Anda di halaman 1dari 7

Kemas Muhammad Alwan Dwiputra

04011181520050
Alpha 2015
Bagaimana cara membuat visum et repertum?
Struktur Visum et Repertum
1. Pro Justitia
Kata tersebut harus dicantumkan di kiri atas, dengan demikian VeR tidak perlu
bermeterai.
2. Pendahuluan
Pendahuluan memuat: identitas pemohon visum et repertum, tanggal dan pukul
diterimanya permohonan VeR, identitas dokter yang melakukan pemeriksaan,
identitas subjek yang diperiksa : nama, jenis kelamin, umur, bangsa, alamat,
pekerjaan, kapan dilakukan pemeriksaan, dan tempat dilakukan pemeriksaan.
3. Pemberitaan (Hasil Pemeriksaan)
Memuat hasil pemeriksaan yang objektif sesuai dengan apa yang diamati,
terutama dilihat dan ditemukan pada korban atau benda yang diperiksa.
Pemeriksaan dilakukan dengan sistematis dari atas ke bawah sehingga tidak ada
yang tertinggal. Deskripsinya juga tertentu yaitu mulai dari letak anatomisnya,
koordinatnya (absis adalah jarak antara luka dengan garis tengah badan, ordinat
adalah jarak antara luka dengan titik anatomis permanen yang terdekat), jenis luka
atau cedera, karakteristik serta ukurannya. Rincian tersebut terutama penting pada
pemeriksaan korban mati yang pada saat persidangan tidak dapat dihadirkan
kembali. Pada pemeriksaan korban hidup, bagian pemberitaan terdiri dari:
a. ‘Pemeriksaan anamnesis atau wawancara’ mengenai apa yang dikeluhkan dan
apa yang diriwayatkan yang menyangkut tentang ‘penyakit’ yang diderita
korban sebagai hasil dari kekerasan/tindak pidana/diduga kekerasan.
b. ‘Hasil pemeriksaan’ yang memuat seluruh hasil pemeriksaan, baik
pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
penunjang lainnya. Uraian hasil pemeriksaan korban hidup berbeda dengan
pada korban mati, yaitu hanya uraian tentang keadaan umum dan perlukaan
serta hal-hal lain yang berkaitan dengan tindak pidananya (status lokalis).
c. ‘Tindakan dan perawatan berikut indikasinya’, atau pada keadaan sebaliknya,
‘alasan tidak dilakukannya suatu tindakan yang seharusnya dilakukan’. Uraian
meliputi juga semua temuan pada saat dilakukannya tindakan dan perawatan
tersebut. Hal tersebut perlu diuraikan untuk menghindari kesalahpahaman
tentang tepat/tidaknya penanganan dokter dan tepat/tidaknya kesimpulan yang
diambil.
d. ‘Keadaan akhir korban’, terutama tentang gejala sisa dan cacat badan
merupakan hal penting untuk pembuatan kesimpulan sehingga harus diuraikan
dengan jelas. Pada bagian pemberitaan memuat 6 unsur yaitu anamnesis, tanda
vital, lokasi luka pada tubuh, karakteristik luka, ukuran luka, dan tindakan
pengobatan atau perawatan yang diberikan.
4. Kesimpulan Memuat hasil interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah dari fakta yang ditemukan sendiri oleh dokter pembuat VeR, dikaitkan
dengan maksud dan tujuan dimintakannya VeR tersebut. Pada bagian ini harus
memuat minimal 2 unsur yaitu jenis luka dan kekerasan dan derajat kualifikasi
luka. Kesimpulan VeR adalah pendapat dokter pembuatnya yang bebas, tidak
terikat oleh pengaruh suatu pihak tertentu. Tetapi di dalam kebebasannya tersebut
juga terdapat pembatasan, yaitu pembatasan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi,
standar profesi dan ketentuan hukum yang berlaku. Kesimpulan VeR harus dapat
menjembatani antara temuan ilmiah dengan manfaatnya dalam mendukung
penegakan hukum. Kesimpulan bukanlah hanya resume hasil pemeriksaan,
melainkan lebih ke arah interpretasi hasil temuan dalam kerangka ketentuan-
ketentuan hukum yang berlaku.
5. Penutup Memuat pernyataan bahwa keterangan tertulis dokter tersebut dibuat
dengan mengingat sumpah atau janji ketika menerima jabatan atau dibuat 7
dengan mengucapkan sumpah atau janji lebih dahulu sebelum melakukan
pemeriksaan serta dibubuhi tanda tangan dokter pembuat VeR.
6. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan umum?
Tabel 1. Interpretasi pemeriksaan fisik umum

