KEPERAWATAN ANAK
OLEH:
KELOMPOK H
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit kronik merupakan kondisi yang menyebabkan anak menjalani
hospitalisasi minimal selama satu bulan dalam satu tahun, dan umumnya
mendapatkan pengobatan rutin dalam jangka waktu yang lama. Prevalensi penyakit
kronik di beberapa negara maju cenderung meningkat. Data survei nasional
memperkirakan bahwa sekitar 30% dari semua anak Indonesia mempunyai bentuk
kondisi yang kronik (Trihono dkk, 2014). Salah satu penyakit kronik yang banyak
terjadi di Indonesia adalah penyakit talasemia.
Talasemia merupakan penyakit kronik yang diturunkan secara autosomal resesif
dari orang tua kepada anaknya yang disebabkan oleh defisiensi sintesis rantai
polipeptida yang mempengaruhi sumsum tulang produksi hemoglobin dengan
manifestasi klinis anemia berat (Potts & Mendleco, 2014). Menurut World Health
Organization, penyakit talasemia merupakan penyakit genetik terbanyak di dunia
yang saat ini sudah dinyatakan sebagai masalah kesehatan dunia. Saat ini pada tahun
2016, terdapat 7.238 penyandang talasemia mayor (Widiyatno, 2016).
Talasemia disebabkan oleh mutasi pada DNA dari sel-sel yang membuat
hemoglobin. Mutasi inilah yang menyebabkan talasemia mengganggu produksi
hemoglobin normal dan menyebabkan kadar hemoglobin yang rendah akibat
tingginya kerusakan sel darah merah. Penderita Thalassemia umumnya memiliki
kadar hemoglobin yang sangat rendah, sehingga transfusi darah diperlukan untuk
meningkatkan kadar hemoglobin (Hb). Anemia menahun yang terjadi akibat proses
eritropoesis yang tidak efektif, proses hemolitik, dan reduksi sintesis hemoglobin
menyebabkan Thalassemia memerlukan transfusi darah seumur hidup.
Pada pasien thalasemia ditemukan tanda-tanda berupa : Kulit pucat, konjungtiva
anemis, bibir pucat, sesak nafas diikuti dengan retraksi dinding dada, pernafasan
cuping hidung, yang diakibatkan karena rendahnya Hb, salah satu intervensi yang
dapat memperbaiki kondisi anak adalah dengan pemberian transfussi darah.
Transfusi darah dapat menimbun zat besi pada tubuh anak (Surya, 2015). Sehingga
orang tua perlu mengatur asupan nutrisinya, yaitu dengan memberikan diet rendah
zat besi. Selain itu pada pasien thalasemia didapatkan perubahan pada tulang yang
menetap seperti menipisnya tulang, sehingga anak butuh diet tinggi kalsium dan
Vitamin D yang dapat diperoleh dari susu Secara keseluruhan, orangtua perlu juga
mengatur asupan nutrisi pada anak dengan thalasemia (Iqlima, 2017).
Nutrisi merupakan faktor lingkungan yang penting untuk mencapai tumbuh
kembang yang optimal; walaupun sangat banyak nutrien yang telah dikenal namun
masih belum jelas nutrien mana yang terbukti secara tersendiri mempengaruhi
pertumbuhan fisik. Nutrisi mutlak diperlukan oleh setiap mahluk hidup untuk
bertumbuh dan berkembang serta berfungsi secara maksimal. Pada thalassemia
terjadi proses hemolisis sehingga terjadi anemia kronis yang mengakibatnya hipoksia
jaringan. Hipoksia kronis menyebabkan gangguan penggunaan nutrien pada tingkat
sel, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan. Nutrisi yang optimal sangat penting
untuk kasus thalassemia sebagai modalitas dalam pengobatan jangka panjang dan
untuk mencegah gangguan gizi, gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Penderita thalasemia sering mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan reproduksi. Gangguan pertumbuhan pada penderita thalasemia
disebabkan oleh kondisi anemia dan masalah endokrin. Kondisi anemia dan masalah
endokrin ini dapat mengganggu proses pertumbuhan anak penderita thalasemia,
sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan seperti postur yang pendek
(Mariani, 2014). Penelitian yang dilakukan Febrianis (2015) menemukan adanya
masalah pertumbuhan pada anak dengan thalasemia. Penelitian yang dilakukan
Asadi- Pooya, Karimi, dan Immanieh (2014) menunjukkan adanya hubungan antara
kadar hemoglobin rata-rata sebelum transfusi dan kecepatan pertumbuhan.
