undefined
undefined
A. Pengertian
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah suatu keadaan dimana bekuan- bekuan
darah kecil tersebar di seluruh aliran darah, menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kecil
dan berkurangnya faktor pembekuan yang diperlukan untuk mengendalikan perdarahan.
Disseminated Intravascular Coagulation adalah gangguan dimana terjadi koagulasi atau fibrinolisis
(destruksi bekuan). DIC dapat terjadi pada sembarang malignansi, tetapi yang paling umum berkaitan
dengan malignansi hematologi seperti leukemia dan kanker prostat, traktus GI dn paru-paru. Proses
penyakit tertentu yang umumnya tampak pada pasien kanker dapat juga mencetuskan DIC termasuk
sepsis, gagal hepar dan anfilaksis. ( Brunner & Suddarth, 2002)
Keadaan ini diawali dengan pembekuan darah yang berlebihan, yang biasanya dirangsang oleh
suatu zat racun di dalam darah. Pada saat yang bersamaan, terjadi pemakaian trombosit dan protein
dari faktor-faktor pembekuan sehingga jumlah faktor pembekuan berkurang, maka terjadi perdarahan
yang berlebihan. DICDIC
B. Etiologi
· Abortus
· Syok
· Infeksi
· Anoksemia
· Asidosis
· Perubahan suhu
· Autoimun
· Sirkulasi extrakorporeal
· Keganasan
· Hemolisis
- Wanita yang telah menjalani pembedahan kandungan atau persalinan disertai komplikasi, dimana
jaringan rahim masuk ke dalam aliran darah
- Penderita infeksi berat, dimana bakteri melepaskan endotoksin (suatu zat yang menyebabkan
terjadinya aktivasi pembekuan)
- Penderita leukemia tertentu atau penderita kanker lambung, pankreas maupun prostat.
Sedangkan orang - orang yang memiliki resiko tidak terlalu tinggi untuk menderita DIC:
C. Patofisiologi
Tubuh mempunyai berbagai mekanisme untuk mencegah pembekuan darah dengan terdapatnya
kecepatan aliran darah. Selain itu, aktifitas faktor pembekuan darah bisa dibawah normal hingga tidak
menyebabkan pembekuan. Peranan hati membersihkan faktor-faktor pembekuan dan mencegah
pembentukkan trombin, antara lain dengan anti trombin III. Dalam beberapa keadaan, misalnya aliran
darah yang lambat atau oleh karena syok, kegagalan hati, dan hipoksemia dapat menyebabkan DIC.
Dalam keadaan ini, terjadi fibrinolisis disebabkan plasminogen diubah menjadi plasmin dan
terjadilah penghancuran fibrinogen. Akibatnya, faktor V dan VII yang menstabilkan darah dalam
pembuluh darah tidak aktif, sehingga dapat terjadi DIC. Pada diatesis hemoragik, seluruh trombosit dan
faktor koagulasi digunakan untuk bembekuan darah, sehingga tidak terdapat faktor yang
mempertahankan integritas pembuluh darah sebagai akibatnya darah menembus keluar pembuluh
darah.
Emboli cairan amnion yang disertai KID sering mengancam jiwa dan dapat menyebabkan
kematian. Gejala KID karena emboli cairan amnion yaitu gagal nafas akut, dan renjatan. Pada sindrom
mati janin dalam uterus yang lebih dari 5 minggu yang ditemukan KID pada 50% kasus. Biasanya pada
permulaan hanya KID derajat rendah dan kemudian dapat berkembang cepat menjadi KID
fulminan.Dalam keadaan seperti ini nekrosis jaringan janin, dan enzim jaringan nekrosis tersebut akan
masuk dalam sirkulasi ibu dan mengaktifkan sistem koagulasi dan fibrinolisis,dan terjadi KID fulminan.
Pada kehamilan dengan eklamsia ditemukan KID derajat rendah dan sering pada organ khusus
seperti ginjal dan mikrosirkulasi plasenta. Namun perlu diingat bahwa 10-15% KID derajat rendah dapat
berkembang menjadi KID fulminan. Abortus yang diinduksi dengan garam hipertonik juga sering disertai
KID derajat rendah, sampai abortus komplet,namun kadang dapt menjadi fulminan.
