Skenario 2
Blok Medikolegal
“Mayat Perempuan di Kamar Kos”
Kelompok A.2
Fakultas Kedokteran
Universitas YARSI Jakarta
2019/2020
Skenario 2
Mayat Perempuan di Kamar Kos
Mayat seorang perempuan diduga berusia 23 tahun ditemukan meninggal di kamar kos-
kosannya di daerah Salemba. Korban ditemukan setengah telanjang dengan tangan diikat
dan mulut di sumpal. Mayat dalam keadaan mulai membusuk, berbau, ditemukan belatung
pda bagian lubang hidungnya, kulit mulai mengelupas dan tampak pembuluh darah mulai
melebar pada bagian dada dan leher. Diperkirakan kejadian sekitar 3 hari yang lalu.
Polisi menduga korban diperkosa sebelum dibunuh. Tim identifikasi mengambil sidik jari
korban dan mengambil swab vagina untuk memastikan adanya sperma pelaku.
2
Pertanyaan:
3
Hipotesis
Ditemukan mayat berbau busuk di kamar kos, lalu dilakukan identifikasi. Pada
identifikasi ditemukan pengelupasan kulit, pelebaran pembuluh darah dan ditemukan juga
belatung pada lubang hidungnya, adapun dari belatung- belatung tersebut dapat diketahui
perkiraan waktu kematian. Untuk mengidentifikasi penyebab kematian dilakukan
pemeriksaan TKP dan pemeriksaan swab vagina, diduga bahwa korban diperkosa
sebelum dibunuh. Menurut islam hukum haram dan hukumannya berat jika disengaja.
4
Sasaran Belajar
LI 4. Memahami dan Menjelaskan Hukum dan Sanksi Perkosaan dan Pembunuhan dalam
Islam
5
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Investigasi Kasus Pemerkosaan
Definisi
Perkosaan ialah tindakan menyetubuhi wanita yang bukan istrinya dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan. Persetubuhan sendiri didefinisikan sebagai penetrasi penis ke dalam
kemaluan wanita (mulai dari labia minor). Pada kasus akut/dini (dalam 7 hari setelah
kejadian) masih dapat dicari adanya sperma sebagai bukti. Sedangkan bila korban
diperiksa lebih dari 7 hari setelah kejadian, kemungkinan ditemukannya sperma lebih
sulit dan pemeriksaan lebih ditujukan untuk mengetahui terjadinya kehamilan.
PEMERIKSAAN KORBAN
1. Dicatat nama dokter pemeriksa dan perawat pembantu
2. Dicatat tanggal dan jam pemeriksaan
Anamnesa
UMUM
1. Identitas korban : nama , umur , pekerjaan
2. Status perkawinan : gadis, sudah menikah, janda
3. Haid terakhir, pola haid
4. Riwayat penyakit, penyakit kelamin, penyakit kandungan
5. Apakah memakai kontrasepsi
KHUSUS
1. Siapa yang melaporkan ke polisi :
Korban
6
Keluarga
Masyarakat
2. Saat kejadian : tanggal dan jam
3. Tempat kejadian
4. Apakah korban melawan
5. Apakah korban pingsan
6. Apakah korban kenal dengan pelaku
7. Apakah terjadi penetrasi penis dan terjadi ejakulasi
8. Apakah ada deviasi sexual
9. Jumlah pelaku
10. Apakah setelah kejadian korban :
Mencuci kemaluan
Mandi
Ganti pakaian
7
2. Adakah rambut asing ( dengan cara menyisir rambut pubis ) , bila ada tempel
pada selotipe dikirim ke Labkrim
3. Adakah bercak air mani di sekitar alat kelamin, bila ada dikerok dengan skalpel/
dihapus dengan kapas basah kirim ke Labkrim
4. Pemeriksaan himen
Bentuk himen
Ukuran lubang himen
Ada robekan baru atau lama
Lokasi robekan
5. Pemeriksaan vagina dan cervix dengan speculum :
Adakah tanda-tanda penyakit kelamin :
Dinding vagina luka / tidak
Fornix posterior luka / tidak
Ostium uteri keluar darah / tidak
6. Pemeriksaan dalam / colok dubur : rahim membesar atau tidak
7. Pengambilan bahan pemeriksaan laboratorium :
Spermatozoa
Semen
Penyakit kelamin
Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan spermatozoa
Bahan diambil dari cairan vagina atau canalis cervicalis
Dengan pipet atau ose
Dengan pewarnaan :
- Dibuat preparat hapus
- Difiksasi dengan api
- Pewarnaan HE atau Gram
Tanpa pewarnaan :
- Diletakkan diatas obyekglas
- Pembesaran 500 kali
- Spermatozoa bergerak / mati / tidak ada
2. Pemeriksaan bercak sperma pada pakaian :
Visual :
- Bercak berbatas jelas
- Lebih gelap dari sekitarnya
Sinar Ultra Violet menunjukkan fluoresensi putih
Taktil :
- Kaku
- Permukaan bercak teraba kasar
8
3. Pemeriksaan kehamilan
ADANYA PERSETUBUHAN
Tanda penetrasi Ejakulat
--------- dan/ atau ------
Sperma Semen
Florosensi
Ada Tidak ada test, dll.
-azospermi
Memang False
ada positif -lisis
9
II. TANDA-TANDA KEKERASAN
Tergantung pada kasusnya:
- Luka tangkisan, cekikan, usaha perlawanan, dsb.
- Tanda bekas pingsan/ tidak berdaya/ pengaruh obat tertentu.
- Benda bukti biologis pelaku, seperti serpihan kulit dari ujung kuku korban,
rambut kepala maupun pubis, darah, dll yang sering dapat ditentukan jenis
kelaminnya, golongan darah ABO-nya yang berguna bagi identifikasi.
10
CATATAN
Robekan hymen akibat olahraga (bukan persetubuhan) biasanya tidak sampai dasar
dan lokasinya disembarang tempat, sedangkan akibat persetubuhan biasanya sampai
ke dasar dan pada arah jam 5 – 7.
Definisi
Pemerkosaan berasal dari bahasa latin yaitu rapere yang artinya menangkap atau
mengambil dengan paksa. Pemerkosaan adalah suatu tindakan kriminal dimana si korban
dipaksa untuk melakukan aktivitas seksual, khususnya penetrasi dengan alat kelamin
diluar kemauannya sendiri (Philip, 2007)
Dalam hukum tertulis, kasus tindak kriminal pemerkosaan helas terjadi apabila
terdapat persetubuhan (atau terjadi penyerangan)tanpa adanya persetujuan yang nyata
dari salah satu pihak yang terlibat. Persetubuhan ini sering diartikan sebagai penetrasi
penis ke dalam anus, vagina, atau oral seks. (Philip 2007)
11
perempuan itu belum pantas untuk dikawini, dipidana dengan pidana penjara selama-
lamanya sembilan tahun.
Dari kalimat di atas terdapat unsur-unsur yang dapat mendefinisikan apa yang
dimaksud dengan pemerkosaan. Unsur-unsur tersebut ialah :
Bersetubuh
Kekerasan/paksaan secara fisik, psikis, ataupun obat-obatan yang dapat membuat
tidak berdaya
Menyetubuhi bukan istri
Menyetubuhi gadis di bawah umur (usia < 15 tahun dan belum datang haid
pertama).
Jadi yang dimaksud dengan pemerkosaan ialah pelanggaran hukum dalam hal
menyetubuhi perempuan bukan istri ataupun perempuan di bawah umur dengan memaksa
secara fisik, psikis, ataupun bantuan obat-obatan.
Dalam bidang kedokteran forensik, yang dimaksud dengan pemerkosaan ialah identik
dengan persetubuhan yang kriminal. Persetubuhan adalah masuknya alat kelamin laki-
laki (penis) ke dalam liang vagina dengan atau tanpa mengeluarkan ejakulat.
Bukti bahwa telah terjadi persetubuhan antara lain robekan hymen/selaput dara (bagi
korban yang sebelumnya perawan) dan ejakulat pria pada liang vagina.
Pada hymen dilihat apakah robekan masih baru atau sudah lama, yang berarti korban
sudah beberapa hari datang setelah dugaan perkosaan. Ciri-ciri robekan baru ialah merah
(hiperemis) di luar vagina, sedangkan robekan lama tidak merah seperti robekan baru.
Dalam keadaan ini, pemeriksaan direkomendasikan kepada spesialis ginekologi.
Pemeriksaan ejakulat pria di liang vagina korban dinilai untuk mengetahui apakah
memang betul terdapat sperma dan semen ada pada liang vagina. Pemeriksaan dilakukan
dengan berbagai tes, seperti tes Berberio yang berfungsi untuk mendeteksi cairan semen
dan sperma. Dengan cara ini, bahkan semen yang telah lama pun masih bisa dideteksi.
Selain tes Berberio, ada sejumlah tes lain untuk mengidentifikasi ejakulat, seperti tes
enzim fosfatase, tes florence, dan tes golongan darah.
Setelah mengidentifikasi adanya bukti persetubuhan, yang penting untuk dinilai ialah
bukti pemaksaan/kekerasan.
Bukti kekerasan dapat berupa kerusakan fisik seperti kerusakan (lesi/lecet) pada vulva
vagina. Selanjutnya cari tahu dengan anamnesis, adakah bukti psikis yang didapat dari
korban seperti ancaman pistol/senjata tajam, serta lihat ekpresi yang depresif dari korban
dugaan perkosaan. Selain itu, keadaan korban saat ia menduga dirinya dipekosa juga
harus diketahui dengan anamnesis, apabila korban pingsan, ketahui apa yang
mengakibatkan pingsan seperti akibat hiptotis, narkotika, bius, dan sebagainya.
Pemeriksaan area vagina, yang dilakukan oleh dokter ginekologi harus
didampingi oleh saksi/perawat atau keluarga pasien. Pemeriksaan dilakukan sedini
mungkin untuk menghindari hilangnya barang bukti (barang bukti berupa ejakulat dan
temuan fisik, misalnya). Hal ini berfungsi agar menjamin validitas pemeriksaan.
12
Kesimpulannya, setiap dugaan perkosaan, harus ditemukan bukti persetubuhan, paksaan,
dan atau korban yang bukan istri atau berusia di bawah umur.
Aspek medis dan hukum dari delik perkosaan dan delik susila lainnya khususnya
dari aspek pembuktiannya.
KENDALA PEMBUKTIAN
Dalam sistim peradilan yang dianut negara kita, seorang hakim tidak dapat
menjatuhkan hukuman kepada seseorang terdakwa kecuali dengan sekurangnya dua alat
bukti yang sah ia merasa yakin bahwa tindak pidana itu memang telah terjadi (pasal 183
KUHAP) .
Sedang yang dimaksud dengan alat bukti yang sah adalah keterangan saksi,
keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa (pasal 184 KUHAP).
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka pada suatu kasus perkosaan dan delik susila
lainnya perlu diperjelas keterkaitan antara bukti bukti yang ditemukan :
1. Tempat kejadian perkara,
2. Tubuh atau pakaian korban,
3. Tubuh atau pakaian pelaku dan
4. Pada alat yang digunakan pada kejahatan ini ( penis ).
Keterkaitan antara 4 faktor inilah yang seringkali dijabarkan dalam prisma (segiempat)
bukti dan merupakan salah satu hal yang dapat menimbulkan keyakinan hakim.
