BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI
2.1.1. Anatomi
Secara umum sirkulasi CSS terdiri dari pleksus koroideus, ventrikulus, ruang
subaraknoid dan vili araknoidea.2
a. Pleksus koroideus
Pleksus koroideus terletak pada ventrikulus lateralis, tertius dan quartus.
Pada saat embrio, pleksus ini berkembang dari invaginasi mesenkim pada
daerah mielensefalon selama minggu keenam intra-uterin. Pada usia minggu
ke-7 sampai ke-9, pleksus koroideus mulai kehilangan jaringan mesenkimal
dan ditutupi oleh sel-sel ependimal.2 Cairan cerebrospinal dibentuk terutama
oleh pelksus koroideus
b. Sistem ventrikulus
1. Ventrikulus Lateralis
Ventrikulus lateral berjumlah dua buah dan berbentuk huruf C, secara
anatomi, ventrikel ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu bagian kornu
anterior, korpus dan kornu posterior. Corpus dari ventrikulus lateralis menjadi
dasar dari septum pelusida.2
2. Ventrikulus Tertius
Ventrikulus tertius berada diantara dua thalami dan dibatasi oleh
hypothalamus di bagian inferior. Bagian anterior dari ventrikulus tertius
berhubungan dengan lamina teminalis dan foramen interventrikularis atau
foramen Monroe. Sedangkan bagian posteriornya berhubungan dengan
ventrikulus quartus melalui aquaduktus cerebri Sylvii.2
3. Ventrikulus Quartus
Ventrikulus quartus terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian superior
(bagian dari isthmus rhombensefalon), intermedius (bagian metensefalon) dan
inferior (bagain mielensefalon). Dinding dari ventrikel ini dibatasi oleh sel-sel
3
ependim, berlanjut ke bawah oleh canalis sentralis dari medulla dan bagian
superior oleh aquaduktus cerebri Sylvii.2 Ventrikulus quartus berakhir pada dua
foramen Luschka di lateral dan satu foramen Magendie di tengah.3
c. Spatium/Ruang Subaraknoid
Otak dan medulla spinalis dibungkus oleh menings yang terdiri dari tiga
lapisan. Dari luar ke dalam dimulai dari duramater, araknoid dan piamater.2
Duramater merupakan lapisan paling superfisial dan melekat pada calvaria
cranii, kemudian lapisan kedua adalah araknoid. Dan selaput otak (menings) yang
langsung melekat pada girus otak adalah piamater. Antara araknoid dan piamater
terdapat spatium subaraknoid. Spatium subaraknoid diisi oleh CSS dan arteri-arteri
utama yang memperdarahi otak. Pada bagian tertentu spatium subaraknoid melebar dan
membentuk suatu cisterna. Antara medulla dan cerebellum terdapat cisterna magna.2
d. Granulatio dan vili araknoidea
4
Telah diketahui bahwa granulatio dan vili araknoidea sangat berperan penting
dalam mengatur aliran CSS ke sistem venosus pada tubuh manusia.2
Luschka di lateral dan satu foramen Magendie di tengah, dan memasuki sisterna magna
yaitu suatu rongga cairan yang terletak dibelakang medula dan dibawah cerebellum.3
Sisterna magna berhubungan dengan ruang subarakhnoid yang mengelilingi
seluruh otak dan medulla spinalis. Hampir seluruh CSS kemudian mengalir keatas dari
sisterna magna melalui ruang subarakhnoid yang mengelilingi cerebrum.dari sini,
cairan mengalir kedalam vili arakhnoidalis yang menjorok kedalam sistem sinus
venosus.3
2.2. HIDROSEFALUS
6
2.2.1. Definisi
Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon yang berarti
kepala. Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif
yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS yang
berlebihan pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid. Keadaan ini
disebabkan oleh karena terjadi ketidak seimbangan antara produksi, absorbsi, dan
gangguan sirkulasi CSS.1
2.2.2. Epidemiologi
Frekuensi hidrosefalus lebih kurang 2 kasus per 1.000 kelahiran. Frekuensi
hidrosefalus dan spina bifida adalah 9.7% diantara kelainan perkembangan sistem
saraf. Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Juga tidak ada perbedaan ras. Pada
remaja dan dewasa lebih sering disebabkan oleh toksoplasmosis.1
Hidrosefalus infantil, 46% diantaranya adalah akibat abnormalitas
prekembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, kurang dari
4% akibat tumor fossa posterior.1
Insiden hidrosefalus kongenital di AS adalah 3 per 1.000 kelahiran hidup
sedangkan insiden untuk hidrosefalus akuisita (aquired hydrocephalus) tidak diketahui
secara pasti karena penyebab penyakit yang berbeda-beda. Pada umumnya, Insiden
hidrosefalus adalah sama untuk kedua jenis kelamin, kecuali pada sindrom Bickers-
Adams, X-linked hydrocephalus ditularkan oleh perempuan dan diderita oleh laki-laki.
