Anda di halaman 1dari 21

Telaah Ilmiah

Atopic Keratonjunctivitis

Oleh

Kemas M. Alwan Dwiputra 04084821921087

Pembimbing

DR. dr. Anang Tribowo, Sp.M (K)

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Telaah Ilmiah

Atopic Keratonjunctivitis

Oleh:
Kemas M. Alwan Dwiputra

04084821921087

Telah diterima sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 20 Mei – 24 Juni 2019.

Palembang, Mei 2019

DR. dr. Anang Tribowo, Sp.M (K)

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan berkat-Nya Telaah Ilmiah yang berjudul “Atopic Keratonjunctivitis”
ini dapat diselesaikan tepat waktu. Telaah Ilmiah ini dibuat untuk memenuhi salah
satu syarat ujian kepaniteraan klinik senior di Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUP
Dr. Mohammad Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada DR. dr. Anang
Tribowo, Sp.M (K) atas bimbingannya sehingga penulisan ini menjadi lebih
baik. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan telaah ilmiah
ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan
untuk penulisan yang lebih baik di masa yang akan datang.

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................2
BAB III KESIMPULAN .....................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................16

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Anatomi Kornea .............................................................................................4
2. Anatomi Konjungtiva ...................................................................................4
3. Keratonjungtivitis Epidemika. .......................................................................11
4. Keratonjungtivitis Alergika. ..........................................................................11
5. Keratonjungtivitis Limbus Superior. ..............................................................11
6. Keratonjungtivitis Vernalis. ...........................................................................11

v
BAB I
PENDAHULUAN

Keratokonjungtivitis yang merupakan peradangan pada kornea dan


konjungtiva yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor dan seringkali mengalami
kekambuhan. Keratoconjunctivitis sicca digunakan ketika peradangan karena
kekeringan. ("Sicca" berarti "kering" dalam konteks medis.) Hal ini terjadi dengan
20% pasien RA; Istilah " Vernal keratokonjunctivitis "(VKC) digunakan untuk
merujuk keratokonjungtivitis terjadi di musim semi , dan biasanya dianggap
karena alergen; Atopik keratokonjunctivitis adalah salah satu manifestasi dari
atopi; Epidemi keratokonjunctivitis disebabkan oleh infeksi adenovirus;
Keratokonjungtivitis limbus superior diduga disebabkan oleh trauma mekanik.1
Konjungtivitis sendiri yang merupakan peradangan pada konjungtiva
merupakan penyakit mata yang paling sering di dunia dan menyerang semua usia.
2% dari seluruh kunjungan ke dokter adalah untuk pemeriksaan mata dengan 54%
nya adalah antara konjungtivitis atau abrasi kornea. Untuk konjungtivitis yang
infeksius, 42% sampai 80% adalah bakterial, 3% chlamydial, dan 13% sampai
70% adalah viral. Konjungtivitis viral menggambarkan hingga 50% dari seluruh
konjungtivitis akut di poli umum. konjungtivitis dapat pula bertambah parah
menjadi infeksi akut yang mengganggu penglihatan apabila telah terjadi
komplikasi seperti adanya keterlibatan kornea.1-7
Insidensi keratokonjungtivitis relatif kecil, yaitu sekitar 0,l%--0,5% dari
pasien dengan masalah mata yang berobat, dan hanya 2% dari semua pasien yang
diperiksa di klinik mata. Hal yang perlu mendapat perhatian ialah bagaimana cara
penatalaksanaan kasus ini agar dapat mengalami penyembuhan maksimal dan
mencegah terjadinya rekurensi ataupun komplikasi yang dapat mengurangi
kualitas hidup.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Anatomi dan Fisiologi


2.1.1. Kornea
Kornea adalah jaringan transparan yang merupakan selaput bening mata
yang tembus cahaya dan menutup bola mata sebelah depan dan terdiri dari 5
lapisan. lapisan tersebut antara lain lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel
konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descement dan lapisan
endotel. Batas antara sklera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea juga
merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Jika
terjadi oedem kornea akan bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan
sinar sehingga penderita akan melihat halo.1,8
 Lapisan epitel
Tebalnya 50 μm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng. Pada sel
basal sering terlihat mitosis sel, sel muda terdorong kedepan menjadi
lapisan sel poligonal dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng. Sel
basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel poligonal
didepannya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini
menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan
barrier. Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat
kepadanya. Bila terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren. Epitel
berasal dari ektoderm permukaan.
 Membran bowman
Terletak dibawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen
yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan
stroma. Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
 Jaringan sroma

