Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

MODEL-MODEL ASSESMENT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD

LAPORAN HASIL OBSERVASI

DOSEN PEMBIMBING : Yullys Helsa, S.Pd.,M.Pd

Oleh :

Laras Purdi Sutrisno


Sisvi Gusva Pratiwi

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


KAMPUS V UPP IV BUKITTINGGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
LAPORAN HASIL OBSERVASI

A. Identitas
I. Identitas Informan
Nama : Purnawati, S.Pd
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Guru Kelas VI

II. Setting
Wawancara dilakukan pada :
Hari : Sabtu, 15 September 2018
Waktu : 11.30-12.00 WIB

B. Deskripsi Hasil Observasi.


1. Pemahaman guru tentang penilaian
Menurut Purnawati, S.Pd selaku guru kelas VI SDN 08 Luhak Nan Duo
mengatakan bahwa penilaian pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami
pelajaran yang telah disampaikan guru.Penerapan penilaian tentunya dengan
berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh
informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian
kompetensi atau rangkaian kemampuan peserta didik dengan memiliki beberapa
tujuan tertentu yang akan menjadi factor pendukung dalam proses penilaian.

2. Apa sajakah instrument yang telah digunakan dalam penilaian kemampuan


siswa dibidang studi matematika?
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi yaitu ibu Purnawati,
S.Pd ada beberapa teknik yang digunakan untuk system penilaian mata pelajaran
matematika di SD Negeri 08 Luhak Nan Duo antara lain:
a. Penilaian unjuk kerja yaitu penilaian yang lebih kepada aspek psikomotorik
dan afektif dimana pada penilaian ini dilakukan dengan mengamati
kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu seperti: presentasi di depan
kelas & diskusi.
Contohnya : Saat siswa membuat jaring-jaring kubus maka lebih dinilai
kemampuan psikomotoriknya. Sikap seperti keseriusan dan kedisiplinannya
menjadi penilaian afektif. Setelah itu maka diadakan tes formatif yang
mengukur kemampuan kognitif siswa.

b. Penilaian Sikap
Penilaian ini tidak berupa angket tapi lebih sederhana karena hanya
menuliskan pendapatnya tentang guru bidang studi kemudian kertas penilaian
tidak diberi nama siswa agar siswa lebih leluasa untuk memberi
masukan,saran mapun kritik pada guru.
Guru kelas juga sudah melakukan penilaian sikap seperti membuat data
nilai hasil pengamatan peserta didik.Didalam data tersebut ada skor
kedisiplinan dan sikap. Nilai ini tentunya berpengaruh dengan nilai raport
siswa pada penilaian afektif. Ini merupakan contoh penilaian non tes
berupa observasi.Guru langsung mengobservasi dan menilai siswa selama
proses kegiatan pembelajaran berlangsung.

c. Penilaian Tertulis yakni yang paling sering dilakukan oleh guru kelas
Tes tertulis seperti ulangan harian sebagai tes formatif dilaksanakan
berkala setelah materi tertentu habis dan ditargetkan minimal 2 minggu sekali.
Ulangan Harian menggunakan waktu yang telah diputuskan bersama-sama
antara siswa dan murid. Penilaian tertulis lebih pada aspek kognitif.
Kemudian ada ulangan umum yang ditetapkan sebagai tes sumatif.

Disini terdapat kekurangan yaitu tidak ada penilaian diri, penilaian


portofolio, penilaian produk dan penilaian melalui proyek. Alasan pertama guru
tidak menggunakan penilaian diri adalah karena apabila guru kelas langsung
melakukan penilaian diri kepada siswa,siswa cendrung malu dan takut untuk
menjelaskan apa yang menjadi kendala mereka.
Namun para siswa telah dianjurkan untuk berkonsultasi kepada guru
apabila terjadi kesulitan dalam mata pelajaran tertentu yang biasanya disebabkan
dengan ketidakcocokan dengan cara guru mengajar ataupun kesulitan
menemukan cara belajar yang tepat untuk dirinya sendiri. Guru kelas saling
bekerja sama dengan orangtua untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
Alasan kedua guru tidak menggunakan tugas proyek, produk dan
portofolio karena guru kelas mengatakan bahwa tugas-tugas yang diberikan
kepada siswanya telah cukup untuk menjadi penilaian kemampuan
siswa.Tugas proyek dianggap guru terlalu menyita waktu siswa dan ditakutkan
bila terlalu banyak diberi tugas maka siswa cendrung susah membagi waktu untuk
belajar.
Mengenai guru lebih cendrung menggunakan instrument tes dari pada
non tes dikarenakan guru lebih mengutamakan time curriculum dimana materi
harus habis sehingga guru cendrung mengejar target nilai
secara kognitif dan psikomotorik karena itu paling sering digunakan tes seperti
tes tertulis dan tes unjuk kerja seperti membuat jaring-jaring kubus atau balok..
Mengenai sikap juga dinilai tapi hanya berdasarkan tingkah laku siswa
saat mengikuti proses pembelajaran. Jadi non tes tidak digunakan secara intensif
karena alasan keterbatasan waktu.
Menurut Purnawati, S.Pd selaku guru bidang kelas VI mengatakan dalam
pemberian tugas hendaknya proporsional. Artinya, guru seyogyanya tidak
memberikan tugas yang berlebihan alias terlalu membebani siswa. Memberikan
tugas kepada siswa seyogyanya disesuaikan dengan kemampuan siswa .
Dari semua penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa sistem penilaian
mata pelajaran matemtaika di SDN 08 Luhak Nan Duo sudah cukup baik karena
sudah menggunakan beberapa teknik penilaian dimana dari beberapa teknik
tersebut sudah mengacu pada 3 aspek yaitu kognitif,afektif dan psikomotorik.
Menurut Purnawati S.Pd selaku guru klas walaupun teknik
penilaian sudah cukup baik namun terkadang masih ada siswa yang tidak
tuntas mata pelajaran matematika walaupun hanya 1-5 orang siswa yang
dikarenakan dengan kemungkinan 3 faktor penyebab yaitu:
1) Dari siswa itu sendiri karena kurangnya motivasi belajar & minat terhadap
pelajaran matematika. Sehingga dapat diperbaiki dengan memberikan motivasi
positif sebagai penguatan positif dan pengayaan yang dapat dilakukan oleh
guru ke siswa maupun tutor sebaya.
2) Dari guru bidang studi matematika.Faktor ini dapat dijadikan indikasi apabila
jumlah siswa yang tidak tuntas lebih dari 50% sehingga perlu adanya evaluasi
pembelajaran dengan cara mengubah metode, instrument maupun teknik
mengajar dan meminta masukan dari siswa.

