Anda di halaman 1dari 26

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

BERMAIN MENGAMATI BENDA PADA ANAK


DI RUANG BANGSAL ANAK AKUT DAN KRONIS RSUP M. DJAMIL PADANG

OLEH:
KELOMPOK
H
ERNI CAHAYA YANTI GEA 1841312093
NANA ARFI SURYA 1841312078
MEDHIA IQLIMA 1841312077
SUCI INDAH PUTRI 1841312096
SILVINA ESA PUTRI 1841312087
TIARA YALITA 1841312099
YULINAR AGUSTINA 1841312071
RANTI ANGGASARI 1841312084
MUTHIA SYADZA IRZANI P 1841312073
UCI RAMADHANI ANWAR 1841312074
YARA AGUSTIN 1841312072

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan
pengalaman traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan
ketegangan atau stress hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor
diantaranya perpisahan dengan orang tua, kehilangan control, dan akibat dari
tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya akan menimbulkan
berbagai aksi seperti menolak makan, menangis, teriak, memukul, menyepak,
tidak kooperatif atau menolaktindakan keperawatan yang diberikan.
Hospitalisasi biasanya memberikan pengalaman yang menakutkan bagi anak.
Semakin muda usia anak, semakin kurang kemampuan untuk beradaptasi,
sehingga timbul hal yang menakutkan. Anak-anak dapat merasakan tekanan
(stress) pada saat sebelum hospitalisasi,selama hospitalisasi, bahkan setelah
hospitalisasi, karena tidak dapat melakukan kebiasaannya bermain bersama
teman-temannya lingkungan dan orang-orang yang asing baginya serta perawatan
dengan berbagai prosedur yang harus dijalaninya terutama bagi anak yang baru
pertama kali dirawat menjadi sumber pertama setres dan kecemasan atau
ketakutan.pemberian terapi bermain ini dapat menunjang tumbuh kembang anak
dengan baik.Pada kenyataannya tidak semua anak dapat melewati masa kanak
kanaknya dengan baik, ada sebagian yang dalam proses tumbuh kembangnya
mengalami gangguan kesehatan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan pengaruh
hospitalisasi pada anak yaitu dengan melakukan kegiatan bermain. Bermain
merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh
kesenangan dan kepuasan. Bermain merupakan kebutuhan anak seperti halnya
kasih sayang, makanan, perawatan, dan lain-lainnya, karena dapat memberikan
kesenangan dan pengalaman hidup yang nyata. Bermain juga merupakan unsur
penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, social, kreatifitas
serta intelektual. Bermain juga dikatakan sebagai media untuk eksplorasi dan
penemuan hubungan interpersonal, eksperimen dalam peran orang dewasa, dan
memahami perasaannya sendiri. Bermain adalah bentuk ekspresi diri yang paling
lengkap yang pernah dikembangkan manusia. Erikson (2010) mendefinisikan
bermain sebagai suatu situasi dimana ego dapat bertransaksi dengan pengalaman
dengan menciptakan situasi model dan juga dapat menguasai realitas melalui
percobaan dan perencanaan.
Sementara Landreth (2010) mendefinisikan terapi bermain sebagai hubungan
interpersonal yang dinamis antara anak dengan terapis yang terlatih dalam
prosedur terapi bermain yang menyediakan materi permainan yang dipilih dan
memfasilitasi perkembangan suatu hubungan yang aman bagi anak untuk
sepenuhnya mengekspresikan dan eksplorasi dirinya (perasaan, pikiran,
pengalaman, dan perilakunya) melalui media bermain. International Association
for Play Therapy (APT), sebuah asosiasi terapi bermain yang berpusat di
Amerika, dalam situsnya di internet mendefinisikan terapi bermain sebagai
penggunaan secara sistematik dari model teoritis untuk memantapkan proses
interpersonal dimana terapis bermain menggunakan kekuatan terapiutik
permainan untuk membantu klien mencegah atau menyelesaikan kesulitan-
kesulitan psikososial dan mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal.
Beberapa definisi terapi bermain tersebut mengarah pada beberapa hal penting,
yaitu: (a) tipe dan jumlah permainan yang digunakan; (b) konteks permainan; (c)
partisipan yang terlibat; (d) urutan permainan; (e) ruang yang digunakan; (f) gaya
bermain; (g) tingkat usaha yang dicurahkan dalam permainan. Terapi bermain
adalah pemanfaatan permainan sebagai media yang efektif oleh terapis, untuk
membantu klien mencegah atau menyelesaikan kesulitan psikososial dan
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, melalui kebebasan
eksplorasi dan ekspresi diri.
Terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang direncanakan membantu
