Anda di halaman 1dari 22

FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

Laporan Pendahuluan

A. Masalah Utama
Resiko prilaku kekerasan

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah salah satu respons marah yang diespresikan dengan
melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan atau merusak lingkungan. Respons
tersebut biasanya muncul akibat adanya stresor. Respons ini dapat menimbulkan kerugian
baik bagi diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan (Keliat,dkk, 2011:180).
Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain,
disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol (Kusumawati,dkk.2010:81).
2. Tanda dan gejala
Jelaskan tanda dan gejala kepada klien pada tahap marah, kritis atau perilaku kekerasa, dan
kemungkinan bunuh diri. Muka merah, tegang, pandangan mata tajam, mondar-mandi,
memukul, iritable, sensitif dan agresif (Kusumawati, dkk. 2010:83). Tanda dan gejala,
perilaku kekerasan yaitu suka marah, pandangan mata tajam, otot tegang dan nada suara
tinggi, berdebat, sering pula memaksakan kehendak ,merampas makanan dan memukul
bila tidak sengaja (Prabowo,2014:143).
a. Motor agitaton
Gelisah, mondar mandir, tidak dapat duduk tenang, otot tegang, rahang mengencang,
pernapasan meningkat, mata melotot, pandangan mata tajam.
b. Verbal
Memberikan kata-kata ancaman melukai, disertai melukai ptingkat ringan, bicara keras,
nada suara tinggi, berdebat
c. Efek
Marah, bermusuhan, kecemasan berat, efek baik, mudah tersinggung
d. Tingkat kesadaran
Binggung, kacau, perubahan sttus mental, disorientasi, dan gaya ingat menurun
(Prabowo, 2014:143). Pada pengkajian awal dapat dietahui alasan utama klien ke
rumah sakit adalah perilaku kekerasan dirumah. Kemudian perawat dapat melakukan
pengkajian dengan cara :
1) Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat.
Seringpula tampak klien memaksakan kehendak : merampas makanan, memukul
jika tidak senang.
2) Wawancara : diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah
yang dirasakan klien (Kusumawati, dkk. 2010:83).
3. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk/PK

Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai
dengan amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol.
Gambar 1. Rentang Respons Marah (Kusumawati, dkk. 2010:81).
a. Respon adaptif
1) Peryataan ( Assertion) Respon marah dimana individu mampu menyatakan atau
mengungkapkan rasa marah, rasa tidak setuju, tanpa menyalahkan atau menyakiti
orang lain. Hal ini biasanya akan memberikan kelegaan.
2) Frustasi Respons yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai tujuan,
kepuasan atau rasa aman yang tidak biasanya dalam keadaan tersebut individu tidak
menemukan alternatif lain.
b. Respon maladaftif
1) Pasif
Suatu keadaan dimana individu tidak dapat mampu untuk mengungkapkan
perasaan yang sedang dialami untuk menghindari suatu tuntutan nyata
2) Agresif
Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan individu untuk menuntut
suatu yang dianggapnya benar.
3) Amuk dan kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilang kontrol, dimana individu
dapat merusak diri sendiri, serta lain maupun lingkungan (Prabowo,2014:141-142).
4. Penyebab
a. Factor predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor predisposisi,
artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut
dialami oleh individu (Prabowo.2014:142).
1) Psikologis ,kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu
perasaan ditolak,dihina, atau sanksi penganiayaan (Prabowo.2014:142).
2) Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3) Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-
olah perilaku kekerasan yang diterima (permisssive)
4) Bioneurologis banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus
temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya
perilaku kekerasan (Prabowo.2014:143).
5) Faktor sosial budaya Seseorang akan berespons terhadap peningkatan
emosionalnya secara agresif sesuai dengan respons yang dipelajarinya. Sesuai
dengan teori menurut Bandura bahwa agresi tidak berbeda dengan respon-respon
yang lain. Faktor ini dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin
sering mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan terjadi. Budaya
juga dapat mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu
memdefinisikan espresi marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima
(Kusumawati,dkk.2010:81).
6) Faktor biologis Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya pemberian
stimulus elektris ringan pada hipotalamus (pada sistem limbik) ternyata
meniumbulan perilaku agresif, di mana jika terjadi kerusakan fungsi limbik (untuk
emosi dan perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal (
untuk interpretasi indra penciuman dan memori) akan menimbulkan mata terbuka
lebar, pupil berdilatasi dan hendak menyerang objek yang ada disekitarnya
(Kusumawati,dkk.2010:81-82).
b. Faktor presipitasi
Faktor predisposisi dapat bersumber dari pasien, lingkungan atau interaksi interaksi
dengan orang lain. Kondisi pasien seperti ini kelemahan fisik (penyakit fisik), keputus
asaan, ketidak berdayaan,percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku
kekerasan. Demikian pula dengan situasi dengan lingkungan yang ribut, padat, kritikan
yang mengarah pada penghinaan,kehilangan orang yang dicinta/pekerjaan dan
kekerasanmerupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi yang profokatif dan konflik
dapat pula memicu perilaku kekerasan (Prabowo.2014:143)
Secara umum seseorang akan marah jia dirinya merasa terancam, baik berupa injuri
secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus perilaku
kekerasan adalah sebagai berikut :
1) Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidaberdayaan, kehidupan yang penuh
dengan aresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
2) Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa
terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun esternal dari
lingungan.
3) Lingkungan : panas, padat, dan bising (Kusumawati, dkk.2010 : 82).
5. Sumber Koping
Sumber koping dapat berupa aset ekonomi, kemampuan dan keterampilan, teknik
defensive, dukungan social, dan motivasi. Hubungan antara individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat sangat berperan penting pada saat ini. Sumber koping lainnya termasuk
kesehatan dan energy, dukungan spiritual, keyakinan positif, keterampilan menyelesaikan
masalah dan social, sumber daya sosian dan material, dan kesejahteraan fisik.
Keyakinan spiritual dan melihat diri positif dapat berfungsi sebagai dasar harapan dan
dapat mempertahankan usaha seseorang mengatasi hal yang paling buruk. Keterampilan
pemecahan masalah termasuk kemampuan untuk mencara informasi, mengidentifikasi
masalah, menimbang alternative, dan melaksanakan rencana tindakan.
6. Mekanisme Koping
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada pasien marah untuk melindungi diri antara
lain :
a. Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata masyarakat untuk suatu
dorongan yang mengalami hambatan penyaluran secara normal. Misalnya seseorang
yang sedang marah melampiasakan kemarahanya kepada objek lain seperti meremas
remas adonan kue ,meninju tembok dan sebagainya, tujuanya adalah untuk mengurangi
ketegangan akibat rasa marah.
b. Proyeksi
Menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginannya yang tidak baik, misalnya
seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual
terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temanya tersebut mencoba
merayu, menyumbuny.
c. Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kedalam sadar.
Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuannya yang tidak disukainya.
Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa benci
orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh tuhan. Sehingga perasaan
benci itu ditekankan dan akhirnya ia dapat melupakanya. d. Reaksi formasi
d. Mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan. Dengan melebihi lebihkan
sikap dan perilaku yang berlawanan dan mengunakanya sebagai rintangan. Misalnya
seseorang yang tetarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orng tersebut
dengan kuat.
e. Deplacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan. Pada objek yang tidak
begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya,
Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapatkan 14 hukuman dari
ibunya karena menggambar didinding kamarnya. Dia mulai bermain pedang-pedangan
dengan temannya (Prabowo,2014:144).

C. Pohon Masalah
Efek/Akibat 3 resiko mencederai diri sendiri,
lingkungan, dan orang lain.

Core/Problem 1 perilaku kekerasan

Penyebab/ Etiologi 2 Koping individu in


efektif

Gambar 1. (Prabowo, 2014: 146)

D. Masalah Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa keperawatan menurut (Prabowo,2014:146).
1. Resiko mencederai diri sendiri b/d perilaku kekerasan
2. Perilaku kekerasan b/d koping individu inefetif

E. Data Yang Perlu Dikaji


a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri
sendiri/orang lain.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang.
b. Perilaku kekerasan / amuk
Data Subyektif :
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Obyektif ;
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang.
c. Gangguan harga diri : harga diri rendah
Data subyektif:
- Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data obyektif:
- Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

