GEOGRAFI TANAH
ACARA VII
Dibuat oleh:
Nama : Khairunnisa
NIM : 160721614484
Offering :B
Asisten Praktikum: Sam Yudi Susilo
Imam Mahmudi
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
MEI 2017
ACARA VII
PENENTUAN TEKSTUR TANAH DENGAN METODE PIPET
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menentukan klasifikasi tekstur tanah dengan metoode pipet
2. Mahasiswa dapat menganalisis tekstur tanah
II. ALAT DAN BAHAN
ALAT
1. Labu erlenmeyer 250 ml : wadah larutan
2. Bunsen spirtus/lampu spirtus : alat laboratorium yang berfungsi untuk memanasi
larutan.
3. Gelas ukur 25 ml : wadah untuk cairan Hcl
4. Gelas ukur 10 ml : wadah untuk cairan kalgon
5. Gelas ukur 20 ml : wadah untuk cairan H2O2
6. Gelas ukur 500 ml : wadah untuk larutan yang telah tercampur
7. Saringan : untuk memisahkan materi tanah dan cairan larutan
8. Pipet gondok : untuk memindahkan larutan dari gelas ukur ke cawan
9. Timbangan digital : untuk menimbang berat tanah, menimbang berat kertas saring,
menimbang berat massa tanah setelah di oven
10. Cawan porselen (5 buah) : wadah tanah dan larutan hasil pemipetan
11. Beaker glass : wadah menampung tetesan air dari larutan
12. Teko plastik : wadah menampung tetesan air dari larutan setelah didiamkan 6 jam
13. Corong plastik : alat bantu untuk memindah / memasukkan larutan ke wadah /
tempat yang mempunyaai dimensi pemasukkan sampel bahan kecil.
14. Penumbuk : alat untuk menghaluskan sampel tanah
15. Kertas saring : untuk menyaring tanah
16. Korek api : sebagai sumber api buatan untuk menyalakan api pada labu
erlenmeyer
17. Kaki tiga : untuk meletakkan hot plate
18. Pipet : untuk memindahkan cairan
19. Hot plate : untuk memanaskan dan menghomogenkan suatu larutan
20. Penggaris : untuk mengukur ketinggian larutan pada gelas ukur
21. Sendok kecil : alat untuk mengambil tanah
22. Oven : untuk menghilangkan air pada sample tanah
23. Botol reagen : wadah menapung aquades
24. Stopwatch : sebagai perangkat yang digunakan untuk mengukur lamanya waktu
25. Batang/tongkat kecil : untuk mengaduk larutan dalam gelas ukur 500 ml
BAHAN
Dalam keadaan tanah yang dominan liat, akar pada tanaman akan sulit untuk melakukan
penetrasi karena keadaan lingkungan tanah yang lengket pada saat basah dan mengeras pada
saat kering. Drainase dan aerasi buruk, sehingga pertukaran udara maupun masuknya unsur
hara pada akar tanaman akan terganggu. Pada keadaan basah, tanaman sulit mengikat gas-gas
yang berguna bagi proses fisiologi karena pori-pori tanah yang kecil tergenang oleh air
(kecuali tanaman padi yang mampu beradaptasi di lingkungan yang tergenang air). Air pada
tanah dominan liat ini tidak mudah hilang. Tanaman dapat mengalami kematian, karena
kurangnya unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman untuk melakukan proses-proses fisiologis
yang semestinya.
Untuk pertumbuhan tanaman yang baik, tanah dengan aerasi, drainase, serta kemampuan
menyimpan air maupun unsur hara yang baik harus memiliki komponen pasir, debu, dan liat
yang seimbang. Sehingga tanaman mampu tumbuh dalam keadaan yang optimal.
Tanah bertekstur halus ( dominant liat ) memiliki permukaan yang lebih halus dibanding
dengan tanah bertekstur kasar ( dominan pasir ). Sehingga tanah – tanah yang bertekstur
halus memiliki kapasitas adsorpsi unsur – unsur hara yang lebih besar. Dan umumnya lebih
subur dibandingkan dengan tanah bertekstur kasar. Karna banyak mengandung unsure hara
dan bahan organik yang dibutuhkan oleh tanaman.
Semakin halus tekstur tanahnya maka kapasitas adsorpsi menahan unsur – unsur hara lebih
besar, dan lebih banyak mengandung unsure hara dan bahan organik yang dibutuhkan
tanaman, kapasitas memegang air juga lebih besar sebab memiliki permukaan yang lebih luas.
Sedangkan tanah bertekstur kasar memiliki laju infiltrasi yang cepat dan lebih porus. Sehingga
unsure hara akan ikut hanyut dan yang tertahan didalam tanah semakin sedikit.