2
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan yang lainnya. Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur,
sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang. Terbentuknya
kembali serat kolagen memakan waktu yang kadang-kadang sampai 15
bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast
yang terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk
bahan dasar serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah
trauma.
 Membran Descement
Merupakan membran aseluler dan merupakan batas belakang stroma
kornea yang bersifat sangat elastis dan tebalnya sekitar 40 μm.
 Endotel
Berasal dari mesotelium, bentuk heksagonal, besar 20-40 μm. Endotel
melekat pada membran descement melalui hemidoson dan zonula okluden.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran bowman melepaskan
selubung schwannya. Bulbus krause untuk sensasi dingin ditemukan diantaranya.
Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3
bulan. Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour
aquos dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari
atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya yang seragam,
avaskularitas dan deturgensinya.8

3
Gambar 1. Anatomi Kornea Gambar 2. Anatomi Konjungtiva
2.1.2. Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan
dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel
kornea di limbus. Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:8
1. Konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra).
2. Konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata).
3. Konjungtiva forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian
posterior palpebra dan bola mata)
Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan
melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke
posterior (pada fornices superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera
dan menjadi konjungtiva bulbaris. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke
septum orbitale di fornices dan melipat berkali-kali. Pelipatan ini memungkinkan
bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. (Duktus-
duktus kelenjar lakrimalis bermuara ke forniks temporal superior.) Kecuali di
limbus (tempat kapsul Tenon dan konjungtiva menyatu sejauh 3 mm),
konjungtiva bulbaris melekat longgar ke kapsul tenon dan sklera di bawahnya.
Struktur epidermoid kecil semacam daging (karunkula) menempel superfisial ke

4
bagian dalam plika semilunaris dan merupakan zona transisi yang mengandung
elemen kulit dan membran mukosa.8
Konjungtiva forniks struktumya sama dengan konjungtiva palpebra. Tetapi
hubungan dengan jaringan di bawahnya lebih lemah dan membentuk lekukan-
lekukan. Juga mengandung banyak pembuluh darah. Oleh karena itu,
pembengkakan pada tempat ini mudah terjadi bila terdapat peradangan mata. Jika
dilihat dari segi histologinya, lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga
lima lapisan sel epitel silinder bertingkat, superfisial dan basal. Lapisan epitel
konjungtiva di dekat limbus, di atas karunkula, dan di dekat persambungan
mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari sel-sel epitel skuamosa. Sel-sel
epitel superfisial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi
mukus. Mukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi
lapisan air mata secara merata di seluruh prekornea. Sel-sel epitel basal berwarna
lebih pekat daripada sel-sel superfisial dan di dekat limbus dapat mengandung
pigmen.8
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisial)dan
satu lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid
dan di beberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa
sentrum germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi
berumur 2 atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa konjungtivitis inklusi pada
neonatus bersifat papiler bukan folikuler dan mengapa kemudian menjadi
folikuler. Lapisan fibrosa tersusun dari Jaringan penyambung yang melekat pada
lempeng tarsus. Hal ini menjelaskan gambaran reaksi papiler pada radang
konjungtiva. Lapisan fibrosa tersusun longgar pada bola mata. Kelenjar airmata
asesori (kelenjar Krause dan Wolfring), yang struktur dan funginya mirip kelenjar
lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian besar kelenjar Krause berada di
forniks atas, dan sedikit ada di forniks bawah. Kelenjar Wolfring terletak di tepi
atas tarsus atas. 8

5
2.2 Definisi
Keratokonjungtivitis adalah peradangan ("-itis") dari kornea dan
konjungtiva. Ketika hanya kornea yang meradang, hal itu disebut keratitis, ketika
hanya konjungtiva yang meradang, hal itu disebut konjungtivitis.1,8

