Disusun oleh:
30101307038
Pembimbing :
SEMARANG
2018
POLAKISURIA
1. Infeksi
Karena adanya bakteri, akan menimbulkan kolonisasi bakteri yang akan
masuk ke buli buli dan merusak lapisan glukosmusinlayer di mukosa urin,
sehingga akan menyebabkan kolonisasi dipermukaan mukosa buli.
Kolonisasi bakteri ini akan menembul epitel dan menyebabkan spasme
otot polos vesika urinaria terganggu sehingga sulit relaksai dan
menybabkan spasem terus mennerus, sehingga urin sedikit sedikit keluar
yang mengakibatkan distensi kandung kemih. Sehingga buli tidak mampu
menampung volume urin akibatnya polakisuria.
2. Batu yang menyebabkan infeksi
Kristal bahan organik atau anorganiik masih metastabil dalam urin
lama kelamaan kristal mengadakan presipitasi sehingga memnyebabkan
nuklease bakteri agregasi, dan menarik komponen lain sehingga
menempel dikandung kemih dalam bentuk retensi kristal kristal
membesar, sehingga menyumbat dan menyebabkan retensi urin
polakisuria.
2.1. Definisi
Alat-alat kemih terdiri dari : ginjal, pelvis renalis (pielum), ureter, buli-
buli (vesika urinaria), dan uretra. Dinding alat-alat saluran kemih mempunyai
lapisan otot yang mampu menghasilkan gerakan peristaltik. Gambaran anatomi
saluran kemih sebagai berikut :
Ginjal
Ginjal menghasilkan air seni dengan membuang air dan berbagai bahan
metabolik yang berbahaya yang mayoritas dihasilkan oleh alat-alat lain.
Mengumpulkan air seni yang datang dari apeks papilla. Mengecil menjadi
ureter yang dilalui air seni dalam porsi-porsi kecil sampai ke dalam kandung
kemih. Kapasitas rata-rata 3-8 ml. Air seni mula-mula terkumpul di kaliks, saat
sfingter kaliks berkontraksi. Kemudian, otot-otot dinding kaliks, sfingter
forniks, berkontraksi dan pada waktu yang bersamaan sfingter kaliks berelaksasi.
Lalu air seni terdorong ke dalam pelvis renalis. Air seni dibuang dengan cepat
oleh penutupan bergantian dari sfingter pelvis dan kaliks.
Ureter
Berbentuk seperti pipa yang sedikit memipih, berdiameter 4-7 mm. Panjang
bervariasi + 30 cm pada laki-laki dan + 1 cm lebih pendek dari wanita. Kedua
ureter menembus dinding kandung kemih pada fundusnya, terpisah dalam jarak
antara 4-5 cm, miring dari arah lateral, dari belakang atas ke medial depan bawah.
Uretra
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urin keluar dari buli-buli
melalui proses miksi. Secara anatomis, uretra dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
uretra posterior dan uretra anterior. Uretra diperlengkapi dengan sfingter uretra
interna yang terletak pada perbatasan buli-buli dan uretra, serta sfingter uretra
eksterna yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan uretra posterior.
Sfingter uretra interna terdiri atas otot polos yang dipersarafi oleh saraf simpatik
sehingga saat buli-buli penuh, sfingter terbuka. Sfingter ani eksterna terdiri atas
otot bergaris yang dipersarafi oleh sistem somatik yang dapat diperintah sesuai
keinginan seseorang; pada saat kencing, sfingter ini terbuka dan tetap menutup
pada saat menahan kencing.
Panjang uretra wanita + 3-5 cm dengan diameter 8 mm, berada di bawah
simfisis pubis dan bermuara di sebelah anterior vagina. + 1/3 medial uretra
terdapat sfingter uretra eksterna yang terdiri atas otot bergaris. Tonus otot sfingter
uretra eksterna dan tonus otot Levator ani berfungsi mempertahankan agar urin
tetap berada di dalam buli-buli pada saat perasaan ingin miksi. Miksi terjadi bila
tekanan intra vesika melebihi tekanan intrauretra akibat kontraksi otot detrusor,
dan relaksasi sfingter uretra eksterna.
Panjang uretra pria dewasa + 23-25 cm. Uretra posterior pria terdiri atas
uretra pars prostatika yaitu bagian uretra yang dilingkupi oleh kelenjar prostat,
dan uretra pars membranasea. Uretra anterior adalah bagian uretra yang dibungkus
oleh korpus spongiosum penis; uretra anterior terdiri atas : (1) pars bulbosa, (2)
pars pendularis, (3) fossa navikularis, dan (4) meatus uretra eksterna.
2.3 Fisiologi
1. Pengisian urine
Pada pengisian kandung kencing, distensi yang timbul ditandai dengan adanya
aktivitas sensor regang pada dinding kandung kencing. Pada kandung kencing
normal, tekanan intravesikal tidak meningkat selama pengisian sebab terdapat
inhibisi dari aktivitas detrusor dan active compliance dari kandung kencing.