anak untuk mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi kecemasan dan
ketakutan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan baginya.Bermain pada
masa prasekolah adalah kegiatan serius, yang merupakan bagian penting dalam
perkembangan tahun-tahun pertama masa kanak-kanak . Hampir sebagian besar
dari waktu mereka dihabiskan untuk bermain.Dalam bermain di rumah sakit
mempunyai fungsi penting yaitu menghilangkan kecemasan,dimana lingkungan
rumah sakit membangkitkan ketakutan yang tidak dapat dihindarkan. Alat
permaianan hendaknya disesuaikan dengan jenis kelamin dan usia anak, sehingga
dapat merangsang perkembangan anak dengan optimal. Dalam kondisi sakitpun
aktivitas bermaian tetap perlu dilaksanakan namun harus disesuaikan dengan
kondisi anak.
Ruangan yang digunakan adalah di ruanganan rawatan anak di Rumah Sakit
M.Djamil Padang. Terapi bermaian ini bertujun untuk mempraktekkan
keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif dan
merupakan suatu aktifitas yang memberikan stimulasi dalam kemampuan
keterampilan. Melihat pentingnya bermain bagi seorang anak terutama anak yang
mengalami hospitalisasi, maka kami akan mengadakan terapi bermain dengan
sasaran usia 0-1tahun yang berada di ruang rawat inap anak RSUP M.Djamil
Padang. Pada saat pengkajian, kami menemukan ada 8 pasien dengan rentang usia
0-1 th.
An.R dengan bronkopneumonisa berusia 4 bulan, hasil monitor ttv
menunjukkan suhu 36,5 , nadi 130x/i dan pernapasan 40x/i.
An. Y dengan anemia berusia 3 bulan, hasil monitor ttv menunjukkan suhu:
36,7 nadi: 110x/i, nafas 28x/i.
An. O dengan DM tipe 1, hasil monitor ttv menunjukkan suhu:36,5 nadi:
120x/menit, nafas 29x/menit.
An. M dengan post debridement abses occipitalis berusia 2 bulan, hasil monitor
ttv menunjukkan suhu: 37, nadi: 126x/menit, nafas: 30x/menit.
An. A dengan bronkopneumonia berusia 3 bulan, hasil monitor ttv
menunjukkan suhu: 36,3 nadi: 110x/menit, nafas: 30x/menit.
An. Az dengan hidrosefalus berusia 3bulan, hasil monitor ttv menunjukkan
suhu: 37,3 nadi: 112x/menit, nafas: 28x/menit.
An. F dengan demam kejang berusia 3 bulan, hasil monitor ttv menunjukkan
suhu: 36,5 nadi: 130x/menit, nafas: 31x/menit.
An. S dengan diare akut, berusia 5bulan. Hasil monitor ttv menunjukkan suhu:
37, nadi: 127x/menit, nafas: 30x/menit.
Dari total 18 anak yang dirawat, ada 8 orang anak berada pada rentang usia 0-
1th sehingga kami tertarik melakukan terapi bermain dengan anak usia 0-1th.
Kami berharap dengan diadakannya terapi bermain ini, anak yang dirawat tetap
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai tahap tumbuh kembangnya.
Terapi bermain yang akan dilaksanakan yaitu bermain mengamati
benda/mainan. Alasan memilih terapi bermain mengamati benda adalah untuk
memfokuskan perhatian anak pada benda-benda yang bergerak atau digerakkan.
Permainan ini dilakukan dengan cara menggerakkan benda-benda yang menarik
perhatian seperti boneka, boneka dengan warna cerah ataupun mainan lain
berwarna cerah. Benda tersebut diarahkan mendekat atau menjauh, ke kanan atau
ke kiri agar anak mengikuti arah benda tersebut.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya, mengembangkan
kemampuannya dan dapat memfokuskan hal pada suatu objek serta secara
efektif untuk mengalihkan stress karena penyakit dan dirawat.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu:
a. Mengembangkan kemampuan anak dalam fokus kepada suatu hal
b. Mengekspresikan perasaannya selam menjalani perawat.
c. Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
d. Beradaptasi dengan lingkungan
e. Mempererat hubungan antara perawat dan anak
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Bermain
1. Pengertian Bermain
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan
sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena
dengan bermain, anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri
dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal
waktu, jarak, serta suara

2. Tujuan Bermain
Tujuan bermain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun
mengembangkan imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan
stimulus dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga
anak akan selau mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan
fisik, emosional, dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi
anak yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif.