A. Defenisi Thalasemia
Thalassemia (talasemia) adalah kelainan darah bawaan yang mempengaruhi
hemoglobin sehingga menjadi tidak normal. Hemoglobin adalah molekul protein
dalam sel darah merah yang memberikan warna merah dan bertugas membawa
oksigen ke seluruh tubuh. Akibat abnormalnya hemoglobin, maka sel darah
merah berumur lebih pendek, lebih mudah rusak sehingga bisa terjadi anemia.
Thalasemia adalah penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel
darah merah (eritrosit) sehingga umur eritrosit pendek (kurang dari 100 hari),
yang disebabkan oleh defesiensi produksi satu, yang diturunkan dari kedua dan
atau lebih dari satu jenis rantai orang tua kepada anak-anaknya secara resesif.
(Nurarif, 2013).
B. PATHWAY
Mutasi DNA
Pengikatan O2 berkurang
Hb defectif
Ketidakseimbangan polipeptida
Penggunaan otot
Tumbang Gagal Hepatomegali Splenomegali
bantu napas
terganggu Jantung
Kelelahan
MK: MK: MK:
Keterlambatan Kulit
Resiko Nyeri
MK: Intoleransi pertumbuhan dan menjadi
cidera akut
aktivitas perkembangan kelabu
Malas makan
MK: kerusakan
Intake integritas kulit
nutrisi <<
MK:
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
C. Etilogi
Thalasemia adalah penyakit herediter yang diturunkan orang tua kepada
anaknya. Anak yang mewarisi gen thalasemia dari salah satu orang tua dan gen
normal dari orang tua lain adalah seorang pembawa (carries). Anak yang
mewarisi gen dari kedua orang tuanya menderita thalasemia sedang sampai
berat. (Muncie & Campbell, 2009)
D. Tanda Gejala
Pada penderita thalasemiamenurut James & Ashwil (2007) akan ditemukan beberapa
kelainan diantaranya :
1. Anemia dengan gejala seperti pucat, demam tanpa penyebab yang jelas, tidak nafsu
makan, infeksi berulang, dan pembesaran limfe atau hati
2. Anemia progresif yang ditandai dengan hipoksia kronis seperti nyeri kepala, nyeri
prekordial, tulang, penurunan toleransi terhadap latihan, lesu dan anoreksia
3. Perubahan pada tulang, tulang akan mengalami penipisan dan kerapuhan akibat
sumsum tulang yang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan kekurangan
hemoglobin dalam sel darah. Hal ini terjadi pada kepala, frontal, parietal, molar
yang menjadi lebih menonjol, batang hidung menjadi lebih datar atau masuk ke
dalam dengan tulang pipih yang menonjol. Keadaan ini disebut facies cooley, yang
merupakan cirri khas thalasemia mayor.
Manifestasi klinik yang dapat dijumpai sebagai dampak patologis penyakit pada
thalasemia yaitu anemia yang menahun disebabkan eritropoises yang tidak efektif,
proses hemolisis dan reduksi sintesa hemoglobin (Indanah, 2010).
Adanya anemia tersebut mengakibatkan pasien memerlukan transfusi darah
seumur hidupnya. Pemberian transfusi darah secara terus menerus akan menyebabkan
terjadinya penumpukan zat besi pada jaringan parenkim disertai dengan kadar serum
besi yang tinggi. Hal tersebut dapat menimbulkan hemosiderosis pada berbagai organ
tubuh seperti, jantung, hati, limpa serta kelenjar endokrin. Kondisi anemia kronis
menyebabkan terjadinya hypoxia jaringan dan merangsang peningkatan produksi
eritropoitin yang berdampak pada ekspansi susunan tulang sehingga pasien thalasemia
mengalami deformitas tulang, resiko menderita gout dan defisiensi asam folat. Selain itu
peningkatan eritropoitin juga mengakibatkan hemapoesis ekstra medular. Hemapoesis
eksta medular serta hemolisis menyebabkan terjadinya hipersplenisme dan
splenomegali. Hypoxia yang kronis sebagai dampak dari anemia mengakibatkan
penderita sering mengalami sakit kepala, irritable, aneroxia, nyeri dada dan tulang serta
intoleran aktifitas. Pada taraf lanjut pasien juga beresiko mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan reproduksi. Pasien dengan thalasemia juga mengalami
perubahan struktur tulang yang ditandai dengan penampilan wajah khas berupa tulang
maxilaris yang menonjol, dahi yang lebar dan tulang hidung datar (Indanah, 2010).
