Oleh kelompok H 1
MUTHIA SYADZA
TIARA YALITA
ERNI CAHYA
MEDHIA IQLIMA
RANTI ANGGASARI
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cacat bawaan adalah suatu kelainan/cacat yang dibawa sejak lahir baik
fisik maupun mental. Cacat bawaan dapat disebabkan akibat kejadian sebelum
kehamilan, selama kehamilan dan saat melahirkan atau masa perinatal. Cacat
ini dapat akibat penyakit genetik, pengaruh lingkungan baik sebelum
pembuahan (bahan mutagenik) maupun setelah terjadi pembuahan (bahan
teratogenik).
Padang dari tanggal 11 maret sampai dengan 16 Maret 2018 terdapat dua
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
meningokel
meningokel
meningokel
BAB II
LANDASAN TEORITIS
1. Definisi
Meningokel adalah salah satu dari tiga jenis kelainan bawaan spina
bifida. Meningokel adalah meningens yang menonjol melalui vertebra yang
tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan dibawah kulit. Spina
bifida (sumbing tulang belakang) adalah suatu celah pada tulang belakang
(vertebra), yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal
menutup atau gagal terbentuk secara utuh (Wafi Nur, 2010).
2. Etiologi
Penyebab spesifik dari meningokel atau spina bifida belum diketahui. Banyak
faktor seperti keturunan dan lingkungan diduga terlibat dalam terjadinya defek ini.
Tuba neural umumnya lengkap empat minggu setelah konsepsi. Hal-hal berikut ini
telah ditetapkan sebagai faktor penyebab; kadar vitamin maternalrendah, termasuk
asam folat, mengonsumsi klomifen dan asam valfroat, danhipertermia selama
kehamilan. Diperkirakan hampir 50% defek tuba neural dapatdicegah jika wanita
bersangkutan meminum vitamin-vitamin prakonsepsitermasuk asam folat.
3. Manifestasi Klinis
1) Gangguan persarafan
2) Gangguan mental
4. Patofisiologi
Ada dua jenis kegagalan penyatuan lamina vertebrata dan kolumna spin
alis yaitu spina bifida okulta dan spina bifida sistika.Spina bifida okulta adalah
defek penutupan dengan meningen tidak terpajan di permukaan kulit. Defek
vertebralnya kecil, umumnya pada daerah lumbosakral.
5. Komplikasi
1. Hedeosefalus
2. Meningitis
3. Hidrosiringomielia
4. Intraspinal tumor
5. Kiposkoliosis
9. Sindroma Arnold-Chiari
6. Pemeriksaan Penunjang
7. Penatalaksanaan
Terapi fisik dilakukan agar pergerakan sendi tetap terjaga dan untuk
memperkuat fungsi otot. Untuk mengobati dn mencegah meningitis, infeksi
saluran kemih dan lainnya diberikan antibiotic. Untuk membantu
memperlancar aliran kemih bias dilakukan penekanan lembut diatas kandung
kemih. Pada kasus yang berat kadang harus dilakukan pemasangan kateter.
Diet kaya serat dan program pelatihan buang air besar bisa membantu
memperbaiki fungsi saluran pencernaan.
Penatalaksanaan:
1) Sebelum dioperasi, bayi dimasukkan kedalam incubator dengan
kondisi tanpa baju.
2) Bayi dalam posisi telungkup atau tidurjika kantungnya besar untuk
mencegah infeksi.
3) Berkolaborasi dengan dokter anak, ahli bedah dan ahli ortopedi,
dan ahli urologi, terutama untuk tidakan pembedahan, dengan sebelumnya
melakukan informed consent
Lakukan pengamatan dengan cermat terhadap adanya tanda-tanda
hidrosefalus (dengan mengukur lingkar kepala setiap hari) setelah dilakukan
pembedahan atau juga kemungkinan terjadinya meningitis (lemah, tidak mau
minum, mudah terangsang, kejang dan ubun-ubun akan besar menonjol).
Selain itu, perhatikan pula banyak tidaknya gerakan tungkai dan kaki, retensi
urin dan kerusakan kulit akibat iritasi urin dan feses.
1
1) Pengkajian
penentuan masalah.
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, No. MR, diagnosa medis, identitas
orangtua.
b. Keluhan Utama
Merupakan riwayat pasien saat ini meliputi keluhan, sifat dan hebatnya keluhan.
a. Prenatal
b. Natal
c. Post Natal
Berat badan nomal 2,5 Kg – 4 Kg, Panjang Badan normal 49 -52 cm,
kondisi kesehatan baik atau tidak, apgar score, ada atau tidak ada
kelainan kongenital.
b) Feeding
c) Penyakit Sebelumnya
d) Alergi
f) Imunisasi
Imunisasi Polio, Hepatitis, BCG, DPT, Campak sudah lengkap atau belum.
perkembangannya.
Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga,
pengobatan anak.
g. Pemerikasaan Fisik
a. Tanda-tanda vital
b. Antropometri
Keadaan Umum
Kepala
Rambut
pada pasien
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
kelenjar tiroid.