3. Fungsi Bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,
perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan
kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan
bermain sebagai terapi.
a. Perkembangan Sensoris – Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik
merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain
aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat
permainan yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan
kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak usia
toddler dan prasekolah yang banyak membantu perkembangan
aktivitas motorik baik kasar maupun halus.
b. Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi
terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama
mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek.
Pada saat bermain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan
masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya
terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar
memecahkan masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan
untuk mencapai kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan
imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan
eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih kemampuan
intelektualnya.
c. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi
dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah
dari hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak
belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara,
dan belajar tentang nilai sosial yang ada pada kelompoknya. Hal ini
terjadi terutama pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun
demikian, anak usia toddler dan prasekolah adalah tahapan awal bagi
anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya dilingkungan keluarga.
d. Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan
mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan
membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang
kreativitasnya untuk semakin berkembang.
e. Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal
kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan
menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan
mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Misalnya,
jika anak mengambil mainan temannya sehingga temannya menangis,
anak akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti
teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai
moral dan etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk
memahami dampak positif dan negatif dari perilakunya terhadap
orang lain
f. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama
dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak
akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut
sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan
diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya.
Melalui kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika,
belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta
belajar bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah
dilakukannya. Misalnya, merebut mainan teman merupakan perbuatan
yang tidak baik dan membereskan alat permainan sesudah bermain
adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab terhadap
tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan
kognitifnya, bagi anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah
media yang efektif untuk mengembangkan nilai moral dibandingkan
dengan memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting peran orang tua
untuk mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas bermain dan
mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.
4. Kategori Bermain
Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain
aktif dan yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif
kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri,
sedangkan bermain pasif kesenangan didapatkan dari orang lain.

a. Bermain aktif
1. Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)
2. Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan,
mengocok-ngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba, menekan,
dan kadang-kadang berusaha membongkar.
3. Bermain konstruksi (construction play)
4. Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok
menjadi rumah-rumahan. Dll.
5. Bermain drama (dramatik play)
6. Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan
saudara-saudaranya atau dengan teman-temanny
7. Bermain bola, tali, dan sebagainya

b. Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan
mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah
bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan
dan keletihannya.
Contohnya:
1. Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah
2. Mendengarkan cerita atau musik
3. Menonton televisi, Dll
5. Hal-hal yang Harus Diperhatikan
a. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
b. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
c. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum
meningkat pada keterampilan yang lebih majemuk.
d. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin
bermain. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau
sedikit.

6. Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia


1. Usia 0 – 12 bulan
Tujuannya adalah :
1. Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya
mengisap, menggenggam.
2. Melatih kerjasama mata dan tangan.
3. Melatih kerjasama mata dan telinga.
4. Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
5. Melatih mengenal sumber asal suara.
6. Melatih kepekaan perabaan.
7. Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
Alat permainan yang dianjurkan :
1. Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau
dipegang.
2. Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
3. Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
4. Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
5. Alat permainan berupa selimut dan boneka.

2. Usia 1-2 Tahun


Tujuannya adalah :
1. Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
2. Memperkenalkan sumber suara.
3. Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
4. Melatih imajinasinya.
5. Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam
bentuk kegiatan yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
1. Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
2. Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
3. Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal:
cangkir yang tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember,
waskom, air), balok-balok besar, kardus-kardus besar, buku
bergambar, kertas untuk dicoret-coret, krayon/pensil berwarna.

