DIABETES MELITUS
OLEH :
SUPIANI YAMLEAN
70300116022
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
2019
ASUHAN KEPERAWATAN PADA “Ny. I”
OLEH :
SUPIANI YAMLEAN
70300116022
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
2019
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Pengertian
2. Etiologi
a. Diabetes tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel
beta pancreas yang disebabkan oleh :
1) Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri,tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecendrungan genetik ke arah terjadinya
diabetes tipe I.
2) Faktor imunilogi
Adanya responds otoimun yang merupakan responds abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing.Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan Insulin
endogen.
3) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan estruksi sel beta.
b. Diabetes Tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko:
1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga (Nurarif, 2015).
3. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik diabetes mellitus ditandai dengan konsekuensi metabolik
defisiensi insulin :
a. Kadar glukosa puasa tidak normal
b. Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi dieresis
osmotic yang menigkatkan pengeluaran urine (poliuria) dan timbul rasa
haus (polidipsia)
c. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang
d. Lelah dan mengantuk
e. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur,
impotensi, peruritan vulva (Nurarif, 2015).
4. Patofisiologi
Respon terbatas sel beta terhadap hiperglikemia tampak menjadi
faktor mayor dalam perkembangannya. Sel beta terpapar secara kronis
terhadap kadar glukosa darah tinggi menjadi seara progresif kurang
efisien ketika merespons peningkatan glukosa lebih lanjut. Fenomena ini
dinamai desensitisasi, dapat kembali dengan menormalkan kadar glukosa.
Rasio proinsulin (precursor insulin) terhadap insulin tersekresi juga
meningkat.
Proses patofisiologi kedua dalam DM tipe 2 adalah resistansi
terhadap aktivitas insulin biologis, baik di hati maupun di perifer.
Keadaan ini disebut sebagai resistansi insulin. Orang dengan DM tipe 2
memiliki penurunan sensitivitas insulin terhadap kadar glukosa, yang
mengakibatkan produksi glukosa hepatic berlanjut, bahkan sampai dengan
kadar glukosa darah tinggu. Hal ini bersamaan dengan ketidakmampuan
otot dan jaringan lemak untuk meningkatkan ambilan glukosa.
Mekanisme penyebab resistansi insulin perifer tidak jelas: namun, ini
tampak terjadi setelah insukin berikatan terhadap reseptor pada
permukaan sel (Black, 2014).
Penyakit diabetes mellitus yang telah berlangsung selama
bertahun-tahun akan menimbulkan kemunduran faal ginjal, yaitu suatu
keadaan yang dikenal sebagai nefropati diabetic. Nefropati diabetik
merupakan suatu sindroma klinik yang terjadi pada penderita diabetes
mellitus, ditandai dengan keadaan mikroalbuminuria dan uremia. Pada
penderita diabetes mellitus jika terjadi mikroalbuminuria maka akan
terjadi uremia yang akhirnya menyebabkan kadar ureum dalam darah
meningkat(Sartika,2014).
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar glukosa darah
b. Kadar glukosa darah puasa
c. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis
DM (mg/dl).
Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl)
7. Penatalksanaan
a. Tipe I
1) Secara reguler memonitor glukosa darah
2) Memberikan insulin untuk menjaga kadar glukosa darah dalam
tahap normal
3) Diet diebetik
4) Memberikan tindakam cepat: asparat ( lispro, glulisine, human
insulin/ tindakan cepat insulin untuk kontrol sebelum makan) dan
insulin hisap.
5) Tindakan singkat: insulin reguler
6) Tindakan menengah: human insulin-NPH, Human insulin-zinc-
lente
7) Tindakan panjang: Human insulin-zinc-ultralente, insulin detemir,
insulin glargine.
b. Tipe II
1) Menjaga berat badan
2) Monitor glukosa darah secara teratur
3) Memberikan oral sulfonylures untuk menstimulasi produksi
glukosa dari pancreas
4) Memberikan oral biguanides untuk mengurangu prodksi glukosa
darah oleh lever: metformin
5) Memberikan meglitinide analog untuk menstimulasi bagian insulin
dari pankreas : repaglinide
6) Memberikan alpha glucosidase inhibitor untuk menunda
npenyerapan karbohidrat di dalam usus: acarbose, miglitol (Padila,
2012).