Pada banyak kasus perkosaan keterkaitan empat faktor ini tidak jelas atau tidak dapat
ditemukan sehingga mengakibatkan tidak timbul keyakinan pada hakim yang
bermanifestasi dalam bentuk hukuman yang ringan dan sekadarnya.
Beberapa hal yang dapat mengakibatkan terjadinya hal ini adalah hal-hal sbb:
13
b. Masalah teknis pengumpulan benda bukti
Pengolahan TKP dan tehnik pengambilan barang bukti merupakan hal yang amat
mempengaruhi pengambilan kesimpulan. Pada suatu kejadian perkosaan dan delik susila
lainnya penyidik mencari sebanyak mungkin benda bukti yang mungkin ditinggalkan di
TKP seperti adanya sidikjari, rambut, bercak mani pada lantai, seprei atau kertas tissue di
tempat sampah dsb.
Tidak dilakukannya pencarian benda bukti, baik akibat kurangnya pengetahuan,
kurang pengalaman atau kecerobohan, dapat mengakibatkan hilangnya banyak data yang
penting untuk pengungkanan kasus. Pada pemeriksaan terhadap tubuh korban cara
pengambilan sampel usapan vagina yang salah juga dapat menyebabkan hasil negatif
palsu. Pada persetubuhan dengan melalui anus (sodomi) pengambilan bahan usapan
dengan kapas lidi bukan dilakukan dengan mencolokkan lidi ke dalam liang anus saja
tetapi harus dilakukan juga pada sela-sela lipatan anus, karena pada pengambilan yang
pertama yang akan didapatkan umumnya adalah tinja dan bukan sperma.
Adanya bercak mani pada kulit, bulu kemaluan korban yang menggumpal atau
pakaian korban, adanya rambut pada sekitar bulu kemaluan korban, adanya bercak darah
atau epitel kulit pada kuku jari (jika korban sempat mencakar pelaku) adalah hal-hal yang
tak boleh dilewatkan pada pemeriksaan.
14
Pemeriksaan sidik DNA yang dilakukan pada bahan yang berasal dari usapan vagina
korban bukan saja dapat mengungkapkan pelaku perkosaan secara pasti, tetapi juga dapat
mendeteksi jumlah pelaku pada kasus perkosaan dengan banyak pelaku (salome).
Pemeriksaan golongan darah dan sidik DNA atas bahan kerokan kuku (jika korban
sempat mencakar) juga dapat digunakan untuk mencari pelakunya.
Jika hanya pemeriksaan golongan darah yang akan dilakukan pada bahan usapan
vagina, maka bahan liur dari korban dan tersangka pelaku perlu juga diperiksa golongan
darahnya untuk menentukan golongan sekretor atau non sekretor.
Orang yang termasuk golongan sekretor (sekitar 85 -06 dari populasi) pada cairan
tubuhnya terdapat substansi golongan darah. Kelompok orang ini jika melakukan
perkosaan akan meninggalkan cairan mani dan golongan darahnya sekaligus pada tubuh
korban.
Sebaliknya orang yang termasuk golongan non-sekretor (15 % dari populasi)jika
memperkosa hanya akan meninggalkan cairan mani saja tanpa golongan darah. Dengan
demikian jika pada tubuh korban ditemukan adanya substansi golongan darah apapun,
maka yang bersangkutan tetap harus dicurigai sebagai tersangkanya.
Adanya pemeriksaan sidik DNA telah mempermudah penyimpulan karena tidak
dikenal adanya istilah sekretor dan non~sekretor pada pemeriksaan DNA. Dalam hal
tersangka pelaku tertangkap basah dan belum sempat mencuci penisnya, maka secara
konvensional leher kepala penisnya dapat diusapkan ke gelas obyek dan diberi uap lugol.
Adanya sel epitel vagina yang berwarna coklat dianggap merupakan bukti bahwa penis
itu baru ‘bersentuhan' dengan vagina alias baru bersetubuh. Laporan terakhir pada tahun
1995, menunjukkan bahwa gambaran epitel ini tak dapat diterima lagi sebagai bukti
adanya epitel vagina, karena epitel pria baik yang normal maupun yang sedang
mengalami infeksi kencing juga mempunyai epitel dengan gambaran yang sama.
Pada saat ini jika seorang pria diduga baru saja bersetubuh, maka kepala dan leher
penisnya perlu dibilas dengan larutan NaCl. Air cucian ini selanjunya diperiksa ada
tidaknya sel epitel secara mikroskopik dan jika ada maka pemeriksaan dapat dilanjutkan
dengan pemeriksaan DNA dengan metode PCR (polymerase chain reaction)
15
untuk mendeteksi kekerasan berupa membuat korban pingsan atau tidak berdaya dengan
obat-obatan umumnya tak pernah dilakukan.
Pemeriksaan ada tidaknya cairan mani biasanya hanya dilakukan dengan pemeriksaan
langsung saja, sehingga adanya cairan mani tanpa sperma tak mungkin dideteksi.
Pemeriksaan kearah pembuktian pelaku seiauh ini boleh dikatakan tak pernah dilakukan
karena masih dianggap bukan kewajiban dokter. Dengan demikian selama ini dasar dari
tuduhan terhadap pelaku perkosaan umumnya adal,ah hanya dari kesaksian korban dan
pengakuan tersangka saja, padahal kedua alat bukti ini seringkali sulit dipercaya karena
sifatnya yang subyektif.
Perkosaan
Menurut KUHP pasal 285 perkosaan adalah dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
menyetubuhi seorang wanita di luar perkawinan. Termasuk dalam kategori kekerasan
disini adalah dengan sengaja membuat orang pingsan atau tidak berdaya (pasal 89
KUHP).
Hukuman maksimal untuk delik perkosaan ini adalah 12 tahun penjara.
16
Untuk penuntutan ini harus ada pengaduan dari korban atau keluarganya (pasal
287 KUHP) . Khusus untuk yang usianya dibawah 12 tahun maka untuk penuntutan tidak
diperlukan adanya pengaduan.
Perzinahan
Perzinahan adalah persetubuhan antara pria dan wanita diluar perkawinan, dimana
salah satu diantaranya telah kawin dan pasal 27 BW berlaku baginya. Khusus untuk delik
ini penuntutan dilakukan oleh pasangan dari yang telah kawin tadi yang diajukan dalam 3
bulan disertai gugatan cerai/pisah kamar/pisah ranjang. Perzinahan ini diancam dengan
hukuman pen]ara selama maksimal 9 bulan.
Perbuatan cabul
Seseorang yang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang
untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, maka ia diancam dengan
hukuman penjara maksimal 9 tahun (pasal 289 KUHP).
Hukuman perbuatan cabul lebih ringan, yaitu 7 tahun saja jika perbuatan cabul ini
dilakukan terhadap orang yang sedang pingsan, tidak berdaya. berumur dibawah 15 tahun
atau belum pantas dikawin dengan atau tanpa bujukan (pasal 290 KUHP). Perbuatan
cabul yang dilakukan terhadap orang yang belum dewasa oleh sesama jenis diancam
hukuman penjara maksimal 5 tahun (pasal 291 KUHP).
Perbuatan cabul yang dilakukan dengan cara pemberian, menjanjikan uang atau
barang, menyalahgunakan wibawa atau penyesatan terhadap orang yang belum dewasa
diancam dengan hukuman penjara maksimal 5 tahun (pasal 293 KUHP). Perbuatan cabul
yang dilakukan terhadap anak, anak tiri, anak angkat, anak yang belum dewasa yang
pengawasan, pemeliharaan, pendidikan atau penjagaannya diserahkan kepadanya, dengan
bujang atau bawahan yang belum dewasa diancam dengan hukuman penjara maksimal 7
tahun.
Hukuman yang sama juga diberikan pada pegawai negeri yang melakukan
perbuatan cabul dengan bawahan atau orang yang penjagaannya dipercayakan
kepadanya, pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas atau pesuruh dalam penjara,
tempat peker]aan negara, tempat pendidikan, rumah piatu, rumah sakit, rumah sakit jiwa
atau lembaga sosial yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang dimasukkan ke
dalamnya (pasal 294 KUHP).
Orang yang dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan, menjadi
penghubung bagi perbuatan cabul terhadap korban yang belum cukup umur diancam
dengan hukuman penjara maksimal 5 tahun (pasal 295 KUHP).
Jika perbuatan ini dilakukan sebagai pencarian atau kebiasaan maka ancaman
hukumannya satu tahun 4 bulan atau denda paling banyak Rp. 15.000,-
17
PEMERIKSAAN KORBAN
korban dibawa ke dokter untuk mendapatkan pertolongan medis, maka dokter
punya kewajiban untuk melaporkan kasus tersebut ke polisi atau menyuruh keluarga
korban untuk melapor ke polisi.
Korban yang melapor terlebih dahulu ke polisi pada akhirnya juga akan dibawa ke
dokter untuk mendapatkan pertolongan medis sekaligus pemeriksaan forensik untuk
dibuatkan visum et repertumnya.
Sebagai dokter klinis, pemeriksa bertugas menegakkan diagnosis dan melakukan
pengobatan. Adanya kemungkinan terjadinya kehamilan atau penyakit akibat hubungan
seksual (PHS) harus diantisipasi dan dicegah dengan pemberian obat-obatan. Pengobatan
terhadap luka dan keracunan harus dilakukan seperti biasanya. Pengobatan secara
psikiatris untuk penanggulangan trauma pasca perkosaan juga sangat diperlukan untuk
mengurangi penderitaan korban. Sebagai dokter forensik pemeriksa bertugas
mengumpulkan berbagai. bukti yang berkaitan dengan pemenuhan unsur-unsur delik
seperti yang dinyatakan oleh undang-undang, dan menyusun laporan visum et repertum.
Secara umum dokter bertugas mengumpulkan bukti adanya kekerasan, keracunan,
tanda persetubuhan, penentuan usia korban dan pelacakan benda bukti yang berasal dari
pelaku. Pencarian benda-benda bukti yang berasal dari pelaku pada tubuh atau pakaian
korban dan tempat kejadian perkara merupakan hal penting yang paling sering dilupakan
oleh dokter.
Pada kasus perkosaan dan delik susila lainnya perlu dikumpulkan informasi sebagai
berikut :
Umur korban
Umur korban amat perlu ditentukan pada pemeriksaan medis, karena hal itu
menentukan jenis delik (delik aduan atau bukan), jenis pasal yang dilanggar dan jumlah
hukuman yang dapat dijatuhkan.
Dalam hal korban mengetahui secara pasti tanggal lahirnya/umurnya, apalagi jika
dikuatkan oleh bukti diri (KTP,SIM dsb) , maka umur dapat langsung disimpulkan dari
hal tersebut.