Hemolisis karena reaksi transfusi darah dapat memicu sistem koagulasi sehingga terjadi KID.
Akibat hemolisis,sel darah merah (SDM) melepaskan adenosine difosfat (ADP) atau membrane fosfolipid
SDM yang mengaktifkan sistem koagulasi baik sendiri maupun secara bersamaan dan menyebabkan KID.
Pada septikimia KID terjasi akibat endotoksin atau mantel polisakarida bakteri memulai koagulasi
dengan cara mengaktifkan factor F XII menjadi FXIIa, menginduksi pelepasan reaksi
trombosit,menyebabkan endotel terkelupas yang dilanjutkan aktivasi F XII men F X-Xia,dan pelepasan
materi prokoagulan dari granulosit dan semuanya ini dapat mencetuskan KID.
Terakhir dilaporkan bahwa organism gram positif dapat menyebabkan KID dengan mekanisme
seperti endotoksin, yaitu mantel bakteri yang terdiri dari mukopolisakarida menginduksi KID.
D. Manifestasi Klinik
Gejala klinis bergantung pada penyakit dasar,akut atau kronik,dan proses patologis yang mana
lebih utama,apakah akibat thrombosis mikrovaskular atau diathesis hemoragik. Kedua proses patologis
ini menimbulkan gejala klinis yang berbeda dan dapat ditemukan dalam waktu yang bersamaan.
Perdarahan dapat terjadi pada semua tempat. Dapat terlihat sebagai petekie,
ekimosis,perdarahan gusi,hemoptisis,dan kesadaran yang menurun sampai koma akibat perdarahan
otak. Gejala akibat thrombosis mikrovaskular dapat berupa kesadaran menurun sampai koma,gagal
ginjal akut,gagal napas akut dan iskemia fokal,dan gangrene pada kulit
Mengatasi perdarahan pada KID sering lebih mudah daripada mengobati akibat thrombosis pada
mikrovaskular yang menyababkan gangguan aliran darah,iskemia dan berakhir dengan kerusakan organ
yang menyebabkan kematian.
E. Komplikasi
- Gangguan hati
- Ulserasi mukosa gastrointestinal : perdarahan
- Purpura fulminan
- Insufisiensi adrenal
- Wanita yang telah menjalani pembedahan kandungan atau persalinan disertai komplikasi, dimana
jaringan rahim masuk ke dalam aliran darah
- Penderita infeksi berat, dimana bakteri melepaskan endotoksin (suatu zat yang menyebabkan
terjadinya aktivasi pembekuan
- Penderita leukemia tertentu atau penderita kanker lambung, pankreas maupun prostat.
Orang-orang yang memiliki resiko tidak terlalu tinggi untuk menderita DIC :
F. Pemeriksaan Penunjang
DIC adalah suatu kondisi yang sangat kompleks dan sangat sulit untuk didiagnosa. Tidak ada single test
yang digunakan untuk mendiagnosa DIC. Dalam beberapa kasus, beberapa tes yang berbeda digunakan
untuk diagnose yang akurat.
1. D-dimer
Tes darah ini membantu menentukan proses pembekuan darah dengan mengukur fibrin yang
dilepaskan. D-dimer pada orang yang mempunyai kelainan biasanya lebih tinggi dibanding dengan
keadaan normal.
Tes darah ini digunakan untuk mengukur berapa lama waktu yang diperlukan dalam proses pembekuan
darah. Sedikitnya ada belasan protein darah, atau factor pembekuan yang diperlukan untuk
membekukan darah dan menghentikan pendarahan. Prothrombin atau factor II adalah salah satu dari
factor pembekuan yang dihasilkan oleh hati. PTT yang memanjang dapat digunakan sebagai tanda dari
DIC.
3. Fibrinogen
Tes darah ini digunakan untuk mengukur berapa banyak fibrinogen dalam darah. Fibrinogen adalah
protein yang mempunyai peran dalam proses pemnekuan darah. Tingkant fibrinogen yang rendah dapat
menjadi tanda DIC. Hal ini terjadi ketika tubuh menggunakan fibrinogen lebih cepat dari yang
diproduksi.
