Anda di halaman 1dari 15

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN MARET 2019


UNIVERSITAS TADULAKO

LYMPHANGIOMA

Disusun Oleh :
BESSE IRMA
N 111 17 040

Pembimbing Klinik :
dr. CHRISTIAN LOPO, Sp. THT-KL

DIBAWAKAN DALAM RANGKA MENYELESAIKAN TUGAS PADA


BAGIAN ILMU KESEHATAN
TELINGA HIDUNG TENGGOROK-KEPALA LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Besse Irma


Nomor stambuk : N 111 17 040
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Profesi Dokter
Universitas : Tadulako
Judul Referat : Lymphangioma
Bagian : Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok -
Kepala Leher

Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok – Kepala Leher


RSUD Undata palu
Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako

Palu, Maret 2019

Pembimbing Klinik Mahasiswa

dr. Christian Lopo Sp. THT-KL Besse Irma


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1


BAB II ANATOMI DAN FISIOLOGI
2.1 Hidung ................................................................................................... 2

A. Anatomi Hidung........................................................................................ 2

B. Vaskularisasi Hidung ................................................................................ 4


C. Persarafan Hidung ..................................................................................... 6
D. Mukosa Hidung ......................................................................................... 7

2.2 Fisiologi Hidung ................................................................................. 10

2.3 Sinus Paranasal ................................................................................... 11

A. Definisi .................................................................................................... 11

B. Klasifikasi Sinus Paranasal .................................................................... 12

C. Fungsi Sinus Paranasal ........................................................................... 15

D. Mukosiliar Transport Sinus Paranasal .................................................... 16

BAB III RHINOSINUSITIS FUNGAL ALERGI


3.1 Definisi ........................................................................................................ 19
3.2 Epidemiologi................................................................................................ 19
3.3 Etiologi ........................................................................................................ 20
3.4 Patogenesis .................................................................................................. 20
3.5 Gambaran Klinik ......................................................................................... 22
3.6 Diagnosis ..................................................................................................... 22
A. Anamnesis ............................................................................................ 22

B. Pemeriksaan Fisik ................................................................................ 22

C. Pemeriksaan Penunjang ........................................................................ 23

3.7 Penatalaksanaan ....................................................................................... 26


A. Konservatif ........................................................................................... 26

B. Operatif ................................................................................................. 28

C. Immunoterapi ....................................................................................... 29

3.8 Komplikasi .............................................................................................. 29


DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 30
BAB I
PENDAHULUAN

Sistem limfatik terdiri dari pembuluh limfe dan jaringan limfatik. Pembuluh
limfe membantuk kapiler dan venula system kardiovaskuler mengembalikan cairan
jaringan ke dalam darah. Jaringan limfatik adalah jenis jaringan ikat yang
mengandung banyak sel limfosit dan penting untuk pertahanan imunologik tubuh
terhadap bakteri dan virus. 1
Sistem limfatik daerah kepala dan leher merupakan bagian dari sistem limfe
seluruh tubuh yang secara anatomis terdiri atas organ limfatik, duktus atau pembuluh-
pembuluh limfe dan nodus limfatikus (atau kelenjar limfe).2
Nodus lympaticus dapat ditemukan diseluruh tubuh dan terletak sepanjang
perjalanan pembuluh limfe. Nodus lympaticus biasanya didapatkan berkelompok dan
berkaitan dengan aliran limfatik dari daerah atau organ tertentu. Nodi lymphoidea
didaerah kepala dan leher tersusun dalam sebuah kelompok leher yang terbentang
dari bawah dagu sampai kebelakang kepala dan sebuah kelompok terminal verticalis
profunda yang tertanam didalam sarung carotis di daerah leher. 1
Hampir semua bentuk keradangan maupun keganasan daerah kepala dan
leher akan memperlihatkan manifestasinya melalui kelenjar limfe kepala dan leher
tersebut oleh karena itu anatomi sistem limfatik daerah kepala dan leher penting
untuk dipahami.2
Lymphangioma penyakit yang jarang, hamartomatous, malformasi kongenital
dari system limfatik yang melibatkan kulit dan jaringan subkutan.3
Limfangioma dapat terjadi dimana saja pada kulit dan membran mukosa.
Lokasi yang paling umum adalah kepala dan leher, dan selanjutnya pada ekstremitas
proksimal, pantat, dan badan. Namun, limfangioma terkadang dapat ditemukan di
dalam usus, pankreas, dan mesenterium.2
Penulisan referat ini bertujuan untuk mengenali lymphangioma . Setelah
mengenal diharapkan pembaca juga dapat mengetahui penyebab, patofisiologi
terjadinya,tanda dan gejala, pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang
hingga penatalaksanaannya
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI
2.1 Anatomi Sistem Limfatik
Secara garis besar sistem limfatik tubuh dapat dibagi atas system konduksi,
jaringan limfoid dan organ limfoid
Definisi jaringan limfatik (atau yang sering disebut jaringan limfoid) adalah
jaringan penyambung retikuler yang diinfiltrasi oleh limfosit. Jaringan limfoid ini
terdistribusi luas di seluruh tubuh baik sebagai organ limfoid ataupun sebagai
kumpulan limfosit difus dan padat. Organ limfoid sendiri merupakan massa atau
sekumpulan jaringan limfoid yang dikelilingi oleh kapsul jaringan penyambung
atau dilapisi oleh epitelium2