Hidrosefalus dewasa mewakili sekitar 40% dari total kasus hidrosefalus.1
2.2.3 Etiologi
Apapun sebab dan faktor resikonya, hidrosefalus terjadi sebagai akibat
obstruksi, gangguan absorbsi atau kelebihan produksi CSS. Tempat predileksi
obstruksi adalah foramen Monroe, foramen Sylvii, foramen Luschka, foramen
7
Magendi dan vili araknoid.1 Hidrosefalus secara umum dapat disebabkan oleh banyak
hal seperti tumor, infeksi, peradangan dan perdarahan.
Obstruksi CSS disebabkan oleh faktor-faktor intraventrikular, ekstraventrikular
dan kelainan kongenital. Faktor intraventrikular meliputi stenosis herediter, stenosis
intraventrikular, ventrikulitis, papiloma pleksus koroideus atau neoplasma lain.1 Faktor
ekstraventrikular meliputi stenosis kompresi akibat tumor dekat ventrikulus, tumor di
fossa posterior atau tumor cerebellum. Kelainan kongenital meliputi malformasi
Arnold-Chairi dan sindrom Dandy Walker.1
2.2.4 Klasifikasi
Hidrosefalus dapat diklasifikasikan atas beberapa hal, antara lain:
1. Bedasarkan anatomi / tempat obstruksi CSS
a. Hidrosefalus tipe obstruksi / non komunikans
Terjadi bila CSS otak terganggu (Gangguan di dalam atau pada sistem
ventrikel yang mengakibatkan penyumbatan aliran CSS dalam sistem ventrikel
otak), yang kebanyakan disebabkan oleh kongenital: stenosis akuaduktus
Sylvius (menyebabkan dilatasi ventrikel lateralis dan ventrikel III. Ventrikel
IV biasanya normal dalam ukuran dan lokasinya). Yang agak jarang ditemukan
sebagai penyebab hidrosefalus adalah sindrom Dandy-Walker, Atresia
foramen Monro, malformasi vaskuler atau tumor bawaan. Radang (Eksudat,
infeksi meningeal). Perdarahan/trauma (hematoma subdural). Tumor dalam
sistem ventrikel (tumor intraventrikuler, tumor parasellar, tumor fossa
posterior).4
b. Hidrosefalus tipe komunikans
Jarang ditemukan. Terjadi karena proses berlebihan atau gangguan
penyerapan (gangguan di luar sistem ventrikel).
Perdarahan akibat trauma kelahiran menyebabkan perlekatan lalu
menimbulkan blockade villi arachnoid.
Radang meningeal
8
Kongenital:
- Perlekatan arachnoid/sisterna karena gangguan pembentukan
- Gangguan pembentukan villi arachnoid
- Papilloma plexus choroideus
2. Bedasarkan etiologi
a. Kongenital
Stenosis akuaduktus serebri
Mempunyai berbagai penyebab. Kebanyakan disebabkan oleh infeksi
atau perdarahan selama kehidupan fetal; stenosis kongenital sejati adalah sangat
jarang. (Toxoplasma/T.gondii, Rubella/German measles, X-linked
hidrosefalus).
Malformasi Dandy Walker
Malformasi ini melibatkan 2-4% bayi baru lahir dengan hidrosefalus.
Etiologinya tidak diketahui. Malformasi ini berupa ekspansi kistik ventrikel IV
dan hipoplasia vermis serebelum. Hidrosefalus yang terjadi diakibatkan oleh
hubungan antara dilatasi ventrikel IV dan rongga subarachnoid yang tidak
adekuat; dan hal ini dapat tampil pada saat lahir, namun 80% kasusnya biasanya
tampak dalam 3 bulan pertama. Kasus semacam ini sering terjadi bersamaan
dengan anomali lainnya seperti agenesis korpus kalosum, labiopalatoskhisis,
anomali okuler, anomali jantung, dan sebagainya.