CBC merupakan pengambilan sampel darah dan menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah
putih. Hasil pemeriksaan CBC tidak dapat digunakan untuk mendiagnosa DIC, namun dapat memberikan
informasi seorang tenaga medis untuk menegakkan diagnose.
5. Hapusan Darah
Pada tes ini, tetes darah adalah di oleskan pada slide dan diwarnai dengan pewarna khusus. Slide ini
kemudian diperiksa dibawah mikroskop jumlah, ukuran dan bentuk sel darah merah, sel darah putih,dan
platelet dapat di identifikasi. Sel darah sering terlihat rusak dan tidak normal pada pasien dengan DIC.
Jumlah Platelet
(x109/L)
>100
<100
<50
PT (detik)
<3
≥6
Fibrinogen(g/L)
>1
<1
Tidak meningkat
Meningkat sedang
TOTAL
Jika ≥5, overt DIC- tes diulang setiap hari. Jika <5, non-overt DIC – tes diulang 1-2 hari setelah tes
pertama dilakukan.
*jalan pintas dari penilaian fibrin yang berhubungan dengan penanda yang ditegakkan untuk tes
spesifik.
G. Penatalaksaan Medis
Penatalakasanaan KID yang utama adalah mengobati penyakit yang mendasari terjadinya KID. Jika hal ini
tidak dilakukan , pengobatan terhadap KID tidak akan berhasil. Kemudian pengobatan lainnya yang
bersifat suportive dapat diberikan.
1) Antikogulan
Secara teoritis pemberian antikoagulan heparin akan menghentikan proses pembekuan, baik yang
disebabkan oleh infeksi maupun oleh penyebab lain. Meski pemberian heparin juga banyak
diperdebatkan akan menimbulkan perdarahan, namun dalam penelitian klinik pada pasien KID, heparin
tidak menunjukkan komplikas perdarahan yang signifikan.
Dosis heparin yang diberikan adalah 300 – 500 u/jam dalam infus kontinu.
Indikasi :
- Terdapat tanda-tanda trombosis dalam mikrosirkulasi, gagal ginjal, gagal hati, sindroma gagal nafas
Dosis : 100iu/kgBB bolus dilanjutkan 15-25 iu/kgBB/jam (750-1250 iu/jam) kontinu, dosis selanjutnya
disesuaikan untuk mencapai aPTT 1,5-2 kali control
Pemberian baik plasma maupun trombosit harus bersifat selektif. Trombosit diberikan hanya kepada
pasien KID dengan perdarahan atau pada prosedur invasive dengan kecenderungan perdarahan.
Pemberian plasma juga patut dipertimbangkan, karena di dalam palasma hanya berisi faktor-faktor
pembekuan tertentu saja, sementara pada pasien KID terjadi gangguan seluruh faktor pembekuan.
Pemberian AT III dapat bermanfaat bagi pasien KID, meski biaya pengobatan ini cukup mahal.
Dosis : Dosis awal 3000 iu (50 iu/kgBB) diikuti 1500 iu setiap 8 jam dengan infus kontinu selama 3 – 5
hari.
4) Obat-obat antifibrinolitik
Antifibrinolitik sangat efektif pada pasien dengan perdarahan, tetapi pada pasien KID
pemberian antifibrinolitik tidak dianjurkan. Karena obat ini akan menghambat proses fibrinolisis
sehingga fibrin yang terbentuk akan semakin bertambah, akibatnya KID yang terjadi akan semakin berat.
Tidak ada penatalaksanaan khusus untuk DIC selain mengobati penyakit yang mendasarinya,
misalnya jika karena infeksi, maka bom antibiotik diperlukan untuk fase akut, sedangkan jika karena
komplikasi obstetrik, maka janin harus dilahirkan secepatnya.