E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada Klien Dengan Thalasemia
a) Fraktur patologis
b) Hepatosplenomegali
c) Gangguan tumbuh kembang
d) Disfungsi organ
e) Gagal jantung
f) Hemosiderosis
g) Hemokromatosis
3. Kalsium
Kalsium diperlukan untuk membentuk dan mempertahankan kekuatan tulang
dan gigi. Bila asupan kalsium dalam makanan kurang, maka deposit kalsium
dalam tulang akan menurun dan pelepasan kalsium dari tulang akan semakin
meningkat, mengakibatkan terjadinya osteoporosis.
Pada pasien thalassemia yang tidak mendapatkan transfusi darah secara
adekuat terjadi peningkatan aktifitas sumsum tulang, sehingga korteks tulang
menjadi tipis. Pemberian kalsium pada thalassemia dianjurkan kurang lebih
1 gram perhari. Pada remaja kebutuhan akan meningkat menjadi 1,5 sampai
2 gram perhari. Makanan mengandung sumber kalsium tinggi adalah susu,
yoghurt, keju, puding susu, sarden dengan tulangnya. Makanan dengan kadar
kalsium sedang antara lain tahu, kacang-kacangan, brokoli, mustard, pok
choy, keju, es krim, dan almond. Kalsium juga dapat ditemukan pada
sayuran seperti brokoli, serta produkproduk yang diperkaya dengan kalsium
seperti jus jeruk, roti dan susukedelai.
4. Vitamin C
Vitamin C merupakan bahan esensial yang diperlukan tubuh untuk
membentuk jaringan penunjang (connective tissue), juga diperlukan untuk
penyerapan besi dari makanan, serta berperan pada metabolisme besi.
Defisiensi vitamin C menyebabkan scurvy, dengan gejala pada mulut / gusi
mudah memar, perdarahan mukosa dan anemia. Vitamin C dapat membantu
meningkatkan kerja desferoksamin untuk mengeluarkan besi sampai dua kali
lipat.
5. Vitamin D
Fungsi utama vitamin D membantu pembentukan dan pemeliharaan tulang
dengan cara mengatur agar kalsium dan fosfat tersedia di dalam darah untuk
diendapkan pada proses pengerasan tulang.
Vitamin D banyak ditemukan pada kuning telur, hati, krim, mentega dan
minyak hati ikan cod. Susu sapi dan ASI bukan merupakan sumber vitamin
D yang baik. Pasien thalassemia yang mendapat transfusi darah berulang
biasanya memiliki kadar vitamin D yang rendah sebagai akibat disfungsi
hati.
6. Vitamin E
Fungsi utama vitamin E adalah sebagai antioksidan. Pada thalassemia
vitamin E berfungsi sebagai antioksidan, menghambat peroksidasi membran
sel sehingga dapat melindungi sel dari efek toksisitas besi, melindungi asam
lemak tidak jenuh terhadap serangan radikal bebas, serta melindungi sel
darah merah terhadap proses hemolisis. Sumber utama vitamin E adalah
tumbuhtumbuhan, terutama kecambah, gandum, dan bijibijian. Minyak
kelapa dan zaitun hanya sedikit mengandung vitamin E. Sayur dan buah-
buahan juga merupakan sumber vitamin E yang baiK
BAB III
TELAAH JURNAL
1. Judul Jurnal
Judul jurnal pada penelitian ini terdiri dari 14 kata dalam bahasa Inggris, judul
jurnal rata kiri karena tata cara penulisan jurnal dalam bahasa inggris (LIPI, 2013).
Judul jurnal sudah baik karena sudah mengandung kata kunci tentang penelitian yang
dilakukan.
Nama penulis jurnal dicantum tanpa gelar akademik dan ditempatkan di bawah
judul jurnal. Nama penulis utama berada pada urutan paling depan (LIPI, 2013).
Pada jurnal ini penulis nama sudah sesuai dengan kaidah penulisan jurnal yang baik
karena nama penulis dibuat tanpa disertai gelar, mencantumkan institusi asal
penulis. Sehingga penulisan judul jurnal sudah sesuai dengan harapan.