Malformasi Arnold Chiari
Anomali kongenital yang jarang dimana 2 bagian otak yaitu batang otak
dan cerebelum mengalami perpanjangan dari ukuran normal dan menonjol
keluar menuju canalis spinalis
Aneurisma vena Galeni
Kerusakan vaskuler yang terjadi pada saat kelahiran, tetapi secara
normal tidak dapat dideteksi sampai anak berusia beberapa bulan. Hal ini terjadi
9
Hidrosefalus Normotensif
Kriteria diagnostic klinis yang saat ini dibuat sebagai patokan adalah sindrom
yang terdiri dari trias gejala: gangguan berjalan, demensia (melambatnya daya pikir
dan bereaksi) dan inkontinensia urine.4
11
2.2.5. Patofisiologi
Patogenesis hidrosefalus dapat dibagi dalam dua bentuk, yaitu sebagai berikut:1
a. Bentuk hidrosefalus akut, didasari oleh faktor mekanik. Perdarahan otak,
tumor/infeksi/abses otak, stenosis akuaduktus cerebri Sylvii, hematoma
ekstradural dan edema otak akut akan mengganggu aliran dan absorbsi CSS
sehingga terjadi peningkatan TIK. Akibatnya tekanan intraventrikular
meningkat, sehingga kornu anterior ventrikulus lateral melebar.1
b. Kemudian diikuti oleh pelebaran seluruh ventrikulus lateralis. Dalam waktu
singkat diikuti penipisan lapisan ependim ventrikulus. Hal ini akan
mengakibatkan permeabilitas ventrikulus meningkat sehingga memungkinkan
absorbsi CSS dan akan menimbulkan edema substantia alba di dekatnya.1
c. Apabila peningkatan absorbsi ini dapat mengimbangi produksinya yang
berlebihan maka tekanannya secara bertahap akan menurun sampai normal,
meskipun penderita masih memeperlihatkan tanda-tanda hidrosefalus. Keadaan
demikian ini disebut hidrosefalus tekanan normal. Namun biasanya
peningkatan absorbsi ini gagal mengimbangi kapasitas produksinya. Sehingga
terjadi pelebaran ventrikulus berkelanjutan dengan tekanan yang juga tetap
meningkat.1
d. Hidrosefalus kronik terjadi beberapa minggu setelah aliaran CSS mengalami
sumbatan atau mengalami gangguan absorbsi, apabila sumbatan dapat
dikendalikan atau dihilangkan, tekanan intraventrikular akan menjadi progresif
normotensif karena adanya resorbsi transependimal parenkim paraventrikular.
Akibat dari peningkatan tekanan CSS intraventrikular mengakibatkan sistem
venosa menjadi kolaps dan penurunan volume aliaran darah, sehingga terjadi
hipoksia dan perubahan metabolisme parenkim (kehilangan lipid dan protein).
Akibat lebih jauh adalah terjadinya dilatasi ventrikulus karena jaringan
periventrikular menjadi atrofi.1
2.2.6. Diagnosis
12
Perkusi pada kepala anak memberi sensai yang khas. Pada hidrosefalus
akan terdengar suara yang sangat mirip dengan suara ketuk pada semangka
masak. Pada anak lebih tua akan terdengar suara kendi retak (cracked-pot).
Paralisis nervus abdusens, yang sebenarnya tidak menunjukkan letak lesi,
sering dijumpai pada anak yang lebih tua atau pada orang dewasa.
Kadang-kadang terlihat nistagmus dan strabismus. Pada hidrosefalus
yang sudah lanjut dapat terjadi edema papil atau atrofi papil1.
3. Dewasa
Gejala yang paling sering dijumpai adalah nyeri kepala. Sementara
itu gangguan visus, gangguan motorik/bejalan dan kejang terjadi pada 1/3
kasus hidrosefalus pada usia dewasa. Pemeriksaan neurologi pada umumnya
tidak menunjukkan kelainan, kecuali adanya edema papil dan atau paralisis
nervus abdusens.1
4. Hidrosefalus tekanan normal
Hidrosefalus ini dicirikan dengan trias demensia, gangguan berjalan
dan inkontinensia urin. Hal ini terutama pada penderita dewasa. Gangguan
berjalan dicirikan oleh berjalan lambat, langkah pendek dengan pengurangan
ketinggian langkah dan ataksia dimana kaki diletakkan di permukaan jalan
dengan kekuatan yang bervarisasi. Pada saat mata tertutupakan tampak jelas
ketidakstabilan postur tubuh. Tremor dan gangguan gerakan halus jari-jari
tangan akan mengganggu tulisan tangan penderita.1
Hidrosefalus pada foto polos kepala akan memberikan gambaran ukuran kepala yang
lebih besar dari orang normal, pelebaran sutura, erosi dari sella tursica, gambaran vena-
vena kepala tidak terlihat dan memperlihatkan jarak antara tabula eksterna dan interna
menyempit. Selain itu, untuk kasus yang sudah lama sering ditemukan
gambaran impressiones digitate akibat peningkatan TIK.