F. Diagnosis Keperawatan
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

G. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Resiko mencederai diri sendiri (Yudi Hatono.2010:82)
2. Tujuan :
TUM : klien tidak mencederai diri
TUK 1:
a. klien dapat membina hubungan saling percaya
3. kriteria hasil :
a. klien mau membalas salam
b. klien mau menjabat tangan
c. klien mau menyebutkan nama
d. klien mau tersenyum
e. klien mau kontak mata
f. klien mau mengetahui nama perawat
Intervensi
a. Beri salam/panggilan nama.
1) Sebutkan nama perawat
2) Jelaskan maksud hubungan interaksi
3) Jelaskan akan kontrak dan sikap empati
4) Beri rasa aman dan sikap empati
5) Lakukan kontak singkat tapi sering

TUK 2:
a. Pasien dapat mengindentifikasi penyebab perilaku kekerasan Kriteria hasil
1) klien dapat menggungkapkan perasaanya
2) klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal (dari diri sendiri,
orang lain ,lingkungan).
Intervensi
a. berikan kesempatan untuk mengungkapkan perasaanyan
b. bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel

TUK 3:
a. Klien dapat mengindentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan. Kriteria hasil
1) klien dapat menggungkapkan perasaan saat marah/jengkel
2) Klien dapat menyimpulkan tanda dan gejala jengkel/kesal yang dialaminya.
Intervensi
a. Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakan saat marah/ jengkel
b. Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien.

TUK 4:
a. Klien dapat mengindentifikasikan perilaku kekerasan yang biasa dialami Kriteria
hasil.
1) klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
2) klien dapat bermain peran sesuai perilaku kekerasan yang diasa dilakukan
Intervensi
a. anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien
(verbal,pada orang lain,pada lingkungan dan diri sendiri.
b. bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

TUK 5:
a. Klien dapat mengindentifikasi akibat perilaku kekerasan Kriteria hasil
1) Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien
Intervensi
a. Bicarakan akibat dari cara yang dilakukan klien
b. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang dilakukan oleh klien
c. Tanyakan kepada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat.

TUK 6:
a. Klien dapat mendemontrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan
Kriteria hasil
a. Klien dapat menyebutkan contoh pencegahan perilaku kekerasan secara fisik:
1) Tarik nafas dalam
2) Pukul kasur atau bantal
Intervensi
a. Diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien
b. Beri pujian atas kegiatan fisik klien yang biasa digunakan

TUK 7:
a. Klien dapat mendemontrasikan cara sosial untuk mencegah perilaku kekerasan
Kriteria hasil
a. Klien dapat menyebutkan cara bicara verbal yang baik dalam mencegah perilaku
kekerasan
b. klien dapat mendemontrasikan cara verbal yang baik
Intervensi
a. Diskusikan cara bicara yang baik dengan klien
b. Beri contoh bicara yang baik
c. Meminta klien mengikuti contoh cara bicara yang baik
d. Minta klien mengulangi sendiri
e. Beri pujian atas keberhasilan klien.

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SP)


Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan
Pertemuan ke I (Satu)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
Klien tenang, kooperatif dan klien mampu menjawab semua pertanyaan
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
Klien mampu membina hubungan saling percaya
4. Tindakan Keperawatan
SP 1 : me mbina hubungan saling percaya dan mengidentifikasi penyebab marah

B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan (latihan fase orientasi, kerja dan terminasi setiap
SP)
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum, Selamat pagi ?”, “Perkenalkan saya perawat samsul , saya
perawatn yang bertugas di ruang perkutut ini. Nama mas siapa ? dan senang dipanggil
apa ? ”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Mas saat ini ? apa masih ada perasaan marah, jengkel ?”
c. Kontrak
“Baiklah, pagi ini kita akan berbincang-bincang mengenai perasaan marah yang saat
ini mas rasakan ”. “Mari kita bercakap-cakap ke taman !” “Atau mas ingin ke tempat
lain ?”. “Berapa lama mas mau kita berbincang-bincang ? bagaimana kalau 15 menit
?”.
2. Kerja
“Apa yang meyebabkan mas bisa marah, Nah ceritakan apa yang dirasakan mas saat
marah ?”, saat mas Arif marah apa ada perasaan tegang ,kesal,tegang,menegepalkan
tangan,mondar mandir ?”. “atau mungkin ada hal lain yang dirasakan ?”.
“Apa ada tindakan saat mas Arif sedang marah
seperti,memukul,membanting ?”...... “memukul ibu !”, “terus apakah setelah melakukan
tindakan tadi masalah yang dialami selesai, apakah diberikan motor oleh orang tua mas
Arif ?”. “ Apa akibat dari tindakan yang telah dilakukan di rumah ?”......ya ibu saya
menangis dan kesakitan.......terus apalagi ?”........dan akhirnya dibawa ke rumah sakit jiwa
!”.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang tentang perasaan marah yang
mas rasakan ?”
b.Evaluasi Obyektif
“Coba mas jelaskan lagi kenapa mas bisa marah”
c. Kontrak
1) Topik
“Baik, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang akibat dari
perasaan marah yang mas rasakan ?”
2) Tempat
“Dimana kita bisa berbincang lagi, bagaimana kalau disini saja?”
3) Waktu
“Berapa lama kita akan berbincang, bagaimana kalau 15 menit ?”