2. Abstrak
Abstrak tertulis dalam bahasa inggris karena jurnal ini merupakan jurnal
internasional dan sudah ditempatkan sebelum pendahuluan. Jumlah kata pada
penulisan abstrak yakni ada 218 kata, dalam penulisan jurnal internasional
maksimal jumlah kata dalam abstrak adalah 300 kata jadi abstrak dalam jurnal
ini sudah memenuhi syarat. Abstrak dalam penelitian jurnal setidaknya memuat
lima hal pokok yaitu pendahuluan yang terdiri dari metode, hasil, analisis,
pembahasan, dan kesimpulan beserta saran. Pada jurnal ini terdapat lima hal
pokok dalam abstrak.
Adapun poin-poin yang dimuat dalam abstrak tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain cross-sectional
dimana peneliti melihat bagaimana kadar nutrisi yang terdapat pada anak
dengan thalasemia di Mesir
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu
dengan menentukan kriteria inklusi dan eksklusi dan dapatkan sebanyak 108
anak.
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien anak-anak di RS Pediatrik
Universitas Zagzig, Mesir.
Sampel dalam penelitian ini adalah 108 pasien anak-anak dengan thalasemia
Instrument yang digunakan untuk penelitian tidak dijelaskan di abstrak.
2) Hasil
Hasil penelitian menunjukan bahwa Ada penurunan yang signifikan dari
vitamin A, C, E, dan B12 dan elemen zinc, copper, dan selenium pada pasien
thalassemic dibandingkan dengan kontrol. tHcy dan MMA meningkat secara
signifikan pada pasien. Tidak ada korelasi signifikan yang ditemukan antara
kadar serum dari vitamin yang diteliti dan elemen pelacak dalam hal usia,
frekuensi transfusi, durasi transfusi, dan feritin serum.
3) Analisis Data
Analisis data menggunakan program SPSS inc. Perbandingan antara
variabel kategori dilakukan dengan menggunakan uji Chi square (𝜒 2) atau uji
Fischer, untuk ukuran sampel yang kecil. Nilai <<0,05 dianggap signifikan
dalam semua analisis.
4) Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini yaitu tingkat berbagai biomarker nutrisi
(vitamin A, C, E, dan B12 dan elemen seng, tembaga, selenium) berkurang
pada pasien thalassemic Mesir yang ditransfusikan secara kronis. Pasien-pasien
ini harus melakukan evaluasi dan suplementasi nutrisi secara berkala. Studi
multicenter sangat dianjurkan.
5) Saran
Pada jurnal peneliti menyarankan untuk melakukan pemeunuhan nutrisi
thalasemia dengan meningkatkan vitaman A, B12, E dan melakukan konseling
nutrisi.
6) Kata kunci
Dalam jurnal tidak dicantumkan kata kunci.
3. Pendahuluan
Pendahuluan sebaiknya singkat dan padat yang mencakup 3 hal pokok yaitu
fenomena penelitian, jurnal pembanding, dan teori pendukung (Fakultas
Keperawatan UNAND, 2012). Pendahuluan dalam penelitian ini sudah dengan
kaidah penulisan jurnal yang baik karena mencangkup tiga hal pokok tersebut.
Dalam pendahuluan sudah terpapar jelas alasan mengapa peneliti memilih
tentang nutrisi pada pasien thalasemia
Analisa isi jurnal:
Latar belakang dari artikel penelitian ini adalah bagaimana kondisi pasien
thalasemia yang mengalami masalah pada sel darah merah dan mencetuskan
masalah penting yaitu adanya ketidakadekuatan status nutrisi dan vitamin.
4. Studi Literatur
Sumber yang digunakan dalam artikel penelitian ini dimulai dari tahun 1995
sampai dengan 2012. Pembahasan yang dicantumkan dijurnal sudah dilampirkan
sumbernya pada daftar pustaka dan sesuai dengan isi artikel. Penggunaan sumber
teori dan penelitian dalam artikel ini sudah memenuhi syarat dalam penulisan jurnal
yang baik
5. Metodologi
Bagian metodologi ini umumnya terdiri dari beberapa bagian tergantung dari
besar kecilnya informasi yang akan diberikan. Pada penelitian besar dengan desain
yang agak kompleks, biasanya bagian ini agak panjang, mengingat banyak hal yang
perlu dijelaskan khususnya bagaimana penelitian dilakukan di lapangan termasuk
beragai metode pengukuran yang digunakan. Pada penelitian kecil dengan desain
yang sederhana biasanya hanya beberapa paragraf saja. Umumnya, bagian ini terdiri
dari beberapa bagian seperti lokasi penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan
data, dan analisis data (LIPI, 2013).