Akan tetapi jika korban tak mengetahui umurnya secara pasti maka perlu
diperiksa erupsi gigi molar II dan molar III. Gigi molar II mengalami erupsi pada usia
kurang lebih 12 tahun, sedang gigi molar III pada usia 17 sampai 21 tahun. Untuk wanita
yang telah tumbuh molar IInya, perlu dilakukan foto ronsen gigi. Jika setengah sampai
seluruh mahkota molar III sudah mengalami mineralisasi (terbentuk) , tapi akarnya belum
maka usianya kurang dari 15 tahun. Kriteria sudah tidaknya wanita mengalami haid
pertama atau menarche tak dapat dipakai untuk menentukan umur karena usia menarch
saat ini tidak lagi pada usia 15 tahun tetapi seringkali jauh lebih muda dari itu.
18
Tanda kekerasan
Yang dimaksud dengan kekerasan pada delik susila adalah kekerasan yang
menunjukkan adanya unsur pemaksaan, seperti jejas bekapan pada hidung, mulut dan
bibir, jejas cekik pada leher, kekerasan pada kepala, luka lecet pada punggung atau
bokong akibat penekanan, memar pada lengan atas dan paha akibat pembukaan secara
paksa, luka lecet pada pergelangan tangan akibat pencekalan dsb.
Adanya luka-luka ini harus dibedakan dengan luka-luka akibat "foreplay" pada
persetubuhan yang "biasa" seperti luka isap (cupang) pada leher, daerah payudara atau
sekitar kemaluan, cakaran pada punggung (yang sering terjadi saat orgasme) dsb.
Luka-luka yang terakhir ini memang merupakan kekerasan tetapi bukan
kekerasan yang dimaksud pada delik perkosaan. Adanya luka-luka jenis ini harus
dinyatakan secara jelas dalam kesimpulan visum et repertum untuk menghindari
kesalahan interpretasi oleh aparat penegak hukum.
Tanpa adanya kejelasan ini suatu kasus persetubuhan biasa bisa disalahtafsirkan
sebagai perkosaan yang berakibat hukumannya menjadi lebih berat.
Pemeriksaan toksikologi untuk beberapa jenis obat-obatan yang umum digunakan
untuk membuat orang mabuk atau pingsan perlu pula dilakukan, karena tindakan
membuat orang mabuk atau pingsan secara sengaja dikategorikan juga sebagai kekerasan.
Obat-obatan yang perlu diperiksa adalah obat penenang, alkohol, obat tidur, obat
perangsang (termasuk ecstasy) dsb.
Tanda persetubuhan
Tanda persetubuhan secara garis besar dapat dibagi dalam tanda penetrasi dan
tanda ejakulasi. Tanda penetrasi biasanya hanya jelas ditemukan pada korban yang masih
kecil atau belum pernah melahirkan atau nullipara. Pada korban-korban ini penetrasi
dapat menyebabkan terjadinya robekan selaput dara sampai ke dasar pada lokasi pukul 5
sampai 7, luka lecet, memar sampai luka robek baik di daerah liang vagina, bibir
kemaluan maupun daerah perineum. Adanya penyakit keputihan akibat jamur Candida
misalnya dapat menunjukkan adanya erosi yang dapat disalah artikan sebagai luka lecet
oleh pemeriksa yang kurang berpengalaman. Tidak ditemukannya luka-luka tersebut pada
korban yang bukan nulipara tidak menyingkirkan kemungkinan adanya penetrasi.
Tanda ejakulasi bukanlah tanda yang harus ditemukan pada persetubuhan,
meskipun adanya ejakulasi memudahkan kita secara pasti menyatakan bahwa telah terjadi
persetubuhan. Ejakulasi dibuktikan dengan pemeriksaan ada tidaknya sperma dan
komponen cairan mani. Untuk uji penyaring cairan mani dilakukan pemeriksaan fosfatase
asam. Jika uji ini negatif, kemungkinan adanya ejakulasi dapat disingkirkan. Sebaliknya
jika uji ini positif, maka perlu dilakukan uji pemastian ada tidak sel sperma dan cairan
mani.
Usapan lidi kapas diambil dari daerah labia minora, liang vagina dan kulit yang
menunjukkan adanya kerak. Adanya rambut kemaluan yang menggumpal harus diambil
19
dengan cara digunting, karena umumnya merupakan akibat ejakulasi di daerah luar
vagina.
Untuk mendeteksi ada tidaknya sel mani dari bahan swab dapat dilakukan
pemeriksaan mikroskopik secara langsung terhadap ekstrak atau dengan Pembuatan
preparat tipis yang diwarnai dengan pewarnaan malachite green atau christmas tree.
Jika yang akan diperiksa sampel berupa bercak peda pakaian dapat dilakukan
pemeriksaan Baechi, dimana adanya sperma akan tampak berupa sel sperma yang
terjebak diantara serat pakaian. Sel sperma positip merupakan tanda pasti adanya
ejakulasi. Kendala utama pada pemeriksaan ini adalah jika sel sperma telah hancur
bagian ekor dan lehernya sehingga hanya tampak kepalanya saja. Untuk mendeteksi
kepala sperma semacam ini harus diyakini bahwa memang kepala tersebut masih
memiliki topi (akrosom).
Adanya cairan mani dicari dengan pemeriksaan terhadap beberapa komponen
sekret kelenjar kelamin pria (khususnya kelenjar prostat) yaitu spermin (dengan uji
Florence), cholin (dengan uji Berberio) dan zink (dengan uji PAN) . Suatu temuan berupa
sel sperma negatif tapi komponen cairan mani positip menunjukkan kemungkinan
ejakulasi oleh pria yang tak memiliki sel sperma (azoospermi) atau telah menjalani
sterilisasi atau vasektomi.
Dampak perkosaan
Dampak perkosaan berupa terjadinya gangguan jiwa, kehamilan atau timbulnya
penyakit kelamin harus dapat dideteksi secara dini. Khusus untuk dua hal terakhir,
pencegahan dengan memberikan pil kontrasepsi serta antibiotic lebih bijaksana dilakukan
ketimbang menunggu sampai komplikasi tersebut muncul.
Pelaku perkosaan
Aspek pelaku perkosaan merupakan merupakan aspek yang paling sering
dilupakan oleh dokter. Padahal tanpa adanya pemeriksaan kearah ini, walaupun telah
terbukti adanya kemungkinan perkosaan. amatlah sulit menuduh seseorang sebagai
pelaku pemerkosaan. Untuk mendapatkan informasi ini dapat dilakukan pemeriksaan
kutikula rambut dan pemeriksaan golongan darah dan pemeriksaan DNA dari sampel
yang positip sperma/maninya.
20
Pada kasus perkosaan ditemukannya pita-pita DNA dari benda bukti atau karban
yang ternyata identik dengan pita-pita DNA tersangka menunjukkan bahwa tersangkalah
yang menjadi donor sperma tadi. Adanya kemungkinan percampuran antara sperma
pelaku dan cairan vagina tidak menjadi masalah, karena pada proses kedua jenis DNA ini
dapat dipisahkan satu sama lain. Satu-satunya kesalahan yang mungkin terjadi adalah
kalau pelakunya ternyata adalah saudara kembar identik dari si tersangka, karena
keduanya memiliki pita DNA yang sama persis.
Perkembangan lebih lanjut pada bidang forensik adalah ditemukannya pelacak
DNA yang hanya melacak satu lokus saja (single locus probe) . Berbeda dengan tehnik
Jeffreys yang menghasilkan banyak pita, disini pita yang muncul hanya 2 buah saja.
Penggunaan metode ini pada kasus perkosaan sangat menguntungkan karena ia dapat
digunakan untuk membuat perkiraan jumlah pelaku pada kasus perkosaan dengan pelaku
lebih dari satu. Sebagai contoh, jika pita DNA pada bahan usapan vagina ada 6 buah,
maka sedikitnya ada (6 : 2) yaitu 3 orang pelaku. Untuk mempertinggi derajat keakuratan
pemeriksaan ini, umumnya dilakukan pemeriksaan beberapa lokus sekaligus. Adanya pita
yang sama dengan tersangka menunjukkan bahwa tersangka itu adalah pelakunya, sedang
pita yang tidak sama menyingkirkan tersangka sebagai pelaku.
Ditemukannya metode penggandaan DNA secara enzimatik (metode Polymerase
Chain Reaction atau PCR) oleh kelompok Cetus, membuka lebih banyak kemungkinan
pemeriksaan DNA. Dengan metode ini bahan sampel yang amat minim jumlahnya tidak
lagi menjadi masalah karena DNAnya dapat diperbanyak jutaan sampai milyaran kali
lipat di dalam mesin yang dinamakan mesin PCR atau thermocycler. Dengan metode ini
waktu pemeriksaan juga banyak dipersingkat, lebih sensitif serta lebih spesifik pula. Pada
metode ini analisis DNA dapat dilakukan dengan sistim dotblot yang berbentuk bulatan
berwarna biru, sistim elektroforesis yang berbentuk pita DNA atau dengan pelacakan
urutan basa dengan metode sekuensing.
Semen merupakan cairan agak kental, berwarna putih kekuningan, keruh dan berbau
khas. Dapat mengandung/ tidak mengandung spermatozoa (pada azospermia).
Mengandung spermatozoa, sel-sel epitel, dan sel-sel lain yang tersuspensi dalam cairan
yang disebut plasma seminal yang mengandung spermin dan beberapa enzim seperti
fosfatase asam. Karena kekhasan kandungan zat ini, zat ini dapat digunakan untuk
menentukan apakah suatu cairan atau bercak adalah sperma atua bukan.
Bahan yang diambil dari tubuh korban:
21
Cairan mani dalam vagina untuk membuktikan adanya persetubuhan. Swab dilakukan
dengan bantuan spekulum. Dengan cotton but dilakukan swab pada forniks posterior
vagina dan permukaan mulut rahim.
Dibuat sediaan apus dan difiksasi dengan melewatkan gelas sediaan apus tersebut
pada nyala api. Pulas dengan HE, methy lene blue atau malachite green
Malachite green adalalh cara yang mudah dan baik digunakan.
o Warnai dengan larutan malachite green 1% selama 10-15 menit, lalu cuci
dengan air mengalir dan setelah itu lakukakn counterstain dengan Eosin
Yellowish 1% selama 1 menit, terakir cuci lagi dengan air
o Terlihat gambaran sperma: kepala (merah), leher( merah muda), ekor
(hijau)
Penentuan cairan mani (kimiawi)
(+) palsu dapat ditemukan pada feses, air teh, kontraseptik, sari buah dan tumbuh-
tumbuhan.
Reaksi Berberio
22
Merupakan reaksi penentu ada/ tidaknya mani
Reagen yang digunakan larutan asam pikrat jenuh
(+) kristal spermin pikrat yang kekuning-kuningan berbentuk jarum dengan ujung
tumpul, kadang-kadang terdapat garis refraksi yang terletak longitudinal
Reaksi florence
(+) kristal kholin-periodida berwarna cokelat, berbentuk jarum dengan ujung sering
terbelah.
(+) palsu ekstrak jaringan berbagai organ (putih telur, ekstrak seranggga) akan
memberikan warna serupa.
Pemeriksa bercak mani pada pakaian
Visual
Bercak manu berbatas tegas, dan lebih gelap dari sekitarnya, bercak yang sudah agak tua
berwarna agak kekuning-kuningan. Pada bahan tekstil yang tidak menyerap, bercak yang
segar akan menunjukkan permukaan mengkilap dan translusen, kemudian akan
mengering.