3. Usia 2– 3 Tahun
Tujuannya adalah ;
1. Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
2. Mengembangkan keterampilan berbahasa.
3. Melatih motorik halus dan kasar.
4. Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung,
mengenal dan membedakan warna).
5. Melatih kerjasama mata dan tangan.
6. Melatih daya imajinansi.
7. Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan :
1. Alat-alat untuk menggambar.
2. Lilin yang dapat dibentuk
3. Pasel (puzzel) sederhana.
4. Manik-manik ukuran besar.
5. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang
berbeda.
6. Bola.
4. Usia 3-6 Tahun
Tujuannya adalah :
1. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
2. Mengembangkan kemampuan berbahasa.
3. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah,
mengurangi.
4. Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain
pura-pura (sandiwara).
5. Membedakan benda dengan permukaan.
6. Menumbuhkan sportivitas.
7. Mengembangkan kepercayaan diri.
8. Mengembangkan kreativitas.
9. Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat,
lari, dll).
10. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik
halus dan kasar.
11. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan
orang diluar rumahnya.
12. Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu
pengetahuan, misal : pengertian mengenai terapung dan
tenggelam.
13. Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dianjurkan :
1. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah
anak-anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat,
gunting, air, dll.
2. Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain
diluar rumah.
7. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
a. Tahap perkembangan anak, aktivitas bermain yang tepat dilakukan
anak yaitu harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan
perkembangan anak, karena pada dasarnya permainan adalah alat
stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
b. Status kesehatan anak, untuk melakukan aktivitas bermain
diperlukan energi bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat
anak sedang sakit.
c. Jenis kelamin anak, semua alat permainan dapat digunakan oleh
anak laki-laki atau anak perempuan untuk mengembangkan daya
pikir, imajinasi, kreativitas dan kemampuan sosial anak. Akan tetapi,
permainan adalah salah satu alat untuk membantu anak mengenal
identitas diri.
d. Lingkungan yang mendukung, dapat menstimulasi imajinasi anak
dan kreativitas anak dalam bermain.
e. Alat dan jenis permainan yang cocok, harus sesuai dengan tahap
tumbuh kembang anak.

8. Tahap Perkembangan Bermain


a. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
b. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
c. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
d. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan
berikutnya.
9. Prinsip Bermain Di Rumah Sakit
a. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
b. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis
c. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien
d. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien
e. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak
f. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan

10. Hambatan Yang Mungkin Muncul


a. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia
b. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan
c. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu
yang bersamaan.

11. Antisipasi hambatan


a. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama
b. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
c. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
d. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
e. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga
kesehatan lainnya.
BAB III
SAP TERAPI BERMAIN

Pokok Bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Di Rumah Sakit


Sub Pokok Bahasan : Terapi Bermain Anak Usia 0-1 tahun
Tujuan : Mengoptimalkan Tingkat Perkembangan Anak
Hari / Tanggal : Senin/ 16 Maret 2019
Jam / Durasi : Pukul. 09.00 sd selesai
Tempat Bermain : Ruang inap anak

A. Peserta :
1. Anak usia 0-1 tahun
2. Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
3. Pasien yang sedang berada di ruang rawatan saat kegiatan berlangsung
4. Tidak sedang dalam keadaan yang kritis/membahayakan (TTV dalam batas
normal)
5. Tidak sedang terpasang ventilator
6. Tidak sedang kemoterapi
7. Tidak sedang tranfusi darah/produk darah

B. Sarana dan Media


1. Sarana:
a. Ruangan tempat bermain
b. Boneka/mainan yang berwarna cerah atau dapat mengalihkan perhatian
anak

C. Pengorganisasian
Jumlah leader 1 orang, co leader 1 orang, fasilitator 5 orang dan 2 orang
observer, 2 orang untuk dokumentasi dengan susunan sebagai berikut :
Leader : Muthia Syadza
Observer : Yulinar Agustina, Medhia Iqlima
Fasilitator : Erni Cahya Yanti Gea, Ranti Anggasari, Silvina Esa Putri, Uci
Ramadhani, Yara Agustin, Nana Arfi Surya
Dokumentasi: Suci Indah Putri

D. Pembagian Tugas :
1. Peran Leader
a. Membuka acara
b. Memperkenalkan anggota kelompok
c. Menyampaikan susunan acara
d. Membuat kontrak waktu
e. Menyampaikan tujuan dari terapi
f. Mengarahkan alur pelaksanaan terapi
g. Menutup acara

2. Peran Fasilitator
a. Membuat kontrak pelaksanaan terapi dengan orangtua anak
b. Mencari anak yang sesuai dengan kriteria untuk terapi bermain
c. Melakukan terapi bermain dengan anak beserta orangtua
d. Memotivasi orangtua untuk ikut andil dalam pelaksanaan terapi
3. Peran Observer
a. Mengamati keamanan jalannya kegiatan
b. Memperhatikan respon peserta selama kegiatan
c. Memperhatikan ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan
4. Peran Dokumentasi
Mendokumentasikan seluruh kegiatan acara
E. Setting Tempat

Keterangan:
: anak
: Fasilitator
: orang tua

F. Susunan Kegiatan

No Waktu Terapy Anak Ket


1 5 Pembukaan :
menit 1. Leader membuka dan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri terap 2. Mendengarkan
3. Memperkenalkan 3. Mendengarkan
pembimbing
4. Kontrak waktu dengan 4. Mendengarkan dan
orangtua
saling berkenalan