Metode penelitian ini menggunakan cross sectional selamaJanuari 2012 -
Januari 2014 di Rumah Sakit Pediatrik Universitas Zagazig Mesir yang telah lulus uji
etik dengan berbagai kriteris inklusi dan eksklusi.
6. Populasi dan Sampel
Berisikan tentang siapa populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini. Perlu dikemukakan mengapa peneliti memilih sampel dan bagaimana teknik
pengambilan sampel.. Bila peneliti menggunakan kriteria sampel maka harus
dikemukakan dengan jelas bagaimana sampel dipilih. Penulisan pengambilan sampel
sudah cukup mencamtumkan, misalnya “matode random sederhana” atau “metode
sistematik random”.
Dalam jurnal penelitian ini tercantum dan dijelaskan siapa yang menjadi subjek
penelitian yaitu dari 108 pasien dengan thalasemia. Metode pengambilan sampel
menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi yaitu pasien thalasemia dengan usia
dibawah 18 tahun dengan jenis kelamin perempuan dan laki-laki, tanpa adanya
penyakit hepatitis, autoimun, HIV, dan penyakit metabolik.
7. Instrument Penelitian
Instrumen penilitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data.
Instrumen penilitian dapat berupa kuesioner, formulir observasi. Formulir yang
berhubungan dengan pencatatan data (Nursalam 2011). Di dalam artikel penelitian
ini instrumen yang digunakan adalah instrumen pemeriksaan laboratorium dengan
beberapa jenis diantaranya, untuk pemeriksaan labor, pemeriksaan darah lengkap
sebelum dan saat transfusi menggunakan Sysmex-XT-1800i, untuk pemeriksaan
morfologi sel darah putih menggunakan Brilliant Cresyl Blue, untuk pemeriksaan
retikulosit kualitatif dan analisis Hb menggunakan high pressure liquid
chromatographic (HPLC).
8. Analisis Data
Pada bagian ini analisis data dalam bentuk tabel. Program statistik apa yang
digunakan dan data analisnya sudah di tampilkan sehingga kita dapat mengetahui
bagaimana cara penelitian menganalisis hasil penelitian. Analisa data menggunakan
SPSS versi 15. Variabel kuantitatif di deskrepsikan dalam bentuk range, means, dan
standar deviasi. Uji t test atau Mann Whitney digunakan untuk perbandingan
parametrik. P value <0,05 untuk nilai significancy.
9. Hasil dan Pembahasan
Penjelasan tabel atau gambar sebaiknya singkat, jelas dan padat. Agar pembaca
dapat memahami hasil dan pembahasan jurnal. Cukup memberikan keterangan
singkat tentang isi dari tabel atau gambar. Dengan demikian tidak ada pengulangan
informasi dari tabel atau gambar dalam narasi (LIPI, 2013). Usahakan jumlah tabel
dan gambar tidak melebihi 5 buah. Pada jurnal ini telah sesuai dengan ketentuan
jurnal yang baik karena hanya ada dua tabel. Tabel pertama membahas data
demografi pasien dan tabel kedua mengenai hasil penelitian yaitu terdiri dari 108
pasien dengan B-thalasemia major yang terdiri dari 68 laki-laki dan 40 perempuan
dengan rentang usia 2-17 tahun. Di dalam penelitian ini ada yang diberi perlakuan
dan ada yang tidak. Perlakuan yang di dapat adalah transfusi PRC, terapi chelation
berupa deferiprone dan deferoxamine. Selain ini pasien case dalam keadaan keluarga
memiliki riwayat thalesemia, spelenectomy, dan hipovitaminosis. Sedangkan
kelompok kontrol tidak mendapatkan terapi dan berbanding terbalik dengan keadaan
di atas. Untuk kontrol terdiri dari 36 laki-laki dan 24 perempuan dengan usia 4-7
tahun.
Analisa jurnal
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa pada pasien thalasemia B mayor
memiliki peningkatan zat besi dan asam folat serta rendah zinc dan vit b 12. Maka
dari itu pasien thalasemia pada jurnal diberikan terapi deferoxamine dan asam folat
serta pemberian vit zinc dan B12. Didalam jurnal juga dibahas bawa penderita
thalasemia beresiko tinggi mengalami defisiensi nutrisi karena peningkatan dan
asupan kebutuhan nutrisi tidak adekuat sehingga didalam jurnal disarankan untuk
melakukan diet suplemen, vitamin, dan konseling nutrisi.