2.3 Etiologi
Konjungtivitis dapat diakibatkan oleh virus, bakteri, fungal, parasit, toksik,
chlamydia, kimia dan agen alergik. Konjungtivitis viral lebih sering terjadi
daripada konjungtivitis bakterial. Insidensi konjungtivitis meningkat pada awal
musim semi. Etiologi konjungtivitis dapat diketahui berdasarkan klinis pasien.
Pada tingkat seluler terdapat infiltrat seluler dan eksudat pada konjungtiva.
Etiologi keratitis superfisial antara lain adalah infeksi (bakteri, viral, dan fungal),
degeneratif (dry eye, defek neurotropik atau berhubungan dengan penyakit
sistemik), toksik dan alergi. Morfologi dan distribusi lesi pada kornea dapat
membantu mengetahui penyebab keratitis. Ada beberapa penyebab potensial
keratokonjungtivitis yaitu kekeringan, infeksi virus, manifestasi dari atopi atau
allergen maupun trauma mekanik.

2.4 Klasifikasi
 Keratokonjunctivitis sicca digunakan ketika peradangan karena
kekeringan. ("Sicca" berarti "kering" dalam konteks medis.) Hal ini terjadi
dengan 20% pasien RA.
 Istilah " Vernal keratokonjunctivitis "(VKC) digunakan untuk merujuk
keratokonjungtivitis terjadi di musim semi, dan biasanya dianggap
karena alergen.
 Atopik keratokonjunctivitis adalah salah satu manifestasi dari atopi.
 Epidemi keratokonjunctivitis disebabkan oleh adenovirus infeksi.
 Keratokonjungtivitis limbus superior diduga disebabkan oleh trauma
mekanik

6
2.5 Patofisiologi
Konjungtivitis alergika disebabkan oleh respon imun tipe 1 terhadap
alergen. Alergen terikat dengan sel mast dan reaksi silang terhadap IgE terjadi,
menyebabkan degranulasi dari sel mast dan permulaan dari reaksi bertingkat dari
peradangan. Hal ini menyebabkan pelepasan histamin dari sel mast, juga mediator
lain termasuk triptase, kimase, heparin, kondroitin sulfat, prostaglandin,
tromboksan, dan leukotrien. histamin dan bradikinin dengan segera menstimulasi
nosiseptor, menyebabkan rasa gatal, peningkatan permeabilitas vaskuler,
vasodilatasi, kemerahan, dan injeksi konjungtiva.2,5,8
Konjungtivitis infeksi timbul sebagai akibat penurunan daya imun
penjamu dan kontaminasi eksternal. Patogen yang infeksius dapat menginvasi dari
tempat yang berdekatan atau dari jalur aliran darah dan bereplikasi di dalam sel
mukosa konjungtiva. Kedua infeksi bakterial dan viral memulai reaksi bertingkat
dari peradangan leukosit atau limfositik meyebabkan penarikan sel darah merah
atau putih ke area tersebut. Sel darah putih ini mencapai permukaan konjungtiva
dan berakumulasi di sana dengan berpindah secara mudahnya melewati kapiler
yang berdilatasi dan tinggi permeabilitas.2,3,5
Pertahanan tubuh primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang
menutupi konjungtiva. Rusaknya lapisan ini memudahkan untuk terjadinya
infeksi. Pertahanan sekunder adalah sistem imunologi (tear-film immunoglobulin
dan lisozyme) yang merangsang lakrimasi.2

2.6 Diagnosis
Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu tergores
atau panas, sensasi penuh di sekitar mata, gatal dan fotofobia. Sensasi benda asing
dan tergores atau terbakar sering berhubungan dengan edema dan hipertrofi
papiler yang biasanya menyertai hiperemi konjungtiva. Sakit pada iris atau corpus
siliaris mengesankan terkenanya kornea. Tanda penting konjungtivitis adalah
hiperemia, berair mata, eksudasi, pseudoptosis, hipertrofi papiler, kemosis (edem
stroma konjungtiva), folikel (hipertrofi lapis limfoid stroma), pseudomembranosa
dan membran, granuloma, dan adenopati pre-aurikuler.8