Inhibisi dari aktivitas motorik detrusor memerlukan jaras yang utuh antara pusat
miksi pons dengan medula spinalis bagian sakral. Mekanisme active compliance
kandung kencing kurang diketahui namun proses ini juga memerlukan inervasi
yang utuh mengingat mekanisme ini hilang pada kerusakan radiks s2-S4. Selain
akomodasi kandung kencing, kontinens selama pengisian memerlukan fasilitasi
aktifitas otot lurik dari sfingter uretra, sehingga tekanan uretra lebih tinggi
dibandingkan tekanan intravesikal dan urine tidak mengalir keluar
2. Pengaliran urine
Pada orang dewasa yang normal, rangsangan untuk miksi timbul dari distensi
kandung kencing yang sinyalnya diperoleh dari aferen yang bersifat sensitif
terhadap regangan. Mekanisme normal dari miksi volunter tidak diketahui dengan
jelas tetapi diperoleh dari relaksasi oto lurik dari sfingter uretra dan lantai pelvis
yang diikuti dengan kontraksi kandung kencing. Inhibisi tonus simpatis pada leher
kandung kencing juga ditemukan sehingga tekanan intravesikal diatas/melebihi
tekanan intra uretral dan urine akan keluar. Pengosongan kandung kemih yang
lengkap tergantung adri refleks yang menghambat aktifitas sfingter dan
mempertahankan kontraksi detrusor selama miksi.
2.4. Etiologi
a. Supravesikal :
Kerusakan terjadi pada pusat miksi di Medula Spinalis setinggi Th12-L1;
kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis, baik sebagian atau seluruhnya.
b. Vesikal :
Berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, atoni pada pasien
DM atau penyakit neurologis.
2.5. Klasifikasi
Retensi urin dapat terjadi secara akut, yaitu : penderita secara tiba-tiba
tidak dapat miksi, buli-buli penuh disertai rasa sakit yang hebat di daerah
suprapubik dan hasrat ingin miksi yang hebat disertai mengejan, seringkali urin
belum menetes atau sedikit-sedikit; dapat pula terjadi secara kronis, yaitu
penderita secara perlahan-lahan dan dalam waktu yang lama tidak dapat miksi,
merasakan nyeri di daerah suprapubik hanya sedikit / tidak ada sama sekali
walaupun buli-buli penuh.
2.6. Patofisiologi
2.7. Diagnosis
Gambaran Klinis
- Rasa tidak nyaman hingga rasa nyeri yang hebat pada perut bagian
bawah hingga daerah genital.
(inkontinensi paradoksa).
Pada retensi urin akut, penderita akan merasa nyeri yang hebat di daerah
suprapubik, dan bila penderita tidak terlalu gemuk, akan terlihat / teraba benjolan
di daerah suprapubik.
Pada retensi urin totalis, penderita sama sekali tidak bisa miksi, gelisah,
mengedan bila ingin miksi, dan terjadi inkontinensia paradoksal.
Pada anamnesa, pasien akan mengeluh sulit buang air kecil. Pada inspeksi,
palpasi dan perkusi, akan didapatkan buli-buli yang mengembang. Pada perkusi
akan terdengar pekak, yang menentukan adanya buli-buli yang penuh pada
penderita yang gemuk.
2.9 Komplikasi
- Buli-buli akan mengembang melebihi kapasitas maksimal sehingga tekanan
didalam lumennya dan tegangan dari dindingnya akan meningkat.
Urin yang tertahan lama di dalam buli-buli, secepatnya harus dikeluarkan, karena
jika dibiarkan, akan menimbulkan masalah, seperti : mudah terjadi infeksi saluran
kemih, kontraksi otot buli-buli menjadi lemah, timbul hidroureter dan
hidronefrosis yang selanjutnya akan dapat menimbulkan gagal ginjal.
Akibat retensi urin kronis dapat terjadi : trabekulasi (serat-serat otot
detrusor menebal), sacculae (tekanan intravesika meningkat, selaput lendir
diantara otot-otot membesar), divertikel, infeksi, fistula, pembentukan batu,
overflow incontinence.
PENANGANAN RETENSI URIN
Urin dapat dikeluarkan dengan cara Kateterisasi atau Sistostomi.
Penanganan pada retensi urin akut berupa : kateterisasi – bila gagal – dilakukan
Sistostomi.
3.1. Kateterisasi
Tujuan Kateterisasi
Tindakan ini dimaksudkan untuk tujuan diagnosis maupun untuk tujuan
terapi.
Macam-macam Kateter
1 milimeter = 3 Fr
Jadi, kateter yang berukuran 18 Fr artinya diameter luar kateter itu adalah 6 mm.
Kateter yang mempunyai ukuran yang sama belum tentu mempunyai diameter
lumen yang sama karena adanya perbedaan bahan dan jumlah lumen pada kateter
itu.
Bahan kateter dapat berasal dari logam (stainless), karet (lateks), lateks
dengan lapisan silikon (siliconized) dan silikon.
Bentuk Kateter
Tindakan Kateterisasi
Pada wanita
Pada pria
Teknik kateterisasi pada pria adalah sebagai berikut :
1. Setelah dilakukan desinfeksi pada penis dan daerah sekitarnya, daerah genitalia
dipersempit dengan kain steril.
2. Kateter yang telah diolesi dengan pelicin / jelly dimasukkan ke dalam orifisium
uretra eksterna.
3. Pelan-pelan kateter didorong masuk dan kira-kira pada daerah daerah sfingter
uretra eksterna akan terasa tahanan; pasien diperintahkan untuk mengambil
nafas dalam supaya sfingter uretra eksterna menjadi lebih relaks. Kateter terus
didorong hingga masuk ke buli-buli yang ditandai dengan keluarnya urin dari
lubang kateter.