No Hasil Pemeriksaan Interpretasi


1 GCS (E4 M6 V5) Pasien sadar
2 TD130/90mmHg Hipertensi (normal : 120/80 mmHg) sebagai kompensasi
dari iskemik otak akibat cedera kepala yang dialami Mr.
X
Tekanan intrakranial yang meningkat menyebabkan
peningkatan MAP (Mean Arterial Pressure) sebagai
kompensasi agar perfusi otak tetap adekuat,
peningkatan MAP inilah yang menyebabkan
peningkatan tekanan darah
3 RR 28x/ menit Takipnea ( normal 12-20x/ menit) akibat cedera pada
otak menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial
dan terjadilah perfusi pada jaringan otak yang tidak
adekuat sehingga kompensasinya berupa peningkatan
frekuensi pernafasan
4 Nadi 50 x/mnt Bradikardi (normal 60-100x/menit)
Peningkatan tekanan intrakranian menyebabkan
terjadinya herniasi uncus yang menekan batang otak
dan merangsang pusat inhibisi jantung sehingga nadi
berkurang
5 Pupil isokor Normal
6 Refleks cahaya: pupil Normal
kanan reaktif dan pupil
kiri reaktif
a. Patofisiologi
Hematoma Ekstradural/Epidural (EDH)
Sebagian besar kasus diakibatkan oleh robeknya arteri meningea media. Perdarahan
terletak di antara tulang tengkorak dan duramater. Gejala klinisnya adalah lucid
interval, yaitu selang waktu antara pasien masih sadar setelah kejadian trauma
kranioserebral dengan penurunan kesadaran yang terjadi kemudian. Biasanya waktu
perubahan kesadaran ini kurang dari 24 jam; penilaian penurunan kesadaran dengan
GCS. Gejala lain nyeri kepala bisa disertai muntah proyektil, pupil anisokor dengan
midriasis di sisi lesi akibat herniasi unkal, hemiparesis, dan refleks patologis Babinski
positif kontralateral lesi yang terjadi terlambat. Pada gambaran CT scan kepala,
didapatkan lesi hiperdens (gambaran darah intrakranial) umumnya di daerah temporal
berbentuk cembung.
Algoritma Penegakan Diagnosis Cidera Kepala
b. Diagnosis Banding
 Subdural hematom
 Perdarahan subarakhnoid
 Perdarahan intrakranial
 Hematoma jaringan lunak
Penatalaksanaan awal
 Stabilisasi airway, breathing dan sirkulasi (ABC), pasang collar brace
 elevasi kepala dari tempat tidur setinggi 30-45°
 pemberian cairan isotonis
 terapi medikamentosa sesuai keluhan yang timbul berupa analgetik, antiemetic,
H2 reseptor antagonis, antibiotik.
 Bila telah stabil pasien dirujuk ke fasilitas rumah sakit yang memiliki sarana
dokter spesialis bedah saraf.
Epidural hematoma dengan gejala minimal, tidak ada defisit neurologis fokal, tidak
ada tanda herniasi dapat, diberikan terapi, dengan medikamentosa, dengan observasi
neurologis ketat.

DI TEMPAT KEJADIAN
- Menjaga stabilitas fungsi kardiovaskuler & pernafasan:
A = Membebaskan jalan nafas
B = Memberi nafas buatan
C = Melakukan pijat jantung
- Menghindari penyulit: atasi perdarahan , Immobilisasi fraktur, Pasang collar cervical
dan lain-lain
SELAMA DI PERJALANAN
- Dijaga gerakan akibat goncangan yang bisa menimbulkan rasa nyeri, gelisah ,
pusing dan muntah
- Pakai mobil ambulan khusus dimana tersedia alat fasilitas minimal dan obat-obatan
DI RUMAH SAKIT
Disini Sarana, Tenaga medis ,Fasilitas peralatan, Obat-obatan sudah tersedia lebih
khusus Prosedur tahapan-tahapan tindakan dapat dilaksanakan dengan baik

Harus mengikuti urutan prioritas yang disesuaikan


kepentingannya dalam mengatasi keadaan darurat :
1. Stabilisasi kardiopulmoner (B L S):
- Pembebasan jalan nafas (airway)
- Pernafasan (breathing)
- Sirkulasi darah (circulation)
2. Pemeriksaan klinis
- Pemeriksaan fisik umum
- Pemeriksaan neurologik:
. Kesadaran (GCS)
. Pupil mata
. Reflex batang otak (oculocephalic, oculovestibuler, cornea
reflex)
. Defisit neurologis (tanda fokal serebral/leteralisasi)
3. Pemberian cairan & nutrisi
4. Terapi medikamentosa
5. Tindakan khusus:
- Pemeriksaan radiologik
- LP / EEG / Angiografi
- Transcranial Doppler Ultrasonography
- Jugular Oximetry
6. Perawatan umum

Transfer/Rujukan ke fasilitas Rumah Sakit dengan sarana/spesialis bedah sarah,


dilakukan pada keadaan :
 Pasien tidak sadar atau GCS < 15
 Terdapat gejala defisit neurologis fokal : hemipareses, hipestesi, gangguan
penglihatan, ataksia.
 Suspek fraktur skull atau trauma penetrating (tanda fraktur basis kranii, fraktur
depress terbuka
 Trauma kepala dengan mekanisme trauma akibat benturan high energy :
o Terlempar dari kendaraan bermotor
o Jatuh dari ketinggian lebih dari 1 meter, atau kurang pada bayi
o Tabrakan kendaraan bermotor kecepatan tinggi
 Riwayat kejang
 Suspek trauma servikal
Indikasi pembedahan
 Gejala klinis terdapat penurunan kesadaran, defisit neurologis lokal, tanda
herniasi dan gangguan kardiopulmonal.
 Dari CT Scan: epidural hematoma dengan volume >30 cc, tebal > 1 cm dan
pergeseran struktur midline <5mm

Anda mungkin juga menyukai