Dengan bantuan sinar Ultraviolet bercak semen akan menunjukkan warna putih
Dengan bantuan lampu wood: dapat ditemukan bercak putih pada kulit/ tubuh
Taktil
Bercak mani terasa memberi kesan kaku seperti kanji
Pewarnaan baecchi
23
Kaca obyek ditempelkan dan ditekankan pada glans penis, terutama pada bagian
kolom, korona serta frenulum
Kemudian letakkan dengan spesimen menghadap ke bawah dengan specimen
menghadap ke bawah dia atas tempat yang berisi larutan lugol dengan tujuan agar
uap iodium akan mewarnai sediaan tersebut. Hasik + menunjukan sel-sel epitel
vagina dengan sitoplasma berwarna cokelat karena mengandung banyak glikogen.
Untuk memastikan bahwa sel epitel berasal dari seorang wanita, perlu ditentukan
adanya kromatin seks (barr body).
Mati menurut ilmu kedokteran didefinisikan sebagai berhentinya fungsi sirkulai dan
respirasi secara permanen (mati klinis). Dengan adanya perkembangan teknologi ada alat
yang bisa menggantikan fungsi sirkulasi dan respirasi secara buatan. Oleh karena itu
definisi kematian berkembang menjadi kematian batang otak. Brain death is death. Mati
adalah kematian batang otak.
DEFINISI MATI
Secara tradisional mati dapat didefinisikan secara sederhana yaitu berhentinya ketiga
sistem penunjang kehidupan sistem syaraf pusat, jantung dan paru secara permanent
(permanent cessation of life) ini yang disebut sebagai mati klinis atau mati somatis.
Tetapi dengan ditemukannya respirator maka disusunlah kriteria diagnostik baru yang
berdasarkan pada konsep “brain death is death”. Kemudian konsep inipun diperbaharui
menjadi “brain steem death is death” perbaikan ini berangkat dari pemikiran bahwa :
Tidak dapat mendiagnosis brain death dengan memeriksa seluruh fungsi otak
dalam keadaan koma, mengingat fungsi-fungsi tertentu dari otak seperti melihat,
mencium, mendengar, fungsi serebeler dan beberapa fungsi korteks hanya dapat
diperiksa dalam keadaan kompos mentis.
Proses brain death tidak terjadi secara serentak, tetapi bertahap mengingat
resistensi yang berbeda-beda dari berbagai bagian otak terhadap tidak adanya
oksigen. Dalam hal ini brain stem merupakan bagian yang paling tahan
dibandingkan dengan korteks dan talamus.
Brain stem merupakan bagian dari otak yang mengatur fungsi vital, terutama
pernafasan.
24
1. Mati somatis (mati klinis)
Mati somatis terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan,
yaitu susunan saraf pusat, sistem kardiovaskuler dan sistem pernafasan secara
menetap (ireversibel).Secara klinis tidak ditemukan refleks-refleks, EEG
mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerakan
pernafasan dan suara pernafasan tidak terdengar pada auskultasi.
2. Mati suri
Mati suri (suspend animation, apparent death) adalah terhentinya ketiga sistem
penunjang kehidupan yang ditentukan oleh alat kedokteran sederhana.Dengan alat
kedokteran yang canggih masih dapat dibuktikan bahwa ketiga sistem tersebut
masih berfungsi.Mati suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur,
tersengat aliran listrik dan tenggelam.
4. Mati serebral
Mati serebral adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel, kecuali
batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem
pernafasan dan kardiovaskuler masih berfungsi dengan bantuan alat.
25
keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat
dihentikan.
Perubahan pada tubuh tersebut dapat timbul dini pada saat meninggal atau
beberapa menit kemudian.
Ada 2 fase perubahan post mortem yaitu fase cepat (early) dan fase lambat (late).
Perubahan cepat (early) :
- Tidak adanya gerakan.
- Jantung tidak berdenyut (henti jantung).
- Paru-paru tidak bergerak (henti nafas).
- Kulit dingin dan turgornya menurun.
- Mata tidak ada reflek pupil dan tidak bergerak.
- Suhu tubuh sama dengan suhu lingkungan lebam mayat (post mortal lividity).
- Lebam mayat.
Perubahan lambat (late) ;
- Kaku mayat (post mortal rigidity).
- Pembusukan (decomposition).
- Penyabunan (adipocere).
- Mummifikasi.
26
Gambar 1: Sumber energi untuk kontraksi otot. Dikutip dari kepustakaan 2.
27
lutut. Pada laki-laki, kaku mayat lebih hebat dibandingkan pada perempuan oleh
karena laki-laki memiliki massa otot yang lebih besar dibandingkan wanita.1,2
Pada rata-rata orang pada suhu ruangan yang biasa, rigor mortis biasanya
terlihat 2-4 jam setelah kematian. Dan biasanya terjadi rigor mortis sempurna
setelah meninggal.Tubuh mengalami rigor mortis sempurna ketika rahang, siku,
dan lutut sudah tidak dapat digerakkan lagi. Hal ini berlangsung 10-12 jam setelah
kematian pada suhu ruangan 70-750 F. Keadaan ini akan menetap 24-36 jam dan
setelah itu, kaku mayat akan mulai menghilang. 1,6
Rigor Mortis pada Otot Involunter 7
Rigor mortis pada otot skelet menyebabkan terjadinya kekakuan pada sendi.
Adapun beberapa proses yang terjadi selanjutnya yaitu :
28
keadaan supine menunjukkan sedikit fleksi pada siku dan lutut.Rigor
bertahan selama 24-96 jam.
Resolusi (secondary flaccidity)
Rigor mulai berkurang dan bahkan menghilang saat terjadi denaturasi
hubungan aktin-myosin dan dimulainya dekomposisi.Waktu yang
dibutuhkan sekitar 24-192 jam.
Gambar 4 :Rigor Mortis yang ditemukan pada mayat 2 hari setelah kematian.
Dikutip dari kepustakaan 3.
a. Cadaveric Spasm
Cadaveric spasm terjadi pada kematian yang disebabkan jika seseorang
berada ditengah aktifitas fisik atau emosi yang kuat, yang kemudian
menuntun pada kekakuan post – mortem instan yang sedikit kurang dapat
dipahami.Hal ini harus diawali dengan aktifitas saraf motorik, tetapi beberapa
alasan mengatakan terdapat kegagalan relaksasi normal. Fenomena biasanya
terjadi hanya pada 1 daerah otot, contohnya otot fleksor tangan, dibanding
seluruh tubuh. sesungguhnya merupakan kaku mayat yang timbul dengan
intensitas sangat kuat tanpa didahului oleh relaksasi primer. Penyebabnya
adakah akibat habisnya cadangan glikogen dan ATP yang bersifat setempat
pada saat mati klinis karena kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum
meninggal.
29
Keuntungannya, kebanyakan penyidik dapat mengetahui saat seseorang
diduga mati dibunuh atau bunuh diri saat melihat tangannya yang
menggenggam senjata. Jika menemukan korban yang tenggelam, atau jatuh
dari ketinggian, hal ini memiliki nilai yang memastikan bahwa orang tersebut
masih hidup saat dia jatuh, dengan demikian hal ini membedakan pada
korban post – mortem yang dibuang.
30
keunguan terhadap area tersebut.Darah tetap cair karena adanya aktivitas
fibrinolisin yang berasal endotel pembuluh darah.
Besarnya lebam mayat bergantung pada jumlah dan keenceran dari darah.
Darah akan mengalami koagulasi spontan pada semua kasus sudden death
dimana otopsi dilakukan antara 1 jam. Koagulasi spontan ini mungkin akan
hilang paling cepat 1,5 jam setelah mati. Tidak adanya fibrinogen pada
darah post mortem akan menyebabkan tidak terjadinya koagulasi spontan.
Fibrinolisin didapatkan dari darah post mortem hanya bertindak pada fibrin,
bukan pada fibrinogen. Fibrinolisin bertindak dengan mengikatkan dirinya
pada bekuan yang baru dibentuk dan kemudian akan lepas menjadi cairan
bersama bekuan yang hancur. Fibrinolisin dibentuk oleh sel endotel dalam
pembuluh darah.
31
Lebam mayat lama kelamaan akan terfiksasi oleh karena adanya kaku
mayat. Pertama – tama karena ketidakmampuan darah untuk mengalir pada
pembuluh darah menyebabkan darah berada dalam posisi tubuh terendah
dalam beberapa jam setelah kematian. Kemudian saat darah sudah mulai
terkumpul pada bagian – bagian tubuh, seiring terjadi kaku mayat.Sehingga
hal ini menghambat darah kembali atau melalui pembuluh darahnya karena
terfiksasi akibat adanya kontraksi otot yang menekan pembuluh darah.Selain
itu dikarenakan bertimbunnya sel – sel darah dalam jumlah cukupbanyak
sehingga sulit berpindah lagi.
Biasanya lebam mayat berwarna merah keunguan.Warna ini bergantung
pada tingkat oksigenisasi sekitar beberapa saat setelah kematian. Perubahan
warna lainnya dapat mencakup:
- Cherry pink atau merah bata (cherry red) terdapat pada keracunan oleh
carbonmonoksida atau hydrocyanic acid.
- Coklat kebiruan atau coklat kehitaman terdapat pada keracunan kalium
chlorate, potassium bichromate atau nitrobenzen, aniline, dan lain – lain.
- Coklat tua terdapat pada keracunan fosfor.
- Tubuh mayat yang sudah didinginkan atau tenggelam maka lebam akan
berada didekat tempat yang bersuhu rendah, akan menunjukkan bercak pink
muda kemungkinan terjadi karena adanya retensi dari oxyhemoglobin pada
jaringan.
- Keracunan sianida akan memberikan warna lebam merah terang, karena
kadar oksi hemoglobin (HbO2) yang tinggi.
32
Orang meninggal ------> Jantung berhenti bekerja ------> Sirkulasi darah
terhenti ------> Pengendapan butir darah dalam kapiler dalam letak rendah
------> butir darah terkoagulasi ------> Hemolisis
33
Gambar 6: Glukogenesis. Dikutip dari kepustakaan 10.
Pada beberapa jam pertama, penurunan suhu terjadi sangat lambat dengan bentuk
sigmoid. Hal ini disebabkan ada 2 faktor, yaitu :10
1. Masih adanya sisa metabolisme dalam tubuh mayat, yakni karena masih
adanya proses glikogenolisis dari cadangan glikogen yang disimpan di
otot dan hepar.
2. Perbedaan koefisien hantar sehingga butuh waktu yang mencapai tangga
suhu.
34
Faktor yang mempengaruhi penurunan suhu mayat :
Ukuran tubuh.
Anak – anak dan orang dewasa dengan badan kecil akan mengalami
pendinginan yang lebih cepat daripada orang dewasa yang berukuran lebih
besar. Jumlah dari lemak subkutan dan lemak preperitoneal berperan
dalam menentukan cepat lambatnya proses pendinginan. Tubuh seorang
yang kurus akan lebih cepat mendingin karena luas permukaan tubuhnya
yang kecil dan kurangnya lemak.