4. Kateter terus didorong masuk ke buli-buli hingga percabangan kateter
menyentuh meatus uretra eksterna.
5. Balon kateter dikembangkan dengan 5-10 ml air steril.
6. Jika diperlukan kateter menetap, kateter dihubungkan dengan pipa penampung
(urinbag).
7. Kateter difiksasi dengan plester di daerah inguinal atau paha bagian proksimal.
Disadur dari Basuki B. Purnomo, Dasar-dasar Urologi, edisi kedua, halaman 239
Disadur dari Basuki B. Purnomo, Dasar-dasar Urologi, edisi kedua, halaman 241
Setelah yakin trokar masuk ke buli-buli, obturator dilepas dan hanya
Disadur dari Basuki B. Purnomo, Dasar-dasar Urologi, edisi kedua, halaman 241
Jika tidak tersedia alat trokar dari Campbell, dapat pula digunakan alat
trokar konvensional, hanya saja pada langkah ke-8, karena alat ini tidak
dilengkapi dengan slot kateter setengah lingkaran maka kateter yang digunakan
adalah NG tube nomer 12 F. Kateter ini setelah dimasukkan ke dalam buli-buli
pangkalnya harus dipotong untuk mengeluarkan alat trokar dari buli-buli.
Penyulit
Beberapa penyulit yang mungkin terjadi pada saat tindakan maupun setelah
pemasangan kateter sistotomi adalah :
Sistostomi Terbuka
Sistostomi terbuka dikerjakan bila terdapat kontraindikasi pada tindakan
sistostomi trokar atau bila tidak tersedia alat trokar. Dianjurkan untuk melakukan
sistostomi terbuka jika terdapat jaringan sikatriks / bekas operasi di daerah
suprasimfisis, sehabis mengalami trauma di daerah panggul yang mencederai
uretra atau buli-buli, dan adanya bekuan darah pada buli-buli yang tidak mungkin
dilakukan tindakan per uretram. Tindakan ini sebaiknya dikerjakan dengan
memakai anestesi umum.
Tindakan
3.3. Prognosis
Prognosis pada penderita dengan retensi urin akut akan bonam jika retensi
urin ditangani secara cepat.
HEMATURIA
2.1. DEFINISI
Hematuria adalah didapatkannya sel-sel darah merah di dalam urine.
Penemuan klinis sering di dapatkan pada populasi orang dewasa, dengan
prevalensi yang mulai dari 2,5% menjadi 20,0% .1,2 Secara visual terdapatnya sel-
sel darah merah di dalam urine dibedakan dalam 2 keadaan, yaitu:
Hematuria makroskopik
Hematuria makroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata dapat
dilihat sebagai urine yang berwarna merah, mungkin tampak pada awal
miksi atau pada akhirnya yang berasal dari daerah posterior uretra atau
leher kandung kemih. (Wim de Jong, dkk, 2004) Hematuria makroskopik
yang berlangsung terus menerus dapat mengancam jiwa karena dapat
menimbulkan penyulit berupa: terbentuknya gumpalan darah yang dapat
menyumbat aliran urine, eksanguinasi sehingga menimbulkan syok
hipovolemik/anemi, dan menimbulkan urosepsis. (Mellisa C Stoppler,
2010)
Hematuria mikroskopik.
Hematuria mikroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata tidak
dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada pemeriksaan
mikroskopik diketemukan lebih dari 2 sel darah merah per lapangan
pandang. (Mellisa C Stoppler, 2010) . Meskipun gross hematuria
didefinisikan didapatkannya sel-sel darah merah di dalam urine, ada
kontroversi mengenai definisi yang tepat dari hematuria mikroskopik.
American Urological Association (AUA) mendefinisikan hematuria
mikroskopis klinis yang signifikan karena terdapat lebih dari 3 sel darah
merah (sel darah merah) pada lapangan pandang besar pada 2 dari 3
spesimen urin dikumpulkan dengan selama 2 sampai 3 minggu.3 Namun,
pasien yang berisiko tinggi untuk penyakit urologi harus dievaluasi secara
klinis untuk hematuria jika urinalisis tunggal menunjukkan 2 atau lebih sel
darah merah pada lapangan pandang besar .4
Gambar 1. Gross Hematuria dan Microscopic Hematuria
Evaluasi yang tepat dan waktu yang cepat sangat penting, karena setiap
derajat hematuria dapat menjadi tanda dari penyakit genitourinari yang serius.4, 5
2.2. ETIOLOGI
Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam
sistem urogenitalia atau kelainan yang berada di luar sistem urogenitalia.
Penyebab paling umum dari hematuria pada populasi orang dewasa termasuk
saluran kemih infeksi, batu saluran kemih, pembesaran prostat jinak, dan
keganasan dalam urologi.1,2,4 Namun, diferensial lengkap sangat luas, beberapa
insiden khusus kondisi yang berhubungan dengan hematuria bervariasi dengan
umur pasien, jenis hematuria (gross atau mikroskopis, gejala atau tanpa gejala),
dan adanya faktor risiko keganasan.