Dada
a) Thoraks
bantu pernapasan
ronchi.
b) Jantung
parasternalis kanan.
6
A: kaji bunyi jantung I dan II, reguler atau ireguler, adakah bunyi
jantung tambahan
apakah hepar teraba atau tidak, perkusi apakah timpani atau tidak,
Ekstremitas:
Kaji apakah tonus otot mengalami kelemahan atau tidak, kaji CRT
apakah <2detik atau tidak, kaji akral teraba hangat atau dingin.
2) Diagnosa Keperawatan
1) Risiko Infeksi
H1’19
2
H1’19
3
3. Manajemen pengobatan
Aktivitas:
Cek order pengobatan
Pastikan prinsip 6 benar obat
dengan tepat
Berikan obat pada pasien
sesuai dengan order pengobatan
Monitor efektivitas
pemberian obat pada pasien
H1’19
4
DAFTAR PUSTAKA
Cecila L. Betz & Linda A. Sowden.2012. Keperawatan Pediatri Edisi 3. EGC: Jakarta.
Muttaqin, arif. 2017. buku ajar asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
persyarafan. Jakarta: salemba medika.
Behrman, kliegman & arvin. 2010. ilmu kesehatan anak. Jakarta: buku kedokteran egc.
Wong, Donna L., et al. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Volume 2. Alih
H1’19
5
PENGKAJIAN NEONATUS
No. Tempat Praktek : Ruang Anak RSUP Tanggal Masuk RS : 22 Februari 2019
No. RM : 01.04.14.37
I. IDENTITAS DATA
Nama Anak : An. N Nama Ibu : Ny. N
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 11 maret 2019, dari hasil
pengkajian didapatkan bahwa pada punggung pasien terdapat benjolan dengan
ukuran 3cmx3cmx2cm pada area lumbal. Benjolan tampak pecah sehingga ada luka
terbuka. Dari awal masuk sampai saat pengkajian, pasien selalu mendapatkan
H1’19
6
1. Reflek: reflek moro pasien baik, pasien juga dapat menggenggam dan
menghisap dengan baik
3. Kepala/ Leher
d. Molding : normal
4. Mata : Bersih, sklera non ikterik, konjungtiva non anemis, tidak ada
pembengkakan pada palpebra
5. THT
a. Telinga : bentuk telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen
berlebihan pada telinga
b. Hidung : bentuk simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret, tidak ada
pernapasan cuping hidung
6. Abdomen: tegas dan lunak, lingkar perut 31cm, ukuran liver kurang dari
2cm, tidak ada distensi, tidak ada lesi
7. Toraks: simetris, klavikula normal
H1’19
7
8. Paru- paru
I: pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, tidak ada penggunaan otot
bantu napas, respirasi spontan
P: -
P: sonor
A: Suara nafas kanan dan kiri sama, Bunyi nafas disemua lapang paru
terdengar, Suara Nafas Bersih
9. Jantung
a. Bunyi : Normal
b. Frekuensi: 130 X/ menit
c. Waktu Pengisisan Kapiler <2 Detik
10. Ekstremitas
a. Gerakan : Bebas untuk ekstremitas atas, terbatas untuk ekstremitas
bawah.
Nadi Perifer Keras Lemas Tidak Ada
Brakial Kanan v
Brakial Kiri v
Femoral Kanan v
Femoral Kiri v
d. Panggul : Normal
11. Umbilikus
Normal, tidak ada kelainan
H1’19
8
12. Genital
Perempuan : Normal, tidak ada kelainan. Pasien dapat BAK dengan baik dan
lancar
13. Anus : Paten, tidak ada kelainan. Pasien dapat BAB dengan baik dan
lancar
14. Kulit
a. Warna : Pink
15. Suhu
b. Suhu Kulit : 37
Ibu pasien mengatakan ibu melahirkan secara SC (sectio cesaria) pada usia
kehamilan 38minggu di RSUP Solok karena adanya kelainan pada bayinya. Saat
dilahirkan bayi langsung menangis keras. Bayi lahir dengan kelainan pada
H1’19
9
1. Struktur keluarga
Genogram
H1’19
10
v Menyentuh v
v Memeluk
v Berbicara
v Berkunjung v
v Memanggil
v Kontak Mata v
5. Anak lain : pasien merupakan anak pertama dan tidak mempunyai adik
ataupun kakak.
X. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Diagnostik
Data Laboratorium
H1’19
11
DO : Pecah
- Ukuran 3x3x2 cm
H1’19
12
b. Resiko infeksi
H1’19
13
H1’19
14
H1’19
15
6. Manajemen pengobatan
Aktivitas:
Cek order pengobatan
Pastikan prinsip 6 benar obat
dengan tepat
Berikan obat pada pasien
sesuai dengan order pengobatan
Monitor efektivitas
pemberian obat pada pasien
H1’19
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN
Ruangan :
No. MR :
11 Maret 2019
2
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
B. Diagnosa
H1’19