7
Hiperemia adalah tanda paling mencolok pada konjungtivitis akut.
Kemerahan paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus disebabkan
dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior. Warna merah terang
mengesankan konjungtivitis bakteri dan keputihan mirip susu mengesankan
konjungtivitis alergika. Berair mata (epiphora) sering mencolok, diakibatkan oleh
adanya sensasi benda asing, terbakar atau gatal. Kurangnya sekresi airmata yang
abnormal mengesankan keratokonjungtivitis sicca. Eksudasi adalah ciri semua
jenis konjungtivitis akut. Eksudat berlapis-lapis dan amorf pada konjungtivitis
bakterial dan dapat pula berserabut seperti pada konjungtivitis alergika, yang
biasanya menyebabkan tahi mata dan saling melengketnya palpebra saat bangun
tidur pagi hari, dan jika eksudat berlebihan agaknya disebabkan oleh bakteri atau
klamidia. Pseudoptosis adalah turunnya palpebra superior karena infiltrasi ke
muskulus muller (M. Tarsalis superior). Keadaan ini dijumpai pada konjungtivitis
berat. Misalnya Trachoma dan keratokonjungtivitis epidemika.8
Hipertrofi papila adalah reaksi konjungtiva non-spesifik yang terjadi
karena konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus di bawahnya oleh serabut-
serabut halus. Ketika berkas pembuluh yang membentuk substansi papila (selain
unsur sel dan eksudat) sampai di membran basal epitel, pembuluh ini bercabang-
cabang di atas papila mirip jeruji payung. Eksudat radang mengumpul di antara
serabut-serabut dan membentuk tonjolan-tonjolan konjungtiva. Pada penyakit
yang mengalami nekrosis (mis.,trachoma), eksudat dapat digantikan oleh jaringan
granulasi atau jaringan ikat.8
Bila papilanya kecil, konjungtiva umumnya tampak licin mirip beludru.
Konjungtiva papiler merah mengesankan penyakit bakteri atau klamidia
(mis.,konjungtiva tarsal merah mirip beludru adalah khas untuk trachoma akut).
Infiltrasi nyata ke konjungtiva menghasilkan papilla besar dengan atap rata,
poligonal, dan berwarna merah-keputihan. Pada tarsus superior papilla seperti ini
mengesankan keratokonjungtivitis vernal dan konjungtivitis papiler besar dengan
sensitivitas lensa kontak; pada tarsus inferior, mengesankan keratokonjungtivitis
atopik. Papila besar dapat pula timbul di limbus, terutama di daerah yang biasanya
terpapar saat mata dibuka (antara pukul 2 dan 4 dan antara pukul 8 dan 10). Di

8
sini papila tampak berupa tonjolan-tonjolan gelatinosa yang dapat meluas sampai
ke kornea. Papila limbus khas untuk keratokonjungtivitis vernal tetapi jarang pada
keratokonjungtivitis atopi.8
Kemosis dari konjungtiva sangat memberi kesan konjungtivitis alergik
akut tapi dapat juga timbul pada konjungtivitis gonococcal atau meningococcal
akut dan terutama pada konjungtivitis adenoviral. Kemosis dari konjungtiva
bulbar terlihat pada pasien dengan trichinosis. Kadang-kadang, kemosis dapat
muncul sebelum infiltrat seluler atau eksudasi terlihat.8
Folikel terlihat pada kebanyakan kasus konjungtivitis virus. Pada semua
kasus konjungtivitis klamidia kecuali konjungtivitis inklusi pada neonatus, pada
beberapa kasus konjungtivitis parasitik, dan pada beberapa kasus konjungtivitis
toksik yang disebabkan obat-obatan topikal seperti idoxuridine, dipivefrin, dan
miotic. Foikel pada forniks inferior dan pada batas tarsus mempunyai nilai
diagnostik yang rendah, tapi saat terletak pada tarsus (terutama tarsus atas),
konjungtivitis klamidial, viral, atau toksik (yang menyertai obat-obatan topikal)
harus dicurigai. Folikel terdiri dari hiperplasia limfoid fokal berada dalam lapisan
limfoid konjungtiva dan biasanya mengandung sentrum germinativum. Secara
klinis, folikel dapat dikenali sebagai struktur bulat, putih atau abu-abu avaskuler.
Dengan pemeriksaan slitlamp, pembuluh darah kecil dapat terlihat timbul dari
batas folikel dan mengelilingi folikel.8
Pseudomembran dan membran adalah hasil proses eksudatif dan berbeda
derajatnya. Sebuah pseudomembran adalah pengentalan di atas permukaan epitel.
Bila diangkat, epitel tetap utuh. Sebuah membran adalah pengentalan yang
meliputi seluruh epitel dan jika diangkat akan meninggalkan permukaan yang
kasar dan berdarah. Pseudomembran atau membran dapat menyertai
keratokonjungtivitis epidemika, konjungtivitis herpes simplex virus primer,
konjungtivitis streptokokal, difteri, cicatrical pemphigoid, dan eritema multiforme
mayor. Juga mungkin timbul sebagai akibat buruk luka bakar kimiawi, khususnya
basa.8
Granuloma konjungtiva selalu mengenai stroma dan yang paling sering
adalah chalazia. Penyebab endogen lain termasuk sarcoid, sifilis, cat-scratch

