Anda di halaman 1dari 2

Patofisiologi

Meskipun patofisiologi pasti osteoporosis tidak jelas, diketahui melibatkan ketidakseimbangan


aktivitas osteoblast yang membentuk tulang baru dan osteoklas yang meresorpsi tulang. Hingga
masa dewasa ketika massa tulang puncak dicapai, pembentukan tulang terjadi lebih cepat
daripada reabsorpsi. Akan tetapi, setelah massa tulang puncak dicapai pada sekitar 30 tahun,
resorpsi melebihi pembentukan dan lebih banyak tulang yang hilang daripada yang dibentuk
(sekitar 0,7% per tahun). Kehilangan ini dipercepat jika diet kekurangan vitamin D dan kalsium.
Pada wanita, kehilangan tulang lebih lanjut meningkat setelah menopause (dengan kehilangan
estrogen), kemudian melambat tetapi tidak terhenti pada sekitar usia 60 tahun. Ketika sadar
testosterone menurun pada pria ketika penuaan,hal ini merupakan proses bertahap dan berkaitan
dengan kehilangan tulang yang terjadi lebih lambat.

Kecepatan kehilangan tulang beragam diantara individu dan pada tempat skeletal yang berbeda.
Spina yang 66% hingga 75% tulang trabekula, dapat perubahan osteoporosis yang besar sebelum
tulang seperti lengan bawah dan pergelangan tangan, yang sebagian besar merupakan tulang
kortikal (DiPiro,2008). Osteoporosis pascamenopause biasanya mengenai tulang seperti badan
vertebral. Kehilangan tulang terakselerasi pada satu tempat menunjukkan ketidakseimbangan
reasorpsi dan pembentukan tulang. Tulang kortikal menjadi lebih berpori dengan peningkatan
aktivitas remodeling. Ketika bersama dengan perubahan pada struktur tulang internal,hal ini
mengurangi kekuatan biomekanik tulang panjang dan meningkatkan risiko fraktur (Fauci et
al.,2009). Osteoporosis senile,terkait penuaan, cenderung mengenai tulang kortikal (Porth &
Matfin,2009).

Manifestasi

Manifestasi yang paling umum pada osteoporosis adalah kehilangan tinggi badan, kurvatura
spina yang progresif, nyeri punggung bawah, dan fraktur lengan bawah, spina, atau pinggul.
Osteoporosis sering kali disebut “penyakit diam”, karena kehilangan tulang terjadi tanpa gejala.

Kehilangan tinggi badan terjadi karena kolaps badan vertebral. Episode akut biasanya nyeri,
dengan penjalaran nyeri sekitar panggul ke abdomen. Kolaps vertebra dapat terjadi dengan
sedikit atau tanpa stres; gerakan minimal seperti membebat, mengangkat, atau melompat dapat
mempresipitisasi nyeri. Pada beberapa pasien, kolaps vertebra dapat terjadi secara lambat disertai
dengan sedikit ketidaknyamanan. Bersama dengan kehilangan tinggi badan, karateristik kifosis
dorsal dan lordosis servikal terjadi, mewakili “dowager’s hump” sering kali berkaitan dengan
penuaan. Abdomen cenderung menonjol keluar dan lutut serta pinggul fleksi karena tubuh
berusaha mempertahankan pusat gravitasi.

Anda mungkin juga menyukai