Aliran udara dan kelembapan.
Udara disekitar tubuh bertindak sebagai medium pemindah suhu. Dalam
beberapa kondisi, udara hangat biasanya menyelimuti permukaan tubuh
dengan demikian akan memblok perubahan temperatur. Pergerakan udara
35
pada permukaan tubuh membawa udara dingin yang mempunyai kontak
langsung pada tubuh yang mendorong hilangnya panas. Udara yang
lembab akan mengalirkan panas lebih cepat dibanding yang kering.
Post mortem caloricity.
Adalah kondisi dimana terjadi peningkatan temperatur tubuh sesudah mati
sebagai pengganti akibat pendinginan tubuh tersebut. Walaupun proses
glikogenolisis post mortem yang berlangsung pada kebanyakan tubuh
sesudah mati, dapat memproduksi kira – kira 140 kalori yang akan
meningkatkan suhu tubuh temperatur 2 derajat celcius.
Rumus perkiraan saat kematian berdasarkan penurunan suhu mayat pada suhu
lingkungan sebesar 70 derajat Fahrenheit (21 derajat celcius), adalah sebagai
berikut :
Secara umum 1,5 o F / 1 o C per jam, teori lain : 0,8 o F per jam. 1,5 o F / 1 o C per
jam 6 jam pertama, 1 o F jam 6 kedua, 0,6 o F per jam 6 jam ketiga, setelah 12 jam
mencapai suhu sama dengan suhu lingkungan (untuk kulit). Sedangkan untuk
organ – organ dalam : 24 jam baru bias sama dengan suhu lingkungan. Bila
tenggelam / dalam air : 6 jam sudah mencapai suhu lingkungan.
II.D.PEMBUSUKAN
Autolisis
Penghancuran jaringan adalah hasil dari proses enzim endogenous yang
dikenal sebagai proses autolysis. Autolysis adalah pelunakan dan pencairan
jaringan yang terjadi dalam keadaan steril.Autolisis timbul akibat kerja digestif
oleh enzim yang dilepaskan sel pasca mati dan hanya dapat dicegah dengan
pembekuan jaringan.1,2
Pada autolisis terjadi pelepasan enzim yang berasal dari pankreas dan asam
lambung yang berasal dari lambung.Pankreas menghasilkan banyak enzim
pencernaan diantaranya adalah amylase, lipase, dan tripsinogen.Pada kematian,
enzim ini dilepaskan oleh sel eksokrin dari pancreas dan enzim ini mencernakan
dirinya sendiri (terjadi autodigesti).Lambung terdiri dari banyak sel yang
menghasilkan enzim dan asam hidroklorida yang berperan penting dalam
36
pencernaan.Ketika meninggal, pepsinogen dan asam hidroklorida dilepaskan dari
sel lambung dan memberikan autodigesti dari mukosa lambung itu sendiri
(gastromalasia). Jika hal ini berlangsung terus menerus, maka akan menyebabkan
perforasi dari lambung. Proses yang sama juga terjadi pada esophagus akibat dari
relaksasi sphincter esophagus sehingga cairan dari lambung masuk ke esophagus
(esofagomalasia). Akibat gastromalasia dan esofagomalasia, akan menyebabkan
perembesan isi cairan lambung ke cavum abdomen sehingga menyebabkan
penghancuran struktur organ sekitar.7
Ketika sel tubuh mencapai fase akhir dari proses autolisis, suasana lingkungan
sekitar menjadi anaerobik. Pada saat ini, bakteri normal pada tubuh akan mulai
berkembang dan mengancurkan jaringan tubuh dengan memproduksi asam, gas
dan bahan-bahan organic (fase putrefaction).7
Putrefaction
Sedangkan putrefaction adalah pembusukan yang disebabkan oleh aktivitas
bakteri.Setelah seseorang meninggal, bakteri yang normal hidup dalam tubuh
segera masuk ke jaringan.Darah merupakan media terbaik bagi bakteri tersebut
untuk bertumbuh.Sebagian besar bakteri berasal dari usus dan traktus
respiratorius.Bakteri ini merupakan bakteri anaerobik yang memproduksi spora,
bakteri yang berbentuk coliform, mikrokokus, dan golongan proteus. Peningkatan
kadar organism anaerobik disebabkan karena peningkatan kadar ion hidrogen
dalam jaringan yang terjadi bersamaan dengan penurunan kadar oksigen. 1,7
37
Gambar 7: Terjadi perubahan warna kulit menjadi lebih kehijauan terutama pada
daerah perut. Dikutip dari kepustakaan 3.
Pada keadaan ini, kulit tampak lebih licin dan tampak vesikel dan bulla
yang multipel. Kulit ari kemudian akan dengan mudah terlepas bila tergeser atau
tertekan. Dalam minggu kedua akan terbentuk gelembung-gelembung
pembusukan yang merupakan kelanjutan dari perubahan kulit ari diatas.
Gelembung-gelembung tersebut berisi cairan berwarna merah kehitaman yang
disertai dengan bau pembusukan, yang bila dipecahkan akan tampak kulit pada
dasar gelembung tersebut licin dan berwarna merah jambu. Kulit tampak lebih
mudah terkelupas bagian epidermisnya. Selain itu, rambut pada daerah kulit ini
juga akan lebih mudah mengalami kerontokan. 1,8
Gambar 8: Tampak kulit yang licin disertai dengan vesikel dan bulla yang telah
pecah. Dikutip dari kepustakaan 3.
38
Patomekanisme pembusukan.
Adiposera
Adiposera adalah terbentuknya bahan berwarna keputihan, lunak, atau
berminyak, berbau tengik yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh
paskamati.1Adiposera terutama terdiri dari asam-asam lemak tak jenuh yang
terbentuk dari hidrolisis lemak dan mengalami hidrogenisasi sehingga
terbentuk asam lemak jenuh pasca mati yang tercampur dengan sisa-sisa otot,
jaringan ikat, jaringan saraf yang termumifikasi, dan kristal-kristal sferis
dengan gambaran radial.1
Adiposera akan membuat gambaran permukaan luar tubuh dapat bertahan
hingga bertahun-tahun, sehingga identifikasi mayat dan perkiraan sebab
kematian masih dapat dimungkinkan. Faktor-faktor yang mempermudah
terbentuknya adiposera adalah kelembapan dan lemak tubuh yang
cukup.1Pembusukan akan terhambat oleh adanya adiposera karena derajat
keasaman dan dehidrasi jaringan bertambah. 1
39
Gambar 10 : Kulit tampak sebagai “soap like apperance” (saponifikasi).
Dikutip dari kepustakaan 3.
Mumifikasi
Mumifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang
cukup cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat
menghentikan pembusukan. Jaringan berubah menjadi keras dan kering,
berwarna gelap, berkeriput, dan tidak membusuk karena kuman tidak dapat
berkembang pada lingkungan yang kering. Mumifikasi terjadi bila suhu
hangat, kelembapan rendah, aliran udara yang baik, tubuh yang dehidrasi dan
waktu yang lama.1
Grafik di bawah ini menunjukkan perubahan post mortal yang dikaitkan dengan
saat kematian:2
40
II. PENENTUAN WAKTU KEMATIAN YANG TERKINI
Forensik Entomologi
41
atau pada luka terbuka. Kecenderungan ini kemudian akan mengakibatkan
berubahnya bentuk luka dan bahkan hancurnya daerah sekitar luka. Telur lalat
umumnya terdeposit pada mayat segera setelah kematian pada siang hari.Bila
mayat tidak dipindahkan dan hanya telur yang ditemukan dari mayat, maka
dapat diasumsikan bahwa waktu kematian berkisar antara 1 sampai 2
hari.Angka ini sedikit variatif, tergantung pada temperature, kelembapan dan
spesies lalat.Setelah menetas, larva berkembang lebih besar hingga akhirnya
mencapai tahap pulpa.Tahap ini dapat memakan waktu 6 sampai 10 hari pada
kondisi tropis biasa.Lalat dewasa keluar dari pulpa pada 12 sampai 18 hari.
Harus diingat bahwa banyak variable yang mempengaruhi perkembangan
serangga, karenanya dari opini para penulis, suatu usaha memperkirakan saat
kematian dengan menggunakan metode dari entomologi, harus dibantu oleh
seorang ahli entomologi medik.11
42
Gambar 12: Wajah yang ditutupi dengan larva. Dikutip dari kepustakaan
HUMOR VITREUS
Memperkirakan saat mati secara kimia dalam humor vitreus sudah pernah
dicoba selama 30 tahun belakangan ini, walaupun tidak pernah diterima sebagai
pemeriksaan rutin. Dasar pemikiran dari digunakannya humor vitreus dalam
penentuan saat mati ialah karena cairan ini bebas terkontaminasi dari darah,
bakteri dan produk-produk autolisa postmortem bila dibandingkan dengan LCS.