b. USG
Pada 6-12 bulan pertama kehidupan, diagnosis hidrosefalus dapat ditegakkan
degan USG. Pada USG akan tampak dilatasi dari ventrikel tetapi USG sangat jarang
digunakan dalam mendiagnosis hidrosefalus.5
15
(a)
(b)
Gambar 9a & b. Foto USG kepala fetus pada trimester ketiga. Tampak dilatasi
bilateral dari kedua ventrikel lateralis (gambar a) dan penipisan jaringan otak
(gambar b).5
c. CT Scan
Dengan menggunakan CT Scan, kita dapat menentukan ukuran dari ventrikel.
Jika terdapat tumor atau obstruksi, maka dapat ditentukan lokasi dan ukuran dari tumor
16
tersebut. Pada pasien dengan hidrosefalus akan tampak dilatasi dari ventrikel pada foto
CT Scan serta dapat melihat posisi sumbatan yang menyebabkan terjadinya
hidrosefalus. Dengan CT-Scan saja hidrosefalus sudah bisa ditegakkan.
Gambar 10. CT Scan kepala potongan axial pada pasien hifrosefalus, dimana
tampak dilatasi kedua ventrikel lateralis.
d. MRI
Dengan menggunakan MRI pada pasien hidrosefalus, kita dapat melihat adanya
dilatasi ventrikel dan juga dapat menentukan penyebab dari hidrosefalus tersebut. Jika
terdapat tumor atau obstruksi, maka dapat ditentukan lokasi dan ukuran dari tumor
17
tersebut. Selain itu pada MRI potongan sagital akan terlihat penipisan dari korpus
kalosum.
1. Holoprosencephaly
Holoprosencephaly muncul karena kegagalan proliferasi dari jaringan
otak untuk membentuk dua hemisfer. Salah satu tipe terberat dari
18
2.2.8. Pengobatan
19
a. Secara Medikamentosa:
Pengobatan dengan farmakologi dilakukan untuk menunda operasi. Biasa
dilakukan pada bayi premature dengan hidrosefalus post perdarahan.
Pengobatan dengan farmakologi tidak efektif untuk jangka waktu yang
lama.
Pengobatan secara farmakologi bekerja dengan mengurangi produksi CSS
(Acetazolamide atau furosemide) dan meningkatkan penyerapan CSS.
Hidrosefalus dengan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi tidak
memerlukan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25-50
mg/kgBB. Pada keadaan akut dapat diberikan manitol. Diuretik dan
kortikosteroid dapat diberikan walaupun hasinya kurang memuaskan.1
b. Operasi
Operasi merupakan terapi yang banyak dilakukan pada kebanyakan
orang. Hanya 25% pasien dapat diobati tanpa melakukan shunt. Operasi berupa
upaya menghubungkan ventrikulus otak dengan rongga peritoneal, yang
disebut ventriculo-peritoneal shunt. Tindakan ini pada umumnya ditujukan
untuk hidrosefalus non-komunikans dan hidrosefalus yang progresif.
Pasien dengan hidrosefalus komunikans, termasuk orang dewasa
hidrosefalus tekanan normal, terutama diobati dengan operasi shunt. Tujuan
dari shunt pada pasien hidrosefalus adalah untuk mengalihkan aliran CSS ke
daerah lain dari tubuh, di mana ia dapat diserap. Tekanan intrakranial ini untuk
kembali ke tingkat normal dan meningkatkan gejala klinis. Prosedur ini
melibatkan menempatkan kateter proksimal dalam ventrikel melalui otak atau
ruang subaraknoid lumbal, untuk mengalirkan CSS. Kateter ini terhubung ke
satu arah katup yang mengontrol CSS drainase dan biasanya ditempatkan
terhadap tengkorak, di bawah kulit. Cairan kemudian mengalir melalui kateter
distal yang mengumpulkan kelebihan cairan dan mengalir ke dalam rongga
20
2.2.9. Prognosis
A. Kelangsungan Hidup
Prognosis atau keberlangsungan penyakit sangat ditentukan oleh adanya
kelainan neural dan ekstraneural yang menetap. Pada sebagaian besar kasus, 50
% kasus meninggal saat masih dalam uterus atau dilakukan terminasi pada
kehamilan karena adanya ketidak normalan yang terdeteksi. Dan 50% sisanya
berkembang menjadi ventricolomegaly yang progresif1.