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SP)


Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan
Pertemuan ke II (Satu)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
a. Klien sudah dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Klien dapat mengenal peyebab marah
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
a. Klien mampu mengidentifikasi tanda gejala perilaku kekerasan
b. Klien mampu mengidentifikasi yang biasa dilakukan
c. Klien mampu mengidentifikasi akibat perilaku marah
4. Tindakan Keperawatan
SP 2 : mengidentifikasi tanda gejala, perilaku kekerasan yang bias dilakukan dan akibat
dari perilaku kekerasan.

B. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, mas arif? masih ingat nama saya ?”
b.Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaaan mas arif saat ini? apakah ada penyabab marah yang lain dan
belum diceritakan kemarin ?
c. Kontrak
“Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap cakap tentang perasaan mas
arif rasakan saat marah, yang bisa dilakukan saat marah dan akibat dari tindakan yang
telah dilakukan ?.
“Seperti kesepakatan kemarin kita bercakap cakap di taman
ya !atau mungkin mas arif ingin tempat lain ?. “Mas arif mau berapa lama kita
bercakap cakap? 15 menit, baiklah”
2. Kerja
“Kemarin mas arif sudah menceritakan penyebab marah, nah ceritakan apa yang dirasakan
mas arif saat marah atau saat memukul ibu !saat mas arif marah apakah ada perasaan
tegang, kesal, tegang, mengepalkan tangan, mondar mandir? atau mungkin ada hal lain
yang dirasakan ?”
“Apakah mas arif pernah melakukan tindakan lain selain memukul ibu saat marah ?
misalnya membanting piring memecahkan kaca, atau mungkin merusak tanaman!
memecahkan kaca! terus apakah setelah melakukan tindakan tadi (memukul ibu dan
memecahkan kaca) masalah yang dialami selesai, apakah diberikan motor oleh orang tua
mas arif?”
“Apakah mas arif akibat dari tindakan yang telah dilakukan di rumah? ya tangan jadi sakit,
jendela rusak terus apalagi? dan akhirnya dibawa ke rumah sakit jiwa!”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaannya setelah bercakap cakap tentang perasaan saat marah dan
yang bisa dilakukan saat marah dan akibatnya ?”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba sebutkan kembali tindakan yang bisa dilakukan saat marah!
“Bagus... lagi, kalau akibatnya apa ?”
c. Kontrak
1) Topik
“Bagaimana kalau besok kita mulai belajar mengungkapkan rasa marah yang sehat
?
2) Tempat
“Dimana kita belajar marah yang sehat? O…. diruang tamu baiklah”
3) Waktu
“Mas arif ingin berapa lama kita belajar marah yang sehat?
O… 15 menit baiklah!
d. Rencana Tindak Lanjut
“Nah karena mas arif sudah tau tindakan yang telah dilakukan maukah mas arif belajar
mengungkapkan rasa marah yang sehat?
nanti suster ajari, bagaimana, bersedia?”
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SP)
Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan
Pertemuan ke III (tiga)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
Klien sudah mengetahui perasaan marah dan akibat tindakan yang dilakukan saat marah,
klien tenang dan kooperatif.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial menarik
diri
3. Tujuan Khusus
a. Memilih cara yang konstruktif
b. Mendemonstransikan satu cara marah yang konstruktif
4. Tindakan Keperawatan
SP 3 : membantu klien menemukan cara cara yang konstruktif dalam merespon kemarahan

B. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Orientasi
a. Salam terapeutik “Selamat pagi, mas arif?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaaan mas arif saat ini?”
c. Kontrak
“pagi hari ini kita akan berlatih cara mengungkapkan marah yang sehat, benar kan
mas? “. “sesuai kesepakatan kemarin kita akan beratih di runagn tamu kan, mas?”.
“berapa lama kita bercakacakap ?”bagaimana kalau 15 menit?”
2. Kerja
“ Menurut mas arif, bagaimana cara mengungkapkan marah yang
benar, tertentunya tidak merugikan/ membahayakan orang lain ?”......
yang terus, bagus!”.” Nah sekarang akan suster ajarkan satu persatu cara marah yang sehat,
langsung suster jelaskan!”
“yang pertama kita bisa ceritakan kepada orang lain yang membut kita kesal atau marah,
misalnya dengan mengatakan: saya marah dengan kamu!” maka hati kita akan sedikit
lega”.
“yang kedua dengan menarik nafas dalam saat marah/ jegkel sehingga menjadi rileks.
“yang ketiga dengan mengambil air wudhu lalu sholat atau berdoa agar diberi kesabaran,
tujuanya agar kitamenjadi lebih tenang”
“yang keempat dengan megalihkan rasa marah/jengkel kita dengan aktivitas, misalnya
dengan olahraga, membersihkan rumah, membersihkan alat-alat rumah tangga seperti
mencuci piring sehingga energi kita menjadi berkurang dan dapat mengurangi
ketegangan” “suster sudah jelaskan empat cara marah yang sehat, ada yang belum
jelas?”.”nanti mas arif bisa coba memiliki salah satu cara untuk dipraktikkan “.”O....mau
yang menarik nafas dalam”baiklah ayo kita mulai,coba ikuti suster ,tarik nafas melalui
hidung,ya bagus,tahan sebenter dan keluarkan /tiup melaui mulut,ulangi sampai 5 kali”.”
Nah kalau sudah merasa lega bisa mas arif lanjutkan dengan olahraga, membersihkan
rumah ata kegiatan lain”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“bagaimana perasaannya setelah berlatih cara marah yang sehat?”
b. Evaluasi Obyektif
“coba ulangi lagi cara menarik nafas yang dalam yang sudah kita pelajari tadi!”bagus!”
c. Kontrak
1) Topik
“bagaimana kalau keluarga datang kita bercakap-cakap cara marah yang sehat?”
2) Tempat
“Dimana kita belajar marah yang sehat? O…. diruang tamu”
3) Waktu
“mau berapa lama ?”.bagaimana kalau 30 menit saja ?”
d. Rencana Tindak Lanjut
“tolong mas,nanti dicoba lagi cara yang sudah suster ajarkan dan jangan lupa ikuti
kegiatanya di ruangan ya!”

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SP)


Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan
Pertemuan ke IV (empat)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
a. Klien mengetahui cara mengungkapkan marah yang sehat
b. Klien dapat mempraktikan cara marah yang sehat
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial menarik
diri
3. Tujuan Khusus
Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan
4. Tindakan Keperawatan
SP 4 : membantu keluarga tentang cara merawat klien

B. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, Mas arif ?ini keluarganya ya ?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan mas arif saait ini ? baik baik saja kan, ada yang ingin
disampaikan ? O…saya adalah suster dani yang merawat mas arif, bapak namanya
siapa? pak eko. ada hubungan apa dengan mas arif ? oooo ayah, naiklah, kebetulan!?”
c. Kontrak
“Pada kesempatan ini kita akan berbincang bincang cara tentang merawat mas arif
dirumah, bagaimana pak eko bersedia?”.
“Bagaimana kalau kita bercakap cakap di ruang tamu saja, biar lebih santai ?”.
“Barapa lama kita akan bercakap cakap ?bagaimana kalau 30 menit ?”.
2. Kerja
“Nah tolong ceritakan apa yang membuat mas arif dibawa ke RSJ ?terus apa yang
dilakukan keluarga saat mas arif mondar mandir dan marah marah ? terus apa lagi pak ?”.
“Apa yang diceritakan tadi tidak salah, akan tetapi ada cara lain yang lebih menolong agar
mas arif tidak melakukan tindakan mencedarai orang lain dan merusak kaca lagi”.
Begini pak, ada beberapa cara yang dapat disarankan agar dilakukan mas arif, misalnya
dengan olahraga, membaca al-Quran, sholat, membersihkan kamar mandi, membersihkan
rumah, memukul bantal/ kasur, membantu orang tua bekerja”.
“Masih ada cara lain yang lebih mudah, misalnya dengan melatih klien bersikap terbuka,
juga penting untuk klien yang sedang marah, melakukan relaksasi dengan menarik nafas
dalam dapat mengurangi rasa marah dan dapat menenangkan perasaan klien, Bagaimana
pak sudah jelas, atau masih ada yang akan ditanyakan ?”.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan setelah tahu cara merawat mas arif ?
b. Evaluasi Obyektif
“coba sebutkan kembali berapa acara yang dapat dilakukan saat marah ? terus apa lagi
?.... Bagus”
c. Kontrak
1) Topik
“Bagaimana kalau besok keluarga menengok lagi, kita akan bercakap cakap lagi
tentang cara minum obat dan manfaaatnya bagi mas arif?” 2) Tempat
“Kita bercakap cakap di tempat ini lagi ya? 3) Waktu
“mau berapa lama ?”.bagaimana kalau 30 menit saja ?”