Sebenarnya banyak yang dapat dinilai untuk penentuan saat mati melalui humor
vitreus, seperti mengukur kadar asam askorbat, konsentrasi asam piruvat,
hypoxanthine,glukosa dan potassium, tetapi yang paling banyak dipakai sebagai
penentuan saat mati adalah kadar potassium dalam humor vitreus.Pengikut
pengikut Jaffe adalah yang pertama kali memperkenalkan peningkatan kadar
potassium dan menghubungkannya dengan saat kematian, dan John Coe adalah
forensik patologis yang berpengalaman dalam hal ini. Sesudah kematian,
potassium interseluler menembus masuk kedalam retina melalui membran sel
yang setelah kematian menjadi membran yang permeable, dan kemudian masuk
kedalam corpus vitreus. Disini terdapat peningkatan yang nyata dan progressif
dari konsentrasi potassium sesudah mati, tetapi masih menjadi perdebatan apakah
peningkatan ini secara linear atau bifasik. Cara pengambilan humor vitreus ini
tidaklah sulit, hanya dibutuhkan 2 ml dari tiap mata dengan jarum lunak syringe
no 20. Sering didapati perbedaan kadar potassium mata kiri dan mata kanan
dalam satu individu. Selain itu bila aspirasinya dilakukan secara paksa atau terlalu
dekat dengan retina dapat mengubah nilai dari hasil pemeriksaan oleh karena
potassium mencapai vitreus dengan jalan menembus retina. Pengaruh suhu juga
masih menjadi perdebatan yang penting.13
Elektrolit lain yang dapat diperiksa dari humor vitreus adalah konsentrasi
sodium dan chlorida, dimana konsentrasi elektolit - elektrolit ini megalami
penurunan sesudah kematian, dan ini dapat digunakan untuk memeriksa
reabilitasnya satu sama lain, misalnya kadar potassium adalah < 15 mmol/l maka
kadar sodium dan chlorida dapat diperkirakan, dimana penurunan chlorida kurang
43
dari 1 mmol/l/jam dan sodium adalah 0.9 mmol/l/jam, sehingga
penurunan sodium disini tidak signifikan pada beberapa jam pertama, berbeda
dengan potassium yang peningkatannya terjadi secara bermakna. Sturner
menemukan cara pengukuran yang paling populer dalam penentuan potassium
vitreus untuk penentuan saat mati dengan menggunakan rumus :13
44
sama di lambung sebelum dilepaskan dan masuk kedalam duodenum yang secara
fisik sudah diubah oleh asam lambung , yang diukur pada saat makanan itu
ditelan. Adelson mengatakan secara fisiologis biasanya makanan ringan
meninggalkan lambung dalam 1,5 jam sampai 2 jam sesudah makan, makanan
yang jumlahnya sedang membutuhkan waktu 3 sampai 4 jam untuk meninggalkan
lambung, dan untuk makanan berat memerlukan waktu 4 sampai 6 jam sebelum
seluruhnya dikeluarkan kedalam duodenum. Makanan biasanya mencapai distal
ileum antara 6 sampai 8 jam sesudah makan. Modi memberi batasan 4 sampai 6
jam untuk makan daging dan sayuran dan 6 sampai 7 jam untuk makanan biji-
bijian dan kacang-kacangan. Akan tetapi semua nilai-nilai ini adalah sangat
bervariasi dari tiap individu. Metode terbaru dengan menggunakan teknik
radioisotop dalam penelitian mengenai pengosongan lambung memperlihatkan
hal-hal yang menarik. Bila makanan padat dimakan bersama dengan air maka air
akan meninggalkan lambung lebih cepat terlepas dari sifat atau kandungan kalori
dari bagian yang padat. Akan tetapi cairan yang mengandung kalori ternyata
tinggal lebih lama dalam lambung.13
Pengalaman menunjukan bahwa waktu pengosongan lambung ini tidaklah
konstan, waktu pengosongan lambung yang lama tidak hanya disebabkan oleh
penyakit dalam saluran cerna saja tetapi juga oleh faktor-faktor psikologis atau
trauma fisik terutama yang mengenai kepala.13
PERTUMBUHAN RAMBUT
45
Pertumbuhan panjang jenggot diukur dengan mencukur mayat, dan
diletakkannya di atntara slide dan gelas objek yang kemudian diukur dibawah
mikroskop 80% dari rambut-rambut ini aka menunjukkan panjang yang sama.13
TULANG
Gambaran Fisik
Tulang-tulang yang baru mempunyai sisa jaringan lunak yang melekat
pada tendon dan ligamen, khususnya di sekitar ujung sendi.Periosteum kelihatan
berserat, melekat erat pada permukaan batang tulang. Tulang rawan mungkin
masih ada dijumpai pada permukaan sendi. Melekatnya sisa jaringan lunak pada
tulang adalah berbeda-beda tergantung kondisi lingkungan, dimana tulang
terletak. Mikroba mungkin dengan cepat merubah seluruh jaringan lunak dan
tulang rawan, kadang dalam beberapa hari atau pun beberapa minggu. Jika mayat
dikubur pada tempat atau bangunan yang tertutup, jaringan yang kering dapat
bertahan sampai beberapa tahun. Pada iklim panas mayat yang terletak pada
tempat yang terbuka biasanya menjadi tinggal rangka pada tahun-tahun pertama,
walaupun tendon dan periosteumnya mungkin masih bertahan sampai lima tahun
atau lebih.14
Secara kasar perkiraan lamanya kematian dapat dilihat dari keadaan tulang seperti
:1
1. Dari Bau Tulang
Bila masih dijumpai bau busuk diperkirakan lamanya kematian kurang dari 5
bulan.Bila tidak berbau busuk lagi kematian diperkirkan lebih dari 5 bulan.
2. Warna Tulang
Bila warna tulang masih kekuning-kuningan dapat diperkirakan kematian
kurang dari 7 bulan.Bila warna tulang telah berwarna agak keputihan
diperkirakan kematian lebih dari 7 bulan.
3. Kekompakan Kepadatan Tulang
Setelah semua jaringan lunak lenyap, tulang-tulang yang baru mungkin
masih dapat dibedakan dari tulang yang lama dengan menentukan kepadatan
dan keadaan permukaan tulang.Bila tulang telah tampak mulai berpori-pori,
diperkirakan kematian kurang dari 1 tahun.Bila tulang telah mempunyai
pori-pori yang merata dan rapuh diperkirakan kematian lebih dari 3 tahun.
46
Keadaan diatas berlaku bagi tulang yang tertanam di dalam tanah. Kondisi
penyimpanan akan mempengaruhi keadaan tulang dalam jangka waktu tertentu
misalnya tulang pada jari-jari akan menipis dalam beberapa tahun bahkan sampai
puluhan tahun jika disimpan dalam ruangan.14
Tulang baru akan terasa lebih berat dibanding dengan tulang yang lebih tua.
Tulang-tulang yang baru akan lebih tebal dan keras, khususnya tulang- tulang
panjang seperti femur. Pada tulang yang tua, bintik kolagen yang hilang akan
memudahkan tulang tersebut untuk dipotong. Korteks sebelah luar seperti pada
daerah sekitar rongga sumsum tulang, pertama sekali akan kehilangan stroma,
maka gambaran efek sandwich akan kelihatan pada sentral lapisan kolagen pada
daerah yang lebih rapuh. Hal ini tidak akan terjadi dalam waktu lebih dari sepuluh
tahun, bahkan dalam abad, kecuali jika tulang terpapar cahaya matahari dan
elemen lain. Merapuhnya tulang-tulang yang tua, biasanya kelihatan pertama
sekali pada ujung tulang-tulang panjang, tulang yang berdekatan dengan sendi,
seperti tibia atau trochanter mayor dari tulang paha.Hal ini sering karena lapisan
luar dari tulang pipih lebih tipis pada bagian ujung tulang dibandingkan dengan di
bagian batang, sehingga lebih mudah mendapat paparan dari luar. Kejadian ini
terjadi dalam beberapa puluh tahun jika tulang tidak terlindung, tetapi jika tulang
tersebut terlindungi, kerapuhan tulang akan terjadi setelah satu abad. Korteks
tulang yang sudah berumur, akan terasa kasar dan keropos, yang benar-benar
sudah tua mudah diremukkan ataupun dapat dilobangi dengan kuku jari.14
a. Tes Fisika
Seperti pemeriksaan gambaran fisik dari tulang, fluoresensi cahaya ultra
violet dapat menjadi suatu metode pemeriksaan yang berguna. Jika batang tulang
dipotong melintang, kemudian diamati ditempat gelap, dibawah cahaya ultra
violet, tulang-tulang yang masih baru akan memancarkan warna perak kebiruan
pada tempat pemotongan. Sementara yang sudah tua, lingkaran bagian luar tidak
berfluorosensi sampai ke bagian tengah. Dengan pengamatan yang baik akan
terlihat bahwa daerah tersebut akan membentuk jalan keluar dari rongga sumsum
tulang. Jalan ini kemudian pecah dan bahkan lenyap, maka semua permukaan
pemotongan menjadi tidak berfluoresensi. Waktu untuk terjadinya proses ini
berubah-ubah, tetapi diperkirakan efek fluoresensi ultra violet akan hilang dengan
sempurna kira-kira 100 -150 tahun. Tes fisika yang lain adalah pengukuran
kepadatan dan berat tulang, pemanasan secara ultra sonik dan pengamatan
terhadap sifat-sifat yang timbul akibat pemanasan pada kondisi tertentu. Semua
kriteria ini bergantung pada berkurangnya stroma organik dan pembentukan dari
kalsifikasi tulang seperti pengeroposannya.14
47
Garnba I : a. Tulang berumur 3 -80 tahun. Kelihatan permukaan pemotongan tulang
meman carkan warna perak kebiruan pada seluruh pemotongan.
b. Setelah satu abad atau lebih sisa fluoresensi mengerut ke pusat sumsum
tulang.
c. Sebelum fluoresensi menghilang dengan sempurna pada abad berikutnya.14
b. Tes Serologi
Tes yang positif pada pemeriksaan hemoglobin yang dijumpai pada
pemeriksaan permukaan tulang ataupun pada serbuk tulang, mungkin akan
memberikan pernyataan yang berbeda tentang lamanya kematian tergantung pada
kepekaan dari tehnik yang dilakukan. penggunaan metode cairan peroksida yang
hasilnya positif, diperkirakan lamanya kematian sekitar 100 tahun. Aktifitas
serologi pada tulang akan berakhir dengan cepat pada tulang yang terdapat di
daerah berhawa panas.14
48
c. Tes Kimia
Tes Kimia dilakukan dengan metode mikro-Kjeld-hal dengan cara
mengukur pengurangan jumlah protein dan nitrogen tulang. Tulang-tulang yang
baru mengandung kira-kira 4,5 % nitrogen, yang akan berkurang dengan cepat.
Jika pada pemeriksaan tulang mengandung lebih dari 4 % nitrogen, diperkirakan
bahwa lama kematian tidak lebih dari 100 tahun, tetapi jika tulang mengandung
kurang dari 2,4 %, diperkirakan tidak lebih dari 350 tahun. Penulis lain
menyatakan jika nitrogen lebih besar dari 3,5 gram percentimeter berarti umur
tulang saat kematian kurang dari 50 tahun, jika Nitrogen lebih besar dari 2,5 per
centimeter berarti umur tulang atau saat kematian kurang dari 350 tahun.14
49
Visum et repertum adalah laporan tertulis (termasuk kesimpulan mengenai sebab-sebab
perlukaan/kematian) yang dibuat oleh dokter berdasarkan sumpah jabatan, mengenai apa
yang dilihat/diperiksa berdasarkan keilmuannya, atas permintaan tertulis dari pihak
berwajib untuk kepentingan peradilan.
Yang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan penyidik pembantu
sebagaimana bunyi pasal 7(1) butir h dan pasal 11 KUHAP.
Penyidik yang dimaksud di sini adalah penyidik sesuai dengan pasal 6 (1) butir a,
yaitu penyidik yang pejabat Polisi Negara RI. Penyidik ini adalah penyidik tunggal bagi
pidana umum, termasuk pidana yang berkaitan dengan kesehatan dan jiwa manusia. Oleh
karena visum et repertum adalah keterangan ahli mengenai pidana yang berkaitan dengan
kesehatan jiwa manusia, maka penyidik pegawai negeri sipil tidak berwenang meminta
visum et repertum, karena mereka hanya mempunyai wewenang sesuai dengan undang-
undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing (Pasal 7(2) KUHAP).
(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan
(2) Semua ketentuan tersebut diatas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah
atau janji akan memberikan keterangan yang sebaiknya dan yang sebenarnya menurut
pengetahuan dalam bidang keahliannya
Sanksi hukum bila dokter menolak permintaan penyidik, dapat dikenakan sanki pidana :
50
Pasal 216 KUHP :
Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan
menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh
pejabat berdasar- kan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau
memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi atau mengga-galkan tindakan guna menjalankan ketentuan,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling
banyak sembilan ribu rupiah.
Pasal 222 KUHP
Barangsiapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-undang
dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus
dipenuhinya, diancam : dalam perkara pidana, dengan penjara paling lama sembilan
bulan.
(a) Keterangan saksi, (b) Keterangan ahli, ( c ) Surat, (d) Petunjuk, (e) Keterangan
terdakwa
Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis dalam pasal
184 KUHP. Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara
pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia, dimana VeR menguraikan segala sesuatu
tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian pemberitaan, yang
karenanya dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti.
