Anda di halaman 1dari 4

Bagian depan Rumah Krong Bade umumnya menghadap ke utara atau selatan, sehingga bagian atap

yang meruncing akan menghadap barat atau timur. Hal ini bertujuan untuk menghindari pukulan
keras dari angin yang datang.

“Pada ujung timur dan barat sejajar dengan kuda

-kuda terdapat sebuah penutup yang biasanya dilubangi yang dinamakan

tulak angen

(tolak angina). Tolak angin ini berfungsi untuk menetralisir hempasan angina kencang. Dari ujung
bawah cucuran atap (

neudeuk gaseue

) sampai ke bara dibuat bagasi yang berfungsi untuk menyimpan dan meletakkan barang-barang,
seperti tikar dan bantal yang dinamakan

sanding

.” (Muhammad Z.Z, 1980 : 5)

Dinding

Dinding rumah tradisional Aceh terbuat dari papan kayu atau bilah bambu, penggunaan material
tersebut mempengaruhi penghawan udara yang sangat baik karena udara dapat pengalir melalui
selah selah antara atap dan dinding. Pada bagian dinding rumah tradisional Aceh terdapat tempelan
tempelan ornamen yang memp

engaruhi unsur tradisional Aceh.”

(Hadjad ,1984).

B.

Analisis Makna dan Simbol Ruang

Rumah Krong Bade memiliki tiga bagian ruang utama :

seuramoe keue

(serambi depan),
rumoh inoeng

(serambi tengah), dan

seuramoe

likoet

(serambi belakang).

Denah

rumoh Aceh

(sumber : dokumen penulis)

Setiap bagian ruang pada rumah Krong Bade memiliki fungsi dan aktivitas masing-masing :

Serambi keue

adalah serambi depan. Serambi keue merupakan ruangan luas dan memanjang tanpa sekat.
Ruangan ini biasanya digunakan untuk tempat menerima tamu, mengaji, tempat istirahat bagi laki-
laki, tempat makan bersama-sama. Di serambi keue terdapat

SERAMBI LIKOET

SERAMBI TUNGAI SERAMBI KEUE DAPUR

pajangan lukisan, yang mana menurut masyarakat Aceh semakin banyak lukisan yang dipajang
semakin tinggi derajat mereka di kalangan masyarakat.

Serambi tugai

adalah serambi tengah. Di dalam serambi tugai terdapat tiga ruangan ; serambi inoeng, rambat, dan
serambi anjoeng. Serambi inoeng dan serambi anjoeng masing-masing terletak pada ujung kiri dan
kanan, sedangkan diantara keduanya terdapat ruangan yang disebut rambat. Rambat berfungsi
sebagai ruangan yang menghubungkan antara serambi keue dan serambi likoet. Akses pada rambat
hanya terbatas untuk anggota keluarga atau mahram perempuan yang tinggal di rumah tersebut.
Serambi inoeng merupakan kamar tidur yang dipakai oleh kepala keluarga, sedangkan serambi
anjoeng merupakan kamar tidur yang dipakai anak perempuan. Bila memiliki lebih dari satu anak
perempuan, maka kepala keluarga akan tidur di ruang belakang selama belum dapat membangun
ruangan baru yang terpisah. Keunikan serambi inoeng yaitu ruang dapat digunakan sebagai tempat
pelaminan di acara pernikahan selain itu bagian lantainya yang terbuat dari papan dapat dibongkar
pasang untuk memandikan mayat anggota keluarga.

Serambi likoet
adalah serambi belakang. Ketinggian serambi likoet sama dengan ketinggian lantai serambi keue.
Serambi likoet juga merupakan ruangan luas tanpa sekat. Ruangan ini digunakan sebagai tempat
wanita melakukan aktivitas seperti menganyam dan menenun kain. Pada beberapa rumah serambi
likoet juga merangkap sebagai dapur, namun ada juga yang memisahkan antara serambi likoet dan
dapur.

C.