9
disease, dan, yang jarang koksidiomikosis. Parinaud’s oculoglandular syndrome
meliputi granuloma konjungtival dan nodus limfe periaurikuler yang menonjol,
dan kelompok penyakit ini memerlukan pemeriksaan biopsy untuk menegakkan
diagnosa.8
Limfadenopati periaurikuler adalah tanda penting dari konjungtivitis.
Nodus periaurikuler yang terlihat mencolok tampak pada Parinaud’s
oculoglandular syndrome dan, yang jarang, pada epidemic keratoconjunctivitis.
Nodus periaurikuler yang besar maupun kecil, kadang sedikit nyeri tekan, muncul
pada konjungtivitis herpes simplex primer, keratokonjungtivitis epidemika,
konjungtivitis inklusi, dan trachoma. Nodus periaurikuler yang kecil dan tidak
nyeri tekan muncul pada demam faringokonjungtival dan konjungtivitis
hemoragik akut. Kadang-kadang limfadenopati periaurikuler dapat terlihat pada
anak dengan infeksi kelenjar meibomian.8
Pemeriksaan mata awal termasuk pengukuran ketajaman visus,
pemeriksaan eksternal dan slit-lamp biomikroskopi. Pemeriksaan eksternal harus
mencakup elemen berikut ini:8
· Limfadenopati regional, terutama sekali preaurikuler
· Kulit: tanda-tanda rosacea, eksema, seborrhea
· Kelainan kelopak mata dan adneksa: pembengkakan, perubahan warna,
malposisi, kelemahan, ulserasi, nodul, ekimosis, keganasan
· Konjungtiva: bentuk injeksi, perdarahan subkonjungtiva, kemosis,
perubahan sikatrikal, simblepharon, massa, secret

Slit-lamp biomikroskopi harus mencakup pemeriksaan yang hati-hati terhadap:


· Margo palpebra: inflamasi, ulserasi, sekret, nodul atau vesikel, sisa kulit
berwarna darah, keratinisasi
· Bulu mata: kerontokan bulu mata, kerak kulit, ketombe, telur kutu
· Punctum lacrimal dan canaliculi: penonjolan, secret
· Konjungtiva tarsal dan forniks: Adanya papila, folikel dan ukurannya;
perubahan sikatrikal, termasuk penonjolan ke dalam dan simblepharon;

10
membran dan psudomembran, ulserasi, perdarahan, benda asing, massa,
kelemahan palpebra
· Konjungtiva bulbar/limbus: folikel, edema, nodul, kemosis, kelemahan,
papila, ulserasi, luka, flikten, perdarahan, benda asing, keratinisasi
· Kornea: Defek epithelial, keratopati punctata dan keratitis dendritik,
filament, ulserasi, infiltrasi, termasuk infiltrat subepitelial dan flikten,
vaskularisasi, keratik presipitat
· Bilik mata depan: rekasi inflamasi, sinekia, defek transiluminasi
· Corak pewarnaan: konjungtiva dan kornea

Gambar 3. Keratokonjungtivitis epidemika Gambar 4. Keratokonjungtivitis alergi

Gambar 5. Keratokonjungtivitis limbus superior Gambar 6. Keratokonjungtivitis vernalis