Gambar 1. Sistem limfe tubuh dan kelompok kelenjar limfe utama

1. Pembuluh limfe
Semakin ke dalam ukuran pembuluh limfe makin besar dan berlokasi
dekat dengan vena. Seperti vena, pembuluh limfe memiliki katup yang
mencegah terjadinya aliran balik. di mana pada ujung kapiler hanya tersusun
atas selapis sel-sel endotel dengan susunan pola saling bertumpang
sedemikian rupa seperti atap sehingga tepi yang menutup tersebut bebas
membuka ke dalam membentuk katup kecil yang membuka ke dalam kapiler.
Otot polos di dinding pembuluh limfe menyebabkan kontraksi beraturan guna
membantu pengaliran limfe menuju ke duktus torasikus.2

Gambar 2. Struktur khusus kapiler limfe2


2. Jaringan limfoid
Jaringan limfoid terdiri atas nodus dan nodulus limfoid yang mempunyai
ukuran dan lokasi bervariasi. Ukuran nodus biasanya lebih besar, panjangnya
berkisar 10 - 20 mm dan mempunyai kapsul; sedangkan nodulus panjangnya
antara sepersekian milimeter sampai beberapa milimeter dan tidak
mempunyai kapsul.
Berdasarkan lokasi sebagian besar nodus limfoid ini berkelompok di
daerah-daerah tertentu misalnya mulut, leher, lengan bawah, ketiak dan sela
paha. 2
3. Organ Limfoid
Menurut tahapan perkembangan dan maturasi limfosit yang terlibat di
dalamnya, organ limfoid terbagi atas: 1) Organ limfoid primer atau sentral,
yaitu kelenjar timus dan bursa fabricius atau sejenisnya seperti sumsum
tulang. 2)Organ limfoid sekunder atau perifer, yang mempunyai fungsi untuk
menciptakan lingkungan yang memfokuskan limfosit untuk mengenali
antigen, menangkap dan mengumpulkan antigen dengan efektif, proliferasi
dan diferensiasi limfosit yang disensitisasi oleh antigen spesifik serta
merupakan tempat utama produksi antibodi. 2
Organ limfoid sekunder yang utama adalah sistem imun kulit atau skin
associated lymphoid tissue (SALT), mucosal associated lymphoid tissue
(MALT), gut associated lymphoid tissue (GALT), kelenjar limfe, dan lien.

Gambar 3. Potongan melintang nodus limfoid2

2.2 Sistem Limfatik Kepala dan Leher


Kelenjar limfe leher Terdapat perbedaan perkiraan jumlah nodus limfoid pada
kepala dan leher menurut para ahli. Bailey dan Love melaporkan sejumlah 300
nodus terdapat di leher. Cummings dkk melaporkan sepertiga dari lebih 500
kelenjar limfe di tubuh terletak di atas klavikula. Menurut Roezin sekitar 75 buah
kelenjar limfe terdapat di setiap sisi leher dan kebanyakan pada rangkaian
jugularis interna dan spinalis assessorius.2,4
Kelenjar limfe yang selalu terlibat dalam metastasis adalah kelenjar limfe di
rangkaian jugularis interna yang terbentang dari klavikula sampai dasar
tengkorak. Rangkaian jugularis interna ini dibagi dalam kelompok superior,
media, dan inferior. Kelompok kelenjar limfe yang lain adalah submental, sub
mandibula, servikalis superfisialis, retrofaring, paratrakeal, spinalis asesorius,
skalenus anterior, dan supraklavikula2,4