Secara keseluruhan, sekitar 5% pasien dengan hematuria mikroskopis dan
sampai dengan 40% pasien dengan gross hematuria ditemukan pada neoplasma
dari urinary tract.3 genitourinari, 5,6
Sebaliknya, pada hingga 40% pasien dengan
asimptomatik mikrohematuria,sulit diidentifikasikan penyebabnya .1 Akibatnya,
dokter harus mempertimbangkan hematuria yang tidak jelas penyebabnya dari
tingkat mana pun dan mampu mempertimbangkan kemungkinan suatu keganasan
.
Kelainan yang berasal dari sistem urogenitalia antara lain adalah:
Infeksi antara lain pielonefritis, glomerulonefritis, ureteritis, sistitis, dan
uretritis
Tumor jinak atau tumor ganas yaitu: tumor ginjal (tumor Wilms), tumor
grawitz, tumor pielum, tumor ureter, tumor buli-buli, tumor prostat, dan
hiperplasia prostat jinak.
Kelainan bawaan sistem urogenitalia, antara lain : kista ginjal
Trauma yang mencederai sistem urogenitalia.
Batu saluran kemih. (Mellisa C Stoppler, 2010)
Kelainan-kelainan yang berasal dari luar sistem urogenitalia antara lain
adalah:
Kelainan pembekuan darah (Diathesis Hemorhagic),
SLE,
Penggunaan antikoagulan, atau proses emboli pada fibrilasi atrium jantung
maupun endokarditis. (Wim de Jong, dkk, 2004)
Cause of Hematuria
Urinary tract infection
Urinary calculi
Urinary tract malignancy
Urothelial cancer
Renal cancer
Prostate cancer
Benign prostatic hyperplasia
Radiation cystitis and/or nephritis
Endometriosis
Anatomic abnormalities
Arteriovenous malformation
Urothelial stricture disease
Ureteropelvic junction obstruction
Vesicoureteral reflux
Nutcracker syndrome
Medical or renal disease
Glomerulonephritis
Interstitial nephritis
Papillary necrosis
Alport syndrome
Renal artery stenosis
Metabolic disorders
Hypercalciuria
Hyperuricosuria
Coagulation abnormalities
Miscellaneous
Trauma
Exercise-induced hematuria
Benign familial hematuria
Loin pain–hematuria syndrome
Gambar 2. Penyebab Hematuria
2.3. DIAGNOSIS
Evaluasi Diagnosis. Harus diyakinkan dahulu, benarkah seorang pasien
menderita hematuria, pseudo hematuria, atau perdarahan per-uretra. Pseudo atau
false hematuria adalah urine yang berwarna merah atau kecoklatan yang bukan
disebabkan sel-sel darah merah. Keadaan ini dapat disebabkan oleh karena
hemoglobinuria, mioglobinuria, konsentrasi asam urat yang meningkat, sehabis
makan/minum bahan yang mengandung pigmen tumbuh-tumbuhan yang
berwarna merah, atau setelah mengkonsumsi beberapa obat-obatan tertentu antara
lain: fenotiazin, piridium, porfirin, rifampisin, dan fenolftalein. Perdarahan per-
uretra adalah keluarnya darah dari meatus uretra eksterna tanpa melalui proses
miksi, hal ini sering terjadi pada trauma uretra atau tumor uretra. (Mellisa C
Stoppler, 2010)
Hemoglobinuria tanpa hematuria dapat disebabkan oleh adanya hemolisis.
Mioglobinuria tanpa hematuria terjadi pada sindrom rabdiomiolisis setelah cedera
otot rangka dan disertai peningkatan sebanyak lima kali pada kadar kreatin kinase
plasma. Rabdomiolisis dapat terjadi secara sekunder akibat miositis viral, luka
remuk, abnormalitas elektrolit berat (hipernatremia, hipofosfatemia), hipotensi,
koagulasi intravaskulas terdisseminasi (DIC), toksin (obat, racun), dan kejang
berkepanjangan.
Urin tanpa heme dapat terlihat merah, coklat kola, atau merah keunguan
akibat konsumsi berbagai jenis obat, makanan atau pewarna makanan. Urin dapat
berwarna coklat kehitaman atau hitam jika terdapat berbagai kelainan metabolit
urin.
A. Anamnesis
Dalam mencari penyebab hematuria perlu dicari data yang terjadi pada saat
episode hematuria, antara lain:
a. Bagaimanakah warna urine yang keluar?
b. Apakah diikuti dengan keluarnya bekuan-bekuan darah?
c. Di bagian manakah pada saat miksi urine berwarna merah?
d. Apakah diikuti dengan perasaan sakit? (Mellisa C Stoppler, 2010)
Perlu ditanyakan juga, beberapa faktor risiko untuk kanker urothelial pada pasien
dengan hematuria mikroskopis
Riwayat merokok
Kerja paparan bahan kimia atau pewarna (benzenes atau aromatic amine)
Riwayat gross hematuria sebelumnya
Usia di atas 40 tahun
Riwayat gangguan berkemih, nyeri saat berkemih, dan infeksi saluran
kemih
Penyalahgunaan analgetik
Riwayat radiasi panggul
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus fokus pada deteksi hipertensi yang hadir
bersamaan dengan sindrom nefritik dan penyakit pembuluh darah ginjal, edema
terkait dengan sindrom nefrotik, massa perut atau panggul teraba menyarankan
ginjal neoplasma, dan adanya nyeri ketok kostovertebral atau nyeri tekan
suprapubik berhubungan dengan infeksi saluran kemih. Pemeriksaan rektal pada
pria dapat mengungkapkan nodularitas prostat atau pembesaran sebagai penyebab
potensial.