3. Bagaimana hubungan penilaian terhadap minat dan prestasi siswa belajar


matematika di sekolah?
Menurut Purnawati S.Pd selaku guru kelas memang diperlukan penilaian yang
bervariasi untuk mengukur kompetensi siswa. Hal ini untuk menghindari sikap
jenuh siswa pada pelajaran matematika yang dianggap sebagian besar anak adalah
pelajaran yang sulit. Apabila hanya dilakukan system penilaian yang kaku seperti
belajar dikelas kemudian tes dan ulangan harian berkala akan membuat siswa
merasa semakin sulit dan mengurangi minat siswa pada pelajaran matematika.
Tingginya minat siswa dalam pelajaran matematika dapat dilihat dari nilai
rata-rata kelas yang diatas standard KKM yaitu 76. Sangat jarang ditemukan siswa
yang bermasalah untuk pelajaran matematika dan apabila ditemukan maka akan
langsung dilakukan ttindak lanjut seperti pemberian motivasi, pemberian
pengayaan, remedi serta pengevaluasian diri yang dilakukan oleh guru.

4. Apa solusinya jika ada siswa yang bermasalah dengan penilaian mata pelajaran
matematika?
Apabila dari siswa mengalami kendala dalam pelajaran matematika maka akan
diadakan pengayaan disekolah yang dibina langsung dengan guru kelas.Tidak
hanya itu ibu Pur juga mengatakan dalam wawancaranya bahwa saat siswa
mendapatkan nilai rendah maka akan dilakukan 3 tindakan yakni:
1) Pengayaan dan motivasi,yang dilakukan langsung oleh guru bidang studi
kimia. Anak-anak yang mendapatkan nilai rendah akan diberi pengayaan
berupa pengajaran ulang yang dilaksanakan setelah pulang sekolah.Kemudian
siswa juga dimotivasi agar belajar lebih giat lagi dan tidak merasa rendah diri
karena mengikuti remedial.
2) Tutor sebaya dimana guru menunjuk beberapa siswa yang mendapatkan nilai
tertinggi kemudian guru memberikan penguatan materi kembali pada
mereka.Setelah itu mereka diberikan pengarahan untuk mengajarkan kembali
kepada teman-temannya yang mendapatkan nilai rendah.Hal ini dilakukan
agar terjadi komunikasi yang baik antara teman sejawat dan ditinjau dari sikap
siswa yang cendrung lebih terbuka dengan teman sebayanya sehingga proses
pembelajaranya akan lebih menyenangkan dan cepat dimengerti.
3) Remidial dan penugasan
Setelah diberikan pengayaan dengan guru bidang studi maupun tutor sebaya
dengan taman sejawatnya maka siswa diberikan remedial untuk perbaikan
nilai serta tugas terstruktur .