Transfusi trombosit dan komponen plasma hanya diberikan jika keadaan pasien sudah sangat
buruk dengan trombositopenia berat dengan perdarahan masif, memerlukan tindakan invasif, atau
memiliki risiko komplikasi perdarahan. Terbatasnya syarat transfusi ini berdasarkan pemikiran bahwa
menambahkan komponen darah relatif mirip menyiram bensin dalam api kebakaran, namun pendapat
ini tidak terlalu kuat, mengingat akan terjadinya hiperfibrinolisis jika koagulasi sudah maksimal. Sesudah
keadaan ini merupakan masa yang tepat untuk memberi trombosit dan komponen plasma, untuk
memperbaiki kondisi perdarahan.
1. PENGKAJIAN
1) Data Pasien :
Umur : 24 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Karyawan
2) Riwayat penyakit :
Keluhan Utama :
Nyeri pada tangan tangan dan timbul bercak-bercak merah pada kulit
Nyeri dan demam dengan suhu tinggi >38 sehingga perlu rawat inap di RS pada tanggal 23 november
2011
3) Pemeriksaan fisik
Perdarahan abnormal pada semua system dan pada sisi prosedur invatif
- Bula hemoragi
- Hemoragi subkutan
- Hematoma
- Luka bakar karena plester sianosis akral ( estrimitas berwarna agak kebiruan, abu –abu, atau ungu
gelap )
- Akrosianosis ( ketidakteraturan bentuk bercaksianosis pada lengan perifer dan kaki )
b. Sistem GI
c. Sistem ginjal
- Hematuria
- Oliguria
d. Sistem pernafasan
- Dispnea
- Takipnea
- Orthopnea
e. Sistem kardiovaskuler
- Gelisah
- Ketidaksadaran vasomotor
g. Sistem muskuloskeletal
- Nyeri : otot,sendi,punggung
- Insisi operasi
- Pada sisi prosedur invasif : suntikan, IV, kateter arteral dan selang nasogastrik atau dada, dll.
DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF
DATA OBJEKTIF
1. TTV =
Napas : 30 x / menit
Suhu : 40oC
TD : 80 / 50 mmHg
24. Pada klien ditemukan perubahan pada sensorium, kacau mental, sakit kepala
2. ANALISA DATA
DATA
PROBLEM
ETIOLOGI
DS :
DO :
- TTV =
- Napas : 30 x / menit
- Suhu : 40oC
- TD : 80 / 50 mmHg
DS :
DO :
- TTV =
- Napas : 30 x / menit
- Suhu : 40oC
- TD : 80 / 50 mmHg
DO :
- TTV =
- Napas : 30 x / menit
- Suhu : 40oC
- TD : 80 / 50 mmHg
DS :
DO:
Intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
DS :
DO:
- Pada klien ditemukan perubahan pada sensorium, kacau mental, sakit kepala
Kecemasan (ansietas)
ancaman kematian
3. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan DIC adalah sebagai berikut :
DS :
DO :
- TTV =
- Napas : 30 x / menit
- Suhu : 40oC
- TD : 80 / 50 mmHg
Ditandai dengan :
DS :
DO :
- TTV =
- Napas : 30 x / menit
- Suhu : 40oC
- TD : 80 / 50 mmHg
3) Resiko Syok hipovolemik b.d Perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler.
Ditandai dengan :
DS :
DO :
- TTV =
- Napas : 30 x / menit
- Suhu : 40oC
- TD : 80 / 50 mmHg
Ditandai dengan :
DS :
DO:
Ditandai dengan :
DS :
DO:
- Pada klien ditemukan perubahan pada sensorium, kacau mental, sakit kepala
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
Kriteria :
Intervensi :
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap
tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike.
Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
c. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan seperti :
hematemesis, melena, epistaksis.
Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan dini bila terjadi
perdarahan.
d. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan
tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah.
Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh
darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien.
Kriteria :
- Akral hangat
Intervensi :
Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya hipovolemic syok.
3) Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler
ke ekstravaskuler.
Kriteria :
Intervensi :
Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok.
c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahan
Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui
dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan.
Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.
f. Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk
acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak
adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
Kriteria Hasil :
Mandiri
d. Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering dan makan diantara waktu makan.
Rasional: Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah
distensi gaster.
f. Observasi dan catat kejadian mual atau muntah, flatus atau gejala lain yang berhubungan.
Kolaborasi
Rasional: Membantu dalam membuat rencana diet untuk memenuhhi kebutuhan individuual
b. Pantau pemeriksaan laboratorium misalnya Hb, Ht, Albumin, Protein, B12, Asam Folat.
Rasional: Meningkatkan efektifitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.
c. Berikan obat sesuai indikasi: Vitamin dan suplemen mineral misalnya Sianokobalamin (vitamin
B12), Asam folat asam askorbat, besi dekstran (IM/IV), tambahan besi oral misalnya ferol sulfat, ferol
glikonat.
Rasional: Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanya masukan oral yang
buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.
Kriteria :
Intervensi
b. Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa lalu.
Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan kecemasan yang
dirasakan.
d. Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapan-harapan yang
positif terhadap terapy yang di jalani.
Rasional : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi
kecemasan.
e. Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari meskipun dalam keadaan
cemas.
Rasional : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa dirinya mampu mengatasi masalahnya dan
memberi keyakinan pada diri sendri yang dibuktikan dengan pengakuan orang lain atas kemampuannya.
g. Sediakan informasi factual (nyata dan benar) kepada pasien dan keluarga menyangkut diagnosis,
perawatan dan prognosis.
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/ Tanggal
No.DX
Paraf
Rabu,
28 November 2012
1
a. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.
c. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan seperti :
hematemesis, melena, epistaksis.
d. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan
tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah.
Kamis,
29 November 2012
c. Menjelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi
perdarahan
Jum’at,
30 November 2012
d. Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering dan makan diantara waktu makan.
e. Observasi dan catat kejadian mual atau muntah, flatus atau gejala lain yang berhubungan.
h. Berikan obat sesuai indikasi: Vitamin dan suplemen mineral misalnya Sianokobalamin (vitamin B12),
Asam folat asam askorbat, besi dekstran (IM/IV), tambahan besi oral misalnya ferol sulfat, ferol glikonat.
Sabtu,
1 Desember 2012
Minggu,
2 Desember 2012
b. Mengkaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa lalu.
c. Melakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaan.
d. Memotivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapan-harapan yang
positif terhadap terapy yang di jalani.
e. Memberikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari meskipun dalam
keadaan cemas.
6. EVALUASI
Hari / Tanggal
No. DX
Evaluasi
Paraf
O: S= 36 C, N= 60x/mnt, TD= 110/80 mmHg, Pada gusi klien tidak terlihat darah lagi, dan tidak ada
tanda-tanda perdarahan
P: Intervensi dihentikan
P: Intervensi dihentikan
3
O: Klien mampu berespon dengan baik, TTV: TD= 110/80 mmHg, RR= 24 x/mnt
P: Intervensi dihentikan
S: Klien mengatakan sudah tidak nyeri mulut atau lidah, klien sudah tidak kesulitan menelan, klien sudah
tidak mengeluh mual/muntah, dyspepsia, klien terlihat nafsu makan, klien sudah tidak mengeluh diare
atau konstipasi.
O: Bb= 40kg
P: Intervensi dihentikan
P: Intervensi dihentikan
BAB III
PENUTUP
DIC adalah suatu sindrom ditandai dengan adanya perdarahan atau kelainan pembekuan darah
sehingga terjadi gangguan aliran darah yang menyebabkan kerusakan pada berbagai organ. Diagnosa
keperawatan yang dapat ditegakkan salah satunya adalah resiko tinggi terhadap perubahan perfusi
jaringan berhubungan dengan hemoragi sekunder. Dari diagnose tersebut, intervensi keperawatan yang
dapat dilakukan adalah memantau hasil pemeriksaan koagulasi, tanda-tanda vital, dan perubahan sisi
baru dan potensial.
DAFTAR PUSTAKA
Bare, Brenda G dan Smelttzer, Susanne G. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
Levi M. Disseminated intravascular coagulation: What's new? Crit Care Clin. 2005;21(3):449-467.
DeLoughery TG. Critical care clotting catastrophies. Crit Care Clin. 2005;21(3):531-562.