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Status kesehatan saat ini
c. Riwayat kesehatan masa lalu
d. Aspek psikososial
e. Pengkajian fisik
f. Data fokus
g. Kebutuhan:
1) Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat
dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan
koma.
2) Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan
pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering,
merah, dan bola mata cekung.
3) Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
4) Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek,
mual/muntah.
5) Neurosensori
Sakit kepala, mengatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah
otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
6) Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
7) Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
8) Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
9) Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan
terjadi impoten pada pria.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan
mual
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan konsentrasi urin
meningkat
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
3. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
Aktivitas yang
dilakukan :
1. Monitor
kecenderungan
turun dan
naiknya berat
badan
2. Monitor adanya
mual muntah
Manajemen
Nutrisi
Aktivitas yang
dilakukan
1. Identifikasi
adanya alergi
atau intoleransi
makanan yang
dimiliki pasien.
2. Anjurkan
keluarga
membawa
makanan favorit
pasien
2 Kekurangan volume Keseimbangan Cairan Manajemen Cairan
cairan berhubungan Klien diharapkan mampu
Aktifitas yang
dengan konsentrasi untuk menormalkan :
dilakukan
urin meningkat
1. Tanda-tanda dehidrasi
1. Timbang berat
tidak ada
badan setiap
2. Mukosa mulut dan
hari
bibir lembab
2. Monitor status
3. Balance cairan
hidrasi (seperti :
seimbang
membran
Hidrasi
mukosa
Klien diharapkan mampu lembab, denyut
menormalkan : nadi adekuat
dan tekanan
1. Hidrasi kulit
darah
2. Kelembaban membran
odrostatik).
mukosa
3. Monitor tanda-
3. Haus yang abormal
tanda vital
4. Pengeluaran urin
pasien.
4. Monitor adanya
indikasi
kelebihan
cairan/retensi
5. Monitor reaksi
pasien terhadap
terapi elektrolit.
Monitor Cairan
Aktifitas yang
dilakukan
1. Tentukan
jumlah dan
jenis
intake/asupan
cairan serta
kebiasaan
eliminasi
2. Monitor
membran
mukosa, turgor
kulit dan respon
haus
3. Monitor warna
dan kualitas
urin
3 Intoleransi aktivitas Toleransi Aktivitas Terapi Aktivitas
berhubungan dengan Klien diharapkan mampu
Aktivitas yang
kelemahan untuk menyeimbangkan :
dilakukan
1. Denyut nadi saat
1. Ciptakan
beraktivitas.
lingkungan
2. Jumlah pernafasan
yang aman
saat beraktivitas.
untuk dapat
3. Tekanan darah
melakukan
sistolik saat
pergerakan otot
beraktivitas.
secara berkala
4. Tekanan darah
atau sesuai
diastolik saat
imdikasi
beraktivitas.
2. Bantu klien dan
5. Kekuatan tubuh
keluarga untuk
Daya Tahan Tubuh
mengidentifikas
Klien diharapkan mampu i kelemahan
untuk menyeimbangkan : dalam level
aktivitas
1. Aktivitas
tertentu
2. Daya tahan otot
Mengontrol berat
3. Glukosa darah
4. Rasa lelah badan
Aktivitas yang
dilakukan
1. Diskusikan
dengan pasien
Perawatan Diri :
mengenai
Aktivitas-aktivitas
hubungan
sehari-hari
antara asupan
Klien diharapkan mampu makanan,
untuk menyeimbangkan : olahraga,
4. Implementasi
Black, J.M dan Jane H.H. 2014. Medikal Surgical Nursing Clinical Management
for Positive Outcomen, 8th Edition. Elsevier Inc. Singapore. Terjemahan.
Aklia. S dkk. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinik Untuk Hasil
yang Diharapkan, Edisi 8 Buku 2. Penerbit Salemba Medika. Jakarta.
Dewi Rifka Kumala, (2014) Diabetes Bukan Untuk Ditakuti, Fmedia, Jakarta