10. Kesimpulan
Bagian ini adalah yang kadang ditampilkan dalam teks dan kadang pula
dicantumkan secara tidak langsung pada bagian akhir dari pembahasan. Patut
diingat, bahwa yang disampaikan dalam bagian ini adalah kesimpulan yang
diputuskan oleh peneliti setelah melihat hasil yang diperoleh dan pembahasan yang
mempertimbangkan semua aspek yang terkait dengan apa yang ada dalam
penelitian tersebut. Kesimpulan harus menjawab pertanyaan penelitian yang
dinyatakan dalam sub-bab pendahuluan. Saran mengikuti kesimpulan yang
umumnya mengemukakan rekomendasi kepada pihak pengambil kebijakan dalam
menanggulangi masalah yang di teliti serta saran untuk penelitian berikutnya.
Kesimpulan dan saran disusun dalam beberapa kalimat dan umumnya hanya satu
paragraph (LIPI, 2013).
Kesimpulan dalam jurnal ini tercantum pada akhir paragraf diskusi.
Kesimpulan yang didapat adalah pasien dengan thalasemia B major mengalami
penurunan pada nutrisi dalam tubuh. Nutrisi tersebut berupa vitamin A, C, E, dan
B12, zinc, temabaga, selenium yang berkontribusi pada ketidakadekuatan intake.
Suplemen dan vitamin sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitass hidup anak
dengan talashemia. Konseling nutrisi sangat dibutuhkan untuk pasien talashemia.
11. Impilikasi Penggunaan Hasil Penelitian
Penelitian ini penting diketahui dan dipahami oleh tenaga medis terutama
perawat dan dokter. Hasil dari penelitian ini dapat menambah wawasan tenaga
kesehatan khususnya perawat dalam menjaga kestabilan nutrisi (khususnya vitamin
A, C, E, B12, Zinc, Copper, Selenium) pasien thalasemia selama di rumah sakit dan
memberikan edukasi sebagai pengetahuan untuk keluarga dalam merawat pasien
thalasemia di rumah.
12. Daftar Pustaka
1) Daftar Pustaka harusnya disusun berdasarkan abjad, dalam jurnal ini daftar
pustaka sudah disusun berdasarkan abjad.
2) Daftar Pustaka dari internet harusnya dibuat nama penulis, kalau tidak ada
nama penulis dibuat “anonim”, alamat website harus dibuat lengkap beserta
tanggal pengaksesannya. Penulisan jurnal ini sudah sesuai dengan ketentuan
diatas.
3) Sumber yang diambil dari jurnal atau artikel harus dicetak miring jenis
jurnalnya, namun daftar pustaka pada jurnal ini tidak diberi garis miring pada
jenis jurnalnya namun diberi warna biru dalam penulisannya.
DAFTAR PUSTAKA
Christensen, B.L. & Kockrow. (2012). Foundation and Adult Health Nursing 5th
Edition. St. Louis: Molby Elsevier.
Craven, R. & Hirnle, J.C. (2009). Fundamental of Nursing 4th Edition.
Philadephia : Lippincott Williams & Wilkins.
Indriati, G. 2014. Pengalaman Ibu dalam Merawat Anak dengan Talasemia di
Jakarta.Fakultas Keperawatan Universitas indonesia. Tidak Dipublikasikan
Potter, Patricia. (2011). Basic Nursing 7th Edition. Philadelphia: Elsevier.
Potts, N., & Mendleco, B. 2014. Pedriatric Nursing Caring for Children and Their
Family (2nd Ed). New York: Thomson Coorporation.
Proehl, J.A. (2010). Emergency nursing procedures 2nd edition. Philadephia: WB
Company.
Sherief, Laila M et al. (2014). Nutritional Biomarkers in Children and Adolescents with
Research International
Sue & Patricia. (2011). Fundamental of Nursing: Standars and Practice Fourth Edition.
Trihono, P. P., Prayitno, A., Muktiarti, D., & Soebadi, A. 2014. Pendekatan Holistik
Penyakit Kronik pada Anak Untuk Meningkatkan Kualitas Hidup. Jakarta:
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM.