niat haji bagi hak orang
yang bermukim (menetap) di negeri makkah, ialah kota makkah itu sendiri. Baik orang itu
penduduk asli makkah, atau orang perantauan. Adapun bagi orang yang tidak menetap di negeri
makkah, maka:
- Orang yang (datang) dari arah kota Madinah as-syarifah, maka miqatnya ialah berada di
(daerah) “Dzul Halifah”
- Orang yang (datang) dari arah negeri Syam (syiria), Mesir dan Maghribi, maka miqatnya ialah
di (daerah) “Juhfah”
- Orang yang (datang) dari arah Thihamatil Yaman, maka miqatnya berada di daerah
“Yulamlam”.
- Orang yang (datang) dari arah daerah dataran tinggi Hijaz dan daerah dataran tinggi Yaman,
maka miqatnya ialah berada di bukit “Qaarn”.
- Orang yang (datang) dari arah negeri Masyrik, maka miqatnya berada di desa “Dzatu “Irq”.
BAB III
A. Kesimpulan
Haji menyengaja menuju ke ka’bah baitullah untuk menjalakan ibadah (nusuk) yaitu
ibadadah syari’ah yang terdahulu. Hukum haji adalah fardhu ‘ain, wajib bagi setiap muslim
yang mampu, wajibnya sekali seumur hidup. Haji merupakan bagian dari rukun Islam. Mengenai
wajibnya haji telah disebutkan dalam Al Qur’an, As Sunnah dan ijma’
Tata cara pelaksanaan haji harus sesuai dengan syarat, rukun, wajib dan sunnat haji. Islam,
Syarat haji diantaranya : Baligh, Berakal, Merdeka, Kekuasaan (mampu}sedangkan Rukun Haji
adalah : Ihram yaitu berpakaian ihram, dan niyat ihram dan haji, Wukuf di Arafah pada tanggal 9
Dzulhijjah; Thawaf, Sa'i, Tahallul dan Tertib atau berurutan
Ada permasalahan haji pada saat ini yang mungkin sangat tidak bisa dilewatkan bagi kaum
Muslimin, diantaranya : Haji tidak lepas dengan permasalahan Perbankan, Haji memungkinkan
seseorang untuk intiqolul madzhab, Penundaan masa haidl bagi wanita dan permasalahan miqot
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian
Umroh secara bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu اَلعتمارyang
bermakna ( الزيارةberpergian).[1]Sedangkan pengertian umroh dalam terminologi ilmu fiqih
adalah berpergian menuju ke baitullah untuk melaksanakan serangkaian ibadah umroh,
yakni tawaf dan sa’i.[2] Atau dengan kata lain datang ke baitullahuntuk melaksanakan umroh
dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.[3]
Dengan demikian, dalam definisi ibadah umroh ada 4 unsur penting. Yaitu
berpergian, baitullah, rukun umroh (serangkaian ibadah umroh), dan syarat umroh.
العمرة إلى العمرة كفارة لما بينهما والحج المبرور ليس له جزاء إال الجنة (رواه
)[البخاري5]
“ Antara umroh 1 dan yang selanjutnya itu menjadi pelebur dosa antara kedua umroh
tersebut. Dan balasan untuk haji yang mabrur adalah surga.”
1. Ihram
Bagi orang yang hendak beribadah umrah, maka ia wajib melakukan ihram krena hal
tersebut bagian dari rukun umrah.
Kewajiban-kewajiban ihram.
Dalam ihram ada tiga hal yang wajib dilakukan yaitu:
a. Niat.
Tidak ada perbuatan yang dilakukan dengan sadar tanpa adanya niat. Niat sebagai
motivasi dari perbuatan, dan niat merupakan hakikat dari perbuatan tersebut. Dengan kata lain
jika berihram dalam keadaan lupa atau main-main tanpa niat maka ihramnya batal.
b. Talbiyah.
Lafadz talbiyah adalah:
“labbaikallahumma labbaika, la syarika laka labbaika, innal hamda wan ni`mata laka wal
mulka la syarika laka”.
Waktu membaca talbiyah bagi orang yang berihram, dimulai dari waktu ihram dan disunnahkan
untuk membaca terus sampai melempar jumrah `aqobah.
2. Tawaf
Tawaf merupakan salah satu dari rukun umrah yang wajib di laksanakan, adapun
mengenai pembagiannya, ulama membagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Tawaf qudum.
Tawaf ini dilakukan oleh orang-orang yang jauh(bukan orang mekkah dan sekitarnya)
ketika memasuki mekkah.tawaf ini menyerupai sholat dua rakaat tahiyatul masjid. Tawaf ini
hukumnya sunnah, dan yang meninggalkannya tidak dikenakan apa-apa.
b. Tawaf ziarah.
Tawaf ini juga dinamakan tawaf ifadhah. Tawaf ini dilakukan oleh orang yang haji(bukan
orang yang umrah)setelah melaksanakan manasik di mina, dinamakan tawaf ziarah karena
meninggalkan mina dan menziarahi baitullah. Tapi juga dinamakan tawaf ifadhah karenaia telah
kembali dari mina ke mekkah.
c. Tawaf wada`
Tawaf ini merupakan perbuatan yang terakhir yang dilakukan oleh orang yang haji ketika
hendak melakukan perjalanan meninggalkan mekkah.
3. Sa`i
Ulama` sepakat bahwa sa`i dilakukan setelah tawaf. Orang yang melakukan sa`i sebelum
towaf maka ia harus mengulangi lagi(ia harus bertawaf kemudian melakukan sa`i).
Terdapat hal-hal yang disunnahkan bagi orang yang sedang melakukan sa`i diantaranya :
a. Disunnahkan menaiki bukit shafa dan marwah serta berdo`a diatas kedua bukit tersebut
sekehendak hatinya, baik masalah agama maupun dalam masalah dunia sambil menghadap ke
baitullah.
b. Melambaikan tangan ke hajar aswad,.
c. minum air zam-zam.
d. menuangkan sebagian air ke tubuh.
e. keluar dari pintu yang tidak berhadapan dengan hajar aswad
f. Naik ke bukit shafa, menghadap ruknul iraqi, berhenti lama di shafa, dan bertakbir kepada Allah
sebanyak tujuh kali.
Barang siapa yang tidak mampu melakukan sa`i walau dengan mengendarai kendaraan,
maka hendaklah meminta orang untuk mewakilinya, dan hajinya tetap sah. Boleh menoleh ke
kanan, ke kiri, ke belakang ketika pergi dan pulang(kembali).
Orang yang menambah lebih tujuh kali dengan sengaja, maka sa`i-nya dianggap batal,
tetapi tidak batal kalau lupa. Apabila ragu-ragu dalam jumlah maka sa`inya tetap dianggap sah,
dan tidak diwajibkan sesuatu apa-apa baginya.
Kalau ia ragu apakah ia memulai dari shafa, yang berarti sa`i-nya sah, atau mulai dari
yang lainyang menjadikan sa`i-nya batal, maka hal ini perlu diperhatikan: kalau orang yang ragu
tersebut dalam hal jumlah dan bilangan, tidak mengetahui berapa kali ia melakukannya maka-
sa`inya batal. Tapi kalau ia benar-benar mengetahui berapa kali ia telah berjalan dan hanya ragu
darimana ia memulai, maka kalau jumlah yang dilakukannya itu genap apakah dua kali, empat
kali, atau enam kali dan ia sedang berada di shafa atau sedang menghadap ke shafa, maka sa`i-
nya sahkarena ia mengetahui bahwa ia telah memulai dari shafa.[13]
4. Tahallul
Menurut pendapat imamiyah kalau orang yang melakukan umroh tamattu` telah selesai
bersa`i, ia harus menggunting rambutnya, namun tidak boleh mencukurnya. Bila ia telah
memotongnya, maka apa yang diharamkan baginya telah menjadi halal. Tapi kalau telah
mencukurnya, maka ia harus membayar kifarah berupa seekor kambing. Tapi kalau berumroh
mufrodah, maka ia boleh memilih antara menggunting atau mencukur, baik ia mengeluarkan
kurban atau tidak.
Tetapi kalau meninggalkan menggunting rambut itu dengan sengaja sedangkan ia
bertujuan untuk melakukan haji tamattu` dan berihranm sebelum menggunting rambut, maka
umrahnya batal. Ia wajib melakukan haji ifrad. Maksudnya melakukan amalan-amalan haji,
kemudian melakukan umrah mufradah setelah amalan-amalan haji itu. Dan lebih utama adalah
mengulangi haji lagi pada tahun yang akan datang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Umroh adalah berpergian menuju ke baitullah untuk melaksanakan serangkaian ibadah umroh,
yakni tawaf dan sa’i.Atau dengan kata lain datang ke baitullah untuk melaksanakan umroh
dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.
2. Dalil tentang disyariatkannya umroh adalah:
4 ¬! not•÷Kãèø9$#ur ¢kptø:$# #q‘JÏ?r&ur
“ Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah.”
3. Hukum mengenai disyariatkannya umroh ada dua pendapat, yaitu ada sebagian ulama yang
menghukuminya dengansunnah mu’akkad dan sebagian ulama yang lain mewajibkannya.
4. Syarat-syarat umroh di antaranya adalah Islam, baligh, berakal sehat, merdeka, istitha'ah
(mampu).
5. Rukun-rukun umroh di antaranya adalah ihram, tawaf, sa`i, tahallul