d. Rencana Tindak Lanjut


“Jangan lupa besok kalau mas arif sudah pulang dan seperti akan marah marah tolong
ingatkan cara cara yang sudah diajarkan tadi ya!”.

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SP)


Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan
Pertemuan ke V (lima)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
a. Klien mengetahui cara mengungkapkan marah yang sehat
b. Keluarga klien dapat mempraktikan cara merawat pasien yang sedang marah
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial menarik
diri
3. Tujuan Khusus
Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program pengobatan)
4. Tindakan Keperawatan
SP 5 : membantu klien minum obat secara teratur disertai penjelasan guna minum obat dan
akibat berhenti minum obat

B. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, Mas Arifdan Pak Eko ?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan mas arif saait ini ? apakah sudah lebih rileks?”.
c. Kontrak
“Seperti keseppakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-cakap tentang penggunaan
obat dan manfaatnya bagi mas arif”.
2. Kerja
“Berapa jenis obat yang mas Arif minum ttadi pagi ?”. “ya, bagus”.
“jadi begini ya mas, obat yang dimum tadi ada tiga macam, ini batnya saya bawakan”.
“saya jelaskan satu persatu ya mas. Yang warna oranye ini namanya CPZ atau
chlorponazin, gunanya agar mas arif mdah untuk tidur sehngga mas arif bisa istirahat,
minumnya 2 x sehari pagi dan sore hari, pagi jam 07.00 dan sore jam 17.30. nanti ada efek
sampingnya, efeknyya mas arif mudah lemas dan keluar ludah terus menerus”. “nah, yang
ini namanya PHD, karena mas arif dapat yang 5 mg, maka warnanya pink, cara minumnya
sama dengan CPZ, 2 x sehari”.
“gunanya untuk menenangkan mas arif sehingga dapat mengontrol perilakunya saat
marah, sehingga lebih rileks, santai dan mengontrol emosi. Efek sampingnya badan jadi
kaku, terutam pada kaki dan tangan, mulut kering dan dada berdebar-debar.
“tapi mas jangan khawatir karena ada penangkalnya makanya diberikan obat yang putih
ini yang agak besar. Namanya triheksipenidile atau THP, fungsinya obat ini menetralkan
efek samping dari obtat yang tadi”.
“Bagaimana masih ada yang belum jelas. Jangan lupa kalau obat ini hampir habis segera
kontrol ya!”.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan setelah tahu tentang jenis dan manfaat obat yang diminum mas
arif ?
b. Evaluasi Obyektif
“coba sebutkan kembali jenis obat yang sama mas arif, dan ambilkan yang namanya
obat HPD, dan seterusnya, dans ebutkan manfaatnya juga”.
c. Kontrak
1) Topik
“Bagaimana kalau kapan-kaoan kita berbincang lagi tentang masalah mas arif
yang lain ?”.
2) Tempat
“Kita bercakap cakap di tempat ini lagi ya? 3) Waktu
“mau berapa lama ?”.bagaimana kalau 30 menit saja ?”
d. Rencana Tindak Lanjut
“Jangan lupa obatnya diminum dengan dosis dan waktu yang tepat ya”.
REFERENSI
Siswoto,AMK.,S.Pd.,Msi. 2017. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN MASALAH RESIKO
PERILAKU KEKERASAN.
https://samoke2012.files.wordpress.com/2017/03/lpsp-pk.pdf

2017. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Resiko Perilaku
Kekerasan
https://samoke2012.files.wordpress.com/2017/03/lpsp-pk-b.pdf

Anda mungkin juga menyukai