Pada pemeriksaan diperhatikan adanya hipertensi yang mungkin
merupakan manifestasi dari suatu penyakit ginjal. Syok hipovolemik dan anemia
mungkin disebabkan karena banyak darah yang keluar. Ditemukannya tanda-tanda
perdarahan di tempat lain adalah petunjuk adanya kelainan sistem pembekuan
darah yang bersifat sistemik.
Pucat pada kulit dan konjungtiva sering terlihat pada pasien dengan
anemia.
Periorbital, skrotum, dan edema perifer, mungkin menunjukkan
hipoalbuminemia dari glomerulus atau penyakit ginjal.
Cachexia mungkin menunjukkan keganasan.
Nyeri tekan dari sudut kostovertebral, dapat disebabkan oleh pielonefritis
atau dengan perbesaran massa seperti tumor ginjal.
Nyeri suprapubik sistitis, baik yang disebabkan oleh infeksi, radiasi,
atau obat sitotoksik.
Kandung kemih tidak teraba ketika didekompresi, kandung kemih diisi
dengan 200 mL urin percussible. Dalam retensi urin akut, biasanya terlihat
dalam kasus-kasus BPH atau obstruksi oleh bekuan, kandung kemih bisa
diraba dan dapat dirasakan hingga tingkat umbilikus.
Palpasi bimanual pada ginjal perlu diperhatikan adanya pembesaran ginjal
akibat tumor, obstruksi, ataupun infeksi ginjal. Massa pada suprasimfisis
mungkin disebabkan karena retensi bekuan darah pada buli-buli.
Pada colok dubur, ukuran, bentuk dan konsistensi prostat dinilai
mengetahui adanya pembesaran prostat benigna maupun karsinoma
prostat. Setelah prostatektomi enukleasi maupun endoskopik, simpai
prostat dibiarkan sehingga pada colok dubur memberikan kesan prostat
masih membesar. Lobus medial prostat yang mungkin menonjol ke
kandung kemih umumnya tidak dapat dicapai dengan jari. Karsinoma
prostat menyebabkan asimetri dan perubahan konsistensi setempat.
Diagnosis dipastikan melalui biopsy jarum transrektal.
Pemeriksaan dengan menggunakan berbagai kateter yang dahulu dibuat
dari karet dan sekarang lateks, politen atau silicon. Ujung kateter dibuat
dalam berbagai bentuk supaya tidak dapat tercabut; yang biasa ialah
bentuk Foley yang pada ujungnya berbentuk balon yang dapat
dikembangkan. Untuk ukurannya digunakan skala Charriere, berdasarkan
skala Prancis yang menyatakan ukuran lingkaran di luarnya dan bukan
diameternya. Diameter didapat dengan membagi ukuran Charriere dengan
tiga. (Wim de Jong, dkk, 2004)
C. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah yang dilakukan yakni penentuan kadar kreatinin,
ureum dan elektrolit untuk mengetahui faal ginjal; fosfatase asam yang
mungkin meningkat pada metastase prostat, dan fosfatase alkali yang
dapat meningkat pada setiap jenis metastase tulang. Kadar kalsium, fosfat,
asam urat dan hormon paratiroid ditentukan bila terdapat kemungkinan
urolithiasis.
Pemeriksaan urine dilakukan untuk pemeriksaan mikroskopik,
bakteriologik dan sitologik. Pemeriksaan urinalisis dapat mengarah kepada
hematuria yang disebabkan oleh faktor glomeruler ataupun non
glomeruler. Pemeriksaan hapusan darah tepi dapat menunjukkan proses
mikroangiopati yang sesuai dengan sindrom hemolitik-uremik, trombosis
vena ginjal, vaskulitis, atau SLE. Pada keadaan terakhir, adanya
autoantibodi dapat ditunjukkan dengan reaksi Coombs positif, adanya
antibodi antinuclear, leukopenia dan penyakit multisistem.
Trombositopenia dapat diakibatkan oleh berkurangnya produksi trombosit
(pada keganasan) atau peningkatan konsumsi trombosit (SLE, purpura
trombositopenik idiopatik, sindrom hemolitik-uremik, trombosis vena
ginjal). Walaupun morfologi SDM urin dapat normal pada perdarahan
saluran kemih bawah dan dismorfik pada perdarahan glomerular,
morfologi sel tidak secara pasti berhubungan dengan lokasi hematuria.
Pada pemeriksaan pH urine yang sangat alkalis menandakan adanya
infeksi organisme pemecah urea di dalam saluran kemih, sedangkan pH
urine yang sangat asam mungkin berhubungan dengan batu asam urat.
Sitologi urine diperlukan untuk mencari kemungkinan adanya keganasan
sel-sel urotelial.
IVP adalah pemeriksaan rutin yang dianjurkan pada setiap kasus
hematuria & sering digunakan untuk menentukan fungsi ekskresi ginjal.