Gambar 4. Sistem limfe Leher 4

Pembagian kelompok kelenjar limfe


leher dibagi dalam bentuk segitiga-segitiga yang dipisahkan oleh otot
sternokleidomastoid menjadi segitiga anterior dan posterior. Segitiga posterior
dibatasi oleh otot trapezius, klavikula, serta sternokleidomastoid. Segitiga
anterior dibatasi oleh m. sternohioid, digastrikus, dan sternocleidomastoid
Segitiga-segitiga tersebut kemudian terbagi lagi menjadi segitiga-segitiga yang
lebih kecil; dalam segitiga posterior terdapat segitiga supraklavikular dan segitiga
oksipital. Segitiga anterior terbagi atas submandibula, karotid, dan segitiga
muskular

Gambar 5. Segitiga-segitiga di area leher2


Daerah Kelenjar limfe leher, menurut menurut Sloan Kettering Memorial
Center Cancer Classification terdapat lima daerah penyebaran kelompok kelenjar
yaitu:
I) Kelenjar di segitiga submental dan submandibular
II) Kelenjar-kelenjar yang terletak di 1/3 atas, termasuk kelenjar limfe jugular
superior, kelenjar digastrik dan kelenjar limfe servikal postero superior.
III) Kelenjar limfe jugularis antara bifurkasio karotis dan persilangan
m.omohioid dengan m. sternokleidomastoid dan batas posterior m.
sternokleidomastoid.
IV) Kelompok kelenjar daerah jugularis inferior dan supraklavikula
V) Kelenjar yang berada di segitiga posterior servikal

Gambar 6. Daerah kelenjar limfe leher menurut Sloan Kattering Memorial Center Cancer
Classification4

Menurut Committee for Head and Neck Surgery and Oncology of the
American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery (AAO-HNS),
dibagi atas 6 level yaitu:
1) Level IA merupakan tempat kelenjar limfe submental dan submandibula.
2) Level II A dan II B berlokasi di anteromedial saraf spinal assessorius
sementara level II B berlokasi di bagian posteromedialnya.
3) Level III dan level IV terletak sepanjang rantai jugular tengah dan bawah
4) Level V membatasi kelompok kelenjar di segitiga posterior. Level V A dan V
B dipisah oleh garis horizontal yang terletak di inferior kartilago krikoid.
5) Level VI merupakan kompartemen sentral yang berisi kelenjar paratrakea,
retrosternal, prekrikoid, dan pretoroid2
Gambar 7. Pembagian level area leher menurut Committee for Head and Neck Surgery and Oncology
of the American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery (AAO-HNS)2

2.3 Fisiologi sistem limfatik


Sistem limfe merupakan suatu jalan tambahan tempat cairan dapat mengalir
dari ruang interstisial ke dalam darah sebagai transudat di mana selanjutnya ia
berperan dalam respon imun tubuh. Secara umum system limfatik memiliki tiga
fungsi yaitu:
1) Mempertahankan konsentrasi protein yang rendah dalam cairan interstisial
sehingga protein-protein darah yang difiltrasi oleh kapiler akan tertahan dalam
jaringan, memperbesar volume cairan jaringan dan meninggikan tekanan
cairan interstitial Peningkatan tekanan menyebabkan pompa limfe memompa
cairan interstisial masuk ke kapiler limfe membawa protein berlebih yang
terkumpul tersebut. Jika sistem ini tidak berfungsi maka dinamika pertukaran
cairan pada kapiler.
2) Absorpsi asam lemak, transpor lemak dan kilus (chyle) ke sistem sirkulasi,
3) Memproduksi selsel imun (seperti limfosit, monosit, dan sel-sel penghasil
antibodi yang disebut sel plasma)2
2.4 Drainase sistem limfe tubuh
Drainase limfe merupakan organisasi dua area drainase yang terpisah dan
tidak sama, yaitu area drainase kanan dan kiri. Secara normal aliran limfe tidak
akan melewati aliran drainase sisi yang berseberangan. Struktur-struktur dari tiap
area akan membawa limfe ke tujuan masingmasing, kembali ke sistem sirkulasi.
Area drainase bagian kanan menerima aliran limfe dari sisi kanan kepala, leher,
bagian lengan kanan, serta bagian kuadran kanan atas tubuh.2
Aliran limfe dari daerah-daerah tersebut akan mengalir ke duktus limfatikus
kanan yang akan mengalirkan limfe ke sistem sirkulasi melalui vena subklavia
kanan. Area drainase kiri membawa limfe yang berasal dari sisi kiri daerah
kepala, leher, lengan kiri, dan kuadran kiri atas tubuh, tubuh bagian bawah serta
kedua tungkai. Sisterna sili secara temporer menyimpan limfe saat mengalir ke
atas dari bagian bawah tubuh. Duktus torasikus membawa limfe ke atas menuju
duktus limfatikus kiri yang akan mengalirkan limfe ke system sirkulasi melalui
vena subklavia.2