11
2.7 Diagnosis Banding
Gejala subyektif Glaukoma Uveitis Keratitis K Bakteri K. virus K. alergi
dan obyektif akut akut
PenurunanVisus +++ +/++ +++ - - -
Nyeri ++/+++ ++ ++ - - -
Fotofobia + +++ +++ - - -
Halo ++ - - - - -
Eksudat - - -/++ +++ ++ +
Gatal - - - - - ++
Demam - - - - -/++ -
Injeksi siliar + ++ +++ - - -
Injeksi konjungtiva ++ ++ ++ +++ ++ +
Kekeruhan kornea +++ - +/++ - -/+ -
Kelainan pupil Midriasis Miosis Normal/ N N N
nonrekatif iregular miosis
Kedalaman COA Dangkal N N N N N
Tekanan Tinggi Rendah N N N N
intraokular
Sekret - + + ++/+++ ++ +
Kelenjar - - - - + -
preaurikular

12
2.8 Komplikasi
Kebanyakan konjungtivitis dapat sembuh sendiri, namun apabila
konjungtivitis tidak memperoleh penanganan yang adekuat maka dapat
menyebabkan komplikasi:1
a. Blefaritis marginal hingga krusta akibat konjungtivitis akibat
staphilococcus
b. Jaringan parut pada konjungtiva akibat konjungtivitis chlamidia pada
orang dewasa yang tidak diobati adekuat
c. Keratitis punctata akibat konjungtivitis viral
d. Keratokonus (perubahan bentuk kornea berupa penipisan kornea sehingga
bentuknya menyerupai kerucut) akibat konjungtivitis alergi.
e. Ulserasi kornea marginal, perforasi kornea hingga endoftalmitis dapat
terjadi pada infeksi N. gonorrhoeae, N. kochii, N. meningitidis, H.
aegypticus, S. aureus dan M. catarrhalis.
f. Pneumonia terjadi 10-20 % pada bayi yang mengalami konjungtivitis
chlamydia
g. Meningitis dan septikemia akibat konjungtivitis yang diakibatkan
meningococcus.
2.9 Penatalaksanaan
Masing-masing jenis konjungtiva memberikan gejala klinis yang berbeda.
Penatalaksanaan keratokonjungtivitis tergantung pada berat ringannya gejala
klinik. Pada kasus ringan sampai sedang, cukup diberikan obat tetes mata
tergantung jenis penyebabnya seperti pada KKV dapat diberikan anti histamin
topikal dan dapat ditambahkan vasokontriktor, kemudian dilanjutkan dengan
stabilasator sel mast. Pada kasus yang berat dapat dikombinasi dalam
pengobatannya ataupun dilakukan pembedahan.1,8
Pada konjungtivitis virus yang merupakan “self limiting disease”
penanganan yang diberikan bersifat simtomatik serta dapat pula diberikan
antibiotic tetes mata (chloramfenikol) untuk mencegah infeksi bakteri sekunder.
Steroid tetes mata dapat diberikan jika terdapat lesi epithelial kornea, namun
pemberian steroid hanya berdasarkan pengawasan dokter spesialis mata karena

13
bahaya efek sampingnya cukup besar bila digunakan berkepanjangan, antara lain
infeksi fungal sekunder, katarak maupun glaucoma.9,10
Penanganan primer keratokonjungtivitis epidemika ialah dengan kompres
dingin dan menggunakan tetes mata astrigen. Agen antivirus tidak efektif.
Antibiotic topical bermanfaat untuk mencegah infeksi sekunder. Steroid topical 3
kali sehari akan menghambat terjadinya infiltrate kornea subepitel atau jika
terdapat kekeruhan pada kornea yang mengakibatkan penurunan visus yang berat,
namun pemakaian berkepanjangan akan mengakibatkan sakit mata yang
berkelanjutan. Pemakaian steroid harus di tapering off setelah pemakaian lebih
dari 1 minggu.1,11,12
Penanganan konjungtivitis bakteri ialah dengan antibiotika topical tetes
mata (misalnya kloramfenikol) yang harus diberikan setiap 2 jam dalam 24 jam
pertama untuk mempercepat proses penyembuhan, kemudian dikurangi menjadi
setiap empat jam pada hari berikutnya. Penggunaan salep mata pada malam hari
akan mengurangi kekakuan pada kelopak mata di pagi hari. Antibiotik lainnya
yang dapat dipilih untuk gram negative ialah tobramisin, gentamisin dan
polimiksin; sedangkan untuk gram positif icefazolin, vancomysin dan basitrasin.10
Penanganan infeksi jamur ialah dengan natamisin 5 % setiap 1-2 jam saat
bangun, atau dapat pula diberikan pilihan antijamur lainnya yaitu mikonazol,
amfoterisin, nistatin dan lain-lain.1