Umumnya, menghasilkan gambaran terang saluran kemih dari ginjal
sampai dengan kandung kemih, asal faal ginjal memuaskan. Pemeriksaan
ini dapat menilai adanya batu saluran kemih, kelainan bawaan saluran
kemih, tumor urotelium, trauma saluran kemih, serta beberapa penyakit
infeksi saluran kemih.
USG berguna untuk menetukan letak dan sifat massa ginjal dan prostat
(padat atau kista), adanya batu atau lebarnya lumen pyelum, penyakit
kistik, hidronefrosis, atau urolitiasis ureter, kandung kemih dan uretra,
bekuan darah pada buli-buli/pielum, dan untuk mengetahui adanya
metastasis tumor di hepar. Ultrasonografi dari saluran kemih sangat
berguna pada pasien dengan hematuria berat, nyeri abdomen, nyeri
pinggang, atau trauma. Jika hasil penelitian awal ini tetap normal,
disarankan dilakukan pemeriksaan kreatinin dan elektrolit serum.
Endoultrasonografi, yaitu ekografi transurethral sangat berguna untuk
pemeriksaan prostat dan buli-buli
Arteriografi dilakukan bila ditemukan tumor ginjal nonkista untuk menilai
vaskularisasinya walaupun sering digunakan CT-Scan karena lebih aman
dan informative. Bagian atas saluran kemih dapat dilihat dengan cara
uretrografi retrograd atau punksi perkutan.
Payaran radionuklir digunakan untuk menilai faal ginjal, misalnya setelah
obstruksi dihilangkan
Pemeriksaan endoskopi uretra dan kandung kemih memberikan gambaran
jelas dan kesempatan untuk mengadakan biopsy
Sistometrografi biasanya digunakan untuk menentukan perbandingan
antara isi dan tekanan di buli-buli
Sistoskopi atau sisto-uretero-renoskopi (URS) dikerjakan jika pemeriksaan
penunjang di atas belum dapat menyimpulkan penyebab hematuria. (Wim
de Jong, dkk, 2004)
Adapted with permission from Grossfeld GD, Wolf JS, Litwin MS, Hricak H,
Shuler CL, Agerter DC, Carroll P. Evaluation of asymptomatic microscopic
hematuria in adults: the American Urological Association best practice policy
recommendations. Part II: patient evaluation, cytology, voided markers, imaging,
cystoscopy, nephrology evaluation, and follow-up. Urology 2001;57(4) (In press).
Imaging modalities for evaluation of the upper urinary tract
and their limitations
Intravenous Urography Poor sensitivity for and parenchymal masses, intravenous contrast
ability to characterize renal exposure
Retrograde Pyelography Poor sensitivity for parenchymal masses, invasive
and ability to characterize renal
Ultrasonography Limited ability to detect mass, and urothelial abnormality
urolithiasis, small (<3 cm) renal
Magnetic Resonance Imaging Expensive, time CTU Largest cumulative radiation
consuming, poor sensitivity for urolithiasis exposure, expensive
Intravenous Urography Poor sensitivity for and parenchymal masses, intravenous contrast
ability to characterize renal exposure
Gambar 5. Imaging modalities for evaluation of the upper urinary tract and their
limitations.
Pyelonephritis, acute
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan lainnya
fisik penunjang
Nyeri pinggang, Nyeri ketok urinalysis: renal ultrasound :
demam, kostovertebral, positive pembesaran renal ,
menggigil, nyeri leukocyte hypo-echoic
mual, muntah, suprapubik, esterase, parenchyma with loss
sakit perut, demam, positive of corticomedullary
nyeri penurunan nitrite, pyuria differentiation
suprapubik, hx bising usus (>10 contrast CT
dari WBC/HPF), abdomen:
nefrolitiasis, bacteriuria heterogeneous uptake
ISK dan urine culture of contrast (lobar
diabetes, and nephronia),
imunosupresi sensitivity: oedematous renal
>10,000 parenchyma,
colony perinephric stranding,
forming intraparenchymal gas
unit/mL urine in emphysematous
pyelonephritis
Alport Syndrome
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan lainnya
fisik penunjang
Hematuria urinalysis: skin biopsy: positive
mikroskopis Hipertensi, dysmorphic red immunohistochemist
berulang, oedema, cells, red cell ry
disertai sensorineuronal casts, renal biopsy: diffuse
dengan hearing loss, proteinuria, thickening and
episode gross anterior microalbuminu splitting of the
hematuria, lenticonus, ria basement membrane,
gangguan erosi kornea urea and focal
pendengaran, creatinine: glomerulosclerosis
riwayat creatinine >2.0, and tubular atrophy;
keluarga urea >20 negative
dengan 24-hour urine immunohistochemist
kanker dari collection for ry
hematuria, protein : >1
gangguan gram/24 hours
pendengaran,
atau penyakit
ginjal
Kanker Buli
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan penunjang
fisik
urinalysis: RBCs
hematuria tanpa
urine cytology: atypical or
rasa sakit, disuria, massa panggul,
malignant cells, signified by
frekuensi, urgensi, nyeri tekan
increased clustering, increased
usia > 50, hx sudut
cellularity, or altered nuclear
iradiasi panggul, kostovertebral
morphology
hx merokok, dari obstruksi;
CT abdomen/IVU : ureteral or
penurunan berat sering tidak ada