Gambar 8. Drainase Aliran Limfe2

2.5 Pembentukan cairan limfe


Limfe atau cairan limfe berasal dari plasma darah arteri yang kaya nutrisi.
Pada ujung kapiler aliran darah melambat sehingga plasma keluar menjadi cairan
jaringan yang disebut cairan interseluler atau interstisial. Cairan jaringan ini
membawa nutrien, oksigen dan hormon yang dibutuhkan oleh sel.2
Sekitar 90% cairan jaringan kemudian akan mengumpulkan hasil produk
metabolisme sel kembali ke kapiler menjadi plasma sebelum melanjutkan
perjalanannya kembali ke sirkulasi vena. Cairan limfe adalah 10% cairan
jaringan yang tertinggal. Jika peran cairan interstitial membawa nutrisi yang
dibutuhkan sel maka peranan limfe adalah membawa produk metabolisme untuk
dibuang.2
Kapiler limfe sangat permeabel dan mengumpulkan cairan jaringan dan
protein. Limfe terus menerus bersir ulasi sehingga cairan yang tadinya jernih
menjadi kaya protein karena melarutkan protein dari dan antar sel Kapiler limfe
kemudian menyatu membentuk vasa limfatika yang lebih besar dengan susunan
menyerupai vena. Pada vasa limfatika tidak terdapat pompa namun limfe tetap
mengalir yang mempercepat aliran balik vena untuk kembali menjadi plasma.2

Gambar 9. Mekanisme terbentuknya cairan limfe2


BAB III
LYMPHANGIOMA
3.1 Definisi
Lymphangioma berasal dari sakus primitif masa embrio, sebagian jaringan limfatik yang
terlepas kehilangan hubungan dengan system limfatik normal, tapi masih memiliki potensi
pertumbuhan cepat semula.
Secara patologik dapat di bagi menjadi :
1. Limfangioma sederhana: terbentuk dari kapiler limfatik berdinding tipis , lumen tak
berarturan, didalamnya terdaat cairan limfe, dapat koeksiten dengan hemangioma kapiler
2. Limfoma Spongiosa: terbentuk dari celah limfatik yang melebar, lumen cerah bervariasi
ukurannya, berisi cairan limfe
3. Limfangioma Kistik: terbentuk dari rongga kista dengan ukuran bervariasi. Rongga kista
tidak saling berhubungan, berisi cairan limfe, batas rongga kista dan jaringan sekitarnya tidak
jelas.
Limfangioma serind ditemukan pada bayi baru lahir, jarang pada dewasa, kejadian pada pria
dan wanita tidak berbeda mencolok. Lokasi prediliksi adalah area kelenjar parotis, trigonum
posterior leher , supraklavikular , bukal, pangkal lidah, dasar mulut.dll. umumnya tumbuh
lamabt. Tumor tampak sebagai benjolan tak beraturan, konsistensi lunak, terasa kistik, batas
tidak tegas, tapi tak adhesi ke kulit, tak nyeri tekan, tes transluminasi dapat positif.

Anatomi klinis
Fullpaper
Medscape
Fk ui

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2640069/
https://www.neonet.ch/files/4714/5942/4410/Cotm_April_2016.pdf

Anda mungkin juga menyukai