Visum et repertum juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil
pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di dalam bagian kesimpulan. Dengan
demikian visum et repertum secara utuh telah menjembatani ilmu kedokteran dengan
ilmu hukum sehingga dengan membaca visum et repertum, dapat diketahui dengan jelas
apa yang telah terjadi pada seseorang, dan para praktisi hukum dapat menerapkan norma-
norma hukum pada perkara pidana yang menyangkut tubuh dan jiwa manusia.
Apabila visum et repertum belum dapat menjernihkan duduk persoalan di sidang
pengadilan, maka hakim dapat meminta keterangan ahli atau diajukannya bahan baru,
seperti yang tercantum dalam KUHAP, yang memungkinkan dilakukannya pemeriksaan
51
atau penelitian ulang atas barang bukti, apabila timbul keberatan yang beralasan dari
terdakwa atau penasehat hukumnya terhadap suatu hasil pemeriksaan. Hal ini sesuai
dengan pasal 180 KUHAP.
Bagi penyidik (Polisi/Polisi Militer) visum et repertum berguna untuk
mengungkapkan perkara. Bagi Penuntut Umum (Jaksa) keterangan itu berguna untuk
menentukan pasal yang akan didakwakan, sedangkan bagi Hakim sebagai alat bukti
formal untuk menjatuhkan pidana atau membebaskan seseorang dari tuntutan hukum.
Untuk itu perlu dibuat suatu Standar Prosedur Operasional Prosedur (SPO) pada suatu
Rumah Sakit tentang tata laksana pengadaan visum et repertum.
52
e. Tidak menggunakan singkatan, terutama pada waktu mendeskripsikan temuan
pemeriksaan
f. Tidak menggunakan istilah asing
g. Ditandatangani dan diberi nama jelas
h. Berstempel instansi pemeriksa tersebut
i. Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan
j. Hanya diberikan kepada penyidik peminta visum et repertum. Apabila ada lebih
dari satu instansi peminta, misalnya penyidik POLRI dan penyidik POM, dan
keduanya berwenang untuk itu, maka kedua instansi tersebut dapat diberi visum et
repertum masing-masing asli
k. Salinannya diarsipkan dengan mengikuti ketentuan arsip pada umumnya, dan
disimpan sebaiknya hingga 20 tahun
a. Pro Justitia
Kata ini harus dicantumkan di kiri atas, dengan demikian visum et repertum tidak
perlu bermeterai sesuai dengan pasal 136 KUHAP.
b. Pendahuluan
Bagian ini memuat antara lain :
Identitas pemohon visum et repertum tanggal dan pukul diterimanya permohonan
visum et repertum
Identitas dokter yang memeriksa /membuat visum et repertum.
Tempat dilakukannya pemeriksaan (misalnya rumah sakit X Surabaya).
Tanggal dan jam dilakukannya
Identitas korban nama, jenis kelamin, umur, bangsa, alamat, pekerjaan, kapan
dilakukan pemeriksaan, dimana dilakukan pemeriksaan, alasan dimintakannya
visum et repertum
Keterangan dari penyidik mengenai cara kematian, luka, dimana korban dirawat,
waktu korban meninggal.
Keteranganmengenai orang yang menyerahkan / mengantar korban pada dokter
dan waktu saat korban diterima dirumah sakit.
53
Syarat-syarat :
- Memakai bahasa Indonesia yg mudah dimengerti orang awam.
- Angka harus ditulis dengan huruf, (4cm ditulis empat sentimeter).
- Tidak dibenarkan menulis diagnosa luka, (luka bacok, luka tembak dll).
- Luka harus dilukiskan dengan kata-kata
- Memuat hasil pemeriksaan yang objektif (sesuai apa yang dilihat dan
ditemukan).
Memuat hasil pemeriksaan yang objektif sesuai dengan apa yang diamati terutama dilihat
dan ditemukan pada korban atau benda yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan
sistematis dari atas ke bawah sehingga tidak ada yang tertinggal. Deskripsinya juga
tertentu yaitu mulai dari letak anatomisnya, koordinatnya (absis adalah jarak antara luka
dengan garis tengah badan, ordinat adalah jarak antara luka dengan titik anatomis
permanen yang terdekat), jenis luka atau cedera, karakteristiknya serta ukurannya.
Rincian ini terutama penting pada pemeriksaan korban mati yang pada saat persidangan
tidak dapat dihadirkan kembali.
d. Kesimpulan
Memuat hasil interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dari fakta
yang ditemukan sendiri oleh dokter pembuat visum et repertum, dikaitkan dengan
maksud dan tujuan dimintakannya visum et repertum tersebut. Pada bagian ini harus
memuat minimal 2 unsur yaitu jenis luka dan kekerasan dan derajat kualifikasi luka.
e. Penutup
Memuat pernyataan bahwa keterangan tertulis dokter tersebut dibuat dengan
mengingat sumpah atau janji ketika menerima jabatan atau dibuat dengan
mengucapkan sumpah atau janji lebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan
Dibubuhi tanda tangan dan NIP dokter pembuat visum et repertum
“Bila ada keluarga korban/mayat keberatan jika diadakan visum et repertum bedah
mayat, maka adalah kewajiban dari petugas Polri cq. Pemeriksa untuk secara persuasif
memberikan penjelasan perlu dan pentingnya autopsi untuk kepentingan penyidik, kalau
perlu ditegakkannya pasal 222 KUHP”.
54
Pada kesimpulan visum et repertum untuk orang/korban hidup, yaitu pada visum et
repertum lanjutan, harus dilengkapi dengan kualifikasi luka. Kualifikasi luka akan
memudahkan hakim untuk menjatuhkan pidana.
Berikut ini adalah contoh format Visum et Repertum yang sudah diisi.
------------------------------------------------------------------------------------------------
INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKO LEGAL
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KEDIRI
------------------------------------------------------------------------------------------------
VISUM ET REPERTUM
( JENAZAH )
Th.2008
No. KF. 05. 333.
PRO JUSTITIA.
Berhubung dengan surat Saudara.-------------------------------------------------------------------
----
55
Nama : AGUK NUGROHO, -Pangkat : AIPTU. Nrp. 030610088.----------------------------
-----
Alamat : Kepolisian Sektor Kota Kediri,Jl.Raya Made No.50 Kediri 64219.-----------------
---Jabatan : An. Kepala.Kepolisian Sektor kota Kediri.------------------------------------------
-------
Tertanggal : 2 Agustus 2008, -No.Pol:224/01/10/2008.------------------------------------------
----
Yang kami terima pada tanggal ; 2 Agustus 2008, maka kami, Dr. Hj. Andati Tyagita
SpF. Dokter Spesialis Forensik, Dokter pemerintah pada Instalasi Kedokteran Forensik
dan Mediko Legal RSUD Kediri, telah melakukan pemeriksaan luar pada tanggal: 2
Agustus 2008, pukul: 16.00 WIB dan pemeriksaan dalam pada tanggal: 2 Agustus 2008,
pukul: 16.30 WIB di rumah sakit tersebut di atas, atas jenazah yang menurut surat
Saudara tersebut,---------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------
-Bernama: Supadno, -Jenis kelamin: Laki-laki, -Umur: 50 Tahun.-----------------------------
----
-Alamat : Jalan Adityawarman 50 Kediri,----------------------------------------------------------
----
-Bangsa : Indonesia -----------------------------------------------------------------------------------
---
Dengan dugaan meninggal karena : Pembunuhan. -----------------------------------------------
----
Korban ditemukan/ meninggal : di Ruang tamu rumahnya dalam keadaan mengeluarkan
busa dari dalam mulutnya-----------------------------------------------------------------------------
--------
- Pada tanggal : 2 Agustus 2008, - Pukul : 07.00 WIB.-------------------------------------------
----
Korban dibawa ke kamar jenazah RSU. Dr.Soedomo Kediri,-----------------------------------
----
-Oleh : AGUK NUGROHO, -Pangkat : AIPTU. Nrp. 030610088 , Dengan kendaraan
No.Pol.: AG 1234 UA --------------------------------------------------------------------------------
----
-Pada tanggal: 2 Agustus 2008,----------------------------Pukul : 11-30--------------------------
----
HASIL PEMERIKSAAN-----------------------------------------------------------------------------
---
56
----
1. Korban seorang Laki-laki, Usia Lima puluh tahun , Tinggi badan kurang lebih seratus
enam puluh lima centimeter, Berat badan lima puluh kilogram, keadaan gizi baik, warna
kulit sawo matang. ------------------------------------------------------------------------------------
----------
2. Lebam mayat dan kaku mayat negatif. ------------------------------------------------------
3. Korban berlabel dan tidak bersegel, keadaan gizi baik. ---------------------------------------
4. Pakaian sarung, celana dalam putih dan memakai kaos singlet. ---------------------------
5. Kepala / leher : baik rambut hitam lurus.-----------------------------------------------------
- di samping bibir masih terdapat sedikit busa putih------------------------------------------
- kedua pupil mata melebar --------------------------------------------------------------------
- bibir atas dan bawah membiru ---------------------------------------------------------------
- mulut berisi busa warna putih. ----------------------------------------------------------------
- di bawah leher ada bekas cengkeraman kuku-------------------------------------------------
6. Dada : -tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam.----------------------------
7. Perut : -tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam.----------------------------
8. Punggung : -tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam.----------------------
9. Alat kelamin luar : --------------- ----------------------------------------------------------
- dari lubang alat kelamin keluar cairan putih--------------------------------------------------
10. Anggota gerak atas : --tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam--------
11. Anggota gerak bawah : -tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam-----
57
Ditemukan racun pada hati, usus, limpa, jantung korban---------------------------------------
KESIMPULAN :-------------------------------------------------------------------------------
1. Korban seorang Laki-laki, Usia Lima puluh tahun , Tinggi badan kurang lebih seratus
enam puluh lima centimeter, Berat badan lima puluh kilogram, keadaan gizi baik, warna
kulit sawo matang, rambut lurus hitam, panjang kurang lebih lima centimeter. -------------
------------------------------------------------------------------------------------------
2. Pemeriksaan Luar : ---------------------------------------------------------------------------------
tidak ditemukan luka memar, luka lubang, luka robek di sekitar mulut, serta mulut
berbusa---------------------
3. Pemeriksaan Dalam: -------------------------------------------------------------------------------
tidak ditemukan memar di bawah kulit kepala, memar di bawah kulit leher dan memar di
bawah kulit dada serta ditemukan cairan warna merah di rongga dada. -----------------------
-------------------
4. Pada alat kelamin ditemukan keluar cairan warna putih dari lubang kelamin. ------------
5. Jadi korban meninggal dunia oleh karena keracunan. ----------------------------------------
Demikian Visum Et Repertum ini kami buat dengan mengingat sumpah waktu menerima
jabatan.
Tanda tangan,
58
b. Pembunuhan yang mirip dengan sengaja (syibhu al-’amdi) = Membunuh dengan cara
dan alat yang biasanya tidak membunuh.
Sangsi Hukuman:
Diyat = 100 unta, di antaranya 40 ekor yang sedang hamil
Misalnya = memanah binatang buruan atau sejenisnya, namun ternyata anak panahnya
nyasar mengenai orang hingga meninggal dunia.
