Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup di dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Rukiah, 2012). Persalinan
bisa dilakukan melalui dua cara, yaitu persalinan normal dimana janin keluar
melalui vagina, dan persalinan dengan Sectio Caesarea, adalah proses
pengeluaran janin melalui insisi dinding perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh, serta berat badan janin lebih dari 500 gram
(Wiknjosastro, 2007).
Menurut WHO (2015), angka kejadian Sectio Caesarea (SC) meningkat
di Negara-negara berkembang, WHO menetapkan indikator persalinan SC 5-15%
untuk setiap Negara, meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas pada ibu dan
bayi. Menurut hasil Riskesdas (2013), total 49.603 kelahiran dan 9,8% kelahiran
Sectio Caesarea dari tahun 2010 – 2013, nilai tertinggi terdapat di DKI Jakarta
dengan presentase 19,9%, dan nilai terendah terdapat di Sulawesi Tenggara
dengan presentase 3,3%.
Sectio Caesarea merupakan suatu proses pembedahan, setelah operasi
akan menimbulkan respon nyeri dan dapat menimbulkan kecemasan (Akbar dkk,
2014). Persalinan normal merupakan persalinan yang diinginkan oleh
kebanyakan ibu hamil. Salah satu jalan keluar yang diambil oleh ibu bersalin dan
pihak keluarga dalam proses persalinan yaitu Sectio Caesarea, karena terdapat
beberapa indikasi yang mengharuskan dilakukannya tindakan Sectio Caesarea.
Indikasi yang mengharuskan dilakukannya tindakan Sectio Caesarea
diantaranya janin tidak bisa keluar melalui jalan lahir, panggul ibu terlalu sempit,
janin dengan berat badan berlebih, plasenta dalam letak rendah dan kondisi
gawat darurat. Disamping itu, kondisi ibu secara psikologis juga mempengaruhi
dilakukannya tindakan Sectio Caesarea seperti perlukaan pada vagina, ketakutan
ketidaknyamanan dalam proses melahirkan sehingga proses melahirkan bisa
direncanakan. Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan ibu memutuskan untuk
melakukan tindakan Sectio Caesarea. (Sartika, 2014)
Berdasarkan pengalaman praktik klinik saya di rumah sakit, ibu bersalin
sebelum dilakukan tindakan Sectio Caesarea merasakan ketakutan akibat
ketidaksiapan dan ketidaktahuan mengenai tindakan Sectio Caesarea. Ketakutan
pada ibu hamil dikarenakan pemikiran tentang rasa nyeri yang akan dirasa pada
saat proses pembedahan baik sebelum maupun sesudah dan berhasil atau
tidaknya proses pembedahan. Ketakutan tersebut menimbulkan kecemasan.
Kecemasan tersebut bisa terjadi karena faktor-faktor yang mempengaruhinya,
antara lain kurang pengetahuan klien tentang prosedur Sectio Caesarea, faktor
ekonomi dan kecemasan mengenai keberhasilan operasi (Ihdayanti, 2009).
Kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart dalam Handayani, dkk,
2014).
Setiap prosedur tindakan yang dilakukan memiliki dampak positif
maupun negatif bagi pasien. Tindakan Sectio Caesarea termasuk dalam tindakan
operasi yang berisiko. Sectio Caesarea dapat menyebabkan perasaan takut yang
mengakibatkan kecemasan. Oleh karena itu, terdapat beberapa komplikasi yang
terjadi akibat kecemasan ketika akan dilakukan tindakan Sectio Caesarea,
diantaranya terjadi kontraksi uterus yang lemah, sirkulasi uteroplasenta menurun,
suplai oksigen dalam darah menuju uterus terhambat, dan terjadi iskemia uterus
sehingga menimbulkan nyeri hebat (Sumarah dalam Handayani, dkk, 2014).
Perubahan-perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan
diantaranya tekanan darah meningkat yang bisa menyulitkan penghentian
perdarahan selama proses pembedahan, serta memperlambat dalam proses
penyembuhan luka (Breathesy, 2009). Kecemasan perlu ditangani dengan segera
sehingga dapat mengurangi terjadinya komplikasi yang membahayakan bagi ibu
dan janin. Keterlambatan penanganan kecemasan akan mempersulit dalam proses
pembedahan, ketakutan pasien menimbulkan rasa tegang bisa menyebabkan
tekanan darah meningkat sehingga terjadi perdarahan secara terus menerus.
Perubahan fisiologis yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah, seperti sakit
kepala, mimisan, wajah kemerahan, dan kelelahan (Irianto, 2014).
Kecemasan yang dialami ibu Pre dan Post Sectio Caesarea bisa
menghambat proses penyembuhan luka. Terdapat 3 fase dalam proses
penyembuhan luka, seperti fase inflamasi, fase fibroblastik, dan fase pematangan.