Namun apabila siswa masih belum tuntas, maka guru memberikan


remedial berupa tugas terstruktur. Jika tugas terstruktur masih belum mencukupi
KKM, maka siswa tersebut tidak tuntas mata pelajaran Matematika

5. Bagaimana cara Pengelolaan Hasil Penilaian Kelas.


Ketuntasan Belajar ditentukan oleh Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM )
dimana KKM untuk tiap sekolah berbeda-beda tergantung kebijakan sekolah dari
hasil musyawarah guru. KKM di SDN 08 Luhak Nan Duo untuk mata pelajaran
matematika kelas VI adalah 76.
Kriteri Ketuntasan Mata Pelajaran Matematika diSDN 08 Luhak Nan Duo
antara lain:
1) Apabila per indikator jumlah indikator yang tuntas lebih dari 50%: maka
pembelajaran siswa dapat dilanjut ke KD berikutnya.
2) Kriteria: 0% – 100%, Ideal: 75%. Jumlah indikator belum tuntas sama atau
lebih dari 50%: mengulang KD yang sama.
3) Tuntas: dapat dilihat dari perhitungan skor, apabila skor ≥ kriteria ketuntasan
4) Tuntas jika dilihat dari ketercapaian indikator yakni indikator → KD → SK→
Mapel

Berikut ini tahap-tahap dalam pengolohan hasil penilaian antara lain:


1) Hitung jumlah Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran setiap kelas!
2) Tentukan kekuatan/nilai untuk setiap aspek/komponen, sesuaikan dengan
kemampuan masing-masing aspek:
a. Aspek Kompleksitas:
Semakin komplek (sukar) KD maka nilainya semakin rendah tetapi
semakin mudah KD maka nilainya semakin tinggi.
b. Aspek Sumber Daya Pendukung
Semakin tinggi sumber daya pendukung maka nilainya semakin tinggi.
c. Aspek intake
Semakin tinggi kemampuan awal siswa (intake) maka nilainya semakin
tinggi.
3) Jumlahkan nilai setiap komponen, selanjutnya dibagi 3 untuk menentukan
KKM setiap KD!
4) Jumlahkan seluruh KKM KD, selanjutnya dibagi dengan jumlah KD untuk
menentukan KKM mata pelajaran!
5) KKM setiap mata pelajaran pada setiap kelas tidak sama tergantung pada
kompleksitas KD, daya dukung, dan potensi siswa.

Contoh rumusnya:
𝐀𝐬𝐩𝐞𝐤 𝐧𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐤𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐬𝐢𝐭𝐚𝐬 + 𝐧𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐝𝐚𝐲𝐚 𝐝𝐮𝐤𝐮𝐧𝐠 + 𝐢𝐧𝐭𝐞𝐤 𝐬𝐢𝐬𝐰𝐚
Jumlah total analisis 3 komponen= 𝟑

Keterangan :
3 = jumlah maksimum kompenen yang dinilai

𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐚𝐧𝐚𝐥𝐢𝐬𝐢𝐬 𝟑 𝐤𝐨𝐦𝐩𝐨𝐧𝐞𝐧


KKM = 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐚𝐤𝐬𝐢𝐦𝐮𝐦

Rumus diatas berlaku untuk mencari KKM indikator, KD, SK,dan terakhir KKM mata
pelajaran, Maka didapatkan lah KKM untuk tiap mata pelajaran

Rumus Untuk Menghitung Nilai raport:


x.Nilai harian+ y.Nilai Mid semester + z.Nilai Ujian Akhir Semester +a. aktivitas
KKM =
x+y+z+a
Keterangan :
X,y,dan z = tergantung kesepakatan masing-masing sekolah.
X=20%, y = 30%, z=40%, a=10%

6. Bagaimana pemanfaatan laporan hasil penilaian kelas?


Laporan kemajuan hasil belajar peserta didik dimanfaatkan sebagai
pertanggungjawaban lembaga sekolah kepada orangtua/wali peserta didik, komite
sekolah, masyarakat, dan instansi terkait lainnya. Laporan tersebut Memberikan
informasi yang jelas, komprehensif, dan akurat dan merupakan sarana komunikasi
dan kerja sama antara sekolah, orang tua, dan masyarakat yang bermanfaat baik
bagi kemajuan belajar peserta didik maupun pengembangan sekolah.
Laporan kemajuan belajar peserta didik dapat disajikan dalam data kuantitatif
maupun kualitatif. Rapor merupakan dokumen yang menjadi penghubung
komunikasi baik antara sekolah dengan orangtua peserta didik maupun dengan
pihak lain yang ingin mengetahui tentang hasil belajar anak pada kurun waktu
tertentu. Karena itu, rapor harus komunikatif, informatif, dan komprehensif
(menyeluruh) memberikan gambaran tentang hasil belajar peserta didik.
Informasi tentang hasil belajar dalam rapor diperoleh dari Rekap nilai yang
dirangkum guru selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam penentuan
Kenaikan Kelas apabila semua indikator, kompetensi dasar (KD), dan standar
kompetensi (SK) suatu mata pelajaran telah terpenuhi ketuntasannya, maka
peserta didik dianggap layak naik ke kelas berikutnya.
Peserta didik dinyakan tidak naik kelas apabila:
1) Memperoleh nilai kurang dari kategori baik pada kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia
2) Jika peserta didik tidak menuntaskan 50 % atau lebih KD dan SK lebih
dari 3 mata pelajaran untuk semua kelompok mata pelajaran sampai pada
batas akhir tahun ajaran
3) Jika karena alasan yang kuat, misal karena gangguan kesehatan fisik,
emosi atau mental sehingga tidak mungkin berhasil dibantu mencapai
kompetensi yang ditargetkan.

Anda mungkin juga menyukai