5. Mendengarkan
6. Mendengarkan
2 20 Kegiatan bermain :
menit 1. Leader menjelaskan cara 1. Mendengarkan
permainan
2. Menjawabpertanyaan
2. Leader mengarahkan
fasilitator untuk melakukan
3. Menerima permainan
terapi
4. Bermain
3. Fasilitator mengajak anak
bermain
5. Bermain

6. Mengungkapkan
perasaan
3 5 Penutup :
menit 1.Leader Menghentikan 1. Selesai bermain
permainan 2. Senang
2.Membagikan 3. Mengungkapkan
souvenir/kenang-kenangan perasaan
pada semua anak yang 4. Mendengarkan
bermain 5. Menjawab salam
3.Mengevluasi perasaan anak
dan orang tua
4.Leader menutup acara
5.Mengucapkan salam
G. Evaluasi
1. Evaluasi struktur yang diharapkan
a. Alat-alat yang digunakan lengkap
b. Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2. Evaluasi proses yang diharapkan
a. Terapi dapat berjalan dengan lancar
b. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
d. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai
tugasnya
3. Evaluasi hasil yang diharapkan
a. Anak dapat mengembangkan kemampuan untuk memfokuskan diri pada
suatu benda
b. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c. Anak merasa senang
d. Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
e. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas
bermain
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan
pengalaman traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan
ketegangan atau stress hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor
diantaranya perpisahan dengan orang tua, kehilangan control, dan akibat dari
tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya akan menimbulkan
berbagai aksi seperti menolak makan, menangis, teriak, memukul, menyepak,
tidak kooperatif atau menolak tindakan keperawatan yang diberikan.
Bermain adalah salah satu bagian dari kehidupan anak dan salah satu alat
paling penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi menimbulkan
krisis dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering disertai stress
berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan
cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi stress.
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang mencerminkan
kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut.

B. Saran
1. Orang tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar
anak dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat
menjadi poin penting dari stimulus yang akan didapat dari permainan
tersebut. Faktor keamanan dari permainan yang dipilih juga harus tetap
diperhatikan.
2. Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat
meminimalkan trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan
menyediakan ruangan khusus untuk melakukan tindakan.
3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi
dampak hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap
tumbuh kembang anak. Karena dengan terapi bermain yang tepat, maka
anak dapat terus melanjutkan tumbuh kembang anak walaupun dirumah
sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Erikson, Erik, H. 2010. Childhood and society. New York : W.W. Norton &
Company. Diterjemahkan oleh Soetjipto, Helly, Prajitno. Soetjipto, Sri,
Mulyantini. 2010. Childhood and society. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. pp.
241-79.
Landreth, Jane. 2010. Kids Guide To Bible Animals. Ohio: Barbour
Publishing,Inc.

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC


Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Lampiran

Lembar Observasi Pelaksanaan Terapi Bermain

NO Aspek yang Dinilai Ya Tidak


I Struktur Terapi Bermain
1. Persiapan media terapi bermain
1. Boneka
2. Benda berwarna cerah
2 Kelengkapan jumlah mahasiswa:
a. Leader (1)
b. Fasilitator (7)
c. Observer (2)
d. Dokumentasi (1)
II Proses Terapi Bermain
1. Pembukaan, Leader :
a. Membuka acara terapi bermain dengan mengucapkan
salam
b. Memperkenalkan diri dan meminta peserta
menyebutkan nama
c. Menjelaskan kontrak waktu
d. Menjelaskan permainan apa yang akan dilakukan dan
tujuan terapi bermain

e. Memberikan arahan kepada fasilitator

f. Memimpin jalannya permainan dari awal sampai


akhir

2.
Pelaksanaan
Fasilitator :
a. Mengarahkan peserta untuk bermain
b. Memotivasi orang tua untuk ikut andil dalam
permainan
c. Membantu leader dalam mengkondisikan peserta agar
fokus pada jalannya permainan
3. Evaluasi : observer
a. Memberikan Check list pada lembar evaluasi
kemajuan peserta
b. Memberikan penilaian kemampuan anak berdasarkan
kriteria di lembar evaluasi kemajuan.
4. Terminasi :
a. Memberikan reward kepada peserta terbaik oleh
leader, dan fasilitator
b. Leader mengucapkan terima kasih

III Hasil Terapi Bermain


1. Peserta Terapi Bermain :
a. Peserta terapi bermain antusias mengikuti kegiatan
terapi bermain
b. Peserta mengikuti terapi bermain sampai dengan
selesai.

Anda mungkin juga menyukai