Jika pada fase awal dalam proses penyembuhan luka terhambat, fase selanjutnya
pun ikut terhambat. Fase inflamasi terhambat karena terjadi gangguan pada
glukokortikoid yang termasuk pada jalur neuroendokrin, jika kurun waktu fase
inflamasi terlewati maka sulit bagi jahitan luka untuk menyatu dan berisiko
terjadinya infeksi (Marucha & Sheridan, 2007).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukartinah (2016), dengan judul
“Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Status Hemodinamik Pada Pasien Pre
Operasi Sectio Caesarea di Ruang IBS RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
Wonogiri”, didapatkan hasil 2 dari 5 orang mengatakan bahwa timbul perasaan
takut ataupun cemas ketika akan dilakukan tindakan operasi dan selalu
menanyakan apakah tindakan operasi akan menimbulkan rasa sakit dan bisa
menghilangkan penyakit yang dialami karena pengalaman operasi sebelumnya
yang menyebabkan perasaan takut atau cemas sehingga tekanan darah
130/90mmHg naik menjadi 140/90mmHg.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi Hastuti (2015), dengan judul
“Hubungan Pengetahuan Tentang Sectio Caesarea dengan Kecemasan Ibu Pre
Operasi di Ruang Catleya Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta”, didapatkan
hasil 6 dari 10 ibu hamil (60%) merasakan kecemasan akibat belum pernah
dilakukan tindakan Sectio Caesarea dan tidak mengetahui prosedur Sectio
Caesarea, 4 dari 10 ibu hamil (40%) mengalami bibir gemetar dan termor halus
serta mengatakan tidak mengetahui keperluan yang harus dipersiapkan sebelum
tindakan Sectio Caesarea.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Yusuf, dkk (2017), dengan
judul “Stres Memperlambat Penyembuhan Luka Paska Seksio Sesarea”,
didapatkan hasil dari 28 responden terdapat 16 orang dengan (57%) terjadi
penyembuhan luka yang kurang baik, 3 orang (11%) terjadi penyembuhan luka
yang buruk, dan 9 orang (32%) terjadi penyembuhan luka yang baik.
Berdasarkan data-data diatas didapatkan bahwa secara psikologis ibu yang
akan dilakukan tindakan Sectio Caesarea maupun setelah dilakukan tindakan
Sectio Caesarea banyak yang mengalami kecemasan. Kecemasan terjadi akibat
ketidaksiapan dan ketidaktahuan mengenai tindakan Sectio Caesarea, serta rasa
takut terhadap rasa nyeri sebelum dan sesudah pembedahan. Penanganan
kecemasan sebelum dan sesudah tindakan Sectio Caesarea perlu dilakukan agar
tidak timbul risiko terjadinya perdarahan karena peningkatan tekanan darah
akibat kecemasan saat dilakukan tindakan Sectio Caesarea, dan dapat
mempercepat dalam proses pemulihan post Sectio Caesarea. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk menyusun tugas akhir dengan judul “Pengelolaan
Keperawatan Kecemasan Pada Ibu Bersalin dengan Sectio Caesarea”.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan kecemasan pada ibu bersalin
dengan Sectio Caesarea.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan pengkajian pada ibu bersalin Sectio Caesarea.
b. Menggambarkan diagnosis keperawatan (kecemasan) pada ibu bersalin
dengan Sectio Caesarea.
c. Menggambarkan perencanaan untuk mengatasi kecemasan pada ibu
bersalin dengan Sectio Caesarea.
d. Menggambarkan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi
kecemasan pada ibu bersalin dengan Sectio Caesarea.
e. Menggambarkan evaluasi masalah keperawatan kecemasan pada ibu
bersalin dengan Sectio Caesarea.
f. Membahas hasil pengkajian, masalah keperawatan, perencanaan,
tindakan yang ditekankan pada prosedur keperawatan – SOP, dan
evaluasi dari tindakan yang dilakukan untuk mengatsi kecemasan pada
ibu bersalin dengan Sectio Caesarea.

C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan untuk
meningkatkan pengetahuan terutama dalam pengelolaan keperawatan
kecemasan pada ibu bersalin dengan Sectio Caesarea.
2. Manfaat Praktis
a. Peningkatan Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian diharapkan memberikan kontribusi dalam
peningkatan kualitas pelayanan asuhan keperawatan khususnya bagi ibu
bersalin dengan Sectio Caesarea.
b. Peningkatan Kesehatan Masyarakat
Hasil penelitian diharapkan memberikan kontribusi dalam
peningkatan status kesehatan melalui upaya promotif khususnya bagi
ibu bersalin dengan Sectio Caesarea.

Anda mungkin juga menyukai