Analisis Makna dan Simbol Sistem Ruang

Seperti yang dijelaskan pada profil Rumah Krong Bade, secara vertikal, hirarki ruang pada rumah
Krong Bade adalah ruang bawah merupakan bagian area publik karena dapat diakses oleh selain
penghuni rumah dan bagian atas (inti rumah) merupakan area privat yang hanya dapat diakses oleh
penghuni rumah. Namun pada bagian atas ada ruang yang dapat diakses oleh selain penghuni
rumah, yaitu serambi keue. Pembagian zona publik dan privat di dalam rumah bertujuan untuk
menjaga kenyamanan penghuni rumah.

Denah

rumoh Aceh

(sumber : dokumen penulis)

Zona privat Zona publik

Dalam tradisi masyarakat Aceh, tamu yang diperbolehkan masuk ke dalam rumah adalah tamu yang
sudah dikenal dan jelas tujuannya dan yang diperbolehkan untuk menerima tamu adalah anggota
keluarga laki-laki, itulah mengapa tempat istirahat laki-laki diletakkan di bagian paling depan. Apabila
tidak ada anggota keluarga laki-laki atau mahram penghuni wanita di dalam rumah, wanita hanya
diizinkan untuk menerima tamu sebatas pintu rumah, dan tamu hanya diperbolehkan berada di
bawah tangga. Penataan ruangan pada rumah Krong Bade mengisyaratkan bahwa masyarakat Aceh
sangat melindungi dan menghormati wanita, sebagaimana pula yang diajarkan dalam agama Islam.
Di dalam Rumah Krong Bade terdapat banyak ragam hias berupa motif maupun ukiran pada dinding
dan tiang bangunan. Umumnya motif dan ukiran berupa flora atau tumbuh-tumbuhan, karena
pengaruh dari keyakinan agama Islam yang tidak boleh memajang gambar dan ukiran makhluk hidup
di dalam rumah. Ada juga beberapa rumah yang menggunakan motif fauna, namun motif itu
didesain sedemikian rupa agar tidak menyerupai makhluk hidup.

Pada bangunan tradisional Aceh banyak dijumpai ukiran- ukiran, karena masyarakat Aceh pada
hakekatnya termasuk suku bangsa yang berjiwa seni. Ukiran-ukiran itu terutama dijumpai pada
bangunan- bangunan rumah tempat tinggal dan bangunan-bangunan rumah ibadat seperti pada
Meuseujid (mesjid) dan meunasah (surau). Ukiran-ukiran yang terdapat pada bangunan tradisional
seperti tersebut di atas mempunyai berbagai motif atau ragam hias. Motif-motif tersebut adalah
motif yang berhubungan dengan lingkungan alam seperti : flora, fauna, awan, bintang dan bulan.
Fungsi utama dari berbagai jenis motif dan ragam hias itu adalah sebagai hiasan semata-mata,
sehingga dari ukirin tersebut tidak mengandung arti dak maksud-maksud tertentu, kecuali motif
bintang dan bulan, yang menunjukkan simbul ke-Islaman, motif awan berarak (AWAN meucanek)
yang menunjukkan lambang kesuburan, dan motif tali berpintal (taloe meuputa) yang menunjukkan
ikatan persaudaraan yang kuat bagi masyarakat Aceh

.”

( Hadjad, 1984).

Ragam hias pada Rumah Krong Bade Aceh (sumber : Dokumen pribadi Wahyu Muliatmi,
http://muliatmiwahyu.blogspot.co.id)

III.

KESIMPULAN

Rumah Krong Bade atau dikenal juga dengan

rumoh Aceh

adalah sebuah rumah tradisional yang pada zamannya didesain dengan sangat matang untuk
menunjang aktivitas di dalamnya. Setiap bagian rumah ; kolom, dinding, atap, dan lainnya dirancang
sesuai dengan respon terhadap lingkungannya. Selain itu rumah Krong Bade memiliki nilai plus
karena rumah ini sangat tanggap dengan bencana. Rumah Krong Bade juga menonjolka dengan ciri
khas masyarakat Aceh yang religius. Hal ini terlihat dari penataan ruang pada rumah Krong Bade dan
ukiran atau motif yang ada di dalamnya

Anda mungkin juga menyukai