Sangsi Hukuman:
Diyat berupa 100 ekor unta secara berangsur-angsur selama tiga tahun.
Dan tidaklah layak bagi seorang mukmin untuk membunuh seorang mukmin (yang lain),
kecuali karena tersalah (tidak sengaja). Dan barangsiapa membunuh seorang mukmin
karena tersalah, (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman
serta membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika
mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum yang
memusuhimu, padahal ia mukmin, maka (hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba
sahaya yang mukmin. Dan jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian
(damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diyat
yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya
yang mukmin. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si
pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai cara tobat kepada Allah. Dan
Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.(Qs. An-Nisa`: 92)
Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannnya
59
ialah Jahannam.Ia kekal di dalamnya. Allah pun murka kepadanya, mengutuknya, serta
menyediakan azab yang besar baginya.” (Qs. An-Nisa`: 93)
2. Jinayat kepada badan selain jiwa = Penganiayaan yang tidak sampai menghilangkan
nyawa:
Larangan membunuh
Islam melarang umatnya membunuh seseorang manusia atau seekor binatang
sekalipun, kalau itu tidak berdasarkan kebenaran hukumnya. Dalam Islam orang-orang
yang halal darah atau boleh dibunuh karena perintah hukum dengan prosedurnya adalah
orang-orang murtad, yaitu orang-orang Islam yang berpindah agama dari Islam ke agama
lainnya, sesuai dengan hadis
Yang halal darah juga adalah pembunuh, bagi dia berlaku hukum qishash yakni
diberlakukan hukuman balik oleh yang berhak atau negara melalui petugasnya. Penzina
muhshan (yang sudah kawin) adalah satu pihak yang halal darah juga dalam Islam
60
melalui eksekusi rajam, mengingat jelek dan bahayanya perbuatan dia yang sudah kawin
tetapi masih berzina juga. Semua pihak yang halal darah tersebut harus dieksekusi
mengikut prosedur yang telah ada dan tidak boleh dilakukan oleh seseorang yang tidak
punya otaritas baginya.
Selain dari tiga pihak tersebut dengan ketentuan dan prosedurnya masing-masing
tidak boleh dibunuh, sebagaimana firman Allah swt: “...wala taqtulun nafsal latiy
harramallahu illa bilhaq...” (...jangan membunuh nyawa yang diharamkan Allah kecuali
dengan kebenaran...) (QS. al-An’am: 151). Larangan ini berlaku umum untuk semua
nyawa baik manusia maupun hewan, kecuali yang dihalalkan Allah sebagaimana
terhadap tiga model manusia di atas tadi atau hewan nakal yang mengganggu manusia
dan hewan yang disembelih dengan nama Allah.
Bagi pembunuh yang sudah dimaafkan oleh keluarga terbunuh sehingga bebas
dari hukuman qishash, wajib baginya membayar diyat kepada keluarga terbunuh
sebanyak 100 ekor unta. Jumhur ulama sepakat dengan jumlahnya dan bagi wilayah yang
tidak mempunyai unta dapat diganti dengan lembu atau kerbau atau yang sejenis
61
dengannya. Dalam Islam, qishash diberlakukan karena di sana ada kelangsungan hidup
umat manusia, sebagaimana firman Allah: “Dan dalam qishash itu ada (jaminan
kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.”
(QS. al-Baqarah: 179).
Qishash ini betul-betul sebuah keadilan dalam sistem hukum pidana Islam, di
mana seseorang yang membunuh orang lain tanpa salah harus dibunuh balik. Ini sama
sekali tidak melanggar hak azasi manusia (HAM) sebagaimana diklaim orang-orang yang
tidak paham hukum Islam. Bagaimana mungkin kalau seseorang membunuh orang lain
tanpa dibenarkan agama dapat diganti dengan hukuman penjara 5-9 tahun, sementara
orang yang dibunuhnya sudah meninggal. Malah yang seperti itulah melanggar HAM,
karena tidak berimbang antara perbuatan jahat yang dilakukannya dengan hukuman
terhadapnya.
Ada tiga macam jenis pembunuhan dalam Islam yang mempunyai hukum qishash
yang berbeda, yaitu pembunuhan sengaja, semi sengaja dan tidak sengaja. Pembunuhan
sengaja adalah seseorang sengaja membunuh orang lain yang darah dan keselamatan
jiwanya dilindungi. Yaitu dengan menggunakan alat untuk membunuh seperti senjata api
dan senjata tajam.
Tindak pidana pembunuhan secara sengaja jika memenuhi unsur-unsur: (1) orang
yang melakukan pembunuhan adalah orang dewasa, berakal, sehat, dan bermaksud
membunuh; (2) terbunuh adalah orang yang terpelihara darahnya (tidak halal untuk
dibunuh); dan (3) alat yang digunakan untuk membunuh dapat mematikan atau
menghilangkan nyawa orang. Jika pembunuh sengaja dimaafkan oleh keluarga terbunuh
maka sipembunuh wajib membayar diyat berat berupa 100 ekor unta, terdiri dari 30 ekor
unta betina berumur 3-4 tahun, 30 ekor unta betina berumur 4-5 tahun, dan 40 ekor unta
betina yang sedang bunting.
Pembunuhan semi sengaja adalah menghilangkan nyawa orang lain dengan alat
yang tidak biasa digunakan untuk membunuh dan tidak dimaksudkan untuk membunuh.
Ia juga harus membayar diyat berat kalau sudah dimaafkan keluarga terbunuh dengan
cara mengangsurnya selama 3 tahun. Sementara pembunuhan tidak sengaja adalah seperti
orang melempar buah mangga di pohon lalu terkena seseorang di bawah pohon mangga
tersebut sehingga mati.
Diyat bagi kasus seperti ini adalah diyat ringan, yaitu 100 ekor unta terdiri atas 20
ekor unta betina berumur 1-2 tahun, 20 ekor unta betina berumur 2-3 tahun, 20 ekor unta
jantan berumur 2-3 tahun, 20 ekor unta betina berumur 3-4 tahun, dan 20 ekor unta betina
berumur 4-5 tahun. Pihak pembunuh wajib membayarnya dengan mengangsur selama 3
tahun, setiap tahun wajib membayar sepertiganya. Kalau tidak dapat dibayar 100 ekor
unta, maka harus dibayar 200 ekor lembu atau 2.000 ekor kambing.
62
HUKUM PERKOSAAN DALAM ISLAM
Perkosaan dalam bahasa Arab disebut al wath`u bi al ikraah (hubungan seksual
dengan paksaan). Jika seorang laki-laki memerkosa seorang perempuan, seluruh fuqaha
sepakat perempuan itu tak dijatuhi hukuman zina (had az zina), baik hukuman cambuk
100 kali maupun hukuman rajam. (Abdul Qadir Audah, At Tasyri’ Al Jina`i Al Islami, Juz
2 hlm. 364; Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah, Juz 24 hlm. 31; Wahbah
Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 294; Imam Nawawi, Al Majmu’
Syarah Al Muhadzdzab, Juz 20 hlm.18).
Dalil untuk itu adalah Alquran dan sunnah. Dalil Alquran antara lain firman Allah SWT
(artinya), ”Barang siapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkan
dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” (QS Al An’aam [6] : 145). Ibnu Qayyim mengisahkan ayat ini
dijadikan hujjah oleh Ali bin Abi Thalib ra di hadapan Khalifah Umar bin Khaththab ra
untuk membebaskan seorang perempuan yang dipaksa berzina oleh seorang
penggembala, demi mendapat air minum karena perempuan itu sangat kehausan. (Abdul
Qadir Audah, At Tasyri’ Al Jina`i Al Islami, Juz 2 hlm. 365; Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al
Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 294).
Adapun dalil sunnah adalah sabda Nabi SAW, ”Telah diangkat dari umatku (dosa/sanksi)
karena ketidaksengajaan, karena lupa, dan karena apa-apa yang dipaksakan atas mereka.”
(HR Thabrani dari Tsauban RA. Imam Nawawi berkata, ”Ini hadits hasan”). (Wahbah
Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 294; Abdul Qadir Audah, At Tasyri’
Al Jina`i Al Islami, Juz 2 hlm. 364).
Pembuktian perkosaan sama dengan pembuktian zina, yaitu dengan salah satu
dari tiga bukti (al bayyinah) terjadinya perzinaan berikut; Pertama, pengakuan (iqrar)
orang yang berbuat zina sebanyak empat kali secara jelas, dan dia tak menarik
pengakuannya itu hingga selesainya eksekusi hukuman zina. Kedua, kesaksian
(syahadah) empat laki-laki Muslim yang adil (bukan fasik) dan merdeka (bukan budak),
yang mempersaksikan satu perzinaan (bukan perzinaan yang berbeda-beda) dalam satu
majelis (pada waktu dan tempat yang sama), dengan kesaksian yang menyifati perzinaan
dengan jelas. Ketiga, kehamilan (al habl), yaitu kehamilan pada perempuan yang tidak
bersuami. (Abdurrahman Al Maliki,Nizhamul Uqubat, hlm. 34-38).
Jika seorang perempuan mengklaim di hadapan hakim (qadhi) bahwa dirinya
telah diperkosa oleh seorang laki-laki, sebenarnya dia telah melakukan qadzaf (tuduhan
zina) kepada laki-laki itu. Kemungkinan hukum syara’ yang diberlakukan oleh hakim
dapat berbeda-beda sesuai fakta (manath) yang ada, antara lain adalah sbb:
Pertama, jika perempuan itu mempunyai bukti (al bayyinah) perkosaan, yaitu
kesaksian empat laki-laki Muslim, atau jika laki-laki pemerkosa mengakuinya, maka laki-
laki itu dijatuhi hukuman zina, yaitu dicambuk 100 kali jika dia bukanmuhshan, dan
63
dirajam hingga mati jika dia muhshan. (Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu,
Juz 7 hlm. 358).
Kedua, jika perempuan itu tak mempunyai bukti (al bayyinah) perkosaan, maka
hukumnya dilihat lebih dahulu; jika laki-laki yang dituduh memerkosa itu orang baik-
baik yang menjaga diri dari zina (al ‘iffah an zina), maka perempuan itu dijatuhi
hukuman menuduh zina (hadd al qadzaf), yakni 80 kali cambukan sesuai QS An Nuur :
4. Adapun jika laki-laki yang dituduh memperkosa itu orang fasik, yakni bukan orang
baik-baik yang menjaga diri dari zina, maka perempuan itu tak dapat dijatuhi hukuman
menuduh zina. (Ibnu Hazm, Al Muhalla, Juz 6 hlm. 453; Imam Nawawi, Al Majmu’
Syarah Al Muhadzdzab, Juz 20 hlm.53; Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa
Adillatuhu, Juz 7 hlm. 346).
64
Daftar Pustaka
Coe, John I M.D and Curran William J.LL.M,SMHyg; Definition and Time of
Death;Modern Legal Medicine, Psychiatry, and Forensic Science;F.A. Davis Company;
;1980:7:141-164.
Di Maio Dominick J. and Di Maio Vincent J.M; Time of Death; Forensic Pathology;CRC
Press,Inc;1993:2:21-41.
http://www.mediaumat.com/
65