B. Kelangsungan Organ
Pada anak-anak dengan hidrosefalus terjadi peningkatan ketidakmampuan
mental dan kognitif. Kemampuan atau pengetahuan umum sangat berkurang
bila dibandingkan dengan populasi anak-anak pada umumnya, kebanyakan
anak mengalami keterbelakangan mental, verbal dan ingatan. Selain itu juga
menyebabkan kelainan pada mata1.
2.3.1 Definisi
Herniasi atau juga dikenali sebagai ‘cistern obliteration’ adalah kondisi medis
yang sangat berbahaya dimana adanya peningkatan tekanan intracranial yang dapat
menyebabkan pergeseran dari jaringan otak menuju ke area yang lebih rendah tekanan
intrakranialnya. Dalam beberapa kasus, herniasi dapat diobati, tetapi dalam kasus lain
hal ini pada akhirnya menyebabkan koma atau kematian6
2.3.2 Epidemiologi
2.3.3 Etiologi
Hernia otak terjadi apabila ada sesuatu di dalam otak yang mendorong jaringan
otak. Termasuklah edema otak akibat dari trauma kapitis. Hernia otak sering
disebabkan adanya tumor dalam otak termasuklah tumor otak yang bermetastasis dan
tumor otak primer. Selain itu, hernia otak juga bisa terjadi akibat dari7
Abses otak
Adanya perdarahan dalam otak
Hidrosefalus (akumulasi cairan dalam otak) serta
Stroke yang menyebabkan edema otak.
Hernia otak sendiri juga sering menyebabkan strok masif. Hal ini menyebabkan
suplai darah yang berkurang pada bagian otak tertentu dan kompresi pada struktur vital
22
yang mengontrol pernapasan dan sirkulasi. Hal ini akan menyebabkan kematian atau
kematian otak. Walau bagaimanapun penyebab tersering dari hernia otak adalah akibat
adanya tekanan massa dalam otak yang mendorong otak itu sendiri.8
2.3.4 Klasifikasi
Gambar 11 : 1) Hernia singulata dimana otak terjepit di bawah falx serebri. 2) Herniasi
batang otak ke caudal. 3) Herniasi uncus dangirus hippocampal kedalam celah
tentorium. 4) Herniasi tonsil serebellar ke dalam foramen magnum.6
Otak dapat ditekan ke struktur seperti falx serebri, tentorium serebelli, dan bahkan
melalui lubang yang disebut foramen magnum di dasar tengkorak melalui sumsum
tulang belakang berhubungan dengan otak.
Ada dua kelompok utama herniasi: supratentorial dan infratentorial.
23
1. Herniasi Uncal
Pada herniasi uncal terjadi pergeseran aspek median lobus temporal otak
melalui tentorium sehingga dengan demikian dapat menekan batang otak bagian atas.
Uncus juga dapat menekan saraf kranial ketiga, yang dapat mengganggu input
parasimpatis mata pada sisi dari saraf yang terkena sehingga menyebabkanpupil mata
mengalami dilatasi dan gagal untuk konstriksi pada tes respon cahaya.
Dilatasi pupil sering menunjukkan adanya kompresi pada saraf kranial III yang
disebabkan oleh karena hilangnya persarafan untuk semua pergerakan otot mata
kecuali untuk rektus lateral (diinnervasi oleh VI saraf kranial) dan oblik superior
(diinnervasi oleh saraf kranial IV). 6,8,9
Kompresi pada arteri serebral posterior ipsilateral akan mengakibatkan iskemia
dari korteks vsual primer ipsilateral dan defisit lapangan pandang kontralateral pada
kedua mata (kontralateral hemianopia homonymous).
Temuan penting lainnya adalah False localizing sign, yang disebabkan karena
adanya kompresi dari otak kruris kontralateral yang terdiri dari descending
corticospinal dan beberapa serat kortikobulbar. Hal ini dapat menyebabkan
hemiparesis ipsilateral pada sisi yang sama dengan herniasi. Karena traktus
kortikospinal secara dominan menginervasi otot flexor, ekstensi dari kaki dapat
24
2. Herniasi Sentral/Transtentorial
Herniasi sentral, (juga disebut "herniasi transtentorial") diencephalon dan
bagian lobus temporal dari kedua hemisfer otak ditekan melalui celah di cerebelli
tentorium. Herniasi Transtentorial dapat terjadi saat otak bergeser baik atas atau ke
bawah melewati tentorium, yang masing-masing disebut herniasi transtentorial
ascending dan descending.
gyrus pada falx serebri. Hal ini tidak banyak memberi tekanan pada batang otak
seperrti herniasi jenis lain, tetapi dapat mengganggu pembuluh darah di lobus frontal
yang dekat dengan tempat cedera (arteri serebral anterior) dan hal ini dapat menuju
ke arah herniasi sentral.