renal collecting system mass or
badan, paparan kelainan
filling defect
lingkungan/kimia terdeteksi
cystoscopy: bladder tumour
karsinogen
Kanker Prostate
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan lainnya
fisik penunjang
Pada rectal
lanjut usia,
toucher PSA:
riwayat
ditemukan meningkat, transrectal
keluarga
pembesaran PSA> 0,75 ultrasound-
dengan
prostat, dengan mikrogram / guided prostate
kanker, gejala
konsistensi L per tahun biopsy :
obstruktif
keras dan (0,75 ng / confirmed
berkemih,
permukaan mL per adenocarcinoma
penurunan
yang berbenjol- tahun)
berat badan
benjol
Batu Ginjal
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
fisik penunjang lainnya
nyeri pinggang, urinalysis :
nyeri yang haematuria,
menjalar ke pyuria,
BNO:
selangkangan, Nyeri ketok crystalluria,
radiodense
hematuria, mual, costovertebral cysteine crystals,
stones
muntah, hx angle acidic or alkaline
sebelumnya pH
kalkuli, riwayat non-contrast CT
keluarga dengan abdomen:
kanker dari urolithiasis,
nefrolitiasis, hx hydronephrosis
gout, hx penyakit
radang usus
Trauma Ginjal
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
fisik penunjang lainnya
trauma tumpul CT abdomen:
pada pinggang, laserasi pada
hypotension,
menembus parenkim ginjal, BNO IVP:
takikardia, nyeri
panggul atau sistem menegaskan
panggul, memar
luka perut pengumpulan, dan fungsi ginjal
panggul, nyeri
(tembakan atau pembuluh ginjal; kontralateral
perut, perut
tikaman), patah hematoma
kembung
tulang rusuk perinephric,
yang lebih perdarahan aktif,
rendah dan ekstravasasi
urin
Trauma buli
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
trauma tumpul panggul,
retrograde
menembus luka panggul
Nyeri tekan cystogram:
atau perut (tembakan atau
suprapubic, ekimosis extravasation of
tikaman), fraktur
pada lower contrast revealing
panggul,
abdominal bladder injury
ketidakmampuan
berkemih
Trauma urethral
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan lainnya
penunjang
Trauma
genitalia
eksterna, Perdarahan OUE,
retrograde contrast CT
straddle injury, hematom scrotum,
urethrogram abdomen: contrast
bilateral pubic floating prostat,
: contrast extravasation from
rami fracture eimosis pada
extravasation the urethra
and batang penis,
from the cystoscopy:
Malgaigne's butterfly-
urethra urethral disruption
fracture, ecchymosis pada
perineal perineum
lacerations,
tidak bisa
berkemih,
riwayat
intervensi
kolorektal atau
ginekologi
Coagulopathy
Pemeriksaa Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan lainnya
n fisik penunjang
mudah LFTs: hypoalbuminaemia
PT, PTT, INR:
memar, ecchymoses, von Willebrand factor
Normal atau ↑
kecenderunga perdarahan antigen (whole blood):
FBC:
n untuk memanjang reduced in von Willebrand's
thrombocytopenia
berdarah, disease
epistaksis ristocetin cofactor activity
berulang, (whole blood): reduced in
riwayat von Willebrand's disease
keluarga factor VIII, IX activity
dengan (whole blood): reduced in
kanker dari haemophilia, VIII reduced in
diastesis von Willebrand's disease
perdarahan,
hx sirosis
Kista ginjal
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
fisik penunjang lainnya
sering tanpa
Nyeri tekan
gejala, panggul
costovertebral serum creatinine:
nyeri, diri
angle, panggul renal ultrasound elevated
terbatas
teraba massa : cystic lesions CT abdomen:
hematuria,
pada ginjal well-defined, oval
infeksi saluran
polikistik, lesions
urin, ginjal
Hipertensi
kolik
Arterial-venous malformation
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
fisik penunjang lainnya
Hipertensi, contrast CT renal
gumpalan
cardiomegaly, abdomen: massa angiography:
berbentuk ulat,
bruit (+) pada lesi, filling pengisian simultan
nyeri pinggang,
panggul dan defect, dari sistem arteri
abdomen nephrogram dan vena,
terlambat nephrogram
pengisian tertunda
Tuberculosis extrapulmonary
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
fisik penunjang lainnya
Nyeri saat urinalysis: IV
berkemih, orchalgia pyuria (>10 urography:
nokturia, hx dari dengan reaktif WBC/HPF) moth-eaten
pajanan TB, hx hidrokel, rectal with no calyces with
cystitis tidak toucher visualised ulceration ,
responsif prostat nodular bacteria obliterasi
terhadap urine culture,: calyceal,
antibiotik, hx >10,000 colony hidronefrosi
dari forming s, kalsifikasi,
epididimitis, unit/mL urine
ISK berulang
Postinfectious glomerulonephritis
urinalysis:d
tiba-tiba timbul edema, ismorfik merah sel,
kelemahan, malaise, gips sel merah,
hematuria gross, sakit proteinuria,
periorbital
kepala, 1 sampai 2 mikroalbuminuria
and
minggu urea and serum
peripheral
postpharyngitis, 2 creatinine: antistreptolysin O
oedema,
sampai 4 minggu creatinine >2.0, titer : elevated
hipertensi,
setelah dermatitis urea >20
rash kulit
streptokokus, yang 24-hour urine
paling umum dari usia collection for
2 sampai 10 tahun protein : >1