2.10 Prognosis
Prognosis pada kasus keratokonjungtivitis tergantung pada berat ringannya
gejala klinis yang dirasakan pasien, namun umumnya baik terutama pada kasus
yang tidak terjadi parut atau vaskularisasi pada kornea.8

14
BAB III
KESIMPULAN

Keratokonjungtivitis adalah peradangan dari kornea dan konjungtiva.


Ketika hanya kornea yang meradang, hal itu disebut keratitis, ketika
hanya konjungtiva yang meradang, hal itu disebut konjungtivitis. Atopik
keratokonjunctivitis adalah salah satu manifestasi dari atopi, ada beberapa
penyebab potensial keratokonjungtivitis yaitu kekeringan, infeksi virus,
manifestasi dari atopi atau allergen maupun trauma mekanik. Konjungtivitis
alergika disebabkan oleh respon imun tipe 1 terhadap alergen. Alergen terikat
dengan sel mast dan reaksi silang terhadap IgE terjadi, menyebabkan degranulasi
dari sel mast dan permulaan dari reaksi bertingkat dari peradangan. Tanda penting
konjungtivitis adalah hiperemia, berair mata, eksudasi, pseudoptosis, hipertrofi
papiler, kemosis (edem stroma konjungtiva), folikel (hipertrofi lapis limfoid
stroma), pseudomembranosa dan membran, granuloma, dan adenopati pre-
aurikuler. Masing-masing jenis konjungtiva memberikan gejala klinis yang
berbeda. Penatalaksanaan keratokonjungtivitis tergantung pada berat ringannya
gejala klinik. Pada kasus ringan sampai sedang, cukup diberikan obat tetes mata
tergantung jenis penyebabnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas DSM, Sidarta,. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia. Jakarta. 2006.
2. American Academy of Ophthalmology. Preferred practice pattern:
conjunctivitis, 2nd ed. San Francisco, CA: American Academy of
Ophthalmology; 2003.
3. Stenson S, Newman R, Fedukowicz H. Laboratories studies in acute
conjunctivitis. Arch Opthalmology. 1982; 100: 1275-1277.
4. Weiss A, Brinser J, Nasae-Stewart V. Acute conjunctivitis in childhood. J
Pediatr Med. 1993; 122:10-14.
5. Gigliotti F, Williams WT, Hayden FG. Etiology of acute conjunctivitis in
children. J. Pediatr. 1981;98: 531-536.
6. Fitch CP, Rapoza PA, Owens S. Epidemiology and diagnosis of acute
conjunctivitis at an inner-city hospital. Opthalmology. 1989;96:1215-1220.
7. Sambursky RP, Fram N, Cohen Ej. The prevalence of adenoviral
conjunctivitis at the Wills Eye Hospital emergency room. Optometry.
2007;78:236-914.
8. Vaughan, Daniel G. dkk. Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta. 2000.
9. Scott IU and Luu K. Conjunctivitis, viral.
http://www.emedicine.medscape.com/article/1197851. [Online] Emedicine,
Mei 27 2019.
10. Khaw PT, Shah Pand Elkington AR. ABC of Eyes. Fourth edition. BMJ
Publishing Group, 2004.
11. Bawazeer A and Hodge WG. Keratoconjunctivitis Epidemic.
http://emedicine.medscape.com/article/1192751-print. [Online] Emedicine.
Mei 27, 2019.
12. Yanoff, Myron, Duker JS and Augsburger JJ. Opthalmology 2nd edition:
Mosby, 2003.

16

Anda mungkin juga menyukai