Keterlibatan aliran darah dapat menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan
intra cranial yang nantinya dapat menyebabkan bentuk-bentuk herniasi yang lebih
berbahaya. Gejala untuk herniasi cingulate tidak dapat dijelaskan secara jelas. Biasanya
selain pada herniasi uncal, herniasi cingulate dapat menyebabkan abnormal posturing
dan koma .6,7
4. Herniasi Transcalvarial
Pada herniasi transcalvarial, otak tergeser melalui fraktur atau adanya
pembedahan di dalam tengkorak atau juga biasa disebut herniasi eksternal. Jenis
herniasi ini mungkin terjadi selama kraniotomi.9
6. Herniasi Tonsillar
Pada herniasi tonsillar yang juga disebut herniasi downward cerebellar atau
"coning", cerebellar tonsil bergerak ke bawah melalui foramen magnum yang mungkin
dapat menyebabkan kompresi batang otak yang lebih bawah dan kompresi
korda spinalis servikal bagian atas pada saat mereka melewati foramen magnum.
Peningkatan tekanan pada batang otak bisa mengakibatkan disfungsi pada pusat di
otak yang bertanggung jawab untuk mengendalikan fungsi
pernafasan dan jantung.
26
Herniasi tonsilar dari otak kecil juga dikenal sebagai Malformasi Chiari atau
sebelumnya disebut Arnold Chiari Malformation (ACM). Setidaknya ada tiga jenis
malformasi Chiari yang diakui secara luas, dan mereka mewakili proses penyakit yang
sangat berbeda dengan gejala dan prognosis yang berbeda-beda. Kondisi ini dapat
ditemukan pada pasien tanpa gejala atau malah dapat juga terjadi pada pasien dengan
gejala klinis yang begitu parah dan membahayakan hidup. Kondisi ini sekarang lebih
sering didiagnosis oleh ahli radiologi karena semakin banyaknya pasien yang
menjalani CT scan kepala maupun MRI. Cerebellar ectopia adalah istilah yang
digunakan oleh ahli radiologi untuk menggambarkan cerebellar tonsil yang “low
lying” tapi yang tidak memenuhi kriteria radiografi untuk dianggap sebagai
malformasi Chiari. Gambaran radiografi saat ini yang dianggap untuk suatu
malformasi Chiari adalah bahwa adanya cerebellar tonsil setidaknya 5mm di bawah
tingkat foramen magnum. 6,7
Ada banyak hal yang diduga menyebabkan herniasi tonsillar termasuk
penurunan dan perubahan bentuk dari fossa posterior. Perubahan tersebut
menyebabkan tidak cukupnya rongga untuk cerebellum Pada hidrosefalus atau
abnormal volume CSF akan mendorong tonsil keluar.6
2.3.6 Diagnosis6
Pemeriksaan neurologis menunjukkan adanya perubahan dalam kesadaran
pasien tersebut. Hal ini tergantung pada beratnya herniasi tersebut sehingga akan ada
masalah pada satu atau lebih reflex yang berhubungan dengan fungsi saraf cranial.
Pasien dengan herniasi otak memiliki ritme jantung yang tidak teratur dan kesulitan
bernafas secara konsisten.
2.3.7 Penatalaksanaan
28
Hernia otak merupakan suatu kasus gawat darurat. Penanganan utama haruslah
menyelamatkan nyawa pasien. Untuk mencegah dari terjadinya kekambuhan dari
hernia otak, maka penanganan haruslah bertujuan untuk menurunkan peningkatan
tekanan intrkranial dan menurunkan edema otak. Hal ini dapat ditangani dengan cara
berikut6,7 :
Penatalaksanaan Awal Sindroma Herniasi
• Tujuan : menjaga TIK <20 mmHg, CPP >60-70 mmHg
Segera:
• Elevasi kepala di tempat tidur (15-30 derajat, atau 30-45 derajat –> guna
meningkatkan aliran keluar vena dari intrakranial
• Cegah hipotensi dengan cairan, Normal saline (0.9%) dengan kecepatan 80–
100 cc/jam (hindari cairan hipotonis)
• Intubasi (jika memungkinkan) dan lakukan ventilasi sehingga terjadi
normocarbia (PC02 35-40 mmHg) atau kalau bisa PCO2 = 28–32 mm Hg –>
cegah vasodilatasi serebri o (cat: jika kadar CO2 lebih besar dari 45 mm Hg,
maka akan timbul cerebral vasodilation.)