gram/24 hours
Membranoproliferative glomerulonephritis
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan lainnya
fisik penunjang
urinalysis:
serum
dysmorphic red
tiba-tiba complement levels
cells, red cell casts,
timbuledema (C3, C4): low
periorbital and proteinuria,
dependen renal biopsy:
peripheral microalbuminuria
atau hypercellular
oedema, urea and
periorbital, glomeruli,
Hipertensi, creatinine:
kelelahan, mesangium
konjungtiva creatinine >2.0,
hematuria diperluas,
pucat, drusen urea >20
gross, sakit imunofluoresensi
retina 24-hour urine
kepala, positif, deposito
collection for
oliguria padat elektron
protein : >1
gram/24 hours
Ig A nephropathy
Anamnesis Pemeriksa Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lainnya
an fisik
urinalysis: RBC casts, mild
rulang
proteinuria
makroskopik Pada renal bx: adanya IgA
urea and creatinine:
hematuria terkait umumnya pada mesangium,
creatinine >2.0, urea >20
dengan infeksi asimtomatik proliferative crescents
24-hour urine collection
saluran ,hipertensi pada kasus berat
for protein : >1 gram/24
pernapasan
hours
Renal cancer
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
Nyeri pinggang, hx HTN, panggul massa, renal ultrasound: solid
merokok, riwayat adenopati, varikokel or cystic renal mass
keluarga dengan kanker kiri, edemas CT abdomen with and
karsinoma sel ginjal, ekstremitas bawah without IV contrast:
penyakit ginjal polikistik, contrast enhancing renal
paparan kimia karsinogen mass
Grawitz tumor
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan penunjang
fisik
nyeri pinggang,
hematuria dan massa
pada pinggang
PIV biasanya dikerjakan atas
merupakan tanda tumor
indikasi adanya hematuria tetapi
dalam stadium lanjut,
jika diduga ada massa pada ginjal,
nyeri pada sisi ginjal bisa
pemeriksaan dilanjutkan dengan
yang terkena , penurunan diraba/dirasakan
CT scan atau MRI. Dalam hal ini
berat badan , kelelahan , benjolan di perut
USG hanya dapat menerangkan
demam yang hilang-
bahwa ada massa solid atau kistik
timbul, anemi , Varikokel
akut ,
hipertensi
Tumor Wilms
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan lainnya
Anamnesis
fisik penunjang
tumor abdomen, Massa IVP tampak
Hematuri abdomen distorsi sistem kadar lactic
(makroskopis) pielokalises dan dehydrogenase (LDH)
Hipertensi berguna untuk meninggi dan Vinyl
anemia, mengetahui mandelic acid (VMA)
penurunan berat fungsi ginjal. dalam batas normal
badan, infeksi pemeriksaan
saluran kencing, USG, tumor
demam, malaise Wilms nampak
dan anoreksia sebagai tumor
nyeri perut yang padat di daerah
bersifat kolik ginjal.
Urethral cancer
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
fisik penunjang lainnya
lebih umum
pada wanita
IVU: filling defect,
putih dan pada
Teraba mass voiding urethroscopy:
mereka> 50
massa, cystourethrogram: visible urethral
usia, frekuensi,
stricture filling defect, mass mass
keraguan,
gejala kencing
obstruktif
Penile cancer
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan fisik
penunjang lainnya
hx lesi penis, eritematosa patch, skin biopsy:
hx dari indurasi, massa squamous cell MRI/CT pelvis
kondiloma teraba, carcinoma
limfadenopati
inguinal
Bladder stone
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
fisik penunjang lainnya
urinalysis:
suprapubik nyeri,
haematuria,
hematuria, gejala BNO: radio-
leukocyte esterase,
saluran kandung Nyeri tekan opaque bladder
nitrites
kemih obstruktif, suprapubic stone
non-contrast CT
operasi
abdomen: bladder
sebelumnya
stone
Cytotoxic medications
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lainnya
fisik
Anticoagulation
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
panggul massa, nyeri
hx fibrilasi atrium,
tekan sudut
katup mekanik, coagulation studies:
kostovertebral,
stroke, memar, elevated
memar, perdarahan
perdarahan gusi
gusi
.Exercise-induced haematuria
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
Food-related
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan penunjang
fisik
urinalysis: : diagnosa klinis,
Riwayat makan bit,
Normal dan tes tidak secara rutin
blackberry, rhubarb
direkomendasikan
2.5. PENATALAKSANAAN
Jika terdapat gumpalan darah pada buli-buli yang menimbulkan retensi
urine, coba dilakukan kateterisasi dan pembilasan buli-buli dengan memakai
cairan garam fisiologis, tetapi jika tindakan ini tidak berhasil, pasien secepatnya
dirujuk untuk menjalani evakuasi bekuan darah transuretra dan sekaligus
menghentikan sumber perdarahan. Jika terjadi eksanguinasi yang menyebabkan
anemia, harus dipikirkan pemberian transfusi darah. Demikian juga jika terjadi
infeksi harus diberikan antibiotika. (Mellisa C Stoppler, 2010) . Setelah hematuria
dapat ditanggulangi, tindakan selanjutnya adalah mencari penyebabnya dan
selanjutnya menyelesaikan masalah primer penyebab hematuria. (Mellisa C
Stoppler, 2010)