• Berikan oxygen prn untuk mempertahankan p02 >60 mmHg –> mencegah
hypoxic brain injury
• Berikan Mannitol 20% 1–1.5 g/kg melalui infus IV secara cepat, pertahankan
Tekanan Darah >90 mmHg dan pemberian diuretik lain.
• Pasang Foley catheter
• Segera konsul ke bedah saraf
• Pemberian kortikosteroid pada kasus cedera kepala dan stroke belum dapat
dibuktikan menguntungkan secara klinis.
• Kortikosteroid seperti deksametason, terutama untuk menurunkan udem otak.
• Drainase pada otak dengan tujuan untuk mengeluarkan cairan berlebihan dari
otak, terutama pada kasus obstruksi mekanikal yag menyebabkan hernia.
• Pengaliran darah keluar pada kasus perdarahan masif yang menyebabkan
herniasi, walaupun prognosis pada kasus begini jelek.
• Pemasangan intubasi endotrakeal dan pemasangan ventilasi untuk menurunkan
kadar karbon dioksida dalam darah.
• Operasi dengan mengangkat massa tumor yang menyebabkan peningkatan
tekanan intrakranial atau drain kateter ventrikuler eksterna dengan tujuan untuk
pengaliran LCS keluar pada kasus akut atau dengan cara VP-shunt
2.3.8 Prognosis
Sekiranya hernia otak terjadi pada daerah lobus temporalis atau serebellum,
maka prognosisnya adalah jelek yaitu kematian. Namun pada hernia otak di daerah lain
memberikan prognosis yang berbagai tergantung derajat beratnya dan penyebab
hernia.(9)
BAB III
LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
IDENTITAS PRIBADI
30
Telaah :
Pasien datang ke Rumah Sakit Haji Medan dibawa oleh keluarganya dengan
keluhan nyeri kepala sejak 1 tahun yang lalu dan memberat 2 hari sebelum masuk
rumah sakit. Nyeri kepala dirasakan diseluruh bagian kepala. Nyeri berlangsung terus
menerus sepanjang hari, nyeri kepala dirasakan seperti diikat dan bertambah berat jika
pasien melakukan aktivitas dan tidak berkurang dengan istirahat. Pasien juga
mengeluhkan mata kabur, sesak nafas, batuk, mual dan muntah. Keluhan demam,
riwayat kejang dan pingsan disangkal. Pasien tidak pernah mengalami trauma atau
cedera kepala.
ANAMNESA TRAKTUS
Traktus Sirkulatorius : Hipertensi (-), DM (-)
Traktus Respiratorius : Sesak nafas (+) Batuk (+)
Traktus Digestivus : Mual (+) muntah (+)
Traktus Urogenitalis : Miksi (+) Defekasi (-)
Penyakit Terdahulu dan Kecelakaan : Tidak Ada
Intoksikasi dan Obat-obatan : Tidak Ada
ANAMNESA KELUARGA
Faktor Herediter : Tidak Ada
Faktor Familier : Tidak Ada
Lain-lain : Tidak Ada
ANAMNESA SOSIAL
Kelahiran dan Pertumbuhan : Normal
Imunisasi : Tidak ingat
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Perkawinan dan Anak : Menikah, 3 Anak
PEMERIKSAAN JASMANI
PEMERIKSAAN UMUM
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/i
Frekuensi Nafas : 20x/i
Temperatur : 35,8 oC
Kulit dan Selaput Lendir : Dalam batas normal
Kelenjar Getah Bening : Dalam batas normal
Persendian : Dalam batas normal
RONGGA ABDOMEN
GENITALIA
PERANGSANGAN MENINGEAL
Kaku Kuduk : Tidak dijumpai
Tanda Kernig : Tidak dijumpai
Tanda Lasegue : Tidak dijumpai
Tanda Brudzinski I : Tidak dijumpai
Tanda Brudzinski II : Tidak dijumpai
Chaddock : - -
Gordon : - -
Schaeffer : - -
Hoffman – Tromner : - -
Klonus Lutut : - -
Klonus Kaki : - -
Refleks Primitif : Tidak dijumpai Tidak dijumpai
KOORDINASI
Lenggang
Bicara : Dengan pemahaman
Menulis : TDP
Percobaan Apraksia : DBN
Mimik
Test Telunjuk-telunjuk : Normal
Tes Telunjuk-hidung : (+) Normal
Tes Tumit-lutut : sulit dinilai
Tes Romberg : Tidak dilakukan pemeriksaan
VEGETATIF
Vasomotorik : (+)
Sudomotorik : (+)
Pilo-erektor : Tidak dilakukan pemeriksaan
Miksi : (+) Normal
Defekasi : (+) Normal
Potensi dan Libido : Tidak dilakukan pemeriksaan
VERTEBRA
Bentuk
Normal : Dalam batas normal
Scoliosis : Tidak dijumpai
39
Pemeriksaan Laboratorium
HASIL CT SCAN
42
FOTO THORAX
Kesimpulan : TB paru
KESIMPULAN PEMERIKSAAN
Keluhan Utama :
Telaah :
43
Pasien datang ke Rumah Sakit Haji Medan dibawa oleh keluarganya dengan
keluhan nyeri kepala sejak 1 tahun yang lalu dan memberat 2 hari sebelum masuk
rumah sakit. Nyeri kepala dirasakan diseluruh bagian kepala. Nyeri berlangsung terus
menerus sepanjang hari, nyeri kepala dirasakan seperti diikat dan bertambah berat jika
pasien melakukan aktivitas dan tidak berkurang dengan istirahat. Pasien juga
mengeluhkan mata kabur, sesak nafas, batuk, mual dan muntah. Keluhan demam,
riwayat kejang dan pingsan disangkal. Pasien tidak pernah mengalami trauma atau
cedera kepala.
PEMERIKSAAN UMUM
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/i
Frekuensi Nafas : 20x/i
Temperatur : 35.8oC
STATUS NEUROLOGI
Sensorium : Compos Mentis, GCS : E=4, V=5, M=6 =15
Sistem Motorik : Dalam batas normal
REFLEKS FISIOLOGIS Dextra Sinistra
Biseps : ++ ++
Triceps : ++ ++
Radioperiost : ++ ++
APR : ++ ++
KPR : ++ ++
Strumple : ++ ++
44
PENATALAKSANAAN
1. Tirah Baring
2. IVFD RL 20 gtt/i
3. inj. Citicolin 250mg/12jam
4. inj. Ranitidine 50 mg/12jam
5. Na. Diclofenac 50mg 3x1
45
DAFTAR PUSTAKA
1. Harsono, Editor. Perhimpunan dokter spesialis saraf Indonesia. Hidrosefalus: Buku Ajar
Neurologi Klinik. Yogyakarta : Gajah Mada University Press; 2005. Hal. 209-16.
46
2. Barker RA, Barasi S, Neal MJ. Meninges and Cerebrospinal Fluid. In:Neuroscience at a
glance. United states of America: Blackwell Science; 2000. p. 40-1.
3. Guyton AC, Hall JE. Cerebral Blood Flow, Cerebrospinal Fluid, and Brain Metabolism.
In: Textbook of Medical Physiology. 11th Ed. Pennyslvania: Elsevier Inc; 2006. p 761-8.
4. Satyanegara. Hidrosefalus. Dalam: Satyanegara, Hasan R Y, Abubakar S, Maulanan A J,
et al. Ilmu bedah saraf edisi IV. Jakarta: Gramedia;2013.p345-57
5. Sjair Z. Tomografi Komputer Kepala. Dalam: Ekayuda I, Editor. Radiologi Diagnostik
FKUI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. p 387-91.
6. Nasution, Iskandar., 2017. Herniasi Otak.Medan : Departemen Neurologi FK USU/RSUP
H. Adam Malik.[diakses 09 Maret 2019]
7. Taufik, M., 2017. Peningkatan Tekanan Intrakranial. Dalam : Buku Ajar Neurologi . Edisi
1. Jakarta : Kedokteran Indonesia. 36 – 44.
8. Mardjono, M., Sidharta, P., 2011. Koma supratentorial diensefalik. Dalam: Neurologi
Klinis Dasar. Edisi 1. Jakarta:Dian Rakyat. 193-195.
9. Kumar, V., Cotran, R., Robbins, S.L, 2013. Herniasi serebral. Dalam:Buku ajar Patologi.
Edisi 7 Volume 